TRIMETROPRIM
1. Struktur kimia
Nama Kimia
: 5 - [(3,4,5-trimethoxyphenyl)
metil] pirimidin-2 ,4-diamina
Sinonim : Proloprim
Trimpex
Bactramin
Rumus Kimia
: C 14 H 18 N 4 O 3
Berat Molekul
: 290,31772
2. Mekanisme Kerja
Trimethoprim mengikat dihydrofolate reduktase dan menghambat pengurangan asam
dihydrofolic (DBD) menjadi asam tetrahydrofolic (THF). THF merupakan prekursor
penting dalam sintesis jalur timidin dan gangguan jalur ini menghambat sintesis DNA
bakteri. Afinitas Trimethoprim untuk bakteri dihydrofolate reduktase adalah beberapa
ribu kali lebih besar daripada afinitas untuk reduktase dihydrofolate
manusia. Sulfametoksazol menghambat sintetase dihydrofolate (alias dihydropteroate
sintetase), enzim yang terlibat lebih jauh hulu di jalur yang sama. Trimetoprim dan
sulfametoksazol biasanya digunakan dalam kombinasi karena efek sinergis
mereka. Kombinasi obat ini juga mengurangi perkembangan resistensi yang terlihat
ketika kedua obat tersebut digunakan sendiri.
3. Aktivitas dan spectrum antimikroba
Haemophilus influenzae , Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae spesies
umumnya rentan terhadap trimetoprim, sementara spesies Proteus yang resisten terhadap
trimetoprim
4. Resistensi
Resistensi terhadap trimethoprim dapat disebabkan oleh penurunan permeabilitas sel,
produksi berlebih dehidrofolat reduktase yang telah diubah sehingga menyebabkan
penurunan ikatan obat. Oleh karena itu, untuk menghindari resistensinya lebih lanjut yang
semakin seringerjadi, sebaiknya jangan digunakan sebagai obat pencegah.
5. Farmakokinetik
Trimetoprim dapat diserap baik dalam usus dan didistribusikan dalam cairan dan
jaringan tubuh. Oleh karena trimetropim lebih mudah larut dalam lipid, dibandingkan
dengan sulfametoksazol, trimethoprim memiliki volume distribusi lebih besar yang lebih
besar daripada sulfametoksazol
Trimetoprim terkonsentrasi dalam cairan prostatic dan cairan vagina yang lebih asam
daripada plasma. Oleh karena itu, trimethoprim memiliki aktivitas antibakteri yang lebih
besar dalam cairan prostatic dan vagina daripada obat antimikroba lainnya.
6. Efek Samping
Trimethoprim dapat menyebabkan efek samping. Antara lain sebagai berikut
Anemia megaloblstik
Leukopenia
Granulositopenia
B. SIPROFLOKSASIN
Indikasi
Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap
Ciprofloxacin seperti :
Infeksi saluran cerna, termasuk demam tifoid yang disebabkan oleh S. thypi. Khasiat
Ciprofloxacin untuk eradikasi chronic typhoid carrier belum diketahui.
Kemasan
Tersedia dalam kemasan: Ciprofloxacin 500 mg, 1 strip @ 10 tablet salut selaput.
Perhatian
Golongan Fluorokuinolon dapat menimbulkan peningkatan resiko terjadinya tendonitis
dan tendon rupture pada pasien semua umur. Resiko tendonitis dan tendon rupture
meningkat dengan bertambahnya umur terutama pada pasien yang berusia lebih dari 60
tahun, yang menerima terapi kortikosteroid pada waktu yang bersamaan dan pada pasien
yang menerima transplantasi ginjal, jantung atau paru-paru.
Komposisi
Tiap tablet salut selaput mengandung : Ciprofloxacin HCL setara dengan Ciprofloxacin
500 mg.
Cara Kerja Obat
Ciprofloxacin merupakan antibiotika untuk bakteri Gram negatif dan Gram positif
yang sensitif.
Bakteri
Gram
positif
yang
sensitif: Enterococcus
faecallis, Staphylococcus
Bakteri
Gram
negatif
yang
sensitif: Campylobacter
jejuni, Citrobacter
pneumoniae, Morganella
morganii, Neisseria
Dosis
Dewasa :
Infeksi ringan / sedang saluran nafas, tulang, sendi, kulit, jaringan lunak : 2 x 250
500 mg sehari.
Infeksi berat saluran nafas, tulang, sendi, kulit, jaringan lunak : 2 x 500 750 mg
sehari.
Untuk mencapai kadar yang adekuat pada osteomyelitis akut : dosis tidak kurang dari
2 x 750 mg sehari.
Lama pengobatan tergantung beratnya infeksi, kemajuan klinis dan bakteriologis. Untuk
infeksi akut, lama pengobatan biasanya 5 10 hari. Pada umumnya pengobatan harus
diteruskan sampai minimal 3 hari setelah gejala klinis hilang.
Dosis pada penggunaan fungsi ginjal : Bila bersihan kreatinin kurang dari 20 ml/menit,
maka dosis normal hanya diberikan 1 kali sehari atau jika diberikan 2 kali sehari, dosis
harus dikurangi separuhnya.
Efek Samping
Dari kasus-kasus yang telah dilaporkan, resiko efek samping tendonitis tidak segera
hilang meskipun penggunaan fluorokuinolon dihentikan. Efek samping pada tendon
dapat terjadi sampai beberapa bulan setelah pengobatan dihentikan.
Efek terhadap saluran cerna : mual, diare, muntah, gangguan pencernaan, dispepsia,
nyeri abdomen, kembung, anoreksia, disfagia. Kalau terjadi diare berat atau persisten
selama atau sesudah pengobatan, segera konsultasi dengan dokter karena gejala
tersebut mungkin menutupi kelainan yang lebih serius (kolitis pseudomembran) yang
memerlukan tindakan segera. Kalau ini terjadi, pemberian Ciprofloxacin harus segera
dihentikan.
Efek terhadap sistem saraf : pusing, sakit kepala, rasa letih, insomnia, agitasi, tremor ;
sangat jarang, paralgesia perifer, berkeringat, kejang, anxietas, mimpi buruk, konfusi,
depresi, halusinasi, gangguan pengecapan dan penciuman, gangguan penglihatan
(misal : penglihatan ganda, warna-warni). Reaksi kadang-kadang timbul setelah
pemberian Ciprofloxacin untuk pertama kalinya. Dalam hal ini Ciprofloxacin harus
segera dihentikan dan segera konsultasi ke dokter.
Reaksi hipersensitivitas : reaksi kulit seperti erupsi akibat obat, urtikaria, eriterma
makula, sindroma Stevens Johnson, kemerahan pada kulit, gatal, drug fever. Reaksi
anafilaktik
anafilaktoid
(seperti
edema
pada
wajah,
vaskular,
dan
laring; dyspnea yang bertambah berat sehingga terjadi syok yang mengancam jiwa).
Dalam hal ini Ciprofloxacin harus segera dihentikan, tindakan kedaruratan medis
(misalnya mengatasi syok) harus dilakukan.
Efek terhadap renal / urogenital : nefritis interstisial, gagal ginjal (termasuk gagal
ginjal yang transien), polluria, retensi urine, pendarahan uretral vaginitis dan asidosis.
Efek terhadap hati : hepatitis, sangat jarang : kelainan hati yang berat seperti nekrosis
hati.
Lain-lain : jarang: nyeri sendi, lemas seluruh tubuh, nyeri otot, tendon vaginitis,
fotosensitivitas ringan, tinnitus, gangguan pendengaran terutama untuk frekuensi
tinggi, epistaxis, laryngeal atau pulmonary
edema, hemoptysis, dyspnea, bronchospasm, pulmonary embolism.
Efek pada nilai laboratorium / deposit urine : kadar transaminase dan alkali fosfatase
dalam darah mungkin meningkat untuk sementara; ikterus kolestatik dapat terjadi
terutama pada pasien yang pernah mengalami kelainan; peningkatan kadar urea,
kreatinin dan bilirubin darah secara transien; hiperglikemia; pada kasus tertentu
kristaluria dan hematuria.
Peringatan dan Perhatian
Jika
selama
penggunaan
fluoroquinolone
pasien
mengalami
rasa
nyeri,
pembengkakan serta peradangan pada tendon dan ruptur tendon, maka agar:
Ciprofloxacin tablet harus ditelan dengan air secukupnya untuk mencegah kristaluria.
Ciprofloxacin harus diberikan dengan hati-hati pada penderita usia lanjut. Pada kasus
epilepsi dan pasien yang pernah mengalami gangguan susunan syaraf pusat / SPP
(misalnya ambang kejang rendah, riwayat konvulsi, aliran darah ke otak berkurang
dan stroke), Ciprofloxacin hanya diberikan jika manfaatnya lebih besar dibanding
resikonya, karena pasien demikian mungkin akan menderita efek samping SPP.
Meskipun diminum sesuai dengan resep dokter, obat ini dapat menggangu respons
pasien, kemampuan mengemudi dan menjalankan mesin. Gangguan ini akan lebih
berat jika diminum bersama alkohol.
Interaksi Obat
Harus
dipertimbangkan
kemungkinan
terjadinya
interaksi
pada
pemberian
Penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 30 derajat celcius.
Kemasan
Tersedia dalam kemasan: Ciprofloxacin 500 mg, 1 strip @ 10 tablet salut selaput.
C. CEFTRIAXONE
1. KOMPOSISI
Tiap vial Ceftriaxone mengandung ceftriaxone sodium setara dengan ceftriaxone 1
gram.
2. FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)
Ceftriaxone merupakan golongan sefalosporin. Golongan ini mampu menghambat
pertumbuhan bakteri gram negatif dan positif dengan cara menghambat sintesa
dinding sel. Ceftriaxone mempunyai spektrum luas dan waktu paruh eliminasi 8 jam.
Ceftriaxone efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif.
Ceftriaxone juga sangat stabil terhadap enzim beta laktamase yang dihasilkan oleh
bakteri.
3. INDIKASI
Indikasi Ceftriaxone adalah infeksi-infeksi berat dan yang disebabkan oleh bakteri
gram positif maupun gram negatif yang resisten atau kebal terhadap antibiotika lain :
Infeksi gonore
Sepsis
Meningitis
Infeksi kulit
4. KONTRAINDIKASI
Hipersensitif terhadap Ceftriaxone atau sefalosporin lainnya.
5. CARA PENGGUNAAN
Injeksi intravena dan intramuskuler.
6. EFEK SAMPING
Reaksi kulit : dermatitis, pruritus, urtikaria, edema, eritema multiforma, dan reaksi
anafilaktik.
Hematologi
eosinofil,
anemia
hemolitik,
trombositosis,
leukopenia,
granulositopenia.
Efek samping lokal : iritasi akibat dari peradangan dan nyeri pada tempat yang
diinjeksi.
Gangguan fungsi hati : untuk sementara terjadi peningkatan SGOT atau SGPT.
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, kadar plasma obat
perlu dipantau.
Tidak boleh diberikan pada neonatus (terutama prematur) yang mempunyai resiko
pembentukan ensephalopati bilirubin.
Pada penggunaan jangka waktu lama, profil darah harus dicek secara teratur.
D. PARACETAMOL
1. FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)
2. INDIKASI
Mengurangi nyeri pada kondisi : sakit kepala, nyeri otot, sakit gigi, nyeri pasca
operasi minor, nyeri trauma ringan.
3. KONTRAINDIKASI
Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak
menghilang, segera hubungi Unit Pelayanan Kesehatan.
bayi. Parasetamol dapat dikeluarkan melalui ASI namun efek pada bayi belum
diketahui pasti.
5. EFEK SAMPING
Penggunaan jangka panjang dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.