Anda di halaman 1dari 20

41

nilai koefisien bersih menyeluruh (Uc) dan Overall design coefficient of heat transfer
(Ud). Selama ini pemahaman mahasiswa tentang heat exchanger hanya sebatas teori
yang didapatkan selama proses belajar di perguruan tinggi sehingga perlu dikaji lagi
bagian heat exchanger dalam skala industri terutama terkait tentang spesifikasinya
3.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami proses perpindahan panas pada alat Syn Gas Compressor
After Cooler di unit ammonia P-1B PT. Pusri Palembang
2. Untuk mengetahui nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk
permukaan kotor design dan aktual pada heat exchanger 124-C
3.4 Manfaat
Adapun Manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi peralatan dari aspek perpindahan panasnya.
2. Dapat menjadi informasi tambahan bagi industri dalam evaluasi dari heat
exchanger di unit ammonia P-1B PT. Pusri Palembang
3.5 Perumusan Masalah
Heat Exchanger 124-C di unit amoniak merupakan alat penukar panas yang
mulai beroperasi pada tanggal 4 April 1972. Alat tersebut telah beroperasi selama 41
tahun. Mengingat usia penggunaan yang sudah lama maka perlunya dievaluasi
bagaimana kinerja alat secara aktual ditinjau dari koefisien perpindahahan panas
keseluruhan untuk permukaan kotor.
3.6

Tinjauan Pustaka

3.6.1 Perpindahan Panas


Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali.
Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat
dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan. Proses terjadinya

42

perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara
tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak berhubungan
langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Menurut Holman,1995 mekanisme perpindahan panas terdiri atas :
a. Perpindahan Panas Secara Konduksi, merupakan perpindahan panas antara
molekul-molekul yang saling berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya
dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik.
b. Perpindahan Panas Secara Konveksi, merupakan perpindahan panas dari suatu
zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat tersebut secara fisik.
c. Perpindahan Panas Secara Radiasi, merupakan perpindahan panas tanpa melalui
media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat dihantarkan dari suatu tempat
ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang dingin) dengan pancaran
gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan berubah
menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.
Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh :
1. Koefisien over all perpindahan panas
Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida
dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses
konduksi dan konveksi
2. Selisih temperature rata-rata logaritmik (LMTD)
LMTD merupakan perbedaan temperature yang dipukul rata-rata setiap bagian
heat exchanger karena perbedaan temperature tiap bagian tidak sama

3.6.2 Heat Exchanger

43

Heat exchanger adalah suatu alat penukar panas yang digunakan untuk
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke fluida
lainnya melalui suatu proses yang disebut dengan proses perpindahan panas (heat
transfer).
Heat exchanger dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam (kern 1966),
yaitu :
1. Heat exchanger berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi :
a. Shell and Tube Exchanger , merupakan Heat exchanger dengan pipa besar
(shell) berisi beberapa tube yang relatif kecil.
b. Double Pipe Exchanger, merupakan Heat exchanger dimana pipa yang satu
berada di dalam pipa yang lebih besar yang merupakan dua pipa yang
konsentris
c. Box Cooler, merupakan Heat exchanger yang memiliki susunan pipa pia
atau beberapa bundle pipa dimasukkan ke dalam box berisi air
2. Heat exchanger berdasarkan jenis alirannya dibedakan menjadi :
a. Counter Current, merupakan jenis Heat exchanger dimana fluida panas
mengalir dengan arah yang berlawan dengan media pendinginnya
b. Co Current, merupakan Heat exchanger dimana fluida panas mengalir searah
dengan media pendinginnya
c. Cross Flow, merupakan Heat exchanger dimana fluida panas mengalir dengan
saling memotong arah dengan media pendinginnya. Heat exchanger ini
merupakan gabungan dari Counter Current dan Co Current Heat exchanger.
3.6.3 Shell and Tube Exchanger
Heat exchanger tipe shell dan tube pada dasarnya terdiri dari berkas tube
(tube bundles) yang dipasangkan di dalam shell yang berbentuk silinder. Bagian
ujung dari berkas tube dikencangkan pada dudukan tube yang disebut tube sheet dan
sekaligus berfungsi untuk memisahkan fluida yang mengalir di sisi shell dan di sisi
tube. Pada shell and tube exchanger satu fluida mengalir di dalam tube sedang fluida
yang lain mengalir di ruang antara tube bundle dan shell.

44

Komponen penyusun Heat Exchanger jenis shell and tube seperti yang terlihat
pada gambar 5 berikut.

Gambar 5. Komponen Penyusun Heat Exchanger Jenis Shell and Tube


a) Shell
Merupakan bagian tengah alat penukar panas dan tempat untuk tube bundle.
Antara shell dan tube bundle terdapat fluida yang menerima atau melepaskan panas.
b) Tube
Merupakan pipa kecil yang tersusun di dalam shell yang merupakan tempat
fluida yang akan dipanaskan ataupun didinginkan. Tube tersedia dalam berbagai
bahan logam yang memiliki harga konduktivitas panas besar sehingga hambatan
perpindahan panasnya rendah.
c) Tube sheet
Komponen ini adalah suatu flat lingkaran yang fungsinya memegang ujungujung tube dan juga sebagai pembatas aliran fluida di sisi shell dan tube.

d) Tube pitch
Tube pitch adalah jarak center-to-center diantara tube-tube yang berdekatan.
Lubang tube tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena jarak tube yang

45

terlalu dekat akan melemahkan struktur penyangga tube. Jarak terdekat antara dua
tube yang berdekatan disebut clearance. Tube diletakkan dengan susunan bujur
sangkar atau segitiga seperti terlihat pada gambar 6 berikut

Gambar 6. Tubes Layout yang Umum Pada HE


e) Channel cover
Merupakan bagian penutup pada konstruksi heat exchanger yang dapat dibuka
pada saat pemeriksaan dan pembersihan alat.
f) Pass divider
Komponen ini berupa plat yang dipasang di dalam channel untuk membagi
aliran fluida tube.
g) Baffle
Pada umumnya tinggi segmen potongan dari baffle adalah seperempat
diameter dalam shell yang disebut 25% cut segmental baffle. Baffle tersebut
berlubang-lubang agar bisa dilalui oleh tube yang diletakkan pada rod-baffle. Baffle
digunakan untuk mengatur aliran lewat shell sehingga turbulensi yang lebih tinggi
akan diperoleh, seperti yang terlihat pada gambar 7 berikut.

Gambar 7. Segmental baffle

46

3.7 Pemecahan Masalah


Pengambilan data dilakukan mulai dari tanggal 29 Juli 2014 sampai 2 agustus
2014 pada jam 09.00 WIB. Pengambilan data dilakukan di control room dan
meninjau langsung ke lokasi alat. Data yang diambil di control room merupakan data
temperatur inlet untuk synthesis gas disch 103-J pada THI-104 dan temperatur outlet
untuk synthesis gas pada TRX-300 sedangkan data yang diambil di lokasi alat yaitu
temperatur inlet dan outlet cooling water. Untuk data komposisi komponen inlet syn
gas di alat heat exchanger 124-C didapatkan dari laboratorium P-1B PT. Pusri
Palembang.
Untuk menghitung koefisien perpindahan panas menyeluruh pada alat 124-C
(Syn Gas Compressor After Cooler) dapat dilakukan dengan beberapa tahapan
penyelesaian sebagai berikut :
1. Menghitung Pysical properties Fluida pada bagian shell dan tube (Cp,,k,).
Untuk mengevaluasi kinerja Syn Gas Compressor After Cooler (124-C)
diperlukan data property fisis fluida, yaitu : fraksi mol (y), fraksi berat (w), viskositas
(), kapasitas panas (cp), konduktivitas termal (k) densitas (). Data property fisis
fluida untuk fluida nonviscus ( < 1cp) dihitung pada suhu rata-rata (Kern, 1950)
T1 T2
2
Tavg =
....................................................................... (Kern, 1950)
Dimana :
Tavg = Temperatur rata-rata
T1
= Temperatur masuk
T2
= Temperatur keluar

a. Perhitungan fraksi mol (yi) dan fraksi berat (wi)


Perhitungan fraksi mol (yi) dan fraksi berat (wi) dihitung berdasarkan %
volume fluida
1. Volum fluida = % volum x basis perhitungan

47

2. Mol

= volum /22,4

3. % Mol (yi)
4.
Massa

mol i
mol i

= mol x BM

5. % Massa (yi) =

massa i
massa i

b. Perhitungan kapasitas panas (Cp)


a. Menghitung kapasitas panas komponen (cp)
Cp = A +BT +CT2 +DT3.................................................... (coulson, 1989)
A, B, C, D diperoleh dari App. D coulson atau Cp komponen dapat dilihat dari
figure 3 Kern, 1950
b. Menghitung Cp campuran
Cp mix = wa.cpa +wb.cpb + wc.cpc ................................. (Coulson, 1989)
Dimana :
Cp

= kapasitas panas komponen

Cp mix = kapasitas panas campuran


c. Perhitungan viskositas ()
a. Menghitung viskositas komponen ()
tiap komponen diperoleh dari figure 15. Kern
b. Menghitung viskositas campuran ( mix)

48

1
w1 w2 w3

mix 1 2 3
........................................................ (Coulson, 1989)
Dimana :
w1,w2,w3 = fraksi massa komponen 1,2, dan 3
1, 2, 3 = viskositas komponen 1 dan 2
d. Perhitungan konduktivitas Thermal
1. Menghitung konduktivitas termal komponen
K tiap komponen diperoleh dari interpolasi tabel 5. Kern dan program
2. Menghitung konduktivitas Termal Campuran (kmix) :
K mix = ki.w1 + k2.w2 + k3.w3
Dimana :
w1,w2,w3 = fraksi massa komponen 1,2, dan 3
k1, k2, k3 = konduktivitas termal komponen 1 dan 2
2.

Menghitung neraca panas fluida (Qs = Qt)


Q Shell = W x Cp x T............................................................. (Kern, 1950)
Q Tube = w x Cp x t............................................................... (Kern, 1950)

3. Menghitung beda temperature rata-rata logaritmik (t LMTD)


t = FT x LMTD

(T1 - t2) - (T2 - t1)


(T1 - t2)
ln
(T2 - t1)
LMTD

=..................................................... ( Kern, 1950)


(T 1 T 2)
(t 2 t1)

R=

49

(t 2 t1)
(T 1 t1)

S=
Ft = Figure 19 kern
t = F x LMTD

4. Menghitung Temperatur Kalorik (Tc dan tc)


Temperatur kalorik ditafsirkan sebagai temperature rata-rata fluida yang terlibat
dalam pertukaran panas di dalam penukar panas.
Tc = T2 + Fc (T1-T2) ............................................................... (Kern, 1950)
tc = t1 + Fc (t2-t1) .................................................................... (Kern, 1950)

Dari Fig. 17 Kern didapat harga Kc dan Fc dengan perbandingan


tc
T 2 t1

th T 1 t 2

tc
th

.......................................................................... (Kern, 1950)

Tetapi jika nilai viskositas kedua fluida kurang dari 1 ( < 1 cp) maka temperature
kalorik sama dengan temperature rata-ratanya (Tc = Tavg dan tc = tavg) dan nilai
s = 1 ; t = 1
5. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas pada bagian Tube (hi dan hio)
a. Menghitung daerah aliran yang tegak lurus di dalam tube (at)
at

Nt x a' t
144 x n

....................................................................... (Kern, 1950)

50

Dimana :
NT = Jumlah Tube
at = Flow area per tube (in2), diperoleh dari tabel 10 Kern
n

= Jumlah tube passes

b. Menghitung laju alir fluida dingin (Gt)


Gt

w
at

................................................................................ (Kern, 1950)

Dimana :
Gt = mass velocity fluida dingin
c. Menghitung Reynold number (Ret)
Re t

D x Gt

....................................................................... (Kern, 1950)

Dimana :
Ret

Bilangan Reynold pada bagian tube (tidak bersatuan)

ID tube (ft), diperoleh dari tabel 10 Kern

d. Mencari nilai jH
jH

= Figure 24 kern

e. Menghitung nilai Thermal Function (Prandl Number)


(

cp x
)
k

1/3

............................................................................ (Kern, 1950)

Dimana :
Cp

= kapasitas panas

51

= viskositas
= konduktivitas thermal

f. Perhitungan Inside Film Coefficient (hi/)

hi/ = jH .

k
cp x 1/ 3
.(
)
k
De

............................................... (Kern, 1950)

ID
OD

hio = hi x
Dimana
jH = Faktor untuk heat exchanger (diperoleh dari fig.24, Kern 1950)
ID = Diameter bagian dalam shell (m)
OD = Diameter bagian luar tube (m)

6. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas pada Bagian Shell ( ho )


a. Menghitung cross flow area pada bagian shell ( as )
ID x C' x B
as
PT
................................................................... (Kern, 1950)
Dimana:
ID = Diameter bagian dalam shell
C = Clearance = PT OD tube
PT = Tube Pitch
B

= Baffle Spacing

b. Menghitung laju alir fluida dingin (Gs)

Gs =

w
as

Dimana :

............................................................................... (Kern, 1950)

52

Gs = mass velocity fluida pada sisi bagian shell


as = cross flow area pada bagian shell
c.

Menghitung Reynold Number (Res)


Re s

De x Gs

.................................................................... (Kern, 1950)


Dimana :
Res = Bilangan Reynold pada bagian shell (tidak bersatuan)
De = Shell side equivalent diameter
d. Mencari nilai jH
jH

= Figure 28 kern

e. Menghitung nilai Thermal Fuction (Prandl Number)


(

cp x 1 / 3
)
k

............................................................................ (Kern, 1950)

f. Perhitungan Outside film Coefficient (h0/)


k
cp x 1/ 3
.(
)
k
De

h0/ = jH .
.................................................. (Kern, 1950)
Dimana :
jH = Faktor untuk heat exchanger (diperoleh dari fig.28, Kern 1950)
k

= konduktivitas thermal zat

De = Shell side equivalent diameter


g. Menghitung Temperatur Dinding

53

tw = tavg +

h0/
(Tavg tavg)
h0/ + hi0/

7. Menghitung Corrected Cooeficient


Pada tube :
t
hio
Pada shell
s
hio

= (/w) 0.14
=( hio/ ) x
= (/w) 0.14
=( ho/ ) x s

8. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan bersih


(Uc)

Uc =

hioxho
hio ho

...................................................................... (Kern, 1950)

9. Menghitung koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan kotor


(UD)

Q
Axt

........................................................................... (Kern, 1950)

U
A = ax L x Nt
Dimana :
Q
A
L
Nt
a

= Jumlah panas yang dikeluarkan


= Luas permukaan
= Panjang tube (m)
= Jumlah tube (buah)
= table 10 kern

3.8 Pembahasan
3.8.1 Proses Perpindahan Panas Pada Alat Syn Gas Compressor After Cooler
Syn Gas Compressor After Cooler (124-C) merupakan alat heat exchanger
jenis shell and tube yang terdapat pada proses pendinginan ammonia (ammonia

54

refrigeration) di Ammonia Plant P-II PT. Pusri Palembang. Syn Gas Compressor After
Cooler (124-C) merupakan alat heat exchanger yang terdapat pada proses pendinginan
ammonia (ammonia refrigeration) di Ammonia Plant. Alat ini berfungsi untuk
menurunkan temperatur synthesis gas yang berasal dari alat 103-J compressor. Hasil
keluaran dari alat Syn Gas Compressor After Cooler akan diteruskan ke alat 117-C
chiller untuk dilakukan proses pendinginan dengan temperature yang lebih rendah .
Tujuan pendinginan syn gas dari compressor sebelum masuk ke chiller yaitu
untuk mengkondisikan agar syn gas memiliki temperature yang sesuai untuk masuk
ke dalam chiller karena apabila temperatur masih tinggi maka proses tersebut akan
menggunakan energi yang lebih tinggi dan bahan pendingin berupa ammonia yang
lebih banyak. Syn Gas Compressor After Cooler merupakan alat pendingin syn gas
dengan menggunakan media pendingin berupa cooling water dari unit utilitas. Pada
gambar 9 dapat dilihat aliran proses yang terjadi pada alat Syn Gas Compressor After
Cooler di unit P-II PT. Pusri Palembang.
Syn Gas In

Cooling Water In

80,250C

32,500C

Syn Gas Out


43,500C

Cooling Water Out


46,350C

Gambar 9. Skema Syn Gas Compressor After Cooler (124-C)


Pada proses pertukaran panas di Syn Gas Compressor After Cooler, fluida
panas masuk ke bagian shell yang merupakan syn gas dengan temperature masuk

55

80,250C dan temperature keluar 43,500C. Syn gas berasal dari alat 103-J merupakan
fluida panas dengan komponen yang terdiri atas CH4, H2, N2, Ar dan NH3. Sedangkan
fluida dingin masuk pada bagian tube yang merupakan cooling water dengan
temperature masuk 32,500C dan temperature keluar 46,350C.
Didalam Syn Gas Compressor After Cooler, Syn gas akan mengalir dan
melewati baffle yang terpasang pada tube bagian luar. Sedangkan cooling water
mengalir sepanjang aliran tube. Pada saat kedua fluida tersebut kontak tak langsung
melalui dinding tube dengan rambatan secara konduksi dan konveksi maka terjadi
proses transfer panas antara syn gas dan cooling water. Syn gas yang merupakan
fluida panas akan mengalami penurunan temperature akibat pertukaran panas dengan
cooling water sedangkan cooling water mengalami kenaikan temperature. Sejumlah
baffle berfungsi untuk menturbulensikan aliran pada shell sehingga membantu
mempercepat proses perpindahan panas yang terjadi.
3.8.1 Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan untuk Permukaan Kotor
Kinerja dari alat heat exchanger 124-C perlu dikontrol agar kelangsungan
proses dapat berjalan dengan baik. Untuk mengetahui kelayakan operasinya maka
kinerja heat exchanger harus selalu dievaluasi. Salah satu cara evaluasi dapat
dilakukan terhadap nilai koefisien bersih menyeluruh (Uc) dan Overall design
coefficient of heat transfer (Ud).
Overall Heat Transfer Coefficient Design (Ud) adalah hantaran perpindahan
panas dari heat exchanger setelah dioperasikan dan sudah terdapat endapan atau
kotoran. Data kondisi desain alat Syn Gas Compressor After Cooler dapat dilihat pada
tabel 16
Tabel 16. Kondisi Desain Syn Gas Compressor After Cooler
Keterangan
Parameter

Shell Side (syn gas)

Tube Side (cooling water)

56

Laju alir masuk (kg/h)

56521

307665

Temperatur masuk (0F)

165,2

89,6

Temperatur keluar (0F)

107,6

113

viskositas (lb/fthr)

0,0384

1,7417

kapasitas panas (Btu/lb F )

0,8801

0,98

Konduktivitas (Btu/hr ft 0F)

0,0669

0,3630

Pada saat pengambilan data dilakukan setiap jam 10.00 WIB. Hal tersebut
disebabkan agar didapatkan data dengan parameter tetap yaitu jam 10.00 WIB dan
parameter yang berubah-ubah seperti temperatur dan laju alir pada alat. Apabila ingin
dilakukan pengambilan data pada jam lain diperbolehkan asalkan setiap saat
pengambilan data menggunakan parameter jam yang sama. Data kondisi operasi Heat
Exchanger 124-C pada tanggal 28 Juli sampai 3 Agustus 2015 pada pukul 10.00
WIB dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Data Operasi Aktual Syn Gas Compressor After Cooler
Keterangan

Rata-rata

Laju alir masuk


shell (kg/h)

48042,85

Laju alir masuk


tube (kg/h)

261515,25

Temperatur masuk
shell (0C)

80,25

Temperatur keluar
shell (0C)

43,50

Temperatur masuk
tube (0C)

32,50

57

Temperatur keluar
tube (0C)

46,35

Setelah didapatkan data kondisi temperature dan laju alir pada alat Syn Gas
Compressor After Cooler maka dilakukan proses perhitungan yang dapat dilihat pada
lampiran B. Dari hasil perhitungan ternyata nilai koefisien perpindahan panas
keseluruhan untuk permukaan kotor aktual tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Oleh karena itu, data yang digunakan untuk menghitung koefisien
perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan kotor aktual menggunakan data
hasil rata-rata. Data kondisi aktual operasi rata-rata Syn Gas Compressor After
Cooler pada tanggal 28 Juli sampai 3 Agustus 2015 pada pukul 10.00 WIB dapat
dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Data Operasi Rata-Rata Syn Gas Compressor After Cooler
Keterangan
Parameter

Shell Side (syn gas)

Tube Side (cooling water)

Laju alir masuk (kg/h)

48042,85

261515,25

Temperatur masuk (0F)

176,45

90,5

Temperatur keluar (0F)

110,30

115,43

viskositas (lb/fthr)

0,0405

1,6933

kapasitas panas (Btu/lb F )

0,7081

1,02

Konduktivitas (Btu/hr ft 0F)

0,0702

0,3638

Setelah didapatkan data kondisi rata-rata kemudian melakukan perhitungan


koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan kotor menggunakan
metode kern dimana untuk perhitungan desain menggunakan data yang didapatkan
dari logsheet dan teknik proses II sedangkan untuk perhitungan data aktual

58

menggunakan data yang didapatkan dari hasil pengambilan data yang dilakukan pada
tanggal 28 Juli sampai 3 Agustus 2015.
Pada proses perhitungan untuk spesifikasi alat aktual menggunakan data yang
sama dengan desain kecuali pada nilai jumlah tube yang digunakan. Jumlah tube
desain dari logsheet yaitu sebanyak 550 buah sedangakan secara aktual jumlah tube
sudah berkurang menjadi 546. Hal tersebut karena 4 tube yang ada pada alat tersebut
mengalami penyumbatan. Setelah dilakukan perhitungan pada lembar lampiran maka
didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 19
Tabel 19. Hasil Perhitungan
Parameter
Laju Alir (Syn Gas)
(lb/hr)
Laju Alir (Cooling
Water)(lb/hr)
Panas Fluida (Btu/hr)
LMTD (0F)
Luas Area (ft2)
Reynold Number
Ho (Btu/hr ft2 0F)
Hio (Btu/hr ft2 0F)
Uc (Btu/hr ft2 0F)
Ud (Btu/hr ft2 0F)

Design
Tube

Shell
56521

Shell
-

Aktual
Tube

48042,85

307665
261515,25
6316821,4420
4961208,34
32,1214
36,6230
1,6093
0,2559
1,6093
0,2540
159624,3835 360917,7131 128645,4290 264862,8496
191,3899
139,3581
574,9497
437,7888
143,5911
105,7086
138,4158
97,0798

Data yang telah didapatkan tersebut dapat dilihat bahwa nilai Ud desain lebih
besar daripada Ud aktual. Hal ini disebabkan karena semakin banyak beban panas
yang dapat dilepaskan Q (kalor) maka nilai Ud akan semakin tinggi, jika kalor yang
dilepaskan rendah maka nilai Ud yang didapatkan akan rendah sehingga mengurangi
laju perpindahan panas pada batas nilai tertentu.
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa adanya penurunan nilai
koefisien perpindahan panas keseluruhan desain (Ud) pada kondisi aktual

59

kemungkinan disebabkan adanya kotoran, perubahan nilai laju alir serta temperatur
antara desain dan aktual. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau
mempengaruhi

temperatur

fluida

mengalir

juga

dapat

menurunkan

atau

mempengaruhi koefisien perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut. Oleh


karena itu perlunya dilakukan pembersihan serta pengecekan pada alat 124-C secara
berkala. Perhitungan hasil perbandingan Nilai Ud desain dan Aktual dapat dilihat
pada gambar 10 berikut.

145

100.0000

140

99.0000

135
98.07

130

97.33

125

Ud Desain (Btu/hr.ft2.F)

98.0000

96.77
96.46

120

97.0000

115

96.0000
95.71

110

95.0000

105

94.0000

100
95

Hari,-

93.0000

Ud Aktual (Btu/hr.ft2.F)

60

. Gambar 10. Grafik hasil Perbandingan Ud Desain dan Aktual

3.9 Kesimpulan dan Saran


3.9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi terhadap performance Heat Exchanger 124-C di Unit
Amoniak P-II PT. Pusri Palembang dapat disimpulkan:
1. Syn Gas Compressor After Cooler (124-C) merupakan alat heat exchanger di
unit ammonia yang berfungsi untuk menurunkan temperatur synthesis gas
yang berasal dari 103-J yang kemudian akan diteruskan ke 117-C. Media
pendingin yang digunakan pada alat ini yaitu cooling water dari unit utilitas.
2. Nilai Ud desain lebih besar daripada Ud aktual disebabkan karena semakin
banyak beban panas yang dapat dilepaskan Q (kalor) maka nilai Ud akan
semakin tinggi
3. Penurunan nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan desain (Ud) pada
kondisi aktual kemungkinan disebabkan adanya kotoran, perubahan nilai laju
alir serta temperatur antara desain dan aktual
3.9.1 Saran
Dari hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan maka penulis
menyarankan pada pihak PT.Pusri Palembang untuk melakukan pengecekan secara
berkala pada alat heat exchanger 124-C. Tujuannya untuk mengetahui kondisi pada
alat tanpa perlu membongkar dilihat dari sisi kemampuan suatu alat dalam melakukan
perpindahan panas keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai