STEP 1
1. Foto sefalometri
Foto sefalometri adalah salah satu teknik radiografi yang cara pengambilan
gambarnya diambil dari arah lateral (samping kepala), teknik ini memiliki
kekurangan yaitu gambar tidak jelas di bagian yang tidak ingin kita amati.
2. Palatoversi
Pertumbuhan gigi mengarah ke palatal
3. Distoklusi
( Dibahas pada saat step 7 )
4. Neutroklusi
( Dibahas pada saat step 7 )
5. Ektostema
Pertumbuhan gigi di luar garis oklusi
6. Disharmoni Dento Maksila (DDM)
Tidak kesesuaian antara pertumbuhan gigi dan rahang sehingga
menyebabkan gigi berjejal ataupun adanya diastema
7. Bukoversi
Pertumbuhan gigi mengarah ke bukal. Istilah ini digunakan untuk gigi gigi
posterior
8. Foto Panoramik
Teknik radiografi ekstraoral yang melihat seluruh gigi rahang atas dan
rahang bawah serta adanya kelainan (resorbsi tulang tulang alveolar, TMJ,
fraktur mandibula) yag cara pengambilan gambarnya dengan rotasi dari
sisi sebelah kanan ke sisi sebelah kiri
STEP 2
1. Mengapa ketika pertumbuhan gigi sulung terlihat rapi tetapi pada
pertumbuhan gigi geligi tampak berjejal?
2. Bagaimana hubungan gigi saling tumpang tindih dengan perdarahan
sewaktu gosok gigi?
3. Apa saja factor penyebab gigi berjejal dan ukuran lengkung rahang yang
sempit?
4. Apa hubungan antara kondisi gigi dan lengkung rahang ayah dan ibu
dengan gigi dan lengkung rahang anak?
2
5. Dari semua kelainan yang dialami pasien, kelainan apa saja yang termasuk
6.
7.
8.
9.
kelainan kongenital?
Apa yang nampak pada foto panoramic dan sefalometri ketika DDM?
Mengapa yang mengalami ektostema hanya gigi caninus?
Bagaimana keterkaitan maloklusi dengan pertumbuhan gigi geligi?
Apa yang menyebabkan gigi menjadi palatoversi dan bukoversi?
STEP 3
1. Karena terjadi disharmoni antara pertumbuhan gigi geligi dengan
pertumbuhan rahang. Dengan kemungkinan Ukuran rahang tetap,
sedangkan ukuran gigi geligi mengalami pertumbuhan. Yang kita ketahui,
ukuran gigi permanen lebih besar dibandingkan dengan gigi sulung
sehingga gigi akan tampak berjejal. Seharusnya, pertumbuhan gigi sulung
yang baik itu ada space ( distema ) bukan tidak ada celah sama sekali agar
ketika gigi permanen erupsi, ruang yang akan ditempati oleh gigi
permanen itu cukup dan tidak menimbulkan ektostema yang dikarenakan
tidak ada tempat untuk tumbuhnya gigi permanen. Sehingga gigi
permanen yang akan erupsi mencari tempat yaitu diluar lengkung oklusi.
Penyebab dari gigi berjejal itu juga dapat disebabkan karena terlambatnya
gigi sulung yang tanggal ataupun erupsi premature dari gigi permanen.
3
4. Hubungan antara kondisi gigi dan lengkung rahang ayah dan ibu terhadap
gigi dan lengkung rahang anak adalah berhubungan. Karena kemungkinan
adanya perpaduan antara gen ayah dan ibu yang diturunkan ke anak, misal:
a. Ayah menurunkan gen ukuran gigi yang normal sedangkan ibu
menurunkan gen ukuran lengkung rahang yang sempit, maka gigi anak
akan tampak berjejal.
b. Ayah menurunkan gen ukuran gigi yang besar sedangkan ibu
menurunkan gen ukuran lengkung rahang yang normal, maka gigi anak
juga akan tampak berjejal.
5. Dari scenario dapat disimpulkan menjadi :
a. Kelainan kongenital : adanya rahang sempit
b. Kelainan post natal : arah gigi palatoversi, bukoversi, ekstostema, dan
tidak adanya celah antar gigi residui
Dengan adanya rahang yang sempit dapat menyebabkan perubahan
arah gigi seperti palatoversi dan bukoversi, gigi tidak tumbuh ditempat
yang sebenarnya (eltostema) serta tidak adanya celah antar gig sulung.
ETIOLOGI :
PREDISPOSISI :
Herediter
STEP
4
Jaringan Keras
Jaringan Lunak
Gingiva
Mukosa
Lidah
Bibir
Palatum
Rahang
STEP 5
Ukuran
Pemeriksaan Radiograf
Malposisi Gigi
Gigi
Arah
5
3. Mampu mengetahui dan memahami malposisi gigi dan penyebabnya
4. Mampu mengetahui dan memahami kelainan pertumbuhan
dan
dan
kelainan
pertumbuhan
STEP 7
LO 1
Pewarisan
kelainan susunan genetik, dapat kita lihat pada orang yang
mengalami
penyakit
syndrome
Down
(Mongolism)
6
mendapat pewarisan gen dengan trisomi pada kromosom
nomor 21.
Pewarisan gen
yang normal juga dapat menimbulkan suatu kelainan
dengan pola berikut
Ukuran Gigi
Besar
Normal
Kecil
AYAH
Ukuran Rahang
Besar
Normal
Kecil
Hasil
Normal
Normal
Normal
Ukuran Gigi
Besar
Normal
Kecil
IBU
Ukuran Rahang
Besar
Normal
Kecil
Hasil
Normal
Normal
Normal
ANAK
Ukuran Gigi
Ukuran Rahang
Hasil
Besar
Besar
Normal
7
Normal
Normal
Normal
Kecil
Kecil
Normal
Besar
Kecil
Tidak Normal
Kecil
Besar
Tidak Normal
B. Faktor Infeksi
Infeksi virus pada ibu hamil sering menimbulkan gejala yang nyata,
atau tidak ada pengaruhnya terhadap ibu itu sendiri, tetapi
menimbulkan akibat yang serius pada masa organogenesis, beberapa
infeksi yang menyebabkan terjadinya tergangunya atau kelainan
kongenital
adalah
TORCH
diantaranya
Toxoplasma,
Rubella,
C. Radiasi
Setelah terjadi pembuahan, sel-sel menjadi sangat radiosensitif dan
mudah rusak oleh karena radiasi. Sinar radiasi akan ber-efek desrupsi
dan diferensiasi jaringan.
D. Sifat teratogen pada obat-obatan
Sifat teratogenik adalah berbagai macam bahan penyebab terjadinya
bahan-bahan
yang
dapat
menyebabkan
kelainan
pada
masa
mampu
mempengaruhi
8
-
Hormon insuli
LO 2
:
Mampu mengetahui dan memahami macam
macam oklusi
1. Macam Macam Oklusi
A. Klasifikasi Angle
Klasifikasi Angle didasarkan pada gigi molar pertama permanen
karena merupakan gigi yang pertama kali tumbuh dan merupakan gigi
yang terbesar sehingga bisa mencapai zygomatikum
1
9
Merupakan salah satu jenis maloklusi dimana bukal groove
gigi molar pertama permanen rahang atas berada pada sisi mesial
cusp mesiolingual, sehingga menyebabkan overjet terbalik.
10
a) Crowding
Kondisi oklusi gigi geligi antara RA dan RB tampak tidak beraturan (gigi
berjejal)
b) Open bite
Gigitan terbuka (open bite), yaitu keadaan di mana terdapat celah atau
ruangan atau tidak ada kontak di antara gigi-gigi atas dengan gigi-gigi
bawah apabila rahang dalam keadaan hubungan sentrik.
c) Cross bite
Gigitan silang (cross bite), yaitu keadaan di mana satu atau beberapa gigi
atas terdapat di sebelah palatinal atau lingual gigi-gigi bawah. Dikenal
beberapa macam cross bite :
a. Anterior cross bite, yaitu keadaan di mana gigi insisivi atas terdapat di
sebelah lingual gigi insisivi bawah.
11
b. Posterior cross bite, macamnya :
1) Buccal cross bite atau outer cross bite, yaitu keadaan di mana tonjol
palatinal gigi posterior atas terdapat di sebelah bukal tonjol bukal gigi
posterior bawah.
2) Lingual cross bite, yaitu keadaan di mana tonjol bukal gigi posterior
atas terdapat pada fossa sentral gigi posterior bawah.
3) Complete lingual cross bite atau inner cross bite atau scissor bite, yaitu
keadaan di mana tonjol bukal gigi posterior atas terdapat di sebelah
lingual tonjol lingual gigi posterior bawah.
c.
a.
b.
d.
a. anterior cross bite b. buccal cross bite/ outer cross bite c. lingual cross
bite d. complete lingual cross bite / inner cross bite/ scissor cross bite
d) Diastema
Terlihat ada space (jarak) antara gigi yang satu dan yang lainnya.
e) Deep bite
12
Gigitan dalam (deep bite), terlihat gigi yang terdapat pada RA saat oklusi
sampai menyentuh bagian gingiva dari RB.
f) Edge to edge
Terlihat bertemunya antara edge atau incisal edge dari gigi anterior RA
dengan edge atau incisal edge gigi RB.
B. Klasifikasi Insisivus
Beberapa dokter gigi menganggap
lebih
mudah
untuk
Walaupun
istilah
angle
digunakan
dalam
13
LO 3
:
Mampu mengetahui dan memahami malposisi
gigi dan penyebabnya
Macam Macam Malposisi Gigi
Mesioversi
Distoversi
14
Pada erupsi ektopik, satu atau beberapa gigi erupsi ke lokasi
abnormal di luar lengkung gigi yang normal, biasanya akibat kurangnya
ruangan, seperti ektostema yang terjadi pada gigi caninus. Keadaan ini
dapat mengakibatkan penumpukan atau barisan ganda pada gigigeligi.keadaan ini sering terjadi jika gigi-geligi sulung masih bertahan
sedang gigi permanen penggantinya sudah erupsi di sebelah lingual.
Arah pertumbuhan dari erupsi ektopik ini dapat disebabkan oleh
karena adanya struktur anatomis normal dari jaringan keras RM sehingga
pada kasus erupsi ektopik dari caninus yang ke arah labial akibat dari
terhalang oleh palatum keras sehingga menutup arahnya ke arah palatal
LO 4
:
Mampu
mengetahui
dan
memahami
akhir
pembentuka
n matriks
enamel
erupsi
epitel gigi
membentuk
epitel
tereduksi
attachment
b.) Fibromatosis Gingiva
menutupi
permukaan
terpisah dari
enamel
permukaan
gigi
15
Fibromatosis Gingiva merupakan pembesaran gusi yang difus
dengan karakteristik pertumbuhan komponen jaringan ikat yang
berlebihan.
B. LIDAH
a.) Pembentukan lidah
Lidah muncul pada sekitar 4 minggu perkembangan dalam bentuk
dua penebalan lidah lateral dan satu penebalan medial, tuberkulum impar.
16
Ketiga penebalan ini berasal dari arkus faring pertama. Penebalan medial
kedua, kopula atau eminensia hipobrankialis yang dibentuk oleh
mesoderm arkus kedua, ketiga dan sebagian keempat. Akhirnya, penebalan
medial ketiga yang dibentuk oleh bagian posterior arkus keempat,
menandai terbentuknya epiglotis. Tepat dibelakang penebalan ini terdapat
aditus laringis yang diapit oleh penebalan ariteoid.
Seiring dengan semakin besarnya ukuran penebalan lidah lateral,
penebalan tersebut menutupi tuberkulum impar dan menyatu membentuk
2/3 anterior atau korpus lidah. Karena mukosa yang menutupi kospus
linguae berasal dari arkus faring pertama, persarafan sensorik ke daerah ini
dilakukan oleh nervus mandibularis (cabang nertvus trigeminus).
Korpus linguae dipisahkan dari sepertiga posterior oleh alur berbentuk V,
sulkus terminalis.
Bagian posterior atau pangkal lidah berasal dari arkus faring kedua,
ketiga, dan sebagian dari ke empat. Kenyataan bahwa saraf sensorik ke
bagian lidah dilakukan oleh nervus glosofaringeus menunjukkan bahwa
jaringan arkus ketiga tumbuh melewati arkus kedua.
Epiglotis dan bagian paling posterior lidah disyarafi oleh nervus
laringeus superior yang mencerminkan bahwa bagian ini berkembang dari
arkus keempat. Sebagian otot lidah mungkin berdiferensiasi di situ, tapi
sebagaian besar dibentuk oleh mioblas yang berasal dari somit iksipital.
Karena itu otot-otot lidah di syarafi oleh nervus hipoglosus.
Persarafan sensorik umum lidah mudah dipahami. Korpus linguae
disyarafi oleh nervus trigeminu, saraf arkus pertama pangkal lidah di
syarafi oleh nervus glosofaringeus dan nervus vagus, masing-masing
adalah saraf arkus ketiga dan keempat. Persarafan sensorik khusus
(pengecapan) ke dua pertigan anterior lidah dilakukan oleh cabang korda
timpani nervus fasialis, sedangkan sepertiga posteriornya oleh nervus
glosofaringeus.
1. Arkus faring pertama
17
Arkus faring pertama terdiri dari bagian dorsal, prosesus maksilaris yang
meluas kedepan di bawah daerah mata, dan bagian ventral, prosesus
mandibularis yang mengandung kartilago meckel. Selama perkembangan
lebih lanjut, kartilago meckel lenyap kecuali dua bagian kecil di ujung
dorsalnya yang menetap dan membentuk inkus dan maleus. Mesenkim
prosesus maksilaris membentuk premaksila, maksila, os. Zigomatikum, dan
sebagian os. Temporal melalui osifikasi membranosa. Mandibula juga
dibentuk oleh osifikasi membranosa jaringan mesenkim yang mengeliligi
kartilago meckel. Selain itu, arkus pertama ikut membentuk tulang-tulang
telinga tengah.
Otot arkus faring pertama mencakup otot pengunyahan (m.temporalis,
m. Maseter, m. Pterigoideus), venter anterior m. Digastrikus, serta m.
Milohioideus, m. Tensor timpani, dan m. Tensor veli palatini. Persarafan otototot arkus pertama diberikan oleh n.optalmikus, n. Maksilaris, dan n.
Mandibularis (cabang n. Trigeminus)
Otot arkus tidak selalu melekat ke komponen tulang atau tulang rawan
arkus itu sendiri tetapi kadang-kadang bermigrasi di daerah sekitar.
Bagaimanapun, asal dari otot-otot ini selalu dapat ditelusuri, karena
persyarafannya datang dari arkusnya sendiri.
2. Arkus faring kedua
Tulang rawan arkus kedua atau arkus hioid membentuk stapes, prosesus
stioideus os temporal, ligamentum stilohioideum. Dan di sebelah ventral,
kornu minus dan bagia atas korpus hioideum. Otot arkus ini adalah
m.stapedius, m. Stilohiodeus, venter posterior m. Digastrikus, m. Aurikularis,
dan otot otot ekspresi wajah. Nervus fasialis, saraf arkus kedua, mensyarafi
semua otot ini.
3. Arkus faring ketiga
18
Tulang rawan arkus faring ketiga menghasilkan bagian bawah kornu
mayus os hioideum. Susunan ototnya terbatas pada m. Stilofaringeus. Otot ini
disyarafi oleh nervus glosofaringeus, saraf arkus ketiga.
4. Arkus faring keempat dan keenam
Komponen tulang rawan arkus faring keempat dan keenam menyatu
untuk membentuk kartilago laring : kartilago tiroidea, krikoidea, ariteniodea,
kornikulata, dan kuenirformis. Oto arkus keempat (m. Krikotiroideus, m.
Levator veli palatini, m. Konstriktorfaringis) disarafi oleh nervus laringeus
superior (cabang nervus vagus), saraf arkus keempat. Otot instriksik laring
disarafi oleh nervus laringeus rekurens.
b.) Makroglosia
Pembesaran lidah
c.) Mikroglosia
Lidah yg kecil
19
20
Kedua tuberkulum lidah tidak bertemu di tengah lidah dan tidak menutup
yang disebut tuberkulum impar. Bagian tengah tampak seperti sebuah
daerah berbentuk belah ketupat dengan warna kemerahan serta permukaan
licin karena tidak ada papila filiformis
filiformis
Daerah yang kemerahan tampak menonjol dengan batas tegas
berwarna putih kekuningan
21
LO 5
:
Mampu mengetahui dan memahami kelainan
pertumbuhan dan perkembangan jaringan keras
Pembentukan wajah
Branchial arch
Setiap branchial arch terdiri dari inti jaringanmesenkim yang dilapisi
oleh ectoderm di permukaan luar dan epitel yang berasal dari endoderm di
sebelah dalam. Branchial arch di bentuk oleh jaringan mesenkim yang berasal
dari mesoderm, selain itu bagian inti dari branchial arch juga terdiri dari
neural crest yang bermigrasi ke branchial arch untuk ikut membentuk otot
wajah. Branchial arch ini mulai muncul sekitar minggu ketiga dan keempat.
Mula mula dibentuk branchial arch I, kemudian disusun dengan pembentukan
branchial arch II hingga branchial arch VI. Namun branchial arch V
merupakan struktur peralihan yang akan segera menghilang setelah terbentuk
dan tidak membentuk struktur yang permanen, sehingga branchial arch IV
bergabung dengan branchial arch VI.
22
Wajah
Pada akhir minggu keempat, muncul prominensia fasialis (tonjolan
wajah) yang terutama terdiri dari mesenkim yang berasal dari neural crest dan
dibentuk terutama oleh pasangan branchial arch I.
23
Segment Intermaksila
Akibat pertumbuhan prominensia maksilaris ke medial akan terbentuk
struktur yang disebut segmen intermaksila. Struktur ini terdiri dari (a)
komponen bibir yang membentul filtrum bibir atas; (b) komponen rahang atas
yang membawa empat gigi seri dan (c) komponen langit-langit yang
membentuk palatum primer yang berbentuk segitiga.
24
Palatum sekunder
Bagian
membentuk
palatum
sekunder.
Hal
ini
diirngi
dengan
25
26
27
palatum yang mungkin disebabkan oleh ukurannya yang terlalu kecil,
kegagalan bilah-bilah palatum untuk meninggi, hambatan terhadap proses
penyatuan itu sendiri, atau kegagalan lidah untuk turun dari antara kedua bilah
palatum.
Gangguan pada palatum yang bersifat kongenital berupa :
1. celah pada palatum primer dari bibir hingga batas kaudal dari
tulang premaxillaris (anterior foramen insisivum) yang akan
2.
28
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
29
Pertumbuhan dan Perkembangan Mandibula (tulang rahang bawah)
Tulang rahang bawah (os mandibula) berasal dari Branchial Arch I bawah
atau mandibulaj Arch dan disebut pula Processus Mandubularis. Mula-mula
dibentuk tulang rawan Meckel di bagian lingual Processus Mandibularis.
Pertumbuhan dan perkembangan tulang Meckel ini berada dekat dengan
pembentukan N. Mandibularis. Pada saat N. Mandibularis dibentuk mencapai 1/3
dorsal tulang rawan Meckel, kemudian bercabang menjadi N. Alveolaris inferior
ke arah anterior dan bercabang lagi menjadi N.Mentalis dan N. Incisivus. Di
Tempat lateral percabangan inilah jaringan ikat pada fibrosa mengalami ossifikasi
(minggu ke-7). Pusat ossifikasinya sekitar for. Mentale. Kemudian pertumbuhan
dan perkembangan posterior membentuk rumus mandibulae hingga terbentuk
mandibula hingga terbentuk mandibula yang lengkap, sedang tulang rawan
Meckle menghilang
Gangguan Tumbuh kembang Mandibula
suatu
kelainan
pada
30
Makronagtia
Makronagsia adalah rahang yang besar, dapat menimbulkan prognatisme.
Biasnya memiliki sifat turunan, tetapi fenomena pertumbuhan abnormal
seperti hiperpituitarism juga dapat menimbulkan pertumbuhan mandibula
yang berlebih, yang semakin parah dengan bertambahnya usia. Pada
akromegali, penderita mempunyai tumor kelenjar hipofisis yang akan
Pertumbuhan Gigi
31
Benih gigi mulai dibentuk sejak janin berusia 6 minggu dan berasal dari
lapisan ektodermal serta mesodermal. Lapisan ektodermal berfungsi membentuk
email dan odontoblast, sedangkan mesodermal membentuk dentin, pulpa, semen,
membran periodontal, dan tulang alveolar. Pertumbuhan dan perkembangan gigi
dibagi dalam tiga tahap, yaitu perkembangan, kalsifikasi, dan erupsi.. Tahap
perkembangan adalah sebagai berikut:
Inisiasi (bud stage)
Merupakan penebalan jaringan ectodermal sehingga membentuk kuntum
gigi atau dental lamina. Dental lamina merupakan benih gigi. Bila terjadi
gangguan pada tahap inisiasi, akan berakibat kelainan jumlah gigi :
1. Jumlah gigi kurang dari normal : Anodonsia
2. Jumlah gigi lebih dari normal : Hiperdonsia atau gigi supernumerari
Proliferasi (cap stage)
Pada tahap cap stage, terjadi poliferasi sel-sel organ enamel. Sehingga,
organ enamel menjadi besar dan membentuk cekungan atau topi. Sel-sel
mesenkim yang berada di bawah cekungan mengalami proliferasi, memadat, dan
bervaskularisasi membentuk papila gigi yang kemudian membentuk dentin dan
pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan
papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi
sementum, membran periodontal, dan tulang.
Bila terjadi gangguan pada tahap poliferasi, akan mengakibatkan kelainan
seperti fusi.
Histodiferensiasi (bell stage)
Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel bagian tepi dari papila
gigi menjadi odontoblas. Odontoblas mengeluarkan matriks dentin yang akan
berdiferensiasi menjadi dentin. Dentin merangsang pembentukan enamel di
atasnya. Sel-sel epitel email dalam (inner email epithelium) menjadi semakin
panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas yang akan berdiferensiasi
menjadi email.
Bila terjadi gangguan pada tahap histodiferensiasi, akan mengakibatkan
kelainan dalam struktur gigi, misalnya pada dentinogenesis imperfekta dan
amelogenesis imperfekta.
32
Morfodiferensiasi
Matriks dentin dan enamel disusun sedemikian rupa sehingga membentuk
batas yang merupakan gambaran dentinoenamel junction. Dentinoenamel junction
mempunyai sifat khusus yang bertindak sebagai pemberi bentuk dan ukuran yang
khas pada setiap gigi.
Bila pada tahap morfodiferensiasi terjadi gangguan, akan mengakibatkan
kelainan dalam bentuk dan ukuran gigi, misalnya insisif yang berbentuk pahat,
makrodonsia, dan mikrodonsia.
Aposisi
Pada tahap ini, terjadi pengendapan matriks dari struktur jaringan keras
gigi. Pertumbuhan aposisi dari enamel dan dentin adalah pengendapan yang
berlapis-lapis dari matriks extraseluler.
Bila terjadi gangguan pada tahap aposisi, akan mengakibatkan kelainan
atau perubahan struktur dari jaringan keras, misalnya hypoplasia enamel.
Kalsifikasi
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik
selama pengendapan matriks. Kalsifikasi dimulai selama pengendapan matriks
oleh endapan dari satu nidus kecil, selanjutnya nidus garam-garam kalsium
anorganik bertambah besar oleh tambahan lapisan-lapisan yang pekat.
Apabila kalsifikasi terganggu, akan menyebabkan kelainan hipokalsifikasi.
Kelainan pada Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Geligi
A.
1. Supernumerary Teeth
Supernumerary teeth adalah gigi yang berkembang melebihi jumlah normal,
dan gigi yang berkembang tersebut dapat normal secara morfologis, atau
abnormal. Supernumerary teeth yang terletak diantara insisivus sentral maksila
disebutmesiodens. Supernumerary teeth yang terletak pada area premolar
disebut peridens, dan yang terletak pada area molar disebut distodens.
Supernumerary teeth merupakan keabnormalan yang terjadi pada tahap
inisiasi, dan faktor etiloginya adalah herediter.
33
2. Kehilangan Gigi
Tampilan dari kehilangan gigi dapat bervariasi, dari tidak adanya beberapa
gigi (hypodontia), tidak adanya sejumlah gigi (oligodontia), dan kegagalan
seluruh gigi untuk berkembang (anodontia).
Kehilangan gigi ini merupakan keabnormalan yang terjadi pada tahap inisiasi,
dan faktor etiologinya adalah herediter, disfungsi endokrin, penyakit sistemik,
atau terpapar radiasi secara berlebihan.
B.
Ukuran Gigi
1.
Macrodontia
34
2. Microdontia
Pada microdontia, ukuran gigi lebih kecil dibandingkan ukuran normal.
Seperti halnya macrodontia, microdontia dapat melibatkan semua gigi atau
terbatas pada satu gigi atau sekelompok gigi. Biasanya gigi insisivus lateral dan
molar ketiga yang ukurannya lebih kecil. Gigi yang supernumeraru dapat juga
mengalami microdontia.
Microdontia merupakan keabnormalan yang terjadi pada bud stage, dan faktor
etiologinya adalah herediter pada bentuk lokalisata, dan disfungsi endokrin pada
bentuk keseluruhan gigi yang terlibat.
D.
Fusion
Fusi gigi merupakan hasil dari penggabungan dua benih gigi yang sedang
berkembang. Fusi merupakan keabnormalan pada gigi yang terjadi pada cap
stage. Beberapa peneliti mengatakan bahwa fusi merupakan hasil ketika dua benih
gigi berkembang sangat dekat dan, ketika mereka tumbuh, mereka akan berkontak
dan berfusi sebelum kalsifikasi. Peneliti lain mengatakan bahwa tekanan yang
dihasilkan selama perkembangan menyebabkan kontak dari dua bud yang
bersebelahan.
35
2.
Gemination
Geminasi merupakan anomaly yang terjadi ketika satu tooth bud mencoba
untuk membelah. Hasilnya dapat berupa invaginasi mahkota dengan pembelahan
sebagian atau, pada kasus yang jarang terjadi, pembelahan sempurna dari mahkota
sampai akar, menghasilkan struktur yang identik.
Geminasi merupakan keabnormalan pada gigi yang terjadi pada cap stage,
dan faktor etiologinya adalah herediter.
3. Amelogenesis Imperfecta
Amelogenesis imperfecta adalah anomaly genetic yang terjadi karena mutasi
yang mungkin terjadi pada satu dari empat gen yang berbeda yang berperan pada
pembentukan enamel. Enamel gigi yang mengalami amelogenesis imperfecta
dapat kurang struktur normal prismatic dan berlapis pada ketebalannya atau pada
tepi. Hasilnya, gigi ini lebih resisten terhadap karies.
4. Dentinogenesis Imperfecta
Email normal terbentuk, tetapi dentin kurang mineralisasinya sehingga gigi
tampak kebiru-biruan, merah, akar pendek berliku-liku, dapat obliterasi, email
dapat pecah karena sokongan dentin yang lemah, dentin cepat abrasi, erosi, dan
akar terlihat. Biasanya merupakan bagian osteogenesis imperfecta.
5. Hypoplasia Enamel
36
Enamel hipoplasia adalah defisiensi kualitas enamel karena terjadinya
penyimpangan pada tahap aposisi. Hipoplasia email sering ditemukan dan sering
terjadi pada sekitar 10 % populasi. Hipoplasia email merupakan istilah untuk
menunjukkan pembentukan defek sempurna pada email yang menghasilkan cacat
menyeluruh atau perubahan dalam bentuk. Hipoplasia email dapat mengenai gigi
susu atau tetap.
Penyakit sistemis disertai kelainan degeneratif sewaktu hamil, juga dapat
herediter dan terjadi kelainan degeneratif pada sel ameloblas yang mengganggu
pembentukan email. Bila sel ameloblas mengalami kerusakan selama periode
pembentukan gigi. Yaitu dalam masa pembentukan matriks email, gigi akan
mengalami defek dalam pembentukannya.
Banyak faktor baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui dapat
menimbulkan jejas pada sel ameloblas dan menyebabkan hipoplasia. Defisiensi
nutrisi dari vitamin A, C, D dapat menyebabkan hypoplasia.
LO 6
:
Mampu mengetahui dan memahami kelainan
Disharmoni Dento Maksilla ( DDM )
Mampu Mengetahui dan Memahami Kelainan DDM
Disharmoni dentomaksiler ialah suatu keadaan disproporsi antara besar gigi
dan rahang dalam hal ini lengkung geligi. Etiologi disharmoni dentomaksiler
adalah faktor herediter. Karena tidak adanya harmoni antara besar gigi dan
lengkung gigi maka keadaan klinis yang dapat dilihat adalah adanya lengkung
geligi dengan diastema yang menyeluruh pada lengkung geligi bila gigi-geligi
kecil dan lengkung geligi normal, meskipun hal ini jarang dijumpai. Keadaan
yang sering dijumpai adalah gigi-geligi yang besar pada lengkung geligi yang
normal atau gigi yang normal pada lengkung geligi yang kecil sehingga
menyebabkan letak gigi berdesakan. Meskipun pada disharmoni dentomaksiler
37
didapatkan gigi-geligi berdesakan tetapi tidak semua gigi yang berdesakan
disebabkan
karena
disharmoni
dentomaksiler.
Disharmoni
dentomaksiler
mempunyai tanda-tanda klinis yang khas. Gambaran maloklusi seperti ini bisa
terjadi di rahang atas maupun di rahang bawah.
Faktor utama penyebab DDM adalah faktor herediter atau keturunan,
misalnya seorang anak mewarisi ukuran gigi ibunya yang cenderung berukuran
kecil dan anak tersebut mewarisi ukuran lengkung geligi ayahnya yang berukuran
relatif besar. Sehingga terjadi diastema menyeluruh dikarenakan disproporsi
ukuran gigi dan lengkung geligi. Selain itu ada beberapa faktor lain yang juga
mendukung timbulnya kelainan ini, yaitu faktor lokal seperti gaya hidup, misalnya
anak tersebut kurang mengkonsumsi makanan keras sehingga pertumbuhan
rahang kurang maksimal, dan ukuran rahang menjadi lebih kecil dari ukuran yang
seharusnya. Hal ini menyebabkan DDM tipe transitoir. Pada DDM tidak harus
terjadi pada kedua rahang ataupun pada kedua sisi, DDM bisa terjadi hanya pada
salah satu sisi ataupun pada salah satu rahang. Namun pada umumnya DDM lebih
sering terlihat pada rahang atas, karena lengkung rahang untuk tempat erupsi gigi
permanen pada rahang atas hanya terbatas pada tuberositas maksila saja,
sedangkan pada rahang bawah sampai pada ramus ascenden.
38
2. Diastema menyeluruh, tidak adanya harmoni antara besar gigi dan lengkung
gigi yaitu ukuran gigi kecil dengan lengkung geligi normal ataupun ukuran
gigi normal dengan lengkung geligi yang besar.
3. Tipe transitoir, ketidakharmonisan erupsi gigi dengan pertumbuhan tulang,
yang menyebabkan gigi berdesakan. DDM tipe transitoir ini bisa terkoreksi
seiring bertambahnya usia karena pertumbuhan tulang rahang dan ukuran gigi
tetap, sehingga keterlambatan pertumbuhan, maka tidak dianjurkan melakukan
pencabutan karena dapat menyebabkan diastema. Untuk mendiagnosa DDM
tipe transitoir bisa dilakukan perbandingan antara gambaran normal gigi geligi
saat itu dengan gamaran dari gigi pasien.
LO 7
:
Mampu
Gambaran
Mengetahui
Radiograf
dan
Memahami
Panoramik
dan
39
4. Evaluasi.
Dapat digunakan dalam mengevalusi selama dilakukan perawatan
ortodontik. Dilakukan pembandingan sefalogram yang diambil sebelum
perawatan, sewaktu perawatan dan setelah dilakukan perawatan.
Mikronagtia
40
Panoramik
Merupakan suatu teknik yang menghasilkan radiografi yang memperlihatkan
struktur facial mencakup rahang maksila dan mandibula
Fungsi :
1. Melihat kondisi gigi, benih gigi serta tulang alveolar
2. Rencana perawatan ortodonti yang diperlukan untuk mengetahui gigi atau
benih gigi
3. Mengetahui ada tidaknya fraktur pada tulang maksila maupun mandibula
Supernumerary Teeth
Parapremolar
41
Terdapat gambaran radiograf
tambahan gigi yang berada
diantara premolar 1 dan
premolar 2
Mesiodens
Terdapat gambaran
radiograf tambahan gigi
yang berada diantara insisiv
central
Macrodontia
Terdapat gambaran
radiograf insisiv lateral
pada sebelah kiri
memiliki ukuran yang
lebih besar dari
normalnya.
42
Microdontia
Cleft Palate
43
DAFTAR PUSTAKA