di Indonesia
2015
Laksono Trisnantoro
Ketua Dewan Pakar, Pusat Kebijakan dan Manajemen
Kesehatan (PKMK), Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada
Tujuan Refleksi
Menyimpulkan gambaran hubungan
berbagai kebijakan kesehatan yang terjadi
di tahun 2015 dalam konteks reformasi
sektor kesehatan.
Merefleksikan apa yang terjadi di tahun
2015 untuk keperluan pengembangan
kebijakan kesehatan di masa mendatang.
Memicu diskusi lebih lanjut untuk
keperluan perbaikan kebijakan dan
program di tahun 2016.
2
Bagian
1:
Isi
- Kebijakan Pembiayaan
- Kebijakan tentang Peranan
berbagai Lembaga
- Kebijakan Pengembangan Supply
Side
- Kebijakan Mekanisme Pembayaran
- Kebijakan Promosi Kesehatan
Bagian 2:
Reflek
si
Apakah dapat
meningkatka
n?
- Pemerataa
n
Pelayanan
- Mutu
Pelayanan
Apakah
dapat
meningka
tkan
status
kesehatan
masyarak
at?
1.1. Kebijakan
Pembiayaan
Kesehatan
Kebijakan JKN:
Anggaran
kesehatan
pemerintah
pusat;
5
Kebijakan
Pembiayaan JKN:
Terjadi kekurangan
dana pada tahun
2014 dan 2015;
Dana APBN untuk
Penerima Bantuan
Iuran menjadi
penutup
kekurangan BPJS
Paja
k
Belum ada
pagar/komparteme
n di dalam BPJS
Pendapata
n Negara
bukan
Pajak
BPJ
S
APB
N
PBI
Rp
Kemen
kes
Kementeria
n lain
Pemda
Pendapata
n Asli
Non-PBi PNS,
Jamsostek dll
dll
Pelayana
n Primer:
R
p
R
p
Non-PBI
Mandiri
Askes
Swast
a
Pelayana
n
Rujukan
Paja
k
Dikawatirkan:
Dana PBI dan Non-PBI
eks PT Askes
dipergunakan di Non-PBI
Mandiri
Pendapata
n Negara
bukan
Pajak
BPJ
S
APB
N
PBI
Rp
Kemen
kes
Kementeria
n lain
Pemda
Pendapata
n Asli
Non-PBi PNS,
Jamsostek dll
dll
Pelayana
n Primer:
R
p
R
p
Non-PBI
Mandiri
Askes
Swast
a
Pelayana
n
Rujukan
106.1
ANGGARAN KESEHATAN
ANGGARAN KEMENKES
74.8
70.5
64.8
45.2
40.1
18.8 20.6
19.7 20.1
2007.0
2008.0
20.2
23.2
2009.0
24.9
28.2
2010.0
27.7
2011.0
45.2
47.5
51.3
38.6
31.2
2012.0
2013.0
2014.0
2015.0
2016.0
12,000,000.00
10,000,000.00
GDP Nasional
(harga berlaku)
GDP
Penerimaan Pajak
8,000,000.00
Pajak
Tax
Hibah
Revenue
Non-Tax
Penerimaan Bukan
Miliar
6,000,000.00
Rupiah
4,000,000.00
Revenue
2,000,000.00
Sumber:
Indonesia dalam
Angka 2015,
BPS; UU APBN
2016
Kementerian
Keuangan RI
Tahun
DI tahun
2015:
Defisit
Anggaran
membesar
1.2. Kebijakan
hubungan antar
Lembaga di tahun
2015
Adanya BPJS
Hal yang mencolok
terjadi: Hubungan BPJS
dengan Kementerian
Kesehatan dan Dinas
Kesehatan:
12
Fakta-fakta:
Dinas Kesehatan: dalam kebimbangan,
apakah semakin mengarah ke operator
atau regulator: Draft RPP
Peran Pemerintah Daerah dalam JKN:
terbatas.
BPJS merupakan lembaga keuangan yang
centralized dalam sektor kesehatan yang
terdesentralisasi;
Peranan IDI dan ikatan profesi masih
minimal karena ada pertikaian yang sampai
MK.
13
1.3. Kebijakan
penambahan
Supply Side di
tahun 2015
Perkembangan RS
Perkembangan SDM
Spesialis
Perkembangan DLP
14
Jumlah RS di Indonesia
Per Desember 2015
Data Nasional
1,592
1,562
1,540
1,405
870
543
314
666
Data Nasional
1,592
1,562
1,540
1,405
870
543
314
666
1. Data Nasional
Trend Jumlah TT di Indonesia Berdasarkan Kepemilikan RS
75,723
72,383
74,786
67,242
61,957
60,656
47,060
38,847
38,368
28,684
25,696
22,292
19,183
17,071
16,997
15,782
13,678
22,047
19,622
16,879
16,191
28,127
21,791
17,063
16,654
16,420
10,126
4,894
4,480
3,604
2,181
505
244
244
268
2012
2013
13,667
2014
20,928
13,356
8,308
1,379
8,305
7,970
7,196
7,034
4,164
3,249
2,236
195
Non
Kela
s
Pertumbuhan RS per
Regional
Pertumbuhan RS per Regional
Region
Region
Region
Region
Region
Keterangan:
Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten
Region 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTB
Region 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng,
Sulsel, Sultra, Gorontalo, Sulbar
Region 4: Kalteng, Kalsel
Region 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua
1
2
3
4
5
Pertumbuhan TT per
Regional
Pertumbuhan TT per Regional
180,000
160,000
140,000
Region
Region
Region
Region
Region
120,000
100,000
TT
80,000
60,000
40,000
20,000
2012
2013
2014
Keterangan:
Region 1: DKI, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Banten
Region 2: Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Bali, NTB
Region 3: NAD, Sumut, Jambi, Bengkulu, Kepri, Kalbar, Sulut, Sulteng,
Sulsel, Sultra, Gorontalo, Sulbar
Region 4: Kalteng, Kalsel
Region 5: Kep. Babel, NTT, Kaltim, Maluku, Malut, Papua Barat, Papua
1
2
3
4
5
SpA SpOG
SpD
SpB
Per Dec
2015
Ketersediaan spesialis di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Banten lebih
banyak dibanding di provinsi lain, di NTT hanya 0.2% dari total jumlah spesialis 4 dasar
5,507
4,856
2,160
1,241
2,791
1,663
1,351 1,093
1,158
1,040
888
711
637 458
617
505 282426551344
16768202 179323 119112123252
163
Perkembangan
DLP
PDUI dengan
Stakeholder bertikai
PDUI mengajukan
Yudisial Review (YR)
ke MK
MK menolak
seluruhnya YR PDUI
untuk program DLP
IDI tetap
melawan
dengan dasar
hasil
Muktamar
24
Keadaan supply-side
Tidak banyak perubahan dibandingkan dengan tahun
2014
Pengembangan RS terutama berada di Regional 1
(Jawa)
Perkembangan RS Swasta For Profit meningkat tinggi
Perkembangan jumlah spesialis tidak banyak
meningkat
Pengembangan dokter pelayanan primermasih ada
perbedaan pendapat antara IDI dengan stakeholder
lain, walaupun sudah ada keputusan MK.
25
DIY
NT
T
Zero
2014
2015
2016
2017
2018
201
9
1.4.
Kebijakan Alokasi
dan Pembayaran
di tahun 2015
1.Di Kementerian
Kesehatan
2.Di BPJS
27
Kementerian Kesehatan
Alokasi Kemenkes ke daerah:
Masih seperti tahun 2014.
BOK masih dalam pola
mekanisme TP.
Akan berubah di tahun 2016.
28
Kebijakan Pembayaran di
BPJS
BPJS untuk RS: Klaim
Tanpa Batas Atas di RS
Masalah Fraud. Penerbitan
Permenkes untuk pencegahan (No 36)
BPJS untuk FKTP: Kapitasi
- Masih dalam proses
pengembangan;
- Banyak perdebatan mengenai
kinerja FKTP dengan kapitasi;
- Eksperimen Pay for Performance
sedang dilakukan.
29
Kesimpulan yang
terjadi di tahun 2015:
1. Kebijakan Pembiayaan
2. Kebijakan tentang
Peranan berbagai
Lembaga
3. Kebijakan
Pengembangan Supply
Side
4. Kebijakan Mekanisme
Pembayaran
5. Kebijakan Promosi
Kesehatan
Kebijakan-kebijakan tersebut
belum dirancang dan
terkoordinasi dengan baik.
Bagian 2:
Refleks
i
tahun
2015
32
Diharapkan dapat
dipergunakan
untuk memperbaiki
kebijakan di masa
mendatang
Menjadi dasar
perenungan untuk
Outlook kegiatan
di tahun 2016
33
Reflek
si
Apakah dapat
meningkatka
n?
- Pemerataa
n
Pelayanan
- Mutu
Pelayanan
Apakah
dapat
meningka
tkan
status
kesehatan
masyarak
at?
34
35
Pertanyaan
ideologis untuk
Indonesia dengan
kemampuan pajak
yang masih
rendah.
Apakah negara
layak membayar
subsidi bagi
masyarakat kaya?
Apakah tidak bisa
kesehatan
mendapat dana
lebih besar dari
masyarakat?
36
12,000,000.00
10,000,000.00
GDP Nasional
(harga berlaku)
GDP
Penerimaan Pajak
8,000,000.00
Pajak
Tax
Hibah
Revenue
Non-Tax
Penerimaan Bukan
Miliar
6,000,000.00
Rupiah
4,000,000.00
Revenue
2,000,000.00
Sumber:
Indonesia dalam
Angka 2015,
BPS; UU APBN
2016
Kementerian
Keuangan RI
Tahun
Ada
masalah
dalam
pengumpul
an pajak di
Indonesia
Cenderung ke
Welfare
Ideologi Kiri
Neoliberal
Sosial
Demokrat
Cenderung ke
Mekanisme
Pasar
Ideologi Kanan
38
Debat ideologis:
Welfare State
Pendapat ini menyatakan
bahwa pemerintah harus
berperan penuh dalam
menyediakan pelayanan publik
untuk kesejahteraan seluruh
lapisan masyarakat. Untuk
membiayai pelayanan
kesehatan sebagai salahsatu
program kesejahteraan,
pemerintah harus kuat dalam
mencari dana melalui
pendapatan Negara,
khususnya pajak.
vs
Market Orientation
Pemerintah harus mengurangi
beban pembayaran untuk
pelayanan kesejahteraan
sosial. Pelayanan publik untuk
kesejahteraan sosial
merupakan hal yang mahal.
Seringkali beban pembiayaan
ini berada di luar kemampuan
pemerintah. Instrumen pajak
untuk menghasilkan dana, ada
batasnya. Biarkan prinsip
pasar bekerja.
39
Paja
k
Pendapata
n Negara
bukan
Pajak
BPJ
S
APB
N
PBI
Rp
Kemen
kes
Kementeria
n lain
Pemda
Pendapata
n Asli
Non-PBi PNS,
Jamsostek dll
dll
Pelayana
n Primer:
R
p
R
p
Non-PBI
Mandiri
Askes
Swast
a
Pelayana
n
Rujukan
41
GDP
Nasional
(harga
berlaku)
Penerima
an Pajak
Penerima
an Bukan
Pajak
Hibah
8, 000, 000. 00
Miliar Rupiah
6, 000, 000. 00
4, 000, 000. 00
2, 000, 000. 00
T
ahun
Sumber:
Indonesia dalam
Angka 2015,
BPS; UU APBN
2016
Kementerian
Keuangan RI
Apakah mungkin
menaikkan pajak rokok
untuk kemudian diberikan
ke JKN (Earmarked)?
Bagaimana dengan pajak
untuk alkohol?
42
Peran Out-of-Pocket
Apakah outof-pocket
akan
dianggap
masa lalu?
Kasu
s KB
43
Tax
Incom
e
BKK
BN
MoH
Other
Ministries
489
( 72.9
T)
Di dalam program
KB apakah masih
ada kemungkinan
pendanaan
swasta?
Non-tax
Income
Pemda
Local Gov
APB
N
Non-PBI ex
PT Askes
PBI
BPJ
S
Primary
Care
Non-PBI
Mandiri
Private
Insuranc
e
Referral
Care
Out of pocket
Apakah masih
ada praktek
Bidan Swasta
(Lingkaran
Biru)
44
Jawaban: Ya
Untuk berbagai
program KB Jangka
Pendek masih
berjalan di
berbagai daerah,
khususnya yang
mempunyai banyak
masyarakat
menengah ke atas.
Persepsi masyarakat:
Praktek Swasta lebih baik mutunya dan
lebih ramah;
Tidak perlu antre seperri di Puskesmas
Relatif murah
Catatan:
Ada yang tidak paham mengenai
manfaat KB di JKN
+
Sebagian bidan tidak suka dengan model
BPJS. Bidan harus masuk ke sebuah
organisasi FKTP, dengan pembayaran
kecil dan ada potongan.
45
Di berbagai
belahan dunia, ada
kenaikan peran
pemerintah untuk
pembiayaan
Namun peran
swasta juga masih
besar melalui Out
of Pocket dan
asuransi kesehatan
swasta
Di negara-negara
sosialis Eropa,
peranan
pemerintah
mengecil karena
masalah
kekurangan dana
46
2012
African Regions
55.8
49.2
55.1
51.0
67.7
62.1
European Region
26.0
26.8
50.9
49.3
37.9
36.5
47
48
Topik Refleksi 2:
Hubungan Kelembagaan
dan Peran Kelembagaan
Adanya perbedaan
cara berfikir:
Peran Lembaga
Swasta dan peran
Pemerintah
Siapa Regulator
Sistem Kesehatan?
Siapa Operator
Bagaimana Peran
FK dan pendidikan
tinggi kesehatan?
Bagaimana peran
Perhimpunan
Profesi?
49
Berbagai Hubungan
50
Di tahun 2016
Perlu mencari caracara strategis dan
operasional untuk
memperbaiki
hubungan
kelembagaan
berbagai
stakeholders
Sistem Kesehatan
Kegagalan
perbaikan
hubungan akan
menyulitkan
pencapaian tujuan
pembangunan
sektor kesehatan
51
Topik Refleksi 3:
Bagaimana prinsip
Reformasi dilakukan?
Saat ini masih cenderung
penekanan pada
Kebijakan Pembiayaan
Belum diikuti kebijakankebijakan lain dengan
menggunakan teori
Reformasi
52
Goal
Goal
Status
Status Kesehatan/
Kesehatan/
Health
Health Status
Status
Pembiayaan/Fin
Pembiayaan/Fin
ancing
ancing
Pembayaran/Payme
Pembayaran/Payme
nt
nt
Pengorganisasian/O
Pengorganisasian/O
rganizing
rganizing
Regulasi/Regulation
Regulasi/Regulation
Promosi/Promotion
Promosi/Promotion
Access
Access
Quality
Quality
Efficiency
Efficiency
Kepuasan
Kepuasan Publik/
Publik/
Public
Public
Satisfaction
Satisfaction
Cost
Cost
Equity?
(Harvard University-WB)
53
Perlindungan
Perlindungan
Resiko/
Resiko/
Risk
Risk Protection
Protection
Goal
Goal
Status
Status Kesehatan/
Kesehatan/
Health
Health Status
Status
Pembiayaan/Fin
Pembiayaan/Fin
ancing
ancing
Pembayaran/Payme
Pembayaran/Payme
nt
nt
Pengorganisasian/O
Pengorganisasian/O
rganizing
rganizing
Regulasi/Regulation
Regulasi/Regulation
Promosi/Promotion
Promosi/Promotion
Access
Access
Quality
Quality
Efficiency
Efficiency
Kepuasan
Kepuasan Publik/
Publik/
Public
Public
Satisfaction
Satisfaction
Cost
Cost
Equity?
(Harvard University-WB)
54
Perlindungan
Perlindungan
Resiko/
Resiko/
Risk
Risk Protection
Protection
Apa yang
terjadi di
tahun
2015?
- Pembiayaan
- Peranan berbagai
Lembaga
- Pengembangan Supply
Side
- Mekanisme Pembayaran
Reflek
si
secar
a
kesel
uruha
Apakah dapat
meningkatka
n?
- Pemerataa
n
Pelayanan
- Mutu
Pelayanan
Belum
Apakah
dapat
meningka
tkan
status
kesehatan
masyarak
at?
55
Bagian
1:
Ringkasan
Akhir
Bagian 2:
Reflek
si
Apakah dapat
Apakah
meningkatka
dapat
n?
meningkat
- Pemerataa
kan status
n
kesehatan
Pelayanan
masyaraka
- Mutu
Pelayanan
Belum mamput?
meningkatkan
56
Kesimpulan:
1. Kebijakan-kebijakan kesehatan di tahun 2015
menunjukkan bahwa kebijakan pembiayaan
kesehatan mendominasi sistem kesehatan,
namun belum tertata baik dan belum
didukung oleh kebijakan kesehatan lainnya;
2. Berdasarkan refleksi di tahun 2015, apa yang
terjadi dalam kebijakan kesehatan belum
dapat memberikan gambaran yang
meyakinkan untuk tercapainya tujuan
pemerataan pelayanan kesehatan yang
bermutu bagi seluruh warga Indonesia.
57
Harapan
1. Refleksi ini diharapkan dapat dipakai
untuk memperbaiki isi kebijakan dan
hubungan antara kebijakan yang ada,
dan menyusun kebijakan kesehatan di
masa depan di Indonesia.
2. Refleksi ini diharapkan dapat
meningkatkan kepemimpinan dalam
penyusunan, penetapan, dan
pelaksanaan kebijakan kesehatan di
sistem kesehatan nasional dan daerah.
58
Catatan Akhir
Refleksi Kebijakan Indonesia Tahun
2015 ini akan diikuti oleh
serangkaian pertemuan ilmiah untuk
membahas Outlook Kebijakan
Kesehatan Indonesia tahun 2016 di
bulan Januari 2016.
59
Terimakasih
60