Anda di halaman 1dari 43

1

STEP 1
1. Foto sefalometri
Foto sefalometri adalah salah satu teknik radiografi yang cara pengambilan
gambarnya diambil dari arah lateral (samping kepala), teknik ini memiliki
kekurangan yaitu gambar tidak jelas di bagian yang tidak ingin kita amati.
2. Palatoversi
Pertumbuhan gigi mengarah ke palatal
3. Distoklusi
( Dibahas pada saat step 7 )
4. Neutroklusi
( Dibahas pada saat step 7 )
5. Ektostema
Pertumbuhan gigi di luar garis oklusi
6. Disharmoni Dento Maksila (DDM)
Tidak kesesuaian antara pertumbuhan gigi dan rahang sehingga
menyebabkan gigi berjejal ataupun adanya diastema
7. Bukoversi
Pertumbuhan gigi mengarah ke bukal. Istilah ini digunakan untuk gigi gigi
posterior
8. Foto Panoramik
Teknik radiografi ekstraoral yang melihat seluruh gigi rahang atas dan
rahang bawah serta adanya kelainan (resorbsi tulang tulang alveolar, TMJ,
fraktur mandibula) yag cara pengambilan gambarnya dengan rotasi dari
sisi sebelah kanan ke sisi sebelah kiri

STEP 2
1. Mengapa ketika pertumbuhan gigi sulung terlihat rapi tetapi pada
pertumbuhan gigi geligi tampak berjejal?
2. Bagaimana hubungan gigi saling tumpang tindih dengan perdarahan
sewaktu gosok gigi?
3. Apa saja factor penyebab gigi berjejal dan ukuran lengkung rahang yang
sempit?
4. Apa hubungan antara kondisi gigi dan lengkung rahang ayah dan ibu
dengan gigi dan lengkung rahang anak?

2
5. Dari semua kelainan yang dialami pasien, kelainan apa saja yang termasuk
6.
7.
8.
9.

kelainan kongenital?
Apa yang nampak pada foto panoramic dan sefalometri ketika DDM?
Mengapa yang mengalami ektostema hanya gigi caninus?
Bagaimana keterkaitan maloklusi dengan pertumbuhan gigi geligi?
Apa yang menyebabkan gigi menjadi palatoversi dan bukoversi?

STEP 3
1. Karena terjadi disharmoni antara pertumbuhan gigi geligi dengan
pertumbuhan rahang. Dengan kemungkinan Ukuran rahang tetap,
sedangkan ukuran gigi geligi mengalami pertumbuhan. Yang kita ketahui,
ukuran gigi permanen lebih besar dibandingkan dengan gigi sulung
sehingga gigi akan tampak berjejal. Seharusnya, pertumbuhan gigi sulung
yang baik itu ada space ( distema ) bukan tidak ada celah sama sekali agar
ketika gigi permanen erupsi, ruang yang akan ditempati oleh gigi
permanen itu cukup dan tidak menimbulkan ektostema yang dikarenakan
tidak ada tempat untuk tumbuhnya gigi permanen. Sehingga gigi
permanen yang akan erupsi mencari tempat yaitu diluar lengkung oklusi.
Penyebab dari gigi berjejal itu juga dapat disebabkan karena terlambatnya
gigi sulung yang tanggal ataupun erupsi premature dari gigi permanen.

2. Gigi saling tumpang tindih (berjejal) akan mengakibatkan seseorang sulit


untuk membersihkan sisa sisa makanan di sela sela gigi pada waktu
menggosok gigi sehingga akan meningkatkan timbunan plak di sulcus
gingiva yang akan memicu peradangan. Karena terjadi peradangan, maka
tubuh akan memberikan respon inflamasi berupa pendarahan (mudah
berdarah).
3. Kemungkinan ada kelainan pada proses :
a. Tumbuh kembang janin ( adanya kelainan koengenital )
b. Perkembangan saat postnatal
Kelainan pada proses tumbuh kembang janin tersebut dapat dipengaruhi
oleh kondisi hormonal, stress dan lain lain pada masa kehamilan ibu.

3
4. Hubungan antara kondisi gigi dan lengkung rahang ayah dan ibu terhadap
gigi dan lengkung rahang anak adalah berhubungan. Karena kemungkinan
adanya perpaduan antara gen ayah dan ibu yang diturunkan ke anak, misal:
a. Ayah menurunkan gen ukuran gigi yang normal sedangkan ibu
menurunkan gen ukuran lengkung rahang yang sempit, maka gigi anak
akan tampak berjejal.
b. Ayah menurunkan gen ukuran gigi yang besar sedangkan ibu
menurunkan gen ukuran lengkung rahang yang normal, maka gigi anak
juga akan tampak berjejal.
5. Dari scenario dapat disimpulkan menjadi :
a. Kelainan kongenital : adanya rahang sempit
b. Kelainan post natal : arah gigi palatoversi, bukoversi, ekstostema, dan
tidak adanya celah antar gigi residui
Dengan adanya rahang yang sempit dapat menyebabkan perubahan
arah gigi seperti palatoversi dan bukoversi, gigi tidak tumbuh ditempat
yang sebenarnya (eltostema) serta tidak adanya celah antar gig sulung.

6. Ketika dilakukan pengambilan gambar radiografi dengan teknik


panoramic akan terdapat gambaran radiopaque pada gigi geligi karena
adanya overlapping (gigi saling tumpang tindih). Sedangkan ketika
dilakukan pengambilan gambar radiografi dengan teknik sefalometri akan
nampak bagaiman oklusi pasien tersebut. Oklusinya benar atau tidak.
7. Karena gigi caninus adalah gigi anterior yang erupsi paling terakhir dan
ketika gigi tersebut erupsi, ruang yang untuk gigi tersebut sudah ditempati
dengan gigi yang lain sehingga gigi caninus akan mencari tempat untuk
tumbuh yaitu diluar lengkung oklusi (ektostema).
8. *
9. *
NB : * dibahas lebih lanjut di LO (STEP 7)

ETIOLOGI :

PREDISPOSISI :

Herediter
STEP
4

Nutrisi, hormonal, dll.

Kelainan Tumbuh Kembang Struktur Sistem Mastikasi

Jaringan Keras

Jaringan Lunak

Gingiva

Mukosa

Lidah

Bibir

Palatum

Rahang

STEP 5

Ukuran

1. Mampu mengetahui dan memahami factor factor penyebab kelainan


tumbuh kembang struktur mastikasi
2. Mampu mengetahui dan memahami macam macam oklusi

Pemeriksaan Radiograf

Malposisi Gigi

Gigi

Arah

5
3. Mampu mengetahui dan memahami malposisi gigi dan penyebabnya
4. Mampu mengetahui dan memahami kelainan pertumbuhan

dan

perkembangan jaringan lunak


5. Mampu mengetahui dan memahami

dan

kelainan

pertumbuhan

perkembangan jaringan keras


6. Mampu mengetahui dan memahami kelainan Disharmoni Dento Maksila
(DDM)
7. Mampu mengetahui dan memahami gambaran radiografi panoramic dan
sefalometri dari kelainan tumbuh kemabng struktur mastikasi

STEP 7
LO 1

Mampu mengetahui dan memahami factor


factor penyebab kelainan tumbuh kembang
struktur mastikasi
A. Faktor Genetik dan Kromosom
Kelainan kongenital pada ayah dan ibu dapat kemungkinan besar
mempengaruhi dari kelainan kongenital pada anak, gen yang normal
maupun tidak normal dapat diturunkan dari generasi ke generasi
berikutnya, Seperti contoh berikut

Pewarisan
kelainan susunan genetik, dapat kita lihat pada orang yang
mengalami

penyakit

syndrome

Down

(Mongolism)

6
mendapat pewarisan gen dengan trisomi pada kromosom
nomor 21.

Pewarisan gen
yang normal juga dapat menimbulkan suatu kelainan
dengan pola berikut

Ukuran Gigi
Besar
Normal
Kecil

AYAH
Ukuran Rahang
Besar
Normal
Kecil

Hasil
Normal
Normal
Normal

Ukuran Gigi
Besar
Normal
Kecil

IBU
Ukuran Rahang
Besar
Normal
Kecil

Hasil
Normal
Normal
Normal

ANAK
Ukuran Gigi

Ukuran Rahang

Hasil

Besar

Besar

Normal

7
Normal

Normal

Normal

Kecil

Kecil

Normal

Besar

Kecil

Tidak Normal

Kecil

Besar

Tidak Normal

B. Faktor Infeksi
Infeksi virus pada ibu hamil sering menimbulkan gejala yang nyata,
atau tidak ada pengaruhnya terhadap ibu itu sendiri, tetapi
menimbulkan akibat yang serius pada masa organogenesis, beberapa
infeksi yang menyebabkan terjadinya tergangunya atau kelainan
kongenital

adalah

TORCH

diantaranya

Toxoplasma,

Rubella,

Cytomegalo Virus, Herpes Virus.

C. Radiasi
Setelah terjadi pembuahan, sel-sel menjadi sangat radiosensitif dan
mudah rusak oleh karena radiasi. Sinar radiasi akan ber-efek desrupsi
dan diferensiasi jaringan.
D. Sifat teratogen pada obat-obatan
Sifat teratogenik adalah berbagai macam bahan penyebab terjadinya
bahan-bahan

yang

dapat

menyebabkan

kelainan

pada

masa

perkembangan janin. Terutama pada masa organogenesis. Bahan-bahan


yang mungkin bersifat teratogen diantaranya, diazepam, penisilamin,
fenotiazines.
E. Trauma :
Prenatal :
Asimetri lutut dan kaki dapat menekan muka. Sehingga menjadi asimetri
dan menghambat pertumbuhan mandibula.
F. Kelenjar endokrin :
Ketidakseimbangan
kelenjar
endokrin

mampu

mempengaruhi

metabolisme zat-zat dalam tubuh dan mempengaruhi pada tumbuh


kembang kraniodentofasial.
- Hormon somatotropin
: disekresi pada minggu ke 9-20
- Hormon tiroid
: menghasilkan TSH dan TRH pada minggu
ke 12-24dan mempengaruhi susunan saraf dan retradasi mental.

8
-

Hormon insuli

: disekresi pada bulan ke 6. Digunakan untuk

keseimbangan glukosa darah dan sintesis protein

LO 2
:
Mampu mengetahui dan memahami macam
macam oklusi
1. Macam Macam Oklusi
A. Klasifikasi Angle
Klasifikasi Angle didasarkan pada gigi molar pertama permanen
karena merupakan gigi yang pertama kali tumbuh dan merupakan gigi
yang terbesar sehingga bisa mencapai zygomatikum
1

Kelas I Angle ( Neutroklusi )


Merupakan oklusi normal dimana cusp mesiobukal gigi
molar pertama permanen rahang atas berada pada bukal groove

molar pertama permanen rahang bawah


Kelas II Angle ( Distoklusi )
Merupakan salah satu maloklusi dimana bukal groove gigi
molar pertama permanen rahang bawah berada pada sisi distal cusp
mesiobukal dari gigi molar pertama permanen rahang atas. Kelas II

dibagi menjadi 2 divisi,


Divisi 1 maksilanya lebih labioversi.
Divisi 2 mandibula lebih linguoversi
Kelas III Angle ( Mesioklusi )

9
Merupakan salah satu jenis maloklusi dimana bukal groove
gigi molar pertama permanen rahang atas berada pada sisi mesial
cusp mesiolingual, sehingga menyebabkan overjet terbalik.

TABLE ANGLES CLASSIFICATIONS OF MALOCCLUSION AND FACIAL


PROFILES

10

a) Crowding
Kondisi oklusi gigi geligi antara RA dan RB tampak tidak beraturan (gigi
berjejal)
b) Open bite
Gigitan terbuka (open bite), yaitu keadaan di mana terdapat celah atau
ruangan atau tidak ada kontak di antara gigi-gigi atas dengan gigi-gigi
bawah apabila rahang dalam keadaan hubungan sentrik.
c) Cross bite
Gigitan silang (cross bite), yaitu keadaan di mana satu atau beberapa gigi
atas terdapat di sebelah palatinal atau lingual gigi-gigi bawah. Dikenal
beberapa macam cross bite :
a. Anterior cross bite, yaitu keadaan di mana gigi insisivi atas terdapat di
sebelah lingual gigi insisivi bawah.

11
b. Posterior cross bite, macamnya :
1) Buccal cross bite atau outer cross bite, yaitu keadaan di mana tonjol
palatinal gigi posterior atas terdapat di sebelah bukal tonjol bukal gigi
posterior bawah.
2) Lingual cross bite, yaitu keadaan di mana tonjol bukal gigi posterior
atas terdapat pada fossa sentral gigi posterior bawah.
3) Complete lingual cross bite atau inner cross bite atau scissor bite, yaitu
keadaan di mana tonjol bukal gigi posterior atas terdapat di sebelah
lingual tonjol lingual gigi posterior bawah.

c.

a.

b.

d.

a. anterior cross bite b. buccal cross bite/ outer cross bite c. lingual cross
bite d. complete lingual cross bite / inner cross bite/ scissor cross bite
d) Diastema
Terlihat ada space (jarak) antara gigi yang satu dan yang lainnya.
e) Deep bite

12
Gigitan dalam (deep bite), terlihat gigi yang terdapat pada RA saat oklusi
sampai menyentuh bagian gingiva dari RB.
f) Edge to edge
Terlihat bertemunya antara edge atau incisal edge dari gigi anterior RA
dengan edge atau incisal edge gigi RB.
B. Klasifikasi Insisivus
Beberapa dokter gigi menganggap

lebih

mudah

untuk

mengklasifikasikan hubungan insisivus secara terpisah dari hubungan


segmen bukal. Hubungan insisivus mungkin tidak sama dengan hubungan
segmen bukal dan pada keadaan ini, sebaiknya keduanya diketahui. Selain
itu, tujuan utama perawatan orthodonti adalah untuk memperoleh
hubungan insisivus normal dan oleh karena itu klasifikasi maloklusi harus
dipertimbangkan.

Walaupun

istilah

angle

digunakan

dalam

mengklasifikasi hubungan insisivus, harus ditekankan bahwa klasifikasi


ini bukan klasifikasi Angle.
a.) Klas I
Insisal edge bawah beroklusi dengan bagian tengah permukaan
palatal insisivus atas atau terletak langsung dibawahnya bila overbite
incomplete.
b.) Klas II
Insisal edge bawah terletak dibelakang bagian tengah permukaan
palatal insisivus atas. Hubungan insisivus klas II dibagi menjadi:
Divisi 1: Insisivus atas proklinasi
Divisi 2: Insisivus pertama atas retroklinasi

c.) Klas III


Insisal edge bawah terletak dibagian depan tengah permukaan
labial insisivus atas.

13
LO 3
:
Mampu mengetahui dan memahami malposisi
gigi dan penyebabnya
Macam Macam Malposisi Gigi

Macam-macam malposisi gigi individual :


a) a. Arah mesiodistal : mesioversi distoversi

Mesioversi

: pertumbuhan gigi ke arah mesial dari normal

Distoversi

: pertumbuhan gigi ke arah distal dari normal

b) Arah labiopalatinal : labioversi - palato / linguoversi


Labioversi
: pertumbuhan gigi ke arah labial dari normal
Palatoversi : pertumbuhan gigi ke arah palatal dari normal
Linguoversi : pertumbuhan gigi ke arah lingual dari normal
c) Arah bukopalatinal : bukoversi - palato / linguoversi
Bukoversi
: pertumbuhan gigi ke arah bukal dari normal
Palatoversi : pertumbuhan gigi ke arah palatal dari normal
Linguoversi : pertumbuhan gigi ke arah lingual dari normal
d) Arah vertikal
: supraversi-infraversi
e) Perputaran aksis
: rotasi / torsiversi
Rotasi
: perubahan orientasi gigi dalam lengkung gigi
(perputaran)
f) Pertukaran tempat
: transversi
g) Transposisi
: gigi berpindah posisi erupsinya di daerah gigi
lainnya
h) Kombinasi, misalnya distolabioversi
i) Erupsi ektopik

14
Pada erupsi ektopik, satu atau beberapa gigi erupsi ke lokasi
abnormal di luar lengkung gigi yang normal, biasanya akibat kurangnya
ruangan, seperti ektostema yang terjadi pada gigi caninus. Keadaan ini
dapat mengakibatkan penumpukan atau barisan ganda pada gigigeligi.keadaan ini sering terjadi jika gigi-geligi sulung masih bertahan
sedang gigi permanen penggantinya sudah erupsi di sebelah lingual.
Arah pertumbuhan dari erupsi ektopik ini dapat disebabkan oleh
karena adanya struktur anatomis normal dari jaringan keras RM sehingga
pada kasus erupsi ektopik dari caninus yang ke arah labial akibat dari
terhalang oleh palatum keras sehingga menutup arahnya ke arah palatal

LO 4
:
Mampu

mengetahui

dan

memahami

kelainan pertumbuhan dan perkembangan


jaringan lunak
A. GINGIVA
a.) Pembentukan gingiva

akhir
pembentuka
n matriks
enamel

erupsi

produksi gigi akan


mendekati
kutikula
mukosa oral
enamel
primer
epitel akan
tereduksi dan
dilingkupi sel
melebur
bersama epitel
epitel
rongg mulut

epitel gigi
membentuk
epitel
tereduksi

attachment
b.) Fibromatosis Gingiva

menutupi
permukaan
terpisah dari
enamel
permukaan
gigi

15
Fibromatosis Gingiva merupakan pembesaran gusi yang difus
dengan karakteristik pertumbuhan komponen jaringan ikat yang
berlebihan.

Etiologi : Kelainan ini disebabkan karena faktor genetik (diturunkan) yang


merupakan suatu ciri autosomal dominan.
Gejala Klinis :
a. Gingiva menjadi padat, berwarna normal, dan dapat menghalangi
erupsi gigi, serta menutupi mahkota gigi geligi.
b. Keadaan tersebut timbul pada masa awal kanak-kanak dan menjadi
lebih menonjol dengan bertambahnya usia.
c. Pembesaran biasanya menyeluruh dan tanpa radang, mengenai
permukaan bukal dan lingual dari kedua rahang dengan seimbang.

Pengobatan : Pengangkatan jaringan gingiva yang membesar.

B. LIDAH
a.) Pembentukan lidah
Lidah muncul pada sekitar 4 minggu perkembangan dalam bentuk
dua penebalan lidah lateral dan satu penebalan medial, tuberkulum impar.

16
Ketiga penebalan ini berasal dari arkus faring pertama. Penebalan medial
kedua, kopula atau eminensia hipobrankialis yang dibentuk oleh
mesoderm arkus kedua, ketiga dan sebagian keempat. Akhirnya, penebalan
medial ketiga yang dibentuk oleh bagian posterior arkus keempat,
menandai terbentuknya epiglotis. Tepat dibelakang penebalan ini terdapat
aditus laringis yang diapit oleh penebalan ariteoid.
Seiring dengan semakin besarnya ukuran penebalan lidah lateral,
penebalan tersebut menutupi tuberkulum impar dan menyatu membentuk
2/3 anterior atau korpus lidah. Karena mukosa yang menutupi kospus
linguae berasal dari arkus faring pertama, persarafan sensorik ke daerah ini
dilakukan oleh nervus mandibularis (cabang nertvus trigeminus).
Korpus linguae dipisahkan dari sepertiga posterior oleh alur berbentuk V,
sulkus terminalis.
Bagian posterior atau pangkal lidah berasal dari arkus faring kedua,
ketiga, dan sebagian dari ke empat. Kenyataan bahwa saraf sensorik ke
bagian lidah dilakukan oleh nervus glosofaringeus menunjukkan bahwa
jaringan arkus ketiga tumbuh melewati arkus kedua.
Epiglotis dan bagian paling posterior lidah disyarafi oleh nervus
laringeus superior yang mencerminkan bahwa bagian ini berkembang dari
arkus keempat. Sebagian otot lidah mungkin berdiferensiasi di situ, tapi
sebagaian besar dibentuk oleh mioblas yang berasal dari somit iksipital.
Karena itu otot-otot lidah di syarafi oleh nervus hipoglosus.
Persarafan sensorik umum lidah mudah dipahami. Korpus linguae
disyarafi oleh nervus trigeminu, saraf arkus pertama pangkal lidah di
syarafi oleh nervus glosofaringeus dan nervus vagus, masing-masing
adalah saraf arkus ketiga dan keempat. Persarafan sensorik khusus
(pengecapan) ke dua pertigan anterior lidah dilakukan oleh cabang korda
timpani nervus fasialis, sedangkan sepertiga posteriornya oleh nervus
glosofaringeus.
1. Arkus faring pertama

17
Arkus faring pertama terdiri dari bagian dorsal, prosesus maksilaris yang
meluas kedepan di bawah daerah mata, dan bagian ventral, prosesus
mandibularis yang mengandung kartilago meckel. Selama perkembangan
lebih lanjut, kartilago meckel lenyap kecuali dua bagian kecil di ujung
dorsalnya yang menetap dan membentuk inkus dan maleus. Mesenkim
prosesus maksilaris membentuk premaksila, maksila, os. Zigomatikum, dan
sebagian os. Temporal melalui osifikasi membranosa. Mandibula juga
dibentuk oleh osifikasi membranosa jaringan mesenkim yang mengeliligi
kartilago meckel. Selain itu, arkus pertama ikut membentuk tulang-tulang
telinga tengah.
Otot arkus faring pertama mencakup otot pengunyahan (m.temporalis,
m. Maseter, m. Pterigoideus), venter anterior m. Digastrikus, serta m.
Milohioideus, m. Tensor timpani, dan m. Tensor veli palatini. Persarafan otototot arkus pertama diberikan oleh n.optalmikus, n. Maksilaris, dan n.
Mandibularis (cabang n. Trigeminus)
Otot arkus tidak selalu melekat ke komponen tulang atau tulang rawan
arkus itu sendiri tetapi kadang-kadang bermigrasi di daerah sekitar.
Bagaimanapun, asal dari otot-otot ini selalu dapat ditelusuri, karena
persyarafannya datang dari arkusnya sendiri.
2. Arkus faring kedua
Tulang rawan arkus kedua atau arkus hioid membentuk stapes, prosesus
stioideus os temporal, ligamentum stilohioideum. Dan di sebelah ventral,
kornu minus dan bagia atas korpus hioideum. Otot arkus ini adalah
m.stapedius, m. Stilohiodeus, venter posterior m. Digastrikus, m. Aurikularis,
dan otot otot ekspresi wajah. Nervus fasialis, saraf arkus kedua, mensyarafi
semua otot ini.
3. Arkus faring ketiga

18
Tulang rawan arkus faring ketiga menghasilkan bagian bawah kornu
mayus os hioideum. Susunan ototnya terbatas pada m. Stilofaringeus. Otot ini
disyarafi oleh nervus glosofaringeus, saraf arkus ketiga.
4. Arkus faring keempat dan keenam
Komponen tulang rawan arkus faring keempat dan keenam menyatu
untuk membentuk kartilago laring : kartilago tiroidea, krikoidea, ariteniodea,
kornikulata, dan kuenirformis. Oto arkus keempat (m. Krikotiroideus, m.
Levator veli palatini, m. Konstriktorfaringis) disarafi oleh nervus laringeus
superior (cabang nervus vagus), saraf arkus keempat. Otot instriksik laring
disarafi oleh nervus laringeus rekurens.
b.) Makroglosia

Pembesaran lidah

Disebabkan oleh hipertrofi otot lidah

Terlihat pada penderita Sindrom Down dan Kretinisme kongenital

Lidah yg besar akan mendorong gigi

c.) Mikroglosia

Lidah yg kecil

19

Terlihat pada penderita sindrom pierre robin yang merupakan kelainan


herediter

Disebabkan oleh cacat pada saraf hipoglossus yang mempersarafi lidah

d.) Ankiloglosia (tongue tie)

Melekatnya sebagian atau seluruh bagian lidah ke dasar mulut

Pergerakan lidah terhambat dan penderita tidak dapat menyentuh bagian


palatum keras saat membuka mulut

Disebabkan oleh frenulum lingualis melekat terlalu jauh

e.) Median romboid glositis

20

Kelainan kongenital berupa lesi ganas akibat kelainan perkembangan


embrional

Kedua tuberkulum lidah tidak bertemu di tengah lidah dan tidak menutup
yang disebut tuberkulum impar. Bagian tengah tampak seperti sebuah
daerah berbentuk belah ketupat dengan warna kemerahan serta permukaan
licin karena tidak ada papila filiformis

f.) Lidah geografik

Biasa terjadi pada anak-anak


Tampak kemerahan pada dorsum lidah akibat deskuamasi papila

filiformis
Daerah yang kemerahan tampak menonjol dengan batas tegas
berwarna putih kekuningan

g.) Hairy tongue

Lidah tampak berambut karena hipertrofi papila filiformis


Biasanya terjadi pada bagian tengah ke belakan lidah

21

LO 5
:
Mampu mengetahui dan memahami kelainan
pertumbuhan dan perkembangan jaringan keras
Pembentukan wajah

Branchial arch
Setiap branchial arch terdiri dari inti jaringanmesenkim yang dilapisi

oleh ectoderm di permukaan luar dan epitel yang berasal dari endoderm di
sebelah dalam. Branchial arch di bentuk oleh jaringan mesenkim yang berasal
dari mesoderm, selain itu bagian inti dari branchial arch juga terdiri dari
neural crest yang bermigrasi ke branchial arch untuk ikut membentuk otot
wajah. Branchial arch ini mulai muncul sekitar minggu ketiga dan keempat.
Mula mula dibentuk branchial arch I, kemudian disusun dengan pembentukan
branchial arch II hingga branchial arch VI. Namun branchial arch V
merupakan struktur peralihan yang akan segera menghilang setelah terbentuk
dan tidak membentuk struktur yang permanen, sehingga branchial arch IV
bergabung dengan branchial arch VI.

22

Wajah
Pada akhir minggu keempat, muncul prominensia fasialis (tonjolan

wajah) yang terutama terdiri dari mesenkim yang berasal dari neural crest dan
dibentuk terutama oleh pasangan branchial arch I.

Disebelah lateral dari

stomodeum dapat dibedakan prominensia maksilaris, dan prominensia


mandibularis dapat ditemukan disebelah caudal dari stomodeum. Disebelah
cranial dari stomodeumterdapat prominensia frontonasalis. Di kedua sisi
prominensia frontonasalis, muncul penebalan local ectoderm permukaan yang
disebut plakoda nasalis.
Selama minggu kelima, plakoda nasalis (lempeng hidung) tesebut
mengalami invaginasi untuk membentuk fovea nasalis atau nasal pit. Dalam
prosesnya, terbentuk suatu hubungan jaringan yang mengelilingi masingmasing lekukan dan membentuk prominensia nasalis. Tonjolan di batas luar
lekukan adalah prominensia nasalis lateralis; tonjolan di batas dalam adalah
prominensia nasalis media.

23

Selama 2 minggu berikutnya, prominensia maksilaris, terus bertambah


besar. Secara bersamaan tonjolan ini tumbuh ke arah medial, menekan
prominensia nasalis mediana ke arah garis tengah. Selanjutnya celah antara
promnensia maksilaris lenyap dan keduanya menyatu. Karena itu, bibir atas
dibentuk oleh dua prominensia nasalis mediana dan dua prosminensia
maksilaris. Sementara itu prominensia nasalis lateralis akan membentuk
cuping hidung.

Segment Intermaksila
Akibat pertumbuhan prominensia maksilaris ke medial akan terbentuk

struktur yang disebut segmen intermaksila. Struktur ini terdiri dari (a)
komponen bibir yang membentul filtrum bibir atas; (b) komponen rahang atas
yang membawa empat gigi seri dan (c) komponen langit-langit yang
membentuk palatum primer yang berbentuk segitiga.

24

A. Segmen intermaksila dan prosesus maksilaris


B. Segmen intermaksila membentuk filtrum bibir atas, bagian
tengah tulang maksila dengan keempat gigi serinya, dan
palatum primer yang membentuk segitiga

Palatum sekunder
Bagian

utama palatum definitif dibentuk oleh dua pertumbuhan

berbenrtuk bilah dari prominensia maksilaris. Palatine shelves (vilah-bilah


palatum), muncul pada minggu keenam perkembangan dan mengarah oblik ke
bawah di kedua sisi lidah. Namun, pada minggu ketujuh, bilah-bilah palatum
bergerak ke atas untuk memperoleh posisi horizontal di atas lidah dan
menyatu

membentuk

palatum

sekunder.

Hal

ini

diirngi

dengan

berkembanganya rahang bawah yang menyebabkan ruang bertambah besar


sehingga lidah turun. Di sebelah anterior, bilah bilah palatum menyatu
dengan palatum primer yang berbentuk segitiga, dan foramen insisivum
adalah tanda utama di garis tengah antara palatum primer dan palatum
sekunder.

25

A. Potongan frontal kepala mudigah 6,5 minggu. Bilah bilah palatum


berada dalam posisi tegak lurus di kedua sisi lidah.
B. Pandangan ventral bilah-bilah palatum setelah rahang bawah dan
lidah diangkat.celah antara palatum primer yang berbetuk segitiga
dan bilah-bilah palatum yang masih tegak lurus

A. Potongan frontal kepala mudigah 7,5 minggu. Lidah telah bergeser ke


bawah, dan bilah-bilah palatum telah mencapai posisi horizontal.
B. Pandangan ventral bilah-bilah palatum setelah rahang bawah dan lidah
diangkat. Bilah-bilah palatum kini horizontal.

26

A. Potongan fronta kepala mudigah 10 minggu. Kedua bilah palatum telah


menyatu satu sama lain, begitu pula dengan septum nasale
B. Pandangan ventral palatum. Foramen insisisvum membentuk garis
tengah antara palatum primer dan sekunder.

Gangguan tumbuh kembang palatum


Bibir sumbing dan langit-langit sumbing adalah cacat yang sering

ditemukan dan menyebabkan kelainan penampakan wajah dan gangguan


berbicara. Karena posisi lidah kurangbaik akibat adanya celah antara rongga
mulut dan rongga hidung. Fungsi yang inadekuat dari palatum lunak setelah
perbaikan dapat menyebabkan sebagian aliran udara beralih dari hidung
sehingga menyebabkan hypernasal speech yaitu suara sengau akibat
peningkatan berlebih hembusan udara nafas melalui hidung, sehingga
menyebabkan gangguan artikulasi bicara. Cleft palate dapat terjadi unilateral
atau bilateral . cleft palate terjadi karena gagalnya penyatuan bilah-bilah

27
palatum yang mungkin disebabkan oleh ukurannya yang terlalu kecil,
kegagalan bilah-bilah palatum untuk meninggi, hambatan terhadap proses
penyatuan itu sendiri, atau kegagalan lidah untuk turun dari antara kedua bilah
palatum.
Gangguan pada palatum yang bersifat kongenital berupa :
1. celah pada palatum primer dari bibir hingga batas kaudal dari
tulang premaxillaris (anterior foramen insisivum) yang akan
2.

menyebabkan terjadinya cleft lip


Celah pada palatum sekunder termasuk pada bagian ini adalah
palatum durum dan palatum molle (posterior foramen insisivum)

yang akan menyebabkan terjadinya cleft palate


3. Kombinasi celah yang terletak anterior serta posterios dari foramen
insisivum.

28

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Celah pada palatum lunak dan uvula, unilateral


Celah bibir, unilateral
Celah bibir dan celah pada palatum keras, unilateral
Celah bibir, celah palatum meluas ke posterior sampai ke uvula, unilateral
Celah pada palatum lunak dan uvula, bilateral
Celah bibir,bilateral
Celah bibir dan celah pada palatum keras, bilateral
h. Celah bibir, celah palatum meluas ke posterior sampai ke uvula, bilateral

29
Pertumbuhan dan Perkembangan Mandibula (tulang rahang bawah)
Tulang rahang bawah (os mandibula) berasal dari Branchial Arch I bawah
atau mandibulaj Arch dan disebut pula Processus Mandubularis. Mula-mula
dibentuk tulang rawan Meckel di bagian lingual Processus Mandibularis.
Pertumbuhan dan perkembangan tulang Meckel ini berada dekat dengan
pembentukan N. Mandibularis. Pada saat N. Mandibularis dibentuk mencapai 1/3
dorsal tulang rawan Meckel, kemudian bercabang menjadi N. Alveolaris inferior
ke arah anterior dan bercabang lagi menjadi N.Mentalis dan N. Incisivus. Di
Tempat lateral percabangan inilah jaringan ikat pada fibrosa mengalami ossifikasi
(minggu ke-7). Pusat ossifikasinya sekitar for. Mentale. Kemudian pertumbuhan
dan perkembangan posterior membentuk rumus mandibulae hingga terbentuk
mandibula hingga terbentuk mandibula yang lengkap, sedang tulang rawan
Meckle menghilang
Gangguan Tumbuh kembang Mandibula

Mikronagsia/ Hipoplasia Mandibula


Hipoplasia mandibula merupakan

suatu

kelainan

pada

perkembangan tulang-tulang kranial yang tidak lengkap, kurang dan


disertai dengan terbentuknya defek pada daerah kondilus mandibula
berupa ukuran rahang bawah yang kecil dan tidak normal.
Tulang rawan dan tulang keras rahang mandibula dibentuk dari sel
neural crest embrionic yang berasal dari bagian otak tengah dan belakang
dari lipatan syaraf. Perkembangan mandibula dimulai pada awal minggu
keempat kehamilan, pada saat sel neural crest berpindah ke bagian depan
kepala dan leher untuk memulai pembentukan lengkung brankial.
Lengkung brankial pertama membentuk dua penonjolan, prominensia
Hipoplasia mandibula dipercaya disebabkan oleh kekurangan atau tidak
sempurnanya pembentukan neural crest atau perpindahan ke lengkung
brankial pertama selama minggu keempat. Hasil dari ketidaksempurnaan
ektomesenkim ini menyebabkan mandibula menjadi tidak berkembang.

30

a. Gambaran klinis hipoplasia mandibula


b. Gambaran radiografs hipoplasia
mandibula

Makronagtia
Makronagsia adalah rahang yang besar, dapat menimbulkan prognatisme.
Biasnya memiliki sifat turunan, tetapi fenomena pertumbuhan abnormal
seperti hiperpituitarism juga dapat menimbulkan pertumbuhan mandibula
yang berlebih, yang semakin parah dengan bertambahnya usia. Pada
akromegali, penderita mempunyai tumor kelenjar hipofisis yang akan

mendorongpertumbuhan terus menerus pada tempat tertentu.


Torus Palatinus
Merupakan pembentukan tulang normal yang berlebihan, tampak radiopak
dan dapat terjadi di beberapa tempat dari tulang rahang. Pada garis tengah
palatum keras, tampak massa tonjolan tunggal atau multiple di daerah
sutura palatal bagian tengah, berbentuk konveks, dapat pula berbentuk
gepeng, nodular atau lobular dan dinamakan torus palatinus

Pertumbuhan Gigi

31
Benih gigi mulai dibentuk sejak janin berusia 6 minggu dan berasal dari
lapisan ektodermal serta mesodermal. Lapisan ektodermal berfungsi membentuk
email dan odontoblast, sedangkan mesodermal membentuk dentin, pulpa, semen,
membran periodontal, dan tulang alveolar. Pertumbuhan dan perkembangan gigi
dibagi dalam tiga tahap, yaitu perkembangan, kalsifikasi, dan erupsi.. Tahap
perkembangan adalah sebagai berikut:
Inisiasi (bud stage)
Merupakan penebalan jaringan ectodermal sehingga membentuk kuntum
gigi atau dental lamina. Dental lamina merupakan benih gigi. Bila terjadi
gangguan pada tahap inisiasi, akan berakibat kelainan jumlah gigi :
1. Jumlah gigi kurang dari normal : Anodonsia
2. Jumlah gigi lebih dari normal : Hiperdonsia atau gigi supernumerari
Proliferasi (cap stage)
Pada tahap cap stage, terjadi poliferasi sel-sel organ enamel. Sehingga,
organ enamel menjadi besar dan membentuk cekungan atau topi. Sel-sel
mesenkim yang berada di bawah cekungan mengalami proliferasi, memadat, dan
bervaskularisasi membentuk papila gigi yang kemudian membentuk dentin dan
pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan
papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi
sementum, membran periodontal, dan tulang.
Bila terjadi gangguan pada tahap poliferasi, akan mengakibatkan kelainan
seperti fusi.
Histodiferensiasi (bell stage)
Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel bagian tepi dari papila
gigi menjadi odontoblas. Odontoblas mengeluarkan matriks dentin yang akan
berdiferensiasi menjadi dentin. Dentin merangsang pembentukan enamel di
atasnya. Sel-sel epitel email dalam (inner email epithelium) menjadi semakin
panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas yang akan berdiferensiasi
menjadi email.
Bila terjadi gangguan pada tahap histodiferensiasi, akan mengakibatkan
kelainan dalam struktur gigi, misalnya pada dentinogenesis imperfekta dan
amelogenesis imperfekta.

32
Morfodiferensiasi
Matriks dentin dan enamel disusun sedemikian rupa sehingga membentuk
batas yang merupakan gambaran dentinoenamel junction. Dentinoenamel junction
mempunyai sifat khusus yang bertindak sebagai pemberi bentuk dan ukuran yang
khas pada setiap gigi.
Bila pada tahap morfodiferensiasi terjadi gangguan, akan mengakibatkan
kelainan dalam bentuk dan ukuran gigi, misalnya insisif yang berbentuk pahat,
makrodonsia, dan mikrodonsia.
Aposisi
Pada tahap ini, terjadi pengendapan matriks dari struktur jaringan keras
gigi. Pertumbuhan aposisi dari enamel dan dentin adalah pengendapan yang
berlapis-lapis dari matriks extraseluler.
Bila terjadi gangguan pada tahap aposisi, akan mengakibatkan kelainan
atau perubahan struktur dari jaringan keras, misalnya hypoplasia enamel.
Kalsifikasi
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik
selama pengendapan matriks. Kalsifikasi dimulai selama pengendapan matriks
oleh endapan dari satu nidus kecil, selanjutnya nidus garam-garam kalsium
anorganik bertambah besar oleh tambahan lapisan-lapisan yang pekat.
Apabila kalsifikasi terganggu, akan menyebabkan kelainan hipokalsifikasi.
Kelainan pada Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Geligi
A.

Berdasarkan Jumlah Gigi

1. Supernumerary Teeth
Supernumerary teeth adalah gigi yang berkembang melebihi jumlah normal,
dan gigi yang berkembang tersebut dapat normal secara morfologis, atau
abnormal. Supernumerary teeth yang terletak diantara insisivus sentral maksila
disebutmesiodens. Supernumerary teeth yang terletak pada area premolar
disebut peridens, dan yang terletak pada area molar disebut distodens.
Supernumerary teeth merupakan keabnormalan yang terjadi pada tahap
inisiasi, dan faktor etiloginya adalah herediter.

33

2. Kehilangan Gigi
Tampilan dari kehilangan gigi dapat bervariasi, dari tidak adanya beberapa
gigi (hypodontia), tidak adanya sejumlah gigi (oligodontia), dan kegagalan
seluruh gigi untuk berkembang (anodontia).
Kehilangan gigi ini merupakan keabnormalan yang terjadi pada tahap inisiasi,
dan faktor etiologinya adalah herediter, disfungsi endokrin, penyakit sistemik,
atau terpapar radiasi secara berlebihan.

B.

Ukuran Gigi
1.

Macrodontia

Pada macrodontia, ukuran gigi lebih besar daripada ukuran normal.


Macrodontia jarang mengenai keseluruhan gigi. Biasanya macrodontia mengenai
satu gigi, gigi kontralateral, atau mengenai sekelompok gigi.
Macrodontia merupakan keabnormalan yang terjadi pada bud stage, dan
faktor etiologinya adalah herediter pada bentuk lokalisata, dan disfungsi endokrin
pada bentuk keseluruhan gigi yang terlibat.

34

2. Microdontia
Pada microdontia, ukuran gigi lebih kecil dibandingkan ukuran normal.
Seperti halnya macrodontia, microdontia dapat melibatkan semua gigi atau
terbatas pada satu gigi atau sekelompok gigi. Biasanya gigi insisivus lateral dan
molar ketiga yang ukurannya lebih kecil. Gigi yang supernumeraru dapat juga
mengalami microdontia.
Microdontia merupakan keabnormalan yang terjadi pada bud stage, dan faktor
etiologinya adalah herediter pada bentuk lokalisata, dan disfungsi endokrin pada
bentuk keseluruhan gigi yang terlibat.

D.

Morfologi Gigi yang Berubah


1.

Fusion

Fusi gigi merupakan hasil dari penggabungan dua benih gigi yang sedang
berkembang. Fusi merupakan keabnormalan pada gigi yang terjadi pada cap
stage. Beberapa peneliti mengatakan bahwa fusi merupakan hasil ketika dua benih
gigi berkembang sangat dekat dan, ketika mereka tumbuh, mereka akan berkontak
dan berfusi sebelum kalsifikasi. Peneliti lain mengatakan bahwa tekanan yang
dihasilkan selama perkembangan menyebabkan kontak dari dua bud yang
bersebelahan.

35

2.

Gemination

Geminasi merupakan anomaly yang terjadi ketika satu tooth bud mencoba
untuk membelah. Hasilnya dapat berupa invaginasi mahkota dengan pembelahan
sebagian atau, pada kasus yang jarang terjadi, pembelahan sempurna dari mahkota
sampai akar, menghasilkan struktur yang identik.
Geminasi merupakan keabnormalan pada gigi yang terjadi pada cap stage,
dan faktor etiologinya adalah herediter.

3. Amelogenesis Imperfecta
Amelogenesis imperfecta adalah anomaly genetic yang terjadi karena mutasi
yang mungkin terjadi pada satu dari empat gen yang berbeda yang berperan pada
pembentukan enamel. Enamel gigi yang mengalami amelogenesis imperfecta
dapat kurang struktur normal prismatic dan berlapis pada ketebalannya atau pada
tepi. Hasilnya, gigi ini lebih resisten terhadap karies.
4. Dentinogenesis Imperfecta
Email normal terbentuk, tetapi dentin kurang mineralisasinya sehingga gigi
tampak kebiru-biruan, merah, akar pendek berliku-liku, dapat obliterasi, email
dapat pecah karena sokongan dentin yang lemah, dentin cepat abrasi, erosi, dan
akar terlihat. Biasanya merupakan bagian osteogenesis imperfecta.

5. Hypoplasia Enamel

36
Enamel hipoplasia adalah defisiensi kualitas enamel karena terjadinya
penyimpangan pada tahap aposisi. Hipoplasia email sering ditemukan dan sering
terjadi pada sekitar 10 % populasi. Hipoplasia email merupakan istilah untuk
menunjukkan pembentukan defek sempurna pada email yang menghasilkan cacat
menyeluruh atau perubahan dalam bentuk. Hipoplasia email dapat mengenai gigi
susu atau tetap.
Penyakit sistemis disertai kelainan degeneratif sewaktu hamil, juga dapat
herediter dan terjadi kelainan degeneratif pada sel ameloblas yang mengganggu
pembentukan email. Bila sel ameloblas mengalami kerusakan selama periode
pembentukan gigi. Yaitu dalam masa pembentukan matriks email, gigi akan
mengalami defek dalam pembentukannya.
Banyak faktor baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui dapat
menimbulkan jejas pada sel ameloblas dan menyebabkan hipoplasia. Defisiensi
nutrisi dari vitamin A, C, D dapat menyebabkan hypoplasia.

LO 6
:
Mampu mengetahui dan memahami kelainan
Disharmoni Dento Maksilla ( DDM )
Mampu Mengetahui dan Memahami Kelainan DDM
Disharmoni dentomaksiler ialah suatu keadaan disproporsi antara besar gigi
dan rahang dalam hal ini lengkung geligi. Etiologi disharmoni dentomaksiler
adalah faktor herediter. Karena tidak adanya harmoni antara besar gigi dan
lengkung gigi maka keadaan klinis yang dapat dilihat adalah adanya lengkung
geligi dengan diastema yang menyeluruh pada lengkung geligi bila gigi-geligi
kecil dan lengkung geligi normal, meskipun hal ini jarang dijumpai. Keadaan
yang sering dijumpai adalah gigi-geligi yang besar pada lengkung geligi yang
normal atau gigi yang normal pada lengkung geligi yang kecil sehingga
menyebabkan letak gigi berdesakan. Meskipun pada disharmoni dentomaksiler

37
didapatkan gigi-geligi berdesakan tetapi tidak semua gigi yang berdesakan
disebabkan

karena

disharmoni

dentomaksiler.

Disharmoni

dentomaksiler

mempunyai tanda-tanda klinis yang khas. Gambaran maloklusi seperti ini bisa
terjadi di rahang atas maupun di rahang bawah.
Faktor utama penyebab DDM adalah faktor herediter atau keturunan,
misalnya seorang anak mewarisi ukuran gigi ibunya yang cenderung berukuran
kecil dan anak tersebut mewarisi ukuran lengkung geligi ayahnya yang berukuran
relatif besar. Sehingga terjadi diastema menyeluruh dikarenakan disproporsi
ukuran gigi dan lengkung geligi. Selain itu ada beberapa faktor lain yang juga
mendukung timbulnya kelainan ini, yaitu faktor lokal seperti gaya hidup, misalnya
anak tersebut kurang mengkonsumsi makanan keras sehingga pertumbuhan
rahang kurang maksimal, dan ukuran rahang menjadi lebih kecil dari ukuran yang
seharusnya. Hal ini menyebabkan DDM tipe transitoir. Pada DDM tidak harus
terjadi pada kedua rahang ataupun pada kedua sisi, DDM bisa terjadi hanya pada
salah satu sisi ataupun pada salah satu rahang. Namun pada umumnya DDM lebih
sering terlihat pada rahang atas, karena lengkung rahang untuk tempat erupsi gigi
permanen pada rahang atas hanya terbatas pada tuberositas maksila saja,
sedangkan pada rahang bawah sampai pada ramus ascenden.

Disharmoni dentomaksiler dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:


1. Tipe berdesakan, merupakan keadaan yang sering dijumpai yaitu ukuran
gigi-gigi yang berukuran besar pada lengkung geligi yang normal, atau ukuran
gigi normal pada lengkung geligi yang kecil sehingga menyebabkan letak gigi
berdesakan.

38
2. Diastema menyeluruh, tidak adanya harmoni antara besar gigi dan lengkung
gigi yaitu ukuran gigi kecil dengan lengkung geligi normal ataupun ukuran
gigi normal dengan lengkung geligi yang besar.
3. Tipe transitoir, ketidakharmonisan erupsi gigi dengan pertumbuhan tulang,
yang menyebabkan gigi berdesakan. DDM tipe transitoir ini bisa terkoreksi
seiring bertambahnya usia karena pertumbuhan tulang rahang dan ukuran gigi
tetap, sehingga keterlambatan pertumbuhan, maka tidak dianjurkan melakukan
pencabutan karena dapat menyebabkan diastema. Untuk mendiagnosa DDM
tipe transitoir bisa dilakukan perbandingan antara gambaran normal gigi geligi
saat itu dengan gamaran dari gigi pasien.

LO 7
:
Mampu
Gambaran

Mengetahui
Radiograf

dan

Memahami

Panoramik

dan

Sefalometrik dari Kelainan Tumbuh Kembang


Struktur Mastikasi
Sepalometric
Teknik radigrafi sepalometrik pertama kali dikemukakan oleh Pacini pada
tahun 1992. Melalui teknik ini dapat dipelajari ukuran yang yang bersifat
kuantitatif terhadap bagian bagian pada kepala untuk mendapatkan informasi
tentang kraniofacial

Fungsi dari teknik radiografi sepalometrik adalah sebagai berikut :


1. Mempelajari tumbuh kembang kraniofasial
2. Diagnosa / analisis kelainan kraniofasial
3. Dapat mengidentifikasi tipe tipe profil bentuk wajah ( cekung, cembung
atau lurus)

39
4. Evaluasi.
Dapat digunakan dalam mengevalusi selama dilakukan perawatan
ortodontik. Dilakukan pembandingan sefalogram yang diambil sebelum
perawatan, sewaktu perawatan dan setelah dilakukan perawatan.

Gambar radiografi sefalometrik

Mikronagtia

Gambaran radiografi sefalometri


dimana
terlihat
gambaran
mandibula yang lebih kecil dari
normalnya
yang
dinamakan
mikronagtia.

40

Panoramik
Merupakan suatu teknik yang menghasilkan radiografi yang memperlihatkan
struktur facial mencakup rahang maksila dan mandibula
Fungsi :
1. Melihat kondisi gigi, benih gigi serta tulang alveolar
2. Rencana perawatan ortodonti yang diperlukan untuk mengetahui gigi atau
benih gigi
3. Mengetahui ada tidaknya fraktur pada tulang maksila maupun mandibula

Supernumerary Teeth
Parapremolar

41
Terdapat gambaran radiograf
tambahan gigi yang berada
diantara premolar 1 dan
premolar 2

Mesiodens
Terdapat gambaran
radiograf tambahan gigi
yang berada diantara insisiv
central

Macrodontia

Terdapat gambaran
radiograf insisiv lateral
pada sebelah kiri
memiliki ukuran yang
lebih besar dari
normalnya.

42
Microdontia

Terdapat gambaran radiograf


pada premolar 2 sebelah
kanan memiliki ukuran yang
lebih besar dari normalnya.

Cleft Palate

43
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, R. 2011. Penanganan Kasus Hipoplasia Mandibula dengan Kombinasi


Teknik Osteodistraksi dan Genioplasti. Universitas Sumatra Utara
Foster, F. D. 2003. Buku Ajar Orthodonsi. Jakarta: EGC
Houston WJB.1990.Ortodonti Walther. Edisi ke 4. Terjemahan oleh drg. Lilian
Yuwono.1994. Jakarta:Hipokrates
Langlais, RP, dkk. 2015. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang sering ditemukan.
Jakarta: EGC
Sadler, T.W. . Langman Embriologi Kedokteran Ed. 10. Jakarta : EGC
Scheid, Rickne C. 2012. Woelfel Anatomi Gigi Edisi 8. Jakarta: EGC
Sperber, G.H. . Embriologi Kraniofasial Ed. 4.
Sulandjari, Heryumani. 2008. Buku Ajar Ortodonsia I KGO 1. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada
Wangidjaja, Itjingningsih. 2014. Anatomi Gigi Edisi 2. I. Jakarta: EGC
Prabawa, Made. 1998. Kejadian Bayi Lahir Dengan Kelainan Kongenital.
Semarang : FK Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai