Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1

PERCOBAAN VI
PEMBUATAN LARUTAN

OLEH:

NAMA

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUIAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KENDARI
2015
I.
A. Latar Belakang

PENDAHULUAN

Ketika mempelajari kimia kita mengenal larutan dan dalam kehidupan


sehari-hari tidak lepas dari yang namanya larutan. Larutan pada umumnya
merupakan campuran yang homogen. Komponen yang terdapat dalam jumlah
banyak atau besar disebut pelarut atau solvent, sedangkan komponen yang
terdapat dalam jumlah kecil disebut zat terlarut atau solut.
Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah total zat dalam larutan atau perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah zat pelarut. Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai jumlah solut
yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Dinyatakan dalam beberapa cara
antara lain molarita, molalitas, normalitas, dll. Molaritas yaitu jumlah mol solut
dalam 1 liter larutan, molalitas yaitu jumlah mol solut per 1000 gram pelarut
sedangkan normalitas adalah jumlah gram ekuivalen solut dalam 1 liter larutan,
dll.
Dalam ilmu kimia, larutan sangat penting karena hampir semua reaksi
terjadi dalam larutan. Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang
dihasilkan maka perlu dilakukan standarisasi, karena dalam pembuatan larutan
dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan
yang di inginkan. Setelah dilakukannya standarisasi selanjutnya biasanya
digunakan dalam proses analisis kimia dengan metode titrasi asam dan basa.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam titrasi adalah membuat suatu
larutan yakni dibuat dengan cara melarutkan suatu sampel zat terlarut yang
diinginkan dengan penimbangan dan menghitung volume suatu zat. Prosedur ini

adalah menentukan jumlah asam maka ditambahkan asam dalam jumlah yang
ekuivalen. Dimana titik ekuivalen jika ditambah sedikit titran akan menyebabkan
perubahan pH yang sangat besar. Keterkaitan praktikum kimia dengan pertanian
dalam acara ini yaitu digunakannya senyawa-senyawa kimia sebagai pemberantas
hama yang lebih kita kenal dengan pestisida. Sebagian besar pestisida berbentuk
larutan. Meskupun demikian, penggunaan pupuk harus sesuai dengan kadar yang
telah ditentukan agar dapat mendukung sektor pertanian dalam produksi.
B . Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari percobaan pembuatan larutan ini adalah bagaiman
mengetahui sifat pelarutan suatu senyawa dan bagaimana mampu membuat
larutan dengan konsentrasi tertentu.
B. Tujuan
Tujuan dari percobaan pembuatan larutan ini yaitu agar dapat mengetahui
sifat pelarutan suatu senyawa

dan agar mampu membuat larutan dengan

konsentrasi tertentu.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Kata larutan (solution) sering dijumpai. Larutan merupakan campuran


homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis. Ada dua komponen utama
pembentuk larutan, yaitu zat terlarut (solute), dan pelarut (solvent).Fasa larutan

dapat berupa gas, cair, atau padat bergantung pada sifat kedua komponen
pembentuk larutan. Apabila fasa larutan dan fasa zat-zat pembentuk sama, zat
yang berbeda dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat
lainnya sebagai zat terlarut-nya (Mulyono, 2006).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu. Semakin
tinggi suhu reaksi, hasil yang dihasilkan juga semakin bertambahh untuk waktu
reaksi yang sama, sebab gerakan molekul-molekul pereaksi semakin besar.
Dengan demikian, kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul -molekul
pereaksi yang berlanjut dengan reaksi kimia juga besar (Harjanti, 2008).
Kelarutan merupakan banyaknya solut yang dapat dilarutkan pada pelarut
tertentu pada kondisi tertentu. Senyawa yang terlarut disebut dengan solut dan
cairan yang melarutkan disebut dengan solven, yang secara bersama-sama
membentuk suatu larutan. Proses melarutkan disebut dengan pelarut (solvasi) atau
hidrasi jika pelarut yang digunakan adalah air (Satyajit dan Lutfun, 2009).
Untuk memperoleh larutan standar, perlu dilakukan proses standarisasi
sebelum melakukan analisa konsentrasi larutan yang ingin dianalisa. Secara
umum, larutan standar ada dua jenis. Pertama, larutan standar primer yang
menjadi acuan dalam proses standarisasi. Kedua, larutan standar sekunder, yaitu
larutan standar yang akan distandarisasi dan lebih lanjutnya akan digunakan untuk
proses analisis sampel. Standarisasi perlu dilakukan, karena larutan standar
sekunder biasanya bersifat tidak stabil jika disimpan dalam waktu yang lama.
Sedangkan larutan standar primer yang dipilih biasanya memiliki sifat stabil jika

disimpan dalam waktu yang lama, misalnya saja tidak higroskopis sehingga
konsentrasinya tidak mudah berubah (Anonim, 2012).
Suatu

indikator

digunakan

ntuk

menunjukka

titik

akhir

titrasi,

makaindikator harus berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekuivalen
dengan titrat, perubahan warna itu harus terjadi secara mendadak, agar tidak ada
keraguan-keraguan tentang kapan titrasi harus dihentikan, titrasi adalah titrasi
basa kuat dengan asam kuat dan titrasi basa lemah dengan asam kuat
(Ratna,2008).

III.
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum kimia dasar 1, pembuatan larutan dilaksanakan pada hari sabtu,
9 januari 2016 pukul 13.-selesai bertempat di Laboratorium Kimia Analitik,
Universitas Halu Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan pembuatan larutan Hcl yaitu pipet
tetes , gelas ukur , labu takar, buret. Bahan yang digunakan pada percobaan
pembuatan larutan HCL yaitu aquades 40ml, dan larutan HCL 10 ml
C. Prosedur Kerja
- Diambil menggunakan pipet tetes
- HCL
Dikeluarkan airnya perlahan-lahan
Larutan
- Ditampung didalam gelas ukur
- Dimasukan kedalam labu takar
Larutan HCL
aquades kedalam gelas ukur
- +Dimasukan
- Dikocok hingga homogen
Hasil Pengamatan

IV.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1 Tabel Pengamatan
NO
1
2
3

PERLAKUAN
10 ml larutan HCL
40 ml aquades
10 ml larutan HCL + 40 ml

HASIL PENGAMATAN
Wanra : bening
Warna : bening

aquades

Warna : bening

2. analisis data
Untuk melakukan pembuatan larutan dengan konsentrasi lebih kecil dari
konsentrasi awal maka kita dapat menggunakan pengenceran .
V1 .M1 = V2 . M2

10 . 1 = 40 . M2
10 = 40 . M2
10/40 = M2
M2 = 0,25

B. Pembahasan
Seperti yang telah kita ketahui bahwa larutan yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Kebutuhan akan larutan itu sendiri bermacam-macam
konsentrasinya, terlebih dalam pengujian-pengujian yang menggunakan reaksi
kimia, maka kevalidan besar konsentrasi sangat penting.
Dalam praktikum ini kita ketahui adanya perubahan konsentrasi dari
konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah dari konsentrasi awal yang
semula 1 menjadi 0,25, jika kita ingin mengubah konsentrasi yang tinggi ke
konsentrasi yang rendah maka kita harus menentukan konsentrasi awal nya
terlebih dahulu lalu kita

melakukan pengenceran dengan begitu kita akan

mengetahui perubahan konsentrasi yang terjadi.

V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan pembuatan larutan ini yaitu untuk
melakuakan pengubahan konsentrasi dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi
yang rendah maka kita perlu menentukan konsentrasi awalnya terlebih dahulu lalu
kita gunakanbrumus pengenceran untuk mengetahui perubahan konsentrasi.

\\

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Mulyono HAM, M.P.d. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium.


Penerbit : Bumi Aksara.
Sarker, Satyajit D. dan Lutfun Nahar. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa
Farmasi.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Ratna Rianti. 2008. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2 No. 2. Politeknik LPP, Jl
Sumoharjo, Balapan. Yogyakarta.
Harjanti Sri Miningsih. 2008. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2 No. 2. Politeknik
LPP, Jl Sumoharjo, Balapan. Yogyakarta.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai