Anda di halaman 1dari 12

TUGAS SEMESTER PENDEK

TUMBUH KEMBANG

Oleh :
Dimaz Anugerah Ilaahi
2101210039

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2014

1. AUTISME
AUTISME INFANTIL
Psikosis ini terjadi sebelum usia 30 bulan. Ditandai dengan gangguan kualitatif
padakomunikasi verbal dan nonverbal, pada aktifitas imajinatif, dan pada interaksi sosial
timbal balik.

Epidemiologi
Prevalensi 3 - 4 : 10.000 anak.
Manifestasi Klinis
Gejala yang penting ialah tidak atau kurang berkembangnya kemampuan verbal
atau non verbal, kelainan pada pola berbicara, gangguan kemampuan mempertahankan
percakapan, permainan sosial yang abnormal, tidak adanya empati,dan ketidakmampuan
berteman. sering memperlihatkan gerakan stereotipik, kebutuhan kesamaan yang
mencolok, minat yang sangat sempit dan keasyikan terhadap bagian-bagian tubuh. Anak
autistik sering menarik diri dan sering menghabiskan waktunya untuk bermain sendiri.
Kadang terdapat ledakan amarah. Kontak mata minimal atau tidak ada. Pengamatan
visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan menggosok permukaan
dapat menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap beberapa rangsangan.
Hilangnya respons terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara-suara
keras yang mendadak menunjukkan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain. Saat
berbicara menunjukkan ekholalia, pembalikan kata ganti (pronomial). Dalam tes non
verbal, beberapa anak yang kemampuan bicaranya berkembang menunjukkan intelektual
yang baik. Anak autis mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang
dewasa terpelajar yang idiot.
Ciri khas autistik adalah defisit dalam keteraturan verbal, abstraksi, memori rutin,

dan pertukaran verbal timbal balik.


Pengobatan
Terapi perilaku dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Manajemen perilaku dapat
mengatasi perilaku destruktif dan agresi.
Antagonis opioat untuk mengubah masalah perilaku, penarikan diri, dan perilaku.

2. BIBIR SUMBING
Celah bibir ini timbul akibat adanya hypoplasia lapisan mesenkim, menyebabkan
kegagalan penyatuan prosesus nasalis media dan prosesus maksilaris. Celah palatum muncul
akibat terjadinya kegagalan dalam mendekatkan atau memfusikan lempeng palatum.
a. Insidensi dan epidemiologi
Insidensi celah bibir dengan atau tanpa adanya celah pada palatum kira-kira pada
1:600 kelahiran; sedangkan insidensi celah palatum sekitar 1:1000 kelahiran. Bibir sumbing
lebih lazim terjadi pada laki-laki.
Kemungkinan penyebab meliputi ibu yang terpajan obat, kompleks sindrom malformasi,
maupun genetic. Insiden tertinggi pada orang asia dan terendah pada orang kulit hitam.
b. Manifestasi klinis

Celah bibir dapat terjadi dalam berbagai variasi, mulai dari takik kecil pada batas
yang merah terang sampai celah sempurna yang meluas ke dasar hidung. Celah bisa
unilateral (pada sisi kiri) ataupun bilateral, dan biasanya melibatkan rigi-rigi alveolus.
Biasanya disertai gigi yang cacat bentuk, gigi tambahan atau bahkan tidak tumbuh gigi.
Celah kartilago cuping hidung-bibir seringkali disertai dengan defisiensi sekat hidung dan
pemanjangan vomer, menghasilkan tonjolan keluar bagian anterior celah prosesus
maksilaris. Celah palatum murni terjadi pada linea mediana dan dapat melibatkan uvula
saja, atau dapat meluas kedalam atau melalui palatum molle dan palatum durum sampai
foramen insisivus.
Klasifikasi yang diusulkan oleh Veau dibagi dalam 4 golongan yaitu :

Golongan I : Celah pada langit-langit lunak (gambar 1).


Golongan II : Celah pada langit-langit lunak dan keras dibelakang foramen insisivum

(gambar 2).
Golongan III : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang alveolar dan

bibir pada satu sisi (gambar 3).


Golongan IV : Celah pada langit-langit lunak dan keras mengenai tulang alveolar dan
bibir pada dua sisi (gambar 4).

c. Pengobatan
Masalah paling utama dan mendesak adalah proses makan; segera setelah lahir, bayi
dipasangi penutup plastic yang cocok, dimaksudkan untuk mengendalikan cairan tubuh,

menjaga stabilitas segmen-segmen arkus lateral. Putting artifisial lunak dengan lubang yang
besar berguna pada penderita ini. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis
mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan
adalah reflex hisap dan refleks menelan pada bayi dengan celah bibir tidak sebaik normal,
dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Cara memegang bayi
dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu proses menyusui bayi dan menepuknepuk punggung bayi secara berkala dapat membantu.
Penutupan bibir sumbing secara bedah dilakukan pada usia 2 bulan, ketika anak
telah menunjukkan kenaikan berat badan yang memuaskan dan bebas infeksi oral, saluran
nafas dan sistemik.

Prosthetic feeding aids merupakan sebuah alat prostodontik yang dibentuk sesuai
anatomi rahang dengan celah langit-langitnya sehingga menutup celah. Dengan
mengembalikan kondisi rongga mulut dan hidung yang terpisah akan membantu dalam
pemberian makan. Rancangan plat ini ditentukan oleh dapat tidaknya tekanan intra oral
diciptakan. Dirancang dengan menambahkan ketinggian 2-3 mm ke arah permukaan
mekanis belakang palatum durum sehingga lidah dapat berkontak dengan plat saat
penghisapan. Secara fungsional perawatan plat ini berusaha untuk menormalisir pemberian
susu, posisi lidah dan menelan dengan menutup celah

d. Komplikasi
Infeksi telinga
Anak dengan labio-palato schisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena
terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan

dan penutupan tuba eustachius.


Gangguan berbicara
Pada bayi dengan labio-palato schisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada
perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat
menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas
nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of 6 spech). Meskipun telah dilakukan
reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga
nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Penderita
celah palatum memiliki kesulitan bicara, sebagian karena palatum lunak cenderung
pendek dan kurang dapat bergerak sehingga selama berbicara udara keluar dari
hidung. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d,
t, h, k, g, s, sh, danch", dan terapi bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.

3. GANGGUAN BELAJAR
a. Ganggaun membaca (Disleksia)
Ganggaun membaca ditandai oleh gangguan kemampuan untuk mengenali kata, membaca
yang lambat dan tidak tepat, dan pemahaman yang buruk tanpa adanya kecerdasan yanbg
rendah atau deficit sensorik yang bermakna.
Epidemiologi
Diperkirakan 4% anak usia sekolah di Amerika serikat memiliki gangguan

membaca.
Etiologi
Insidensi tinggi ditemukan pada anak cerebral palsy dengan kecerdasan normal dan
anak-anak epileptic. Komplikasi selama masa kehamilan, kesulitan prenatal dan
pasca natal, prematuritas, BBLR ditemukan dalam riwayatr anak dengan gangguan
membaca.
Gangguan membaca sekunder ditemukan pada anak dengan lesi otak pascanatal di
lobus sccipital kiri yang menyebabkan kebutaan lapangan pandang kanan. Gangguan
juga bditemnukan pada anak dengan lesi splenum korpus kalosum yang
menghambat transmisi informasi visual dari hemisfer kanan yang intak ke are

bahasa di hemisfer kiri.


Diagnosis
Kriteria diagnostic untuk gangguan membaca
A
Pencapaian membaca, seperti yang diukur oleh tes baku yang diberikan secara
individual tentang keakuratan atau pemahaman membaca, adalah jelas
dibawah tingkat yang diharapkan menurut usia kronologis pasien, intelegensia
B

yang terukur, dan pendidikan yang sesuai dengan usia


Gangguan dalam kriteria A secara bermakna mengganggu pencapaian
akademik

atau

aktivitas

kehidupan

sehari-hari

yang

memerlukan

keterampiulan membaca
Jika terdapat deficit sensorik, kesulitan membaca adalah melebihi apa yang

biasanya berhubungan dengannya


Jika terdapat kondisi medis umum (missal: neurologis) atau deficit sensorik, maka

ditulis pada aksis III


Ciri diagnostik utama adalah pencapaian membaca di bawah kapasitas intelektual
seseorang. Ciri lain yaitu kesulitan mengingat, evokasi, dan mengikuti huruf dan
kata yang dicetak; dalam memproses konstruksi tata bahasa yang sulit; dan dengan
membuat kesimpulan.
- Tes psikoedukasional
Tes pengejaan baku, menulis suatu komposisi, memproses dan menggunakan
bahasa oral dan mencontoh rancangan, suatu pertimbangan keadekuatan
penggunaan pensil. Skrining proyektis bias berupa menggambar tokoh manusia,

tes mengisahkan gambar, dan melengkapi kalimat.


Gambaran klinis
Gangguan ini biasanya tampak pada usia 7 tahun, pada kasus berat mungkin
tampak pada usia 6 tahun.
Anak dengan gangguan membaca membuat banyak kesalahan dalam membaca
oralnya. Kesalahan membaca ditandi oleh menghilangkan, menambahkan, atau
penyimpangan kata. Anak tersebut sulit membedakan karakter huruf dan ukuran
huruf terutama yang dibedakan hanya oleh orientasi ruang dan panjang garis.
Kecepatan membacanya lambat sering dengan pemahaman minimal. Anak dengan
gangguan membaca kesulitan dalam mengurutkan kata, dan biasanya memulai
membaca pada huruf pertengahan atau pada akhir kalimat yang tercetak atau tertulis.
Kadang-kadang anak tersebut memindahkan huruf yang akan dibaca karena
kesulitan pengurutan kiri ke kanan. Kegagalan mengingat dan menemukan yang

menetap menyebabkan pengingatan nama dan bunyi huruf yang buruk.


Terapi
Pengobatan pendekatan pendidikan

b. GANGGUAN BERHITUNG
Gangguan berhitung adalah suatu ketidakmampuan dalam melakukan
keterampilan aritmatika yang diharapkan untuk kapasitas intelektual dan tingkat
pendidikan seseorang. Keterampilan aritmatika diukur dengan tes yang dilakukan

dan diberikan secara individual. Tidak adanya kemampuan berhitung yang


diharapkan mengganggu kinerja sekolah atau aktivitas hidup sehari hari, dan
gangguan yang ada aadalah melebihi dari gangguan yang menyertai deficit

neurologis atau bsensorik yang ada.


Epidemiologi
Prevalensi gangguan matematika belum diteliti dengan baik dan dapat
diperkirakan dengan kasar sebesar 6% dari anak anak usia sekolah yang tidak
mengalami redratasi mental. Besarnya keterbatasan pendidikan mempengaruhi
angka tersebut adalah tidak jelas. Data tidak berarti bahwa anak dengan gangguan
matematika kemungkinan menunjukkan gangguan belajar atau ketidakmampuan
bahasa lainnya. Rasio jenis kelamin gangguan matematika masih diteliti. Gangguan
mungkin lebih sering pada anak perempuan dibandingkan dengan laki laki.

Etiologi
Penyebab gangguan matematika adalah tidak diketeahui. Suatu teori awal
mengajukan deficit neurologis di hemisfer serebral kanan, terutama di lobus
osipitalis. Daerah tersebut adalah bertanggung jawab untuk memproses stimulasi
visual spasial yang sebaliknya adalah bertanggung jawab untuk keterampilan
matematika. Tetapi keabsahan teori tersebut mendapatkan sedikit dukungan pada
penelitian neuropsikiatrik setelahnya.
Pandangan sekarang adalah bahwa penyebabya adalah multifactorial. Factor
maturasional, kognitif, emosional, pendidikan, dan sosioekonomi menyebabkan
berbagai derajat dan kombinasi unbtuk gangguan matematika. Dibandingkan dengan
membaca, kemampuann aritmatika tampaknya lebih tergantung pada jumlah dan

kualitas intruksi.
Diagnosis

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN BERHITUNG


Pencapaian matematika, seperti yang diukur oleh tes baku yang diberikan

secara individual, adalah jelas dibawah tingkat yang diharapkan menurut usia
kronologis pasien, intelegensia yang terukur, dan pendidikan yang sesuai
B

dengan usia.
Gangguan dalam kriteria A secara bermakna mengganggu pencapaian
akademik atau aktivitas kehidupan sehari hari yang memerlukan

kemampuan matematika.
Jika terdapat defisit sensorik, kesulitan dalam kemampuan matematika
adaklah melebihi apa yang biasanya berhubungan dengannya.

Gambaran klinis
1. Kesulitan dalam belajar menghitung dengan tulisan maupun angka
2. Kesulitan menguasai system cardinal dan ordinal
3. Kesulitan melakukan operasi aritmatika
4. Kesulitan dalam memmbayangkan objek sebagai kelompok kelompok
5. Kesulitan dalam mengasosiasikan simbul auditorik dan visual, mengerti arti
kuantitas, dan mengingat urutan,
Prognosis
Gangguan matematika biasnya tampak pada saat anak usia 8 tahu. Pada
beberapa anak gangguan tampak pada usia 6 tahun, dan pada anak lain tidak terlihat
sampai usia 10 tahunatau lebih lambat. Sampai sekarang masih sedikit data yang
meneyebutkan prognosis dari gangguan matematika, namun sebagian menyatakan
jika terapi dilaksanakan dengan tepat dan cepat ( umur yang masih relative muda ),
maka prognosisnya cukup baik. Tetapi anak dengan gangguan matematika yang
tidak diobati dengan intensif mungkin akan timbul komplikasi termasuk kesulitan
akademik yang terus menerus, konsep diri yang buruk, depresi, dan frustasi.

Komplikasi tersebut selanjutnya dapat menyebabkan bolos masuk sekolah.


Terapi
Terapi yang paling efektif sekarang ini adalah pengobatan dengan pendidikan.
Salah satunya adalah metode MATH, suatu program latian multimedia self
instructional atau group instructional telah berhasil pada beberapa anakdengan
gangguan

matematia.

Program

pengobatan

dengan

computer

juga

dapat

meningkatkan kepatuhan terhadap usaha pengobatan. Terapi aktivitas fisik juga dpat
membantu memperbaiki koordinasi yang buruk pada si anak.
c. Gangguan Ekspresi tulisan
Gangguan ini ditandai dengan keterampilan menulis yang secara bermakna di bawah
standar menurut usia, kapasitas intelektual, dan pedidikan seseorang seperti yang diukur
dengan tes baku
Epidemiologi
3-10% anak-anak usia sekolah

Etiologi
Tidak diketahui
Diagnosis
Kriteria diagnostic untuk gangguan menulis
A
Keterampilan menulis, seperti yang diukur oleh tes baku yang diberikan
secara individual (atau penilaian fungsional keterampilan menulis) dibawah
standar sesuai usia kronologis pasien, intelegensia yang terukur, dan
B

pendidikan sesuai usia


Gangguan dalam kriteria A secara bermakna mengganggu pencapaian
akademik atau aktivitas kehidupan sehari-hari yang memerlukan komposis
teks tertulis (misal: menulis kalimat yang tepat secara tata bahasa dan paragraf

yang tersusun)
Jika terdapat deficit sensorik, kesulitan menulis adalah melebihi apa yang
biasanya berhubungan dengannya

Gambaran klinis
1. Kesulitan dalam mengeja kata dan mengekspresikan pikirannya menurut tata
bahasa yang sesuai menurut usianya.

2. Kesulitan menulis kalimat pendek pada kelas awal, semakin besar kalimat yang
ditulis menjadi lebih primitif,aneh, dan inferior dibanding temannya. Pemilihan
kata yang salah dan tidak tepat, paragraf tidak tersusundalam urutan yang tepat
3. Penurunan minat bersekolah dan untuk melakukan tugas menulis. Prestasi
menurun
Terapi
1. Psikoterapi untuk mengatasi rasa marah, melatih kesabaran dalam belajar
menulis.
2. Pembelajaran menulis kreatif dan ekspresif secara intensif dan kontinu

4. PECANDU NARKOBA

Anda mungkin juga menyukai