PENDAHULUAN
sebagai
bahan
masukan
dan
informasi
mengenai
perusahaan
dapat
memenuhi
permintaan
Jumlah persediaan barang yang optimal adalah jumlah bahan baku yang
dimana tidak terjadi kekurangan maupun kelebihan bahan baku. Jumlah bahan baku
yang tidak optimal dapat pula menyebabkan terlalu banyak modal yang dialokasikan
dan juga akan dapat meningkatkan biaya penyimpanan dan pemesanan untuk
persediaan bahan baku tersebut. Untuk dapat mengelola persediaan bahan baku
tersebut, maka perusahaan dapat menerapkan sistem pengendalian persediaan.
Pengendalian persediaan diperlukan oleh setiap perusahaan agar kegiatan
operasi perusahaan dapat berjalan dapat berjalan dengan baik. Pengendalian
persediaan menurut Adam dan Ebert (1995:454):
Inventory controls is the technique of maintaining stockeeping items at
desire levels.
Pengendalian persediaan dilakukan dengan menggunakan data historis,
dimana tingkat penjualan dan permintaan suatu barang dari periode sebelumnya
untuk kemudian dapat ditentukan jumlah serta kapan pembelian terhadap barang
tersebut dilakukan.
Menurut Chase, Jacobs, Aquilano (2004:547), terdapat dua sistem
pengendalian persediaan yaitu:
a. Fixed order quantity models
Dalam fixed order quantity models, setiap saat persediaan mencapai
titik tertentu (reorder point) maka perusahaan akan langsung membuat
pesanan untuk mengisi kembali persediaan. Setiap pemesanan
persediaan bahan baku yang dibuat selalu dalam jumlah yang tetap
yang dapat meminimumkan biaya
b. Fixed time period models
Dalam fixed time period models, perusahaan menetapkan tingkat
persediaan dalam jumlah tertentu dan pemesanan dilakukan dalam
periode tertentu secara pasti misalnya satu minggu sekali atau satu
bulan sekali dalam jumlah yang tidak tetap.
Untuk meminimalkan total biaya persediaan dapat dilakukan lot-sizing
decision. Menurut Sunil Chopra dan Peter Meindl (2004:254) terdapat dua macam
lot-sizing decision yaitu Lot sizing for single product (Economic Order Quantity)
dan Lot sizing for multiple product or customers. Dalam menggunakan pendekatan
lot-sizing for multiple product terdapat beberapa metode, yaitu simple aggregation,
complete aggregation, tailored aggregation.
Metode simple aggregation merupakan metode yang paling sederhana dan
mirip dengan pendekatan single product yang menggunakan rumus EOQ untuk
setiap produknya. Metode complete aggregation merupakan sebuah pendekatan yang
melakukan pemesanan secara agregat untuk semua produknya. Metode tailored
aggregation merupakan sebuah pendekatan yang melakukan pemesanan gabungan
dengan mencari produk yang mempunyai permintaan tertinggi terlebih dahulu.
Untuk dapat terwujudnya persediaan yang optimal tersebut, perlu juga suatu
usaha melakukan peramalan. Peramalan atas permintaan digunakan untuk
memperkirakan permintaan akan produk dimasa yang akan datang. Hal ini sesuai
dengan definisi peramalan menurut Heizer dan Render (2011:105) yaitu:
The art and science of predicting future events.
Salah satu jenis peramalan adalah peramalan permintaan, syarat utamanya adalah
tersedianya data historis / masa lalu yang dapat dipercaya yang dapat digunakan
sebagai alat untuk menentukan nilai-nilai fungsi atau persamaan pada peramalan.
Pengertian peramalan permintaan Menurut Heizer dan Render (2011:105) adalah:
Projections of a companys sales each time period in the planning horizon.
Penerapan metode-metode peramalan dan pengendalian persedian bertujuan
agar terciptanya efisiensi dalam kegiatan operasi sebuah usaha. Konsep efisiensi
berkaitan dengan seberapa jauh suatu proses menghasilkan sebuah output dengan
sejumlah konsumsi tertentu. Pengertian efisiensi menurut Walter Nicholson (2005:
149) adalah :
Efficiency is define as the use of input that can create a maximum output.
Efficiency can be reached by using minimum or constant input to create a
maximum output.
Efisiensi menjadi sebuah hal yang penting dalam menghasilkan produk karena
dengan dengan melakukan kegiatan dengan efisien maka sebuah usaha dapat
menekan jumlah biaya yang dikeluarkan.