Anda di halaman 1dari 35

STRUMA

Wulandari Widia Ningsih


09101067

Definisi
Struma disebut juga goiter adalah suatu
pembengkakan pada leher akibat kelainan
glandula tiroid dapat berupa gangguan
fungsi atau perubahan susunan kelenjar
dan morfologinya.

Epidemiologi
Prevalensi hipertiroidisme adalah 10 kali

lebih sering pada wanita dibandigkan laki


laki. Namun cendrung lebih parah pada
laki- laki,
Perbandingan di RSCM jakarta adalah 6:1,
menurut umur banyak terjadi pada usia 30
40 tahun
Hepertiroid juga memiliki komponen
herediter yang kuat

Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam
pembentukan tiroid merupakan faktor
penyebab pembesaran kelenjar tiroid
antara lain:
1. Defisiensi iodium. Pada umumnya
penderita penyakit struma sering terdapat
didaerah yang kondisi air minum dan
tanahnya kurang mengandung iodium,
misalnya daerah pengunungan.

2. Kelainan metabolik kongenital yang


mengahmbat sintesa hormon tiroid
3. Penghambat sintesa hormon oleh zat
kimia (seperti substansi dalam
kol,lobak,kacang kedelai)
4. Penghambat sintesa hormon oleh obat
obatan (misal: thiocarbamide,sulfonylurea
dan tium)

Klasifikasi
Berdasarkan fisiologinya
1. Eutiroidisme
2. Hipotiroidisme
3. Hipertiroidime

1. Eutiroidisme
Adalah suatu keadaan hipertropi pada

kelenjar tiroid yang disebabkan stimulasi


kelenjar tiroid yang berada diabawh
normal, sedangkan kelenjar hipofsis
mengasilkan TSH dalam jumlah yang
meningkat. Goiter atau struma semacam
ini biasanya tidak menimbulkan gejala
kecuali pembesaran pada leher yang jika
terjadi secara berlebihan dapat
mengakibatkan kompresi trakea.

2. Hipotiroidisme
Adalah kelainan struktural atau fungsional

kelenjar tiroid seingga sintesis dari hormon


tiroid menjadi berkurang. Beberapa pasien
hipotiroidisme mempunyai kelenjar
mengalami atrofi atau tidak mempunyai
kelenjar tiroid akibat pembedahan/ablasi
radioisotop atau akibat destruksi oleh
antibodi autoimun yang beredar dalam
sirkulasi

Gejala hipotiroidisme adalah


1. penambahan berat badan,

sensitif terhadap udara dingin


3. Dementia
4. Sulit berkonsentrasi
5. Gerakan lambat
6. Konstipasi
7. Kulit kasar
8. Rambut rontok
9. Menstruasi berlebihan
10. Pendengaran terganggu
11. Gangguan bicara
2.

3. Hipertiroidisme
Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau

graves yang dapat didefinisikan sebagai


respon jaringan tubuh terhadap pengaruh
metabolik hormon tiroid yang berlebihan.
Keadaan ini dapat timbul spontan atau
adanya antibdi dalam darah yang
merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak
hanya produksi hormon berlebihan tetapi
juga ukuran kelenjar tiroid yang membesar

Gejala hipertioridisme berupa ;


1. Berat badan menurun
2. Nafsu makan meningkat
3. Keringat berlebihan
4. Kelelahan
5. Lebih suka udara dingin
6. Sesak napas
7. Jantung berdebar debar
8. Tremor pada tukai bagian atas
9. Mata melotot
10. Diare
11. Haid tidak teratur
12. Rambur rontok
13. Atropi otot

Klasifikasi berdasakan
klinisnya
1. Struma toksik
2. Struma non toksis

1. Struma toksik
Dapat dibedakan atas dua yaitu
1. Struma diffusa toksik
2. Struma nodusa toksik

Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah


kepada perubahan bentuk anatomi dimana
struma nodusa toksik akan menyebar luas
kejaringan lain jika tidak diberikan tindakan
medis
Sementara nodusa akan memperliatkan
benjolan yang secara klinik teraba satu atau
lebih benjolan (struma multinoduler toksik)

Struma diffusa toksik (tirotoksikosis)


Merupakan hipermetabolisme karena
jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon
tiroid yang berlebihan dalam darah.
Penyeab tersering adalah penyakit Graves
(gondok eksoftalmik), bentuk yang paling
banyak ditemukan diantaranya
hipertiroidisme lainnya,

2. Struma non toksik


Disebabkan oleh kekurangan yodium yang

kronik. Struma ini disebut sebagai simple


goiter,struma endemik atau goiter koloid
yang sering ditemukan diaerah yang air
minumnya kurang yodium dan gotrogen
yang mengahambat sintesa hormon oleh
zat kimia.
Dibagi menjadi dua
a. Struma nodusa non toksik
b. Struam diffusa non toksik

Apabila dalam pemeriksaan dikelejar tiroid

teraba suatu nodul, maka pembesaran ini


disebut struma nodusa. Struma nodusa
tanpa disertai tanda tanda hipertiroidisme
atau hipotiroidisme disebut struma nodusa
non toksik

Manifestasi Klinis
Sistem

Gejala dan Tanda

Umum

Tidak tahan hawa panas, hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh


cepat, toleransi obat, youth-fullness

Gastrointestinal

Hiperdefekasi, lapar, makan banyak, haus, muntah, disfagia,


splenomegali

Muskular

Rasa lemah

Genitourinaria

Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti

Kulit

Rambut rontok, berkeringat, kulit basah, silky hair dan onikolisis

Psikis dan saraf

Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas.

Jantung

Paralisis periodik dispneu, hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung

Darah dan limfatik

Limfositosis, anemia, splenomegali

Skelet

Leher membesar, osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri


tulang

Pemeriksaan oftalmologi
Test
Joffroy sign
Von Stelwag
Von Grave
Rosenbach sign
Moebius sign
Exopthalmus

Cara pemeriksaan dan hasil


Tidak bisa mengangkat alis dan mengerutkan
dahi
Mata jarang berkedip
Melihat kebawah, pelpebra superior tidak
dapat mengikuti bulbus okuli sehingga antara
palpebra superior dan kornea terlihat jelas
Memejam mata , tremor pada palpebra ketika
sklera bagian atas
mata tertutup
Mengarahkan jari telunjuk mendekati mata
pasien dimedial, pasien sukar mengadakan
dan mempertahankan konvergensi
Mata kelihatan menojol keluar

Indeks wayne
Gejala yang baru timbul dan atau
bertambah berat

Nilai

Tanda

Ada

Tidak

1. Sesak saat kerja

+1

1. Tiroid teraba

+3

-3

2. Berdebar

+2

2. Bising tiroid

+2

-2

3. Kelelahan

+2

3. Exoptalmus

+2

4. Suka udara panas

-5

4. Kelopak mata tertinggal bola


mata

+1

5. Suka udara dingin

+5

5. Hiperkinetik

+4

-2

6. Keringat berlebihan

+3

6. Tremor jari

+1

7. Gugup

+2

7. Tangan panas

+2

-2

8. Nafsu makan naik

+3

8. Tangan basah

+1

-1

9. Nafsu makan turun

-3

9. Fibrilasi atrial

+4

10. Berat badan naik

-3

10. Nadi teratur


< 80 x/menit
80-90 x /menit
>90 x/menit

+3

-3
-

11. Berat badan turun

+3

Indeks Wayne :
Eutiroid : <10
Mungkin hipertiroid : +10 - +20
Hipertiroid : >20

Langkah menegakan
diagnosis
1. Anamnesis
. Keluhan utama yang diutarakan pasien bisa berupa

benjolan dileher yang sudah berlangsung lama,


maupun gejala hipertiroid dan hipotiroid.
. Ditanyakan apakah pembesaran terjadi sangat
progresif atau lambat, disertai ganggua
menelan,gangguan bernapas dan perubahan suara.
. Perlu juga ditanyakan tempat tinggal dan asupan
garam untuk mengetahui apakah ada kecendrungan
kearah struma endemik
. Jika pasien datang dengan keluhan hiper dan
hipofugsi harus digali lebih jauh kearah hiprtioid dan
hipotiroid stra ada tidaknya benjolan dileher

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
. Dilihat apakah pembesaran simetris atau
tidak
. Timbul gangguan pernapasan atau tidak
. Ikut bergerak saat menelan atau tidak

b.Palpasi
Palpasi sangat penting untuk menentukan
benjolan tersebut kelenjar tiroid atau
kelenjar getah bening. Pada kelenjar tiroid
pada saat pasien diminta untuk menelan
benjolan ikut bergerak, sedangkan jika
tidak ikut dapat dipikirkan kemugkinan
pemebesaran kelenjar getah bening leher .

Pembesaran yang teraba harus dideskripsikan ;


Lokasi : lobus kanan, lobus kiri, ismus
Ukuran dalam sentimeter, diameter panjang
Jumlah nodul : satu (uninodusa), atau lebi dari
satu (multinodusa)
Konsistensinya : kistik, lunak, kenyal,keras
Nyeri : ada atau tidaknya nyeri pada saat palpasi
Mobilitas : ada atau tidaknya perlekatan terhadap
trakea, muskulus strenokleidomastoidea
Kelenjar getah bening disekitar tiroid : ada
pembesaran atau tidak

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan untuk mengukur fungsi

tiroid.
. Pemeriksaan untuk mengetahui kadar
Tdan T serta TSH paling sering
mengguakan Radioimmunoassay (RIA)
dan ELISA dalam serum atau plasma
darah.
. Kadar normal T total pada orang dewasa
50-120ng/dl,
. T pada orang dewas 0,65-1,7ng/dl

2. Pemeriksaan radiologi
Foto rontgen dapat memperjelas adanya
deviasi trakea atau pembesaran struma
retrosternal yang pada umumnya secara
klinis sudah bisa diduga
USG tiroid yang bermanfaat untuk
menetukan jumlah nodul, membedakan
antara lesi kistik maupun padat,
mendeteksi adanya jaringan kanker

Penatalaksanaan
1. Obat antitiroid

Indikasi
2. Terapi untuk memperpanjang remisis atau
medapatkan remisi yang menetap, pada pasien
muda dengan stuma ringan sampai sedang dan
tirotoksikosis
3. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada
fasesebelum pengbatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yang mendapat yodium
aktif
4. Persiapan tiroidektom
5. Pasien denganDosis
krisis
tiroid
Obat
awal
(mg/hari)
Pemeliharaan
Karbimazol

30 60

(mg/hari)
5 20

Metimazole

30 60

5 20

Propiltourasil

300 600

5 200

2. Pengobatan dengan yodim radioaktif


Indikasi
1. Pasie umur 35 tahun atau lebih
2. Hipertiroidisme yang kambuh sesudah
operasi
3. Gagal mencapai remisi sesudah pemerian
obat anti tiroid
4. Adenoma toksik, goiter multinodular
toksik

Terapi supresi dengan Hormon Levothiroxine


Terapi denganlevothiroxine (LT)
kombinasi dengan TSH (<0,1 IU/mL)
masih dalam kontroversi/ tujuannya dalah
untuk mengecilkan nodul tiroid dan
mencegah kembali munculnya nodul baru
atau pertumbuhn kecil massa yang
serupa dengan nodul awal.

Penggunaan levothiroxine secara rutin pada

nodul tiroid tidak direkomendasikan.


Pengguan harus dihindari pada pasien
1. Dengan nodul yang besar
2. Pada kasus long standing goiter
3. Jika level TSH <1IU/mL
4. Wanita post menopause
5. Penderita usia lebih 60 tahun
6. Penderita dengan osteoporosis
7. Penderita dengan penyakit kardivaskuler

Tindakan pembedahan
Indikasi operasi pada struma
1. Struma diffus toksik yang gagal dalam

pengobatan dengan terapi medikamntosa


2. Struma uni atau multinodusa dengan
kemungkinan keganasan
3. Struma dengan gangguan kompresi
4. Komestik

Kontraindikasi pada operasi struma


1. Struma toksik yang belum dipersiapkan

sebelumnya
2. Struma dengan dekompresi kordis dan
penyakit sistemik lainnya yang belum
terkontrol
3. Struma besar yang melekat erat kejarigan
leher sehigga sulit digerakkan yang
biasanya karena karsinoma.

Macam teknik operasi


1.Isthmulobectomy : mengangkat isthmus
2. Lobectomy : mengangkat satu lobus, bila subtotal sisa 3 gram
3. Tiroidectomy total : semua kelenjar tiroid diangka
4. Tiroidectomy subtotal bilateral : mengangkat lobus kanan dan sebagian kiri,
sisa jaringan 2-4 gram dibagian posterior untuk mencegah kerusakan
parathyroid atausyaraf reccurent laryngeus. biasanya dilkukan pemeriksaan
frosen section
5. Neartotal tiroidectom : isthmulobectomydextra dan lobectomy subtotal
sinistra dan sebaliknya, sisa jaringan tiroid 1-2 gram. Mengangkat semua nodi
yng terlibat
6. RND (diseksi neck rdikal) : mengangkat seluruh jaringan limfoid pada leher
sisi yang bersangkutan dengan menyertakan n.assesorius, v jugularis
eksterna dn interna, m strenocleidomastoideus dan m. Omohyoideus dan
kelenjar ludah submandibularis dan tail parotis
Ada 3 modifikasi
Modifikasi 1 : mempertahankan n. Ascessorius
Modifikasi 2 : mempertahankan n. Acessorius dan v.jugularis interna
Fungsional : n.asessoriusv.jugularis interna m. Sternokleidomastoideus

Komplikasi pembedahan
tiroid
Perdarahan dari a. Tiroidea superior
Dispneu
Paralisis N.rekurens laryngeus.akibatnya

otot otot laring terjadi kelemahan


Paralisis N. Laryngeus superior, akibatnya
suara menjadi lebih lemah dan sukar
mengontrol nada tinggi, karena terjadi
pemendekan pita suara oleh karena
relaksasi M.krikotiroid.

Anda mungkin juga menyukai