nilai koefisien bersih menyeluruh (Uc) dan Overall design coefficient of heat transfer
(Ud). Selama ini pemahaman mahasiswa tentang heat exchanger hanya sebatas teori
yang didapatkan selama proses belajar di perguruan tinggi sehingga perlu dikaji lagi
bagian heat exchanger dalam skala industri terutama terkait tentang spesifikasinya
3.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memahami proses perpindahan panas pada alat Syn Gas Compressor
After Cooler di unit ammonia P-1B PT. Pusri Palembang
2. Untuk mengetahui nilai koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk
permukaan kotor design dan aktual pada heat exchanger 124-C
3.4 Manfaat
Adapun Manfaat dari tugas khusus ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui kondisi peralatan dari aspek perpindahan panasnya.
2. Dapat menjadi informasi tambahan bagi industri dalam evaluasi dari heat
exchanger di unit ammonia P-1B PT. Pusri Palembang
3.5 Perumusan Masalah
Heat Exchanger 124-C di unit amoniak merupakan alat penukar panas yang
mulai beroperasi pada tanggal 4 April 1972. Alat tersebut telah beroperasi selama 41
tahun. Mengingat usia penggunaan yang sudah lama maka perlunya dievaluasi
bagaimana kinerja alat secara aktual ditinjau dari koefisien perpindahahan panas
keseluruhan untuk permukaan kotor.
3.6
Tinjauan Pustaka
42
perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida yang panas akan
bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara
tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak berhubungan
langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Menurut Holman,1995 mekanisme perpindahan panas terdiri atas :
a. Perpindahan Panas Secara Konduksi, merupakan perpindahan panas antara
molekul-molekul yang saling berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya
dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik.
b. Perpindahan Panas Secara Konveksi, merupakan perpindahan panas dari suatu
zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel atau zat tersebut secara fisik.
c. Perpindahan Panas Secara Radiasi, merupakan perpindahan panas tanpa melalui
media (tanpa melalui molekul). Suatu energi dapat dihantarkan dari suatu tempat
ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang dingin) dengan pancaran
gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan berubah
menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.
Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh :
1. Koefisien over all perpindahan panas
Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida
dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses
konduksi dan konveksi
2. Selisih temperature rata-rata logaritmik (LMTD)
LMTD merupakan perbedaan temperature yang dipukul rata-rata setiap bagian
heat exchanger karena perbedaan temperature tiap bagian tidak sama
43
Heat exchanger adalah suatu alat penukar panas yang digunakan untuk
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida untuk dipindahkan ke fluida
lainnya melalui suatu proses yang disebut dengan proses perpindahan panas (heat
transfer).
Heat exchanger dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam (kern 1966),
yaitu :
1. Heat exchanger berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi :
a. Shell and Tube Exchanger , merupakan Heat exchanger dengan pipa besar
(shell) berisi beberapa tube yang relatif kecil.
b. Double Pipe Exchanger, merupakan Heat exchanger dimana pipa yang satu
berada di dalam pipa yang lebih besar yang merupakan dua pipa yang
konsentris
c. Box Cooler, merupakan Heat exchanger yang memiliki susunan pipa pia
atau beberapa bundle pipa dimasukkan ke dalam box berisi air
2. Heat exchanger berdasarkan jenis alirannya dibedakan menjadi :
a. Counter Current, merupakan jenis Heat exchanger dimana fluida panas
mengalir dengan arah yang berlawan dengan media pendinginnya
b. Co Current, merupakan Heat exchanger dimana fluida panas mengalir searah
dengan media pendinginnya
c. Cross Flow, merupakan Heat exchanger dimana fluida panas mengalir dengan
saling memotong arah dengan media pendinginnya. Heat exchanger ini
merupakan gabungan dari Counter Current dan Co Current Heat exchanger.
3.6.3 Shell and Tube Exchanger
Heat exchanger tipe shell dan tube pada dasarnya terdiri dari berkas tube
(tube bundles) yang dipasangkan di dalam shell yang berbentuk silinder. Bagian
ujung dari berkas tube dikencangkan pada dudukan tube yang disebut tube sheet dan
sekaligus berfungsi untuk memisahkan fluida yang mengalir di sisi shell dan di sisi
tube. Pada shell and tube exchanger satu fluida mengalir di dalam tube sedang fluida
yang lain mengalir di ruang antara tube bundle dan shell.
44
Komponen penyusun Heat Exchanger jenis shell and tube seperti yang terlihat
pada gambar 5 berikut.
d) Tube pitch
Tube pitch adalah jarak center-to-center diantara tube-tube yang berdekatan.
Lubang tube tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena jarak tube yang
45
terlalu dekat akan melemahkan struktur penyangga tube. Jarak terdekat antara dua
tube yang berdekatan disebut clearance. Tube diletakkan dengan susunan bujur
sangkar atau segitiga seperti terlihat pada gambar 6 berikut
46
47
2. Mol
= volum /22,4
3. % Mol (yi)
4.
Massa
mol i
mol i
= mol x BM
5. % Massa (yi) =
massa i
massa i
48
1
w1 w2 w3
mix 1 2 3
........................................................ (Coulson, 1989)
Dimana :
w1,w2,w3 = fraksi massa komponen 1,2, dan 3
1, 2, 3 = viskositas komponen 1 dan 2
d. Perhitungan konduktivitas Thermal
1. Menghitung konduktivitas termal komponen
K tiap komponen diperoleh dari interpolasi tabel 5. Kern dan program
2. Menghitung konduktivitas Termal Campuran (kmix) :
K mix = ki.w1 + k2.w2 + k3.w3
Dimana :
w1,w2,w3 = fraksi massa komponen 1,2, dan 3
k1, k2, k3 = konduktivitas termal komponen 1 dan 2
2.
R=
49
(t 2 t1)
(T 1 t1)
S=
Ft = Figure 19 kern
t = F x LMTD
th T 1 t 2
tc
th
Tetapi jika nilai viskositas kedua fluida kurang dari 1 ( < 1 cp) maka temperature
kalorik sama dengan temperature rata-ratanya (Tc = Tavg dan tc = tavg) dan nilai
s = 1 ; t = 1
5. Menghitung Koefisien Perpindahan Panas pada bagian Tube (hi dan hio)
a. Menghitung daerah aliran yang tegak lurus di dalam tube (at)
at
Nt x a' t
144 x n
50
Dimana :
NT = Jumlah Tube
at = Flow area per tube (in2), diperoleh dari tabel 10 Kern
n
w
at
Dimana :
Gt = mass velocity fluida dingin
c. Menghitung Reynold number (Ret)
Re t
D x Gt
Dimana :
Ret
d. Mencari nilai jH
jH
= Figure 24 kern
cp x
)
k
1/3
Dimana :
Cp
= kapasitas panas
51
= viskositas
= konduktivitas thermal
hi/ = jH .
k
cp x 1/ 3
.(
)
k
De
ID
OD
hio = hi x
Dimana
jH = Faktor untuk heat exchanger (diperoleh dari fig.24, Kern 1950)
ID = Diameter bagian dalam shell (m)
OD = Diameter bagian luar tube (m)
= Baffle Spacing
Gs =
w
as
Dimana :
52
De x Gs
= Figure 28 kern
cp x 1 / 3
)
k
h0/ = jH .
.................................................. (Kern, 1950)
Dimana :
jH = Faktor untuk heat exchanger (diperoleh dari fig.28, Kern 1950)
k
53
tw = tavg +
h0/
(Tavg tavg)
h0/ + hi0/
= (/w) 0.14
=( hio/ ) x
= (/w) 0.14
=( ho/ ) x s
Uc =
hioxho
hio ho
Q
Axt
U
A = ax L x Nt
Dimana :
Q
A
L
Nt
a
3.8 Pembahasan
3.8.1 Proses Perpindahan Panas Pada Alat Syn Gas Compressor After Cooler
Syn Gas Compressor After Cooler (124-C) merupakan alat heat exchanger
jenis shell and tube yang terdapat pada proses pendinginan ammonia (ammonia
54
refrigeration) di Ammonia Plant P-II PT. Pusri Palembang. Syn Gas Compressor After
Cooler (124-C) merupakan alat heat exchanger yang terdapat pada proses pendinginan
ammonia (ammonia refrigeration) di Ammonia Plant. Alat ini berfungsi untuk
menurunkan temperatur synthesis gas yang berasal dari alat 103-J compressor. Hasil
keluaran dari alat Syn Gas Compressor After Cooler akan diteruskan ke alat 117-C
chiller untuk dilakukan proses pendinginan dengan temperature yang lebih rendah .
Tujuan pendinginan syn gas dari compressor sebelum masuk ke chiller yaitu
untuk mengkondisikan agar syn gas memiliki temperature yang sesuai untuk masuk
ke dalam chiller karena apabila temperatur masih tinggi maka proses tersebut akan
menggunakan energi yang lebih tinggi dan bahan pendingin berupa ammonia yang
lebih banyak. Syn Gas Compressor After Cooler merupakan alat pendingin syn gas
dengan menggunakan media pendingin berupa cooling water dari unit utilitas. Pada
gambar 9 dapat dilihat aliran proses yang terjadi pada alat Syn Gas Compressor After
Cooler di unit P-II PT. Pusri Palembang.
Syn Gas In
Cooling Water In
80,250C
32,500C
55
80,250C dan temperature keluar 43,500C. Syn gas berasal dari alat 103-J merupakan
fluida panas dengan komponen yang terdiri atas CH4, H2, N2, Ar dan NH3. Sedangkan
fluida dingin masuk pada bagian tube yang merupakan cooling water dengan
temperature masuk 32,500C dan temperature keluar 46,350C.
Didalam Syn Gas Compressor After Cooler, Syn gas akan mengalir dan
melewati baffle yang terpasang pada tube bagian luar. Sedangkan cooling water
mengalir sepanjang aliran tube. Pada saat kedua fluida tersebut kontak tak langsung
melalui dinding tube dengan rambatan secara konduksi dan konveksi maka terjadi
proses transfer panas antara syn gas dan cooling water. Syn gas yang merupakan
fluida panas akan mengalami penurunan temperature akibat pertukaran panas dengan
cooling water sedangkan cooling water mengalami kenaikan temperature. Sejumlah
baffle berfungsi untuk menturbulensikan aliran pada shell sehingga membantu
mempercepat proses perpindahan panas yang terjadi.
3.8.1 Koefisien Perpindahan Panas Keseluruhan untuk Permukaan Kotor
Kinerja dari alat heat exchanger 124-C perlu dikontrol agar kelangsungan
proses dapat berjalan dengan baik. Untuk mengetahui kelayakan operasinya maka
kinerja heat exchanger harus selalu dievaluasi. Salah satu cara evaluasi dapat
dilakukan terhadap nilai koefisien bersih menyeluruh (Uc) dan Overall design
coefficient of heat transfer (Ud).
Overall Heat Transfer Coefficient Design (Ud) adalah hantaran perpindahan
panas dari heat exchanger setelah dioperasikan dan sudah terdapat endapan atau
kotoran. Data kondisi desain alat Syn Gas Compressor After Cooler dapat dilihat pada
tabel 16
Tabel 16. Kondisi Desain Syn Gas Compressor After Cooler
Keterangan
Parameter
56
56521
307665
165,2
89,6
107,6
113
viskositas (lb/fthr)
0,0384
1,7417
0,8801
0,98
0,0669
0,3630
Pada saat pengambilan data dilakukan setiap jam 10.00 WIB. Hal tersebut
disebabkan agar didapatkan data dengan parameter tetap yaitu jam 10.00 WIB dan
parameter yang berubah-ubah seperti temperatur dan laju alir pada alat. Apabila ingin
dilakukan pengambilan data pada jam lain diperbolehkan asalkan setiap saat
pengambilan data menggunakan parameter jam yang sama. Data kondisi operasi Heat
Exchanger 124-C pada tanggal 28 Juli sampai 3 Agustus 2015 pada pukul 10.00
WIB dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Data Operasi Aktual Syn Gas Compressor After Cooler
Keterangan
Rata-rata
48042,85
261515,25
Temperatur masuk
shell (0C)
80,25
Temperatur keluar
shell (0C)
43,50
Temperatur masuk
tube (0C)
32,50
57
Temperatur keluar
tube (0C)
46,35
Setelah didapatkan data kondisi temperature dan laju alir pada alat Syn Gas
Compressor After Cooler maka dilakukan proses perhitungan yang dapat dilihat pada
lampiran B. Dari hasil perhitungan ternyata nilai koefisien perpindahan panas
keseluruhan untuk permukaan kotor aktual tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan. Oleh karena itu, data yang digunakan untuk menghitung koefisien
perpindahan panas keseluruhan untuk permukaan kotor aktual menggunakan data
hasil rata-rata. Data kondisi aktual operasi rata-rata Syn Gas Compressor After
Cooler pada tanggal 28 Juli sampai 3 Agustus 2015 pada pukul 10.00 WIB dapat
dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Data Operasi Rata-Rata Syn Gas Compressor After Cooler
Keterangan
Parameter
48042,85
261515,25
176,45
90,5
110,30
115,43
viskositas (lb/fthr)
0,0405
1,6933
0,7081
1,02
0,0702
0,3638
58
menggunakan data yang didapatkan dari hasil pengambilan data yang dilakukan pada
tanggal 28 Juli sampai 3 Agustus 2015.
Pada proses perhitungan untuk spesifikasi alat aktual menggunakan data yang
sama dengan desain kecuali pada nilai jumlah tube yang digunakan. Jumlah tube
desain dari logsheet yaitu sebanyak 550 buah sedangakan secara aktual jumlah tube
sudah berkurang menjadi 546. Hal tersebut karena 4 tube yang ada pada alat tersebut
mengalami penyumbatan. Setelah dilakukan perhitungan pada lembar lampiran maka
didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 19
Tabel 19. Hasil Perhitungan
Parameter
Laju Alir (Syn Gas)
(lb/hr)
Laju Alir (Cooling
Water)(lb/hr)
Panas Fluida (Btu/hr)
LMTD (0F)
Luas Area (ft2)
Reynold Number
Ho (Btu/hr ft2 0F)
Hio (Btu/hr ft2 0F)
Uc (Btu/hr ft2 0F)
Ud (Btu/hr ft2 0F)
Design
Tube
Shell
56521
Shell
-
Aktual
Tube
48042,85
307665
261515,25
6316821,4420
4961208,34
32,1214
36,6230
1,6093
0,2559
1,6093
0,2540
159624,3835 360917,7131 128645,4290 264862,8496
191,3899
139,3581
574,9497
437,7888
143,5911
105,7086
138,4158
97,0798
Data yang telah didapatkan tersebut dapat dilihat bahwa nilai Ud desain lebih
besar daripada Ud aktual. Hal ini disebabkan karena semakin banyak beban panas
yang dapat dilepaskan Q (kalor) maka nilai Ud akan semakin tinggi, jika kalor yang
dilepaskan rendah maka nilai Ud yang didapatkan akan rendah sehingga mengurangi
laju perpindahan panas pada batas nilai tertentu.
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa adanya penurunan nilai
koefisien perpindahan panas keseluruhan desain (Ud) pada kondisi aktual
59
kemungkinan disebabkan adanya kotoran, perubahan nilai laju alir serta temperatur
antara desain dan aktual. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau
mempengaruhi
temperatur
fluida
mengalir
juga
dapat
menurunkan
atau
145
100.0000
140
99.0000
135
98.07
130
97.33
125
Ud Desain (Btu/hr.ft2.F)
98.0000
96.77
96.46
120
97.0000
115
96.0000
95.71
110
95.0000
105
94.0000
100
95
Hari,-
93.0000
Ud Aktual (Btu/hr.ft2.F)
60