Lap FL PHBS
Lap FL PHBS
Pendahuluan
1. Profil Desa Sanggung
Desa Sanggung, Kecamatan Gatak, Sukoharjo memiliki luas wilayah 947.945 Ha,
dengan batas wilayah sebelah timur (desa Kagokan), Sebelah Barat (Kabupaten
Boyolali), Sebelah utara (desa Tempel) dan sebelah selatan (kabupaten Klaten). Jumlah
penduduk di desa Sanggung mencapai 2.739 jiwa (1356 jiwa pria, 1383 jiwa wanita)
dengan total 718 kepala keluarga, 15 RT dan 4 RW.Mata pencaharian penduduk desa
Sanggung antara lain sebagai petani (129 orang), buruh tani (154 orang), PNS (104
orang), wiraswasta (93 orang) pensiunan (48 orang), pedagang(32 orang) ,TNI (5 orang)
dan lain-lain.Tingkat pendidikan masyarakat meliputi TK (64 orang), SD (194 orang),
SLTP (650 orang), SLTA (545 orang), Sarjana (110 orang) dan tidak sekolah (133
orang).Sarana kesehatannya meliputi Balai pengobatan (1), PKD (1), Posyandu Balita
(5), Posyandu lansia (3),Pokja desa sehat (1) dan ambulan desa (2).Tenaga Kesehatan
Kesehatan desa Sanggung antara lain Bidan praktek (3 orang), Kader Posyandu Balita
(25 orang) dan Kader posyandu lansia (15 orang) .Jumlah peserta Askeskin/Jamkesmas
196 orang.
2. Latar Belakang Kegiatan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber
daya manusia serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua
pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan
seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, pembangunan kesehatan Indonesia
diarahkan untuk mencapai Visi Indonesia Sehat 2010, yaitu masa depan dimana
bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih
dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata
sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal dan mengarahkan kepada paradigma
sehat. Paradigma sehat yang akan mengarahkan pembangunan kesehatan untuk lebih
mengutamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
atau masalah kesehatan (preventif), tanpa mengesampingkan upaya-upaya
penanggulangan atau penyembuhan penyakit (kuratif) serta pemulihan kesehatan
(rehabilitatif). Paradigma sehat tersebut dijabarkan dan dioperasionalkan dalam bentuk
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yaitu dalam budaya hidup perorangan,
keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, serta bertujuan untuk meningkatkan,
memelihara dan melindungi kesehatan baik fisik, mental maupun sosial.
Dalam rangka peningkatan kesehatan (promosi) dapat dilakukan melalui
Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) PHBS kepada masyarakat. Sasaran KIE
PHBS adakah rumah tangga yang mempunyai anak/balita, rumah tangga yang tidak
mempunyai anak/balita, institusi/sekolah, dan tempat ibadah. Kegiatan KIE PHBS ini
diharapkan dapat sebagai sarana evaluasi dan pemantauan PHBS masyarakat dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan.
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan laboratorium lapangan diharapkan mahasiswa dapat memiliki
kemampuan:
1. Mampu menjelaskan tentang dasar pelaksanaan KIE PHBS di masing-masing wilayah
kerja puskesmas masing-masing kelompok mahasiswa.
2. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga yang memiliki
bayi dan balita.
3. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga yang tidak
memiliki bayi dan balita di wilayah kerja puskesmas masing-masing.
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan survei yang kami lakukan terhadap 100 Kepala Keluarga (KK), sebagian besar
masyarakat Desa Sanggung, Kecamatan Gatak, Sukoharjo sudah memiliki kesadaran yang tinggi
dalam pelaksanaan PHBS. Berikut adalah hasil survei PHBS Tatanan Rumah Tangga 100 KK di
RW 01-03 Desa Sanggung:
Indikator
RW 01-03
Ya
Tidak
Persalinan Nakes
93
ASI Eksklusif
87
13
Penimbangan Balita
64
36
Gizi Seimbang
88
12
Air Bersih
96
Jamban Sehat
99
Grafik 1. Grafik
Sampah
97
Indikator PHBS
Tatanan Rumah
69
31
Tangga 100 KK
60
40
Aktivitas Fisik
98
Tidak Merokok
43
57
Kesehatan
Cuci Tangan
91
Gosok Gigi
98
98
Keanggotaan JPK
85
15
PSN
91
Tabel 1. Tabel
Tatanan Rumah
di RW 01-03
di RW 01-03
Dari
segi
secara
sudah memiliki
pemahaman
Warga
Indikator PHBS
Tangga 100 KK
Desa Sanggung
Desa Sanggung
Ibu
keseluruhan
kesadaran
yang
dan
baik.
mayoritas sudah
melakukan persalinan dengan bidan desa atau dengan tenaga kesehatan, tidak ke dukun atau
melahirkan sendiri dirumah tanpa penolong, pemeriksaan kehamilan juga sudah rutin dilakukan
dan telah memahami kapan saja pemeriksaan kehamilan harus dilakukan, warga yang memiliki
balita juga mayoritas telah memberikan ASI secara eksklusif selama minimal 6 bulan tanpa
makanan pendamping meskipun ada beberapa ibu yang tidak dapat memberikan ASI secara
ekslusif karena produksi ASI yang tidak lancar dan karena kesibukan pekerjaan.
Konsumsi gizi makanan warga juga sudah sangat baik, mayoritas warga sudah mengonsumsi
makanan dengan gizi seimbang dan bervariasi setiap harinya. Permasalahan yang timbul dari
segi KIA dan gizi adalah pelaksanaan penimbangan balita yang belum dilakukan secara teratur.
Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, kami mendapati beberapa kepala keluarga yang
memiliki balita belum melakukan penimbangan balita secara rutin (minimal 8 kali dalam satu
tahun) di Posyandu setempat. Hal ini disebabkan karena kesibukan orang tua dengan
pekerjaannya sehingga tidak dapat mengantar anak ke kegiatan Posyandu. Selain itu ada
beberapa balita yang dalam kesehariaannya tidak diasuh oleh orang tuanya dan dititipkan kepada
anggota keluarga lain ataupun tetangganya.
Solusi yang kami ajukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melakukan
penimbangan balita secara rutin yakni 8 kali dalam setahun adalah antara lain membangun
kesadaran masyarakatnya sendiri, dengan meningkatkan potensi para kader dari Puskesmas
Gatak untuk memberikan penyuluhan dan pengarahan kepada orang tua balita mengenai
pentingnya mengetahui dan memantau tumbuh kembang anak serta memberikan pemberitahuan
(reminder) secara rutin terhadap keluarga yang memiliki balita sehingga orang tua tidak lupa
akan jadwal penimbangan balita di Posyandu.
Dari segi kesehatan dan lingkungan, kondisi di Desa Sanggung juga sudah baik. Mayoritas
warga sudah memiliki sumber air sendiri pada tiap rumahnya, sumber air dapat berupa sumur
timba, sumur pompa, maupun tandon air sehingga akses untuk mendapatkan air bersih sudah
mudah untuk dicapai. Keadaan jamban pada tiap rumah yang kami data juga sudah baik dan
termasuk dalam kondisi jamban sehat. Warga juga sudah memahami pentingnya memiliki
jamban yang bersih serta sudah tidak ditemukannya warga yang melakukan kegiatan mandi,
cuci, dan kakus (MCK) diluar jamban mereka seperti disungai, tanah kosong, atau tempat
terbuka lainnya.
Ketersediaan tempat sampah di Desa Sanggung juga sudah baik, hampir setiap rumah
memiliki keranjang sampah baik di dalam maupun di luar rumah, namun ada beberapa hal yang
juga harus diberikan perhatian oleh petugas kesehatan dan perangkat desa setempat diantaranya
adalah mengenai pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah di Desa Sanggung sebenarnya sudah
baik secara sistem, yakni sudah adanya pemilahan sampah organic dan non-organik, sampah
organik digunakan kembali sebagai pupuk sedangkan sampah non-organik dikumpulkan dan
diserahkan ke petugas yang diberi wewenang untuk mengolahnya. Namun, dalam eksekusinya
kurang terkoordinasi dengan baik sehingga masih banyak warga yang belum memahami sistim
tersebut. Masih banyak warga yang membuang sampah di sungai maupun dibakar di halaman
belakang rumah mereka. Hal ini menimbulkan polusi yang dapat membahayakan diri mereka
sendiri maupun warga di sekitar lokasi pembakaran sampah. Permasalahan tersebut
dilatarbelakangi oleh karena tidak adanya petugas yang mengambil dan mengurus sampah yang
sudah dipilah tersebut.
Solusi yang dapat kami berikan mengenai permasalahan tersebut adalah diadakannya
petugas khusus untuk mengambil sampah warga setiap hari agar tidak ada penumpukan sampah
yang berlebihan. Selain itu diadakannya iuran dana sampah perkepala keluarga tiap bulan yang
nantinya dana tersebut dialokasikan untuk petugas pengumpul dan pengolah sampah tersebut.
Kondisi lantai rumah kedap air di Desa Sanggung juga masih perlu ditingkatkan dan
dijadikan perhatian. Hasil dari pengamatan yang kami dapatkan, masih terdapat beberapa rumah
yang belum menggunakan lantai permanen. Selain itu masih terdapat kebiasaan dari masyarakat
yang belum mimisahkan antara alas kaki yang dipakai di luar rumah dan di dalam rumah. Dalam
konteks ini kami tidak menuntut untuk diadakannya sarana yang memadahi melainkan lebih
kepada memperbaiki perilaku untuk mengantisipasi masalah tersebut. Contohnya adalah dengan
memisahkan antara penggunaan alas kaki di dalam dan luar rumah, sehngga kotoran dari luar
rumah tidak masuk ke dalam rumah.
Dari segi gaya hidup, hampir seluruh indikator sudah terlaksana dengan baik. Kesadaran
akan kebersihan gigi dan mulut sudah sangat baik, warga sudah memahami pentingnya
menggosok gigi minimal dua kali sehari dengan menggunakan sikat gigi secara individual dan
rutin diganti setiap 2-3 bulan. Penggunaan sabun dalam mencuci tangan juga sudah
dilaksanakan, warga telah memahami bahwa kuman yang terdapat pada tangan tidak akan mati
apabila hanya dengan mencuci tangan menggunakan air saja, melainkan harus menggunakan
sabun tangan.
Keaktifan warga dalam kegiatan sehari-hari juga sudah sangat baik. Mayoritas penduduk
desa Sanggung yang kami temui bekerja sebagai buruh tani, PNS, pedagang, dan ibu rumah
tangga yang mengurus rumah sendiri (tidak memiliki pembantu). Kebiasaan miras dan narkoba
juga tidak banyak ditemukan di Desa Sanggung, hal ini menandakan bahwa warga sudah
memiliki kesadaran yang tinggi mengenai bahaya miras dan narkoba.
Indikator yang masih harus diberi perhatian lebih adalah mengenai kesadaran untuk tidak
merokok. Angka penduduk di Desa Sanggung yang merokok masih sangat tinggi. Tingginya
angka merokok di Desa Sanggung disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adalah karena
mayoritas pekerjaan warga masyarakat Desa Sanggung sebagai buruh tani dan petani. Selain itu
alasan mengapa merokok masih menjadi kebiasaan warga setempat adalah karena lingkungan
sekitar yang juga mayoritas adalah perokok. Menurut hasil survei yang dilakukan, masyarakat
menganggap bahwa merokok merupakan sebuah kegiatan yang dapat menghilangkan penat.
Selain itu masih ada beberapa masyarakat yang masih kurang memahami akan bahaya dari
rokok itu sendiri, atau telah mengetahui bahaya dari merokok namun masih menganggap remeh
efek samping yang ditimbulkan. Beberapa dari masyarakat yang merokok tersebut sebenarnya
telah mencoba untuk berhenti dari kebiasaan merokok, namun karena niat dari dalam diri
masingmasing belum cukup kuat maka pada akhirnya kebiasaan merokok kembali dilakukan.
Solusi yang kami ajukan untuk mengurangi tingginya angka merokok di desa Sanggung ini
diantaranya :
1. Memberikan penyuluhan mengenai bahaya merokok melalui pendekatan personal
2.
3.
nyamuk yang dapat menularkan penyakit. Disamping itu kotoran hewan merupakan sumber
penyakit, menimbulkan bau dan pandangan yang tidak sedap (ganggun estetika). Jadi kandang
perlu dipisah jauh dari rumah atau diletakkan di luar rumah.
Solusi yang dapat dilakukan adalah mengadakan penyuluhan tentang pentingnya kondisi
rumah yang bersih dan sehat serta bahaya kesehatan yang timbul akibat dekatnya kandang hewan
peliharaan ataupun hewan ternak dengan rumah. Untuk pencegahan penyakit dari dampak
kandang hewan perlu dilakukan beberapa langkah yakni, pertama agar kandang hewan tidak
terlalu dekat dengan rumah dan sumur warga, minimal berjarak 50 meter. Kedua, kandang harus
dibersihkan dan kotoran ternak tidak berserakan. Ketiga, orang yang mengurus ternak harus
menggunakan alat pelindung, seperti masker, sarung tangan, sepatu boot dan sebagainya.
Keempat, anak anak jangan bermain didekat kandang ternak.
Berdasarkan hasil pengolahan data dari ketiga RW, dapat disimpulkan bahwa ada 2 indikator
yang masih menjadi pokok permasalahan dalam masyarakat Desa Sanggung, yaitu:
1. Tidak Merokok
2. Lantai Kedap Air
Kendala yang kami temui dalam pelaksanaan survei door to door ke rumah penduduk antara
lain:
1.
Sikap warga yang terkadang cenderung menutupi keadaan yang seenarnya sehingga
kami harus berusaha untuk lebih menggali informasi mengenai keadaan yang
2.
sebenarnya.
Banyaknya rumah yang tak berpenghuni pada saat kami melakukan pendataan
3.
4.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pelaksanaan Field Lab dengan topik KIE PHBS dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2014
dan 15 Oktober 2014 , diisi dengan melakukan wawancara pada 100 Kepala Keluarga
(rumah tangga) di RT 03 RW I, RT 04 RW I, dan RW II, Desa Sanggung, Kecamatan
Gatak.
2.
3.
Dari seratus rumah tangga yang telah disurvei, 4% (4 rumah tangga) termasuk dalam
strata sehat madya, 91% (91 rumah tangga) masuk dalam strata sehat utama, sedangkan
5% (5 rumah tangga) masuk dalam strata sehat paripurna.
4.
Nilai house of index untuk wilayah RW 01-03 Desa Sanggung, Kecamatan Gatak,
Sukoharjo adalah 96%
B. Saran
Untuk Mahasiswa
1. Sebisa mungkin belajar Bahasa yang biasa digunakan warga tempat kegiatan lapangan
field lab (Bahasa Jawa krama) sehingga saat melakukan survei lebih mudah memahami
apa yang disampaikan oleh warga.
2. Memilih waktu yang lebih tepat untuk melakukan survei sehingga tidak banyak rumah
yang tidak ada penghuninya saat dilakukan survei.
1. Perlunya kerjasama, koordinasi, dan komunikasi yang lebih baik lagi antara pihak
puskesmas, dinas kesehatan, perangkat desa dan pihak-pihak lain yang terkait dalam
mempertahankan atau meningkatkan status Pola Hidup Sehat dan Bersih.
2. Perlunya penyuluhan-penyuluhan kesehatan terutama tentang bahaya merokok, Lantai
Sehat, serta pemantauan perkembangan balita dengan menimbangkan balita secara rutin.
3. Perlu diadakan penyuluhan tentang posisi dan jarak ideal kandang binatang peliharaan
dari tempat tinggal.
4. Perlu adanya petugas pengangkut sampah rumah tangga sehingga masyarakat dapat
melakukan program pilah sampah kembali seperti sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumentasi Kegiatan Lapangan Field Lab Survei PHBS Tatanan Rumah Tangga