Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

NYERI
1; Definisi

Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman


biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial
atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi
kerusakan.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial. (Smeltzer & Bare, 2001)
Definisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang
menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya,
yang ada kapanpun individu mengatakannya potensial (Smeltzer
& Bare, 2001).
Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan sangat
individual yang tidak dapat diungkapkan kepada orang lain
(Kozier, 2004).
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu (Potter&Perry,
2005)
2; Klasifikasi Nyeri

Menurut bentuknya:
a; Nyeri akut, nyeri yang berlangsung tidak melebihi enam bulan,
serangan mendadak dari sebab yang sudah diketahui dan
daerah nyeri biasanya sudah diketahui, nyeri akut ditandai
dengan ketegangan otot, cemas yang keduanya akan
meningkatkan persepsi nyeri.
b; Nyeri kronis, nyeri yang berlangsung enam bulan atau lebih,
sumber nyeri tidak diketahui dan tidak bisa ditentukan
lokasinya. Sifat nyeri hilang dan timbul pada periode tertentu
nyeri menetap

Nyeri Kronis
Klien menjadi mudah tersinggung
dan mengalami insomnia

Kecemasan
meningkat

Kurang perhatian
dan isolasi sosial

Putus asa

Klien mundur dari


interaksi sosial
Menurut jenisnya:
a; Nyeri perifer
- Nyeri superficial, yakni rasa nyeri yang muncul akibat
rangsangan pada kulit dan mukosa
- Nyeri viseral, rasa nyeri yang muncul akibat stimulasi pada
reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium, dan toraks
- Nyeri alih, nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang
jauh dari jaringan penyebab nyeri
b; Nyeri sentral
Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis,
batang otak, dan thalamus
c; Nyeri psikogenik
Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya. Dengan kata
lain nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita sendiri.
Seringkali, nyeri ini muncul karena factor psikologis, bukan
fisiologis.
3. Pengukuran Intensitas nyeri
a. Menurut Hayward
Hayward (1975), mengembangkan sebuah alat ukur nyeri
(painometer) dengan skala longitudinal, yang pada salah satu
ujungnyatercantum nilai 0 (untuk keadaan tanpa nyeri) dan ujung
lainnya nilai 10 (untuk kondisi nyeri paling hebat). Untuk
mengukurnya, penderita memilih salah satu bilangan yang yang
menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang
terakhir kali ia rasakan, dan nilai ini dapat dicatat pada sebuah
grafik yang dibuat menurut waktu. Intensitas nyeri ini sifatnya
subjektif dan dipengaruhi banyak hal, seperti tingkat kesadaran,
konsentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan
keluarga. Intensitas nyeri dapat dijabarkan dalam sebuah skala
nyeri dengan beberapa kategori.
0
=
tidak nyeri

1-3
4-6
7-9
10

=
nyeri ringan
=
nyeri sedang
=
sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol
dengan aktivitas yang biasa dilakukan
=
sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol

b; Deskriptif

tidak
nyeri

nyeri
ringan

nyeri
sedang

nyeri
berat

nyeri
yang tidak
tertahankan

c; Skala FACES

Menurut Wong-Baker FACES Rating Scale, skala ini ditujukan


untuk klien yang tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya
melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu
berkomunikasi secara verbal dan lansia yang mengalami
gangguan kognisi dan komunikasi.

4;

Pengkajian
Kaji karakteristik nyeri (PQRST)
P (provoked)
: hal yang mencetuskan / memperberat
nyeri
Q (quality)
: kualitas nyeri, misalnya : seperti
ditusuk benda tajam/tumpul, terbakar.
R (region/radiation) : daerah/bagian tubuh yang mengalami
nyeri /
penjalararan nyeri
S (severity)
: intensitas atau beratnya nyeri
T (time)
: waktu
Kaji riwayat nyeri
- Lokasi, untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik,
minta klien menunjukkan area nyerinya
- Intensitas nyeri
- Kualitas nyeri, terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukulpukul atau ditusuk-tusuk.

Pola, pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan


kekambuhan atau interval nyeri
- Faktor presipitasi, factor pencetus timbulnya nyeri.
- Gejala yang menyertai, meliputi mual, muntah, pusing dan
diare
- Pengaruh pada aktivitas sehari-hari.
- Sumber koping, setiap individu memiliki strategi koping
yang berbeda dalam menghadapi nyeri
- Respon afektif, respon klien bergantung pada situasi,
derajat, dan durasi nyeri, intepretasi tentang nyeri, dan
faktor
Kaji tanda-tanda vital tekanan darah, nadi, respiratory rate,
suhu tubuh.
Kaji respon perilaku dan fisiologis
- Respon non verbal: ekspresi wajah, misal menutup mata
rapat-rapat atau membuka mata lebar-lebar, menggigit
bibir bawah, dan seringai wajah.
- Respon perilaku: menendang-nendang, membalik-balikkan
tubuh di atas kasur, dll.
- Respon fisiologis: nyeri akut misalnya peningkatan
tekanan darah, nadi, dan pernafasan, diaphoresis, dilatasi
pupil akibat terstimulasinya system saraf simpatis.
-

4;

Diagnosa yang mungkin muncul


-

Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral


Gangguan pola tidur b.d nyeri
Cemas b.d perubahan dalam status kesehatan

5; Intervensi keperawatan
a; Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler cerebral
Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil:
;

Skala nyeri berkurang

Pasian tampak rileks

Tanda-tanda vital normal

Intervensi:
a; Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri
b; Anjurkan pasien relaksasi nafas dalam

c; Lakukan masase dan kompres hangat pada daerah sekitar


nyeri
d; Monitor tanda-tanda vital
e; Beri posisi yang nyaman
f; Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan
untuk melakukan aktivitas hiburan
g; Kolaborasi : pemberian analgetik
b; Gangguan pola tidur b.d nyeri
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan dapat mengurangi gangguan pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur.
KH:
Pasien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman
Intervensi:
- Kaji keadaan umum
- Ingatkan pasien untuk tidak berlebihan dalam beraktivitas
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional :
- Mengetahui keadaan umum pasien
- Mencegah hal-hal yang tidak di inginkan saat cedera.
- Teratasinya keramaian dan kekhawatiran pada pasien
c; Cemas b.d perubahan status kesehatan
I;

Tujuan :

II;
Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam cemas
pasien hilang atau berkurang dg:
KH:

Pasien mampu mengungkapkan cara mengatasi cemas


Dapat tidur
Intervensi
- Bina Hub. Saling percaya
- Libatkan keluarga
- Jelaskan semua Prosedur
- Hargai pengetahuan ps tentang penyakitnya
- Bantu ps untuk mengefektifkan sumber support
Rasional
1; Mempermudah intervensi
2; Mengurangi kecemasan
3; Membantu pasien dalam meningkatkan pengetahuan
tentang status kes dan meningkatkan kontrol kecemasan
4; Merasa dihargai
5; Dukungan akan memberikan keyakinan thdp peryataan
harapan untuk sembuh/masa depan

DAFTAR PUSTAKA
Potter, R.A. Derry A.G. Fundamental of Nursing; St. Louis. Mosby.2000
Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Alih Bahasa Budi Santosa.
Prima Medika. 2005.
Iqba, W. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. 2008

Anda mungkin juga menyukai