Status Pasien Laporan Kasus
Status Pasien Laporan Kasus
NIM
Tanda tangan
: 030.10.281
I. IDENTITAS PASIEN
DATA
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan
Asuransi
No. RM
PASIEN
AYAH
IBU
An. AM
Tn. D
Ny. S
2 tahun 5 bulan
26 tahun
23 tahun
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Bandasari RT 10/RW 02, Dukuhturi
Islam
Islam
Islam
Jawa
Jawa
Jawa
Kelas 6 SD
SMA
SMP
Pelajar
buruh
Ibu Rumah Tangga
Rp.800.000
1.000.000,Hubungan orangtua dengan anak adalah anak kandung
BPJS Non PBI
737636
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu kandung dan ayah
kandung pasien pada hari Kamis, tanggal 17 Desember 2015, pukul 10.00, di
Ruang Puspanidra RSU Kardinah Tegal.
1
a. Keluhan Utama
BAB cair.
b. Keluhan Tambahan
Demam, mual, muntah, dan nyeri perut
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien anak laki-laki usia 2 tahun 5 bulan datang ke IGD RSU
Kardinah Tegal tanggal 15 Desember 2015 pukul 11.05 WIB diantar oleh
ibunya dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS. BAB cair terjadi 4
kali dalam sehari, dengan volume sekitar 1/3 gelas belimbing. BAB
terdapat sedikit ampas dan terdapat lendir.
Menurut ibu pasien, warna tinja pasien saat itu kuning tua. BAB
tidak disertai darah. Ibu pasien juga mengaku tidak mengetahui bau tinja
anaknya ketika BAB cair. BAB cair berlangsung terus menerus, tidak
berhenti ketika pasien berhenti makan. Ibu pasien juga mengaku bahwa
pasien mengalami muntah 6 kali dalam sehari. Muntah berisi susu
makanan, warna kuning muda, sebanyak kurang lebih 1/4 gelas
belimbing. Selain itu, nyeri perut juga dirasakan pasien sejak 2 hari
SMRS. Nyeri yang dirasakan di sekitar ulu hati ini, terus menerus dan
tidak dipengaruhi makanan maupun aktivitas atau posisi tertentu, serta
tidak bertambah nyeri saat BAB. Nyeri perut dirasakan makin hebat.
Nyeri tidak menjalar ke bagian yang lain. Oleh karena nyeri perut yang
dirasakan ini, pasien menjadi tidak nafsu makan. Pasien menjadi malas
bermain, lemas dan kurang beraktivitas. Menurut ibu pasien, saat diberi
minum pasien tak tampak kehausan. Pasien kemudian ditatalaksana di
IGD pasien dipasang infus untuk terapi cairan, dan obat-obatan suntik.
Pasien lalu diprogram untuk rawat inap di bangsal.
: Rumah bidan
2. Penolong persalinan
: Bidan
3. Cara persalinan
: Pervaginam spontan
4. Masa gestasi
: 9 bulan G2P0A1
5. Air ketuban
: JERNIH
: 3200 gram
: Ibu lupa
8. Lingkar kepala
: Ibu lupa
9. Langsung menangis
: Ya
: Tidak ada
: Tidak ada
Pertumbuhan
o Berat badan lahir 3300 gram, panjang badan lahir ibu lupa.
o Berat badan sekarang 13 kg, tinggi badan sekarang 91 cm
(Lihat pemeriksaan khusus)
Perkembangan
o Senyum
: Ibu lupa
o Tengkurap
: 4 bulan
o Duduk
: 6 bulan
o Merangkak
: 8 bulan
o Berdiri
: 9 bulan
5
o Berjalan
: 11 bulan
o Berlari
: 12 bulan
Kesan: Usia anak saat ini 2 tahun 5 bulan. Riwayat perkembangan anak
baik sesuai umur.
n. Riwayat Makan dan Minum Anak
Ibu memberikan anak ASI eksklusif sampai usia kurang lebih 6
bulan. Usia 7 bulan diberikan
diberikan ASI dengan nasi tim. Usia 1 tahun masih diberikan ASI,
ditambah susu formula, serta diberikan makanan yang lunak dan buah
pisang yang dilumatkan. Susu formula tidak diencerkan. Saat diberikan
susu formula, anak mencret. Riwayat mengganti merk susu formula
disangkal. Setelah botol susu digunakan, ibu pasien mengaku botol susu
direbus. Usia 1,5 tahun, ASI dan susu formula masih diberikan, namun
anak sudah mulai makan nasi, sayur, dan lauk pauk. Ibu pasien mengaku
anak biasanya mencuci tangan sebelum makan, namun lebih sering tanpa
menggunakan sabun. Pasien saat sakit ini hanya makan 1 kali sehari. Ibu
pasien juga mengatakan pasien gemar makan jajanan yang dijual di
sekitar lingkungan rumah.
Kesan: Kualitas makanan dan kuantitas makanan cukup baik.
o. Riwayat Imunisasi
VAKSIN
BCG
DPT
POLIO
CAMPAK
HEPATITIS B
DASAR (umur)
2 bulan
2 bulan
4 bulan 6 bulan
0 bulan
2 bulan 4 bulan
9 bulan
0 bulan
1 bulan 6 bulan
ULANGAN (umur)
18 bulan
18 bulan
-
Laki-laki
Perempuan
Pasien
Kesan : Pasien adalah anak tunggal dan tidak ada anggota keluarga
pasien yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Kamis, tanggal 17
Desember 2015, pukul 14.30 WIB, di Ruang Puspanidra RSU Kardinah
Tegal.
a. Kesan Umum
7
Keadaan Umum
Kesadaran
: compos mentis
b. Tanda Vital
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
Laju nafas
: 32 x/menit
Suhu
: 37,1C (aksila)
c. Data Antropometri
Berat badan sekarang
: 13 kg
: 91 cm
Lingkar kepala
: 49 cm
Status Internus
o Kepala
: Mesocephali
o Rambut
mudah dicabut
o Mata
palpebra (-/-),
o Telinga
o Mulut
berdarah (-)
o Tenggorok
o Axilla
o Thorax
o Pulmo:
Inspeksi
retraksi (-)
Palpasi
kanan
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas atas
o Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Limpa
Perkusi
CVA (-/-)
o Inguinal
o Genitalia
o Anorektal
o Kulit
o Ekstremitas:
Akral Dingin
Akral Sianosis
CRT
Oedem
Tonus Otot
Trofi Otot
Superior
-/-/<2
-/Normotonus
Normotrofi
Inferior
-/-/<2
-/Normotonus
Normotrofi
CRP
negatif
negatif
V. PEMERIKSAAN KHUSUS
Data Antropometri
Anak laki-laki usia 2 tahun 5 bulan.
sebagai berikut:
menurut umur)
2. TB/U = 91/91 x 100% = 100% (Tinggi badan
normal menurut umur)
3. BB/TB = 41/41 x 100% = 100% (Gizi baik)
Kesan: Anak laki-laki 2 tahun 5 bulan, status gizi baik.
11
Hemoglobin menurun
Hematokrit menurun
RDW meningkat
MCV menurun
MCH menurun
13
Diare Akut
a. Infeksi
b. Makanan
c. Konstitusi
d. Psikologis
Dehidrasi
a. Tanpa dehidrasi
b. Dehidrasi tidak berat
c. Dehidrasi berat
Status gizi baik
VIII.
DIAGNOSIS KERJA
IX. PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
P.O. Interzinc 1 x 5 ml
P.O. L-bio 2 x 5 ml
b. Nonmedikamentosa
-
Diet :
3 x nasi
1 x buah
3 x 200cc susu
3 x sayur
Edukasi :
a. Menjelaskan mengenai penyakit pasien saat ini, serta
rencana manajemen yang akan diberikan
b. Upaya pencegahan penyebab diare, seperti memperbaiki
penyiapan makanan pendamping ASI, misalnya botol susu
sebaiknya direbus dan dicuci setiap sehabis minum,
penggunaan air bersih, membiasakan mencuci tangan
dengan sabun dibawah air mengalir setelah BAB dan makan,
serta penggunaan jamban yang bersih dan higienis.
c. Upaya perbaikan daya tahan tubuh pasien. Pemberian susu
formula jangan diencerkan. Menambah nilai gizi pada
makanan anak dalam jumlah cukup untuk mempertahankan
status gizi baik, serta pengawasan jajanan anak.
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Ad bonam
XI. SARAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan SADT
Pemeriksaan GDS
15 Desember 2015
16 Desember 2015
36,9 C, BB 13 kg
Kepala:
Mesosefali,
UUB
Kepala:
Mesosefali,
UUB
menutup
menutup
pembesaran.
pembesaran.
Lien
tidak
teraba
pembesaran
pembesaran
(-/-)
(-/-)
Lien
tidak
teraba
OE (-/-)
OE (-/-)
Lab darah:
Lab feses:
Makroskopik
Konsistensi:
333.000,
hemoglobin
8.7
L,
lembek,
warna:
Mikroskopik
Leukosit:
positif,
eritrosit:
positif
Tanda dehidrasi
Tanda dehidrasi
Gizi baik
Rawat inap
ampul
Gizi baik
IVFD D5% 10 tpm
P.O. Interzinc 1 x 5 ml
P.O. Interzinc 1 x 5 ml
P.O. L-bio 2 x 5 ml
P.O. L-bio 2 x 5 ml
17 Desember 2015
Hari Perawatan ke-2
18 Desember 2015
Hari Perawatan ke-3
minum (+)
37,1 C, BB 13 kg
Kepala:
36,6 C, BB 13 kg
Mesosefali,
UUB
Kepala:
Mesosefali,
UUB
menutup
menutup
pembesaran.
pembesaran.
Lien
tidak
teraba
pembesaran
pembesaran
(-/-)
Lien
tidak
teraba
(-/-)
OE (-/-)
OE (-/-)
Tanda dehidrasi
Tanda dehidrasi
Gizi baik
IVFD D5% 10 tpm
ampul
Gizi baik
IVFD D5% 10 tpm
Inj. Cefotaxime (1 g) 3 x 1/3
ampul
ampul
P.O. Interzinc 1 x 5 ml
P.O. Interzinc 1 x 5 ml
P.O. L-bio 2 x 5 ml
19 Desember 2015
36,6 C, BB 13 kg
distensi
(-).
Hepar
tidak
teraba
(-/-)
Tanda dehidrasi
Gizi baik
Acc pulang
Aff infus
P.O. Interzinc 1 x 5 ml
P.O. L-bio 2 x 5 ml
ANALISIS KASUS
Pasien anak laki-laki 2 tahun 5 bukan, didiagnosis diare akut, anemia,
tanpda dehidrasi dengan gizi baik. Dasar diagnosis ditegakkan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Diare akut
Masalah
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan BAB
Diare
Interpretasi
adalah penyakit
yang
perubahan
konsistensi
tinja
kegawatdaruratan,
buruk
pada
anak
Demam
Pemeriksaan Fisik
terjadi
pada
beberapa
Leukosit : positif
Bakteri : positif
Etiologi diare:
3. Makanan
4. Alergi terhadap makanan tertentu
5. Imunidefisiensi
6. Psikologis
Masalah
Pemeriksaan
Interpretasi
Penunjang
- Lab darah :
hemoglobin : 8.7 L
Anemia
hematokrit : 26.4 H
MCV : mikrositik
RDW : 17.6 H
MCH : hipokrom
MCV : 62.7 L
Penyebab
MCH : 20.7 L
MCHC : 33.0
anemia
darah
mengalami
merah
ketidakmatangan (imatur).
Sel darah merah yang
terbentuk ukurannya lebih
kecil dari normal dan
hemoglobin
dalam
sel
Tanpa dehidrasi
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT
I. DEFINISI
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
Diare akut : diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang
sebelumnya sehat
Diare kronik : diare yang berlanjut sampai 2 minggu atau lebih dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut
II. EPIDEMIOLOGI
Diare merupakan penyakit yang umum terjadi pada hampir semua
(common cold). Penyakit diare juga merupakan suatu masalah yang kerap kali
terjadi di dalam kesehatan masyarakat dan di dalam bagian pelayanan
kegawatdaruratan, terutama untuk anak-anak dibawah usia lima tahun.
Diperkirakan terdapat 100 juta kasus diare akut setiap tahunnya di Amerika
Serikat. Kasus-kasus tersebut merupakan 5% dari keseluruhan kunjungan ke
praktek pribadi dan 10% dari pasien-pasien yang dirawat inap.
Walaupun
telah
banyak
hasil
yang
diperoleh
dibidang
dibawah usia 3 tahun mengalami 2-8 episode diare setiap tahunnya. Anak yang
lebih besar mengalami kejadian diare 1 kali setiap tahunnya. Dari data-data
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sekitar 500 juta anak-anak yang berusia
dibawah 5 tahun akan mengalami diare sebanyak 1 kali setiap tahunnya. Di negara
maju seperti di Amerika Serikat maka hanya <10% dari kasus-kasus diare tersebut
yang dibawa ke tenaga medis untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Hal ini
disebabkan karena pengobatan/perawatan di rumah yang efektif.
hal ini merupakan penyebab kematian kedua tersering setelah, infeksi saluran
pernafasan.
III. ETIOLOGI
yang paling sering menjadi penyebab diare akut apa anak-anak adalah infeksi
virus. Rotavirus dan adenovirus merupakan penyebab tersering diare akut pada
anak dibawah usia 2 tahun. Astrovirus dan calicivirus biasanya menginfeksi anakanak yang berusia dibawah tahun.
Rotavirus.
Rotavirus pertama kali ditemukan oleh Bishop (1973) di Australia
Akibat infeksi Rotavirus ini pada usus terjadi kerusakan sel epitel
mukosa usus, infeksi sel-sel radang pada lamina propia, pemendekan jonjot usus,
pembengkakan mitokondria, dan bentuk mikrovili (brush border) yang tidak
teratur. Sebagai akibat dari semua ini adalah terjadinya gangguan absorpsi
cairan/elektrolit pada usus halus dan juga akan terjadi gangguan pencernaan
(digesti) dari makanan terutama karbohidrat karena defisiensi enzim disakaridase
akibat kerusakan epitel mukosa usus tadi.
Escherichia coli.
E. coli menyebabkan sekitar 25% diare di negara berkembang dan
juga merupakan penyebab diare kedua setelah Rotavirus pada bayi dan anak. Pada
saat ini telah dikenal 5 golongan E.coli yang dapat menyebabkan diare, yaitu
ETEC (Enteropathogenic Escherichia coli), EPEC (Enteropathogenic Eschericia
coli), EIEC (Enteroinvasive Eschericia coli), EAEC (Enteroadherent Escherichia
coli), dan EHEC (Enterohemorrhagic Escherichia coli).
berkembang. Transmisinya
melalui
makanan
(makanan
sapihan/makanan
panas pada bayi dan anak dibawah usia 2 tahun. Di dalam usus, bakteri ini
membentuk koloni melekat pada mukosa usus, akan tetapi tidak mampu
menembus dinding usus. Melekatnya bakteri ini pada mukosa usus karena adanya
plasmid. Bakteri ini cepat berkembang biak dengan membentuk toksin yang
melekat erat pada mukosa usus sehingga timbul diare pada bayi dan sering
menimbulkan prolong diarrhea terutama bagi mereka yang tidak minum ASI.
letusan kecil (KLB) diare karena keracunan makanan (food borne). Secara
biokimiawi dan serologis bakteri ini menyerupai Shigella spp., dapat menembus
mukosa usus halus, berkembang biak di dalam kolonosit (sel epitel kolon) dan
menyebabkan disentri basiler. Dalam tinja penderita, sering ditemukan eritrosit
dan leukosit.
dengan kuat pada mukosa usus halus dan menyebabkan perubahan morfologis.
Diduga bakteri ini mengeluarkan sitotoksin, dapat menyebabkan diare berair
sampai lebih dari 7 hari (prolonged diarrhea).
Shigella spp.
dari asimptomatik sampai dengan disentri hebat disertai dengan demam, kejangkejang, toksis, tenesmus ani, dan tinja yang berlendir dan darah. Golongan
Shigella yang sering menyerang manusia di daerah tropis adalah Shigella
dysentri, Shigella flexnori, sedangkan Shigella sonnei lebih sering terjadi di
daerah sub tropis.
Salmonella spp.
Di dunia terdapat lebih dari 2000 spesies, namun hanya 6-10 jenis
dapat melakukan invasi ke dalam mukosa usus halus sehingga juga dapat
dijumpai adanya lendir dan darah pada tinja. Akan tetapi Salmonellosis ini tidak
menyebabkan ulkus seperti pada Shigella.
Vibrio cholera.
1883 pada penderita kolera. Terdapat dua biotipe Vibrio cholera yaitu El Tor dan
classic, serta dua serotipe yaitu Ogawa dan Inaba. El Tor terkenal menyebabkan
pandemi yang dimulai dari Sulawesi dan kemudian menyebab ke Asia, Afrika,
Eropa, dan Amerika Utara.
kerusakan mukosa usus dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan diare. Vibrio
cholera masuk ke dalam lumen usus melalui lambung dan peranan asam lambung
akan menentukan seseorang apakah rentan terhadap diare atau tidak. Pada orang
yang kadar asam lambungnya normal maka untuk dapat menimbulkan diare
dibutuhkan jumlah kuman yang masuk sebesar 106, akan tetapi jika asam
lambungnya kurang (pH menjadi lebih tinggi) maka jumlah 10 4 sudah dapat
menimbulkan diare. Setelah kuman tersebut masuk ke dalam usus maka ia akan
mengeluarkan toksin. Toksin yang dihasilkan oleh kuman kolera ini yaitu
enterotoksin dan terdapat 2 jenis yaitu komponen A dan komponen B. Komponen
B ini akan menempel pada reseptor yang ada di dinding sel mukosa usus yang
disebut Gmi. Kemudian komponen A yang terlihat bersama dengan komponen B
akan melakukan penetrasi ke dalam sel dan memisahkan diri dari Komponen B.
Selanjutnya di dalam sel komponen ini akan merangsang sensitifitas enzim adenil
siklase dengan hasil selanjutnya akan meningkatkan akumulasi cAMP yang akan
merangsang sekresi cairan isotonis dan klorida sehingga timbulah diare berair
(Watery diarrhea).
Campylobacter jejuni.
C. jejuni merupakan penyebab 5-10% diare di dunia. Di Indonesia
prevalensinya sekitar 5,3%. Selain diare yang disertai dengan lendir dan darah,
juga terdapat gejala sakit perut disekitar pusat, yang kemudian menjalar ke kanan
bawah dan rasa nyerinya menetap di tempat tersebut (seperti pada apendisitis
akut). C. jejuni mengeluarkan 2 macam toksin yaitu sitotoksin dan toksin LT.
Tempat infeksi yang paling sering dari C. jejuni ini adalah jejenum,
ileum, dan colon. Terdapat kelainan pada mukosa usus, peradangan, edema,
pembesaran kelenjar limfe mesenterium dan adanya cairan bebas di cavum
peritonei. Jonjot usus halus ditemukan memendek dan melebar tetapi tidak
konsisten. Ileum mengalami nekrosis hemoragik karena invasi bakteri ke dinding
usus sehingga pada tinja dapat ditemukan adanya darah dan sel-sel radang.
Yersinia enterokolitika
Yersinia enterokolitika merupakan bakteri baru sebagai penyebab
diare dan telah banyak dilaporkan di berbagai negara di Eropa dan Amerika Utara.
Patogenesis terutama oleh strain serotipe 03.08809 dengan melakukan invasi ke
dalam mukosa usus, membentuk plasmid perantara dan enterotoksin yang tahan
panas (ST) dan dapat mengaktifkan enzim guanilat siklase sehingga terjadi
akumulasi cGMP pada sel sehingga akan terjadi diare. Pada pemeriksaan
histologis terdapat abses-abses kecil di daerah plaque Peyeri dan nodula
limphatisi. Pada beberapa penderita menyebabkan limfadenitis mesenterikum dan
ileutis.
Entamoeba histolytica
Entamoeba histolytica tersebar di seluruh dunia. Insidensinya
Cryptosporodium
sebagai penyebab diare terbanyak yang disebabkan oleh parasit. Dahulu dikenal
hanya patogen pada binatang saja. Cryptosporodium merupakan golongan
coccidium,
sering
menyebabkan
diare
pada
manusia
yang
menderita
IV. PATOGENESIS
Virus.
diare
osmotik. Vili
usus
kemudian akan
memendek sehingga
melebar, dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propria,
untuk mengatasi infeksi sampai terjadi penyembuhan.
Bakteri.
Patogenesis terjadinya diare oleh karena bakteri pada garis
menyebabkan diare yang lebih hebat dibandingkan dengan golongan bakteri lain
yang menghasilkan cGMP. Golongan kuman yang mengandung LT dan
merangsang pembentukan cAMP, diantaranya adalah V. Cholera, ETEC, Shigella
spp., dan Aeromonas spp. Sedangkan yang mengandung ST dan merangsang
1) Diare sekretorik
2) Diare invasif/dysentriform diarrhae
3) Diare osmotik
Diare Sekretorik
Diare sekretorik adalah diare yang terjadi akibat aktifnya enzim
adenil siklase. Enzim ini selanjutnya akan mengubah ATP menjadi cAMP.
Akumulasi cAMP intrasel akan menyebabkan sekresi aktif ion klorida, yang akan
diikuti secara positif ileh air, natrium, kaliumm dan bikarbonat ke dalam lumen
usus sehingga terjadi diare dan muntah-muntah sehingga penderita cepat jatuh ke
dalam keadaan dehidrasi.
Pada anak, diare sekretorik ini sering disebabkan oleh toksin yang
Gejala dari diare sekretorik ini adalah 1) diare yang cair dan bila
Diare Invasif
Diare
invasif
adalah
diare
yang
terjadi
akibat
invasi
mukosa usus. Diare invasif ini disebabkan oleh Rotavirus, bakteri (Shigella,
Salmonella, Campylobacter, EIEC, Yersinia), parasit (amoeba). Diare invasif yang
disebabkan oleh bakteri dan amoeba menyebabkan tinja berlendir dan sering
disebut sebgai dysentriform diarrhea.
lambung, kuman masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak sambil
mengeluarkan enterotoksin. Toksin ini akan merangsang enzim adenil siklase
untuk mengubah ATP menjadi cAMP sehingga terjadi diare sekretorik.
Selanjutnya kuman ini dengan bantuan peristaltik usus sampai di usus
besar/kolon. Di kolon, kuman ini bisa keluar bersama tinja atau melakukan invasi
ke dalam mukosa kolon sehingga terjadi kerusakan mukosa berupa mikro-mikro
ulkus yang disertai dengan serbukan sel-sel radang PMN dan menimbulkan gejala
tinja berlendir dan berdarah.
invasif dimana diare oleh rotavirus tidak berdarah. Setelah rotavirus masuk ke
dalam traktus digestivus bersama makanan/minuman tentunya harus mengatasi
barier asam lambung, kemudian berkembang biak dan masuk ke dalam bagian
apikal vili usus halus. Kemudian sel-sel bagian apikal tersebut akan diganti
dengan sel dari bagian kripta yang belum matang/imatur berbentuk kuboid atau
gepeng. Karna imatur, sel-sel ini tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan
makanan sehingga terjadi gangguan absorpsi dan terjadi diare. Kemudian vili usus
memendek dan kemampuan absorpsi akan bertambah terganggu lagi dan diare
akan bertambah hebat. Selain itu sel-sel yang imatur tersebut tidak dapat
menghasilkan enzim disakaridase. Bila daerah usus halus yang terkena cukup
luas, maka akan terjadi defisiensi enzim disakaridase tersebut sehingga akan
terjadilah diare osmotik.
pada anak usia dibawah 2 tahun dengan tinja cair, 2) seringkali disertai dengan
peningkatan panas badan dan batuk pilek, 3) muntah.
Diare Osmotik
Diare osmotik adalah diare yang disebabkan karena tingginya
tekanan osmotik pada lumen usus sehingga akan menarik cairan dari intra sel ke
dalam lumen usus, sehingga terjadi diare berupa watery diarrhea. Paling sering
terjadinya diare osmotik ini disebabkan oleh malabsorpsi karbohidrat.
akan difermentasikan di flora usus sehingga akan terjadi asam laktat dan gas
hidrogen. Adanya gas ini terlihat pada perut penderita yang kembung (abdominal
distention), pH tinja asam, dan pada pemeriksaan dengan klinites terlihat positif.
Perlu diingat bahwa enzim amilase pada bayi, baru akan terbentuk sempurna
setelah bayi berusia 3-4 bulan. Oleh sebab itu pemberian makanan tambahan yang
mengandung karbohidrat kompleks tidak diberikan sebelum usia 4 bulan, karena
dapat menimbulkan diare osmotik.
tetapi biasanya tidak seprogresif diare sekretorik, 2) tidak disertai dengan tanda
klinis umum seperti panas, 3) pantat anak sering terlihat merah karena tinja yang
asam, 4) distensi abdomen, 5) pH tinja asam dan klninitest positif. Bentuk yang
paling sering dari diare osmotik ini adalah intoleransi laktosa akibat defisiensi
enzim laktase yang dapat terjadi karena adanya kerusakan mukosa usus.
Dilaporkan kurang lebih sekitar 25-30% dari diare oleh rotavirus terjadi
intoleransi laktosa.
Usus Kecil
Usus Besar
Watery
Mukoid
a
r
a
k
t
e
r
i
s
t
i
k
T
i
n
j
a
T
a
dan/atau
berdarah
p
i
l
a
n
Banyak
Sedikit
Meningkat
Meningkat
Kemungkina
Kemungkinan
o
l
u
m
e
F
r
e
k
u
e
n
s
i
D
a
tetapi
pernah darah
segar
S
u
b
positif
darah segar
tidak
Kemungkina
>5,5
Negatif
n <5,5
Kemungkina
n positif
s
t
a
n
s
i
p
e
r
e
d
u
k
s
i
< 5 / LPK
Kemungkinan >
10 /LPK
Normal
Kemungkinan
leukositosis
(bandemia)
u
m
W
B
C
Virus
Bakteri
invasif
(Rotavirus,
(E.coli, Shigella
Adenovirus,
sp., Salmonella
Calicivirus,
sp.,
Astrovirs,
Campylobacter
Norwalk
virus)
Aeromonas sp,
Plesiomonas sp)
Toksin
bakteri
Toksin
bakteri
(Clostridium
(E.coli,
C.
difficile
perfringens,
Vibrio
spesies)
Parasit
Parasit
(Giardia sp.,
(Entamoeba
Cryptosporo
histolytica)
dium sp.)
Org
anis
Rota
virus
Ya
me
Ade
novi
Nor
walk
Ya
Ti
Astr
ovir
+/
+/
Cali
civir
Ya
+/
Aero
mon
+/
+/
Cam
pylo
Ti
rus
virus
us
us
as
speci
es
bact
er
speci
es
diffi
Ti
perf
Ri
Ti
Ente
rohe
Ti
+/
Ente
roto
Ya
Ples
iom
+/
+/
cile
ring
ens
morr
hagi
c E
coli
xige
nic
E
coli
onas
speci
es
Sal
mon
Ya
Shig
ella
Ti
Vibr
io
Ya
Ti
Yersi
nia
Ya
Giar
dia
Ti
Ti
Cry
ptos
Ti
ella
speci
es
speci
es
speci
es
ente
roco
litic
a
speci
es
pori
diu
m
speci
es
Enta
moe
Ti
ba
speci
es
Riwa
yat
Maka
Organisme
nan
Susu
Telur
Salmonella species
Dagin
Dagin
g Sapi
Poutry
perfringens,
Aeromonas,
Enterohemorrhagic E coli
Campylobacter species
Babi
C perfringens, Y enterocolitica
Seafo
od
Oyster
Vibrio species
Calicivirus,
Sayur
an
Plesiomonas
and
Vibrio
species
Foreign Travel
Organism
History
Nonspecific
Underde
C perfringens
veloped
tropics
Africa
South
and
Central
America
Asia
V cholerae
Australia
Yersinia species
Canada Europe
India
Japan
Vibrio parahaemolyticus
Mexico
New
Clostridium species
Guinea
sebanyak 7-8 liter sehari, sedangkan usus besar 1-2 liter sehari. Penyerapan air
oleh usus halus ditentukan oleh perbedaan antara tekanan osmotik di lumen usus
dan didalam sel, terutama yang dipengaruhi oleh konsentrasi natrium. Penyerapan
natrium ke dalam enterosit dapat melalui tiga cara yaitu 1) berpasangan dengan
ion klorida, atau bahan non-elektrolit seperti glukosa, asam amino, peptida, dll, 2)
pertukaran dengan ion hidrogen, 3) pasif melalui ruang intraseluler (tight
junction), yang dengan cara ini hanya sebagian kecil saja yang dapat diserap.
dari proses absorpsi. Penyerapan pasangan NaCl akan meningkatkan anion klorida
di dalam sel kripta dan pada waktu yang bersamaan natrium akan dikeluarkan dari
sel kripta dengan bantuan enzim Na-K-ATPase. Sekresi klorida di dalam sel kripta
dapat pula ditingkatkan dengan adanya intracellular messenger (berupa cyclic
nucleotide, misalnya cAMP, cGMP, yang dapat menyebabkan peninggian
permeabilitas sel kripta) sehingga klorida dengan mudah keluar ke lumen usus.
Dalam
keadaan
normal
usus
besar
dapat
meningkatkan
diare osmotik, peningkatan motilitas usus, dan defisiensi imun terutama SIgA.
Penjelasan mengenai mekanisme dari hal-hal tersebut semuanya telah dijelaskan
pada uraian diatas pada referat ini.
Sebagai akibat dari diare akut tersebut diatas maka akan terjadi hal-
elektrolit yang dikenal dengan nama dehidrasi. Dehidrasi ini terjadi karena 1)
hilangnya cairan melalui tinja atau muntah (concomitant water losses) selama
diare/muntah berlangsung. CWL ini banyaknya bervariasi tergantung dari berat
ringannya penyakit. Diperkirakan jumlahnya sekitar 25-30 ml/kgBB/24 jam, 2)
kehilangan cairan melalui pernafasan, keringat, dan urin (insensible water losses),
3) besarnya jumlah kehilangan cairan (previous water losses).
Penilai
an
1.
Lihat :
Baik
sadar
Norm
Keadaa
n umum
*Gelis
ah
rewel
*Lesu/lun
glai/tdk
sadar
al
Mata
Air
Mata
Mulut
dan
Lidah
Cekun
g
Tidak
ada
Sangat
cekung,
kering
Tidak ada
Sangat
kering
*Malas
minum/td
k bisa
minum
Ada
Basah
Minu
m
biasa,
tidak
haus
Kering
*Haus
ingin
minum
banya
k
Rasa
Haus
2.
Periksa
Turgor
Kulit
Kemb
ali
cepat
*Kem
bali
lambat
*Kembali
sangat
lambat
3. Hasil
Pemerik
saan
Tanpa
dehidr
asi
Dehidr
asi
Ringa
n/
Sedan
g
Dehidrasi
Berat
Bila ada 1
tanda
*
ditambah
1
atau
lebih
tanda lain
Rencana
Terapi C
4.
Terapi
Renca
na
Terapi
A
Bila
ada 1
tanda
*
ditamb
ah 1
atau
lebih
tanda
lain
Renca
na
Terapi
B
Gejala dan tanda dari dehidrasi tersebut diatas adalah rasa haus,
menurunnya turgor kulit, mukosa mulut kering, mata cekung, air mata tidak ada,
ubun-ubun besar yang cekung pada bayi, oliguria yang dapat berlanjut menjadi
anuria, hipotensi, takikardia, dan menurunnya kesadaran.
besar ditentukan oleh natrium. Dehidrasi dapat dibagi menjadi 3 menurut tonisitas
plasma yaitu :
1) Dehidrasi isotonik/isonatremik bila kadar Na plasma 130-150 mEq/L.
Dalam praktek di klinik dehidrasi inilah yang terbanyak.
2) Dehidrasi hipotonik, bila Na plasma < 130 mEq/L.
3) Dehidrasi hipertonik, bila Na plasma > 150 mEq/L.
perubahan karena kalium banyak keluar pada tinja. Pada diare biasa sebesar 26
mEq/L dan pada kolera 96 mEq/L sehingga dapat terjadi hipokalemia, namun
penurunan kalium pada plasma ini biasanya akan diganti dengan kalium yang
terdapat pada cairan intraseluler, dengan tentunya kadar kalium intraseluler akan
menurun. Secara singkatnya maka gangguan elektrolit yang sering terjadi pada
keadaan diare adalah hiponatremia (Na < 130mEq/L), hipernatremia (Na
>150mEq/L), dan hipokalemia (K < 3 mEq/L)
tinja, akibatnya pH darah akan menurun bila badan tidak mengadakan koreksi
dengan jalan mengeluarkan CO2 melalui paru-paru. Sebagai akibat diare yang
hebat dan tubuh tidak sanggup mengadakan kompensasi lagi, maka terjadilah
asidosis metabolik, dan mungkin akan diperberat lagi bila terjadi ketosis, oliguria
atau anuria dan penimbunan asam laktat karena terjadinya hipoksia pada jaringan
tubuh.
Gangguan Sirkulasi
Sebagai akibat kehilangan cairan tubuh lebih dari 10% berat badan
(dehidrasi berat) akan terjadi gangguan sirkulasi dan dapat terjadi syok. Hal ini
disebabkan cairan ekstraseluler banyak berkurang (hipovolemik) sehingga perfusi
darah ke jaringan berkurang, dengan akibat hipoksia yang akan menambah
beratnya asidosis metabolik, penurunan kesadaran, dan dapat menimbulkan
kematian bila tidak segera ditangani dengan baik.
Hipoglikemia
Hipoglikemia biasanya dapat terjadi pada anak yang menderita
diare dan lebih sering lagi bila sebelumnya menderita gangguan gizi (KEP). Sebab
yang pasti belum diketahui tapi kemungkinanya adalah 1) gangguan proses
glikogenolisis, 2) gangguan penyimpanan glikogen pada hati, 3) gangguan
absorpsi dan digesti karbohidrat terutama pada KEP di mana terjadi atropi jonjor
usus. Akibat dari hipoglikemia ini cairan ekstraseluler akan menjadi hipotonik
dengan kompensasi air akan masuk ke dalam cairan intraseluler sehingga terjadi
edema sel-sel otak yang dapat memberikan gejala penurunan kesadaran, kejangkejang.
Gangguan gizi
Gangguan gizi biasanya terjadi akibat diare dimana pemberian
makanan selama sakit dihentikan. Selain itu akibat infeksi usus terjadi gangguan
absorpsi terutama laktosa karena terjadinya defisiensi enzim laktase, akibatnya
pemberian susu dengan laktosa tinggi akan menambah beratnya diare. Pada anak
yang sebelumnya sudah menderita KEP akan memperberat keadaan KEP nya,
yang dalam fase selanjutnya akan memperberat pula diarenya.
V.
MANIFESTASI
KLINIS
DAN
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Feses yang pH nya 5.5 atau kurang dari itu atau menunjukan adanya substansi
yang mereduksi maka menandakan adanya intoleransi karbohidrat, yang
biasanya disebabkan secara sekunder oleh penyakit virus.
adanya
leukosit
di
dalam
tinja
dapat
mengeliminasikan
Antigen
rotavirus
dapat
diidentifikasi
dengan
pemeriksaan
enzim
immunoassay dan pemeriksaan aglutinasi latex dari tinja. Kejadian falsenegatif sekitar 50%, dan false-positif pun seringkali muncul, terutama jika
terdapat darah di dalam tinja.
Antigen Adenovirus (serotipe 40 dan 41) dapat dideteksi dengan cara enzim
immunoassay.
o
n
M
Microbiologic
Characteristics
e
t
h
o
d
Oxidase-positive
flagellated
gram-negative
bacillus (GNB)
o
n
a
r
s
p
e
c
i
e
s
Rapidly
motile
curved
of infections
b
a
r
s
p
e
c
i
e
s
Anaerobic
spore-forming
toxin-mediated
produces
pseudomembranous colitis
e
c
e
diarrhea;
f
o
x
i
t
i
n
f
r
u
c
t
o
s
e
e
g
g
(
C
C
F
E
)
a
g
a
r
;
e
n
z
y
m
e
i
m
m
u
n
o
a
s
s
a
y
(
E
I
A
)
f
o
r
t
o
x
i
n
;
l
a
t
e
x
a
g
g
l
u
t
i
n
a
t
i
o
n
(
L
A
)
f
o
r
p
r
o
t
e
i
n
Anaerobic
GPR;
diarrhea
r
f
spore-forming
toxin-mediated
M
a
n
k
e
y
e
o
s
i
n
m
e
t
h
y
l
e
n
e
b
l
Lactose-producing GNR
u
e
(
E
M
B
)
o
r
S
o
r
b
i
t
o
l
M
a
c
C
o
n
k
e
y
(
S
M
)
a
g
a
r
o
m
s
s
p
e
c
i
e
s
Oxidase-positive GNR
e
l
c
C
e
s
E
M
B
,
x
y
l
o
s
e
l
Nonlactose
producing GNR
nonH2S-
y
s
i
n
e
d
e
o
x
y
c
h
o
l
a
t
e
(
X
L
D
)
,
o
r
H
e
k
t
o
e
n
e
n
t
e
r
i
c
(
H
E
)
a
g
a
r
Nonlactose
and
H2S-
(neurotoxin)
l
a
M
a
y
E
M
B
,
X
L
D
,
o
r
H
E
a
g
a
r
o
o
s
p
e
s
u
l
f
a
t
e
c
i
t
r
a
t
Oxidase-positive
curved GNB
motile
e
b
i
l
e
s
a
l
t
s
s
u
c
r
o
s
e
(
T
C
B
S
)
a
g
a
r
C
e
a
s
a
n
n
o
v
o
b
i
Nonlactose-producing oval
GNR
o
c
i
n
(
C
I
N
)
a
g
a
r
Blood agar
MacConkey
Inhibits
gram-positive
eosin-methylene
fermentation
Xylose-lysine-
Inhibits
gram-positive
deoxycholate
organisms
(XLD)
agar;
Hektoen enteric
lactose
(HE) agar
H2S production
Skirrow agar
fermentation
and
and
Sorbitol-
MacConkey
Selective
for
enterohemorrhagic E coli
(SM) agar
Cefsulodin-
ingrasannovobiocin
(CIN) agar
Thiosulfatecitrate-bilesucrose (TCBS)
agar
Cycloserinecefoxitin-
fructose-egg
(CCFE) agar
Pemeriksaan tinja untuk mencari ova dan parasit merupakan cara terbaik
untuk menemukan parasit penyebab diare. Lakukanlah pemeriksaan tinja
setiap 3 hari sekali atau setiap 2 hari sekali.
Hitung jenis leukosit biasanya tidak meningkat pada diare yang disebabkan
oleh virus dan toksin. Leukositosis seringkali terjadi tetapi tidak secara
konstan pada diare yang disebabkan oleh enteroinvasif bakteri. Organisme
shigella menyebabkan leukositosis dengan tanda bandemia (netrofilia) dengan
variasi pada total hitung jenis sel darahnya.
VII. PENATALAKSANAAN
Diare akut di negara berkembang umumnya merupakan diare
infeksius yang disebabkan virus, bakteri dan parasit. Pada diare infeksius terjadi
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi serta reabsorpsi
cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit
dan gangguan keseimbangan asam basa. Selain itu terjadi invasi dan destruksi
pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat
menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Bila penderita tidak
mendapatkan penanganan adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik.
yang hilang melalui diare, pemberian oralit berguna untuk mencegah terjadinya
dehidrasi dan mengobati dehidrasi (treatment) pada diare akut. Bila pemberian
oralit gagal dilakukan pemberian cairan secara intravena dan penderita harus
dirawat di rumah sakit. Pemberian cairan dilakukan berdasarkan derajat dehidrasi
yang terjadi, pada dehidrasi ringan-sedang diberikan cairan rehidrasi 75 cc/kg
berat badan selama 4 jam, sedangkan pada dehidrasi berat diberikan 100 cc/kg
berat badan dalam waktu 3 sampai 6 jam.
dan giardiasis atau adanya penyakit penyerta (sepsis, pneumonia, dan lain-lain).
Pemberian antidiare dan antimuntah tidak dianjurkan karena tidak terbukti
menguntungkan bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan usus atau membuat bayi
tertidur lama bahkan menimbulkan kematian pada bayi.
menurunkan angka kematian yang disebabkan diare akut, dari 5 juta anak/tahun
menjadi 3.2 juta/tahun. Sayangnya oralit tidak dapat mengurangi keparahan diare
(pengeluaran tinja, frekuensi dan lamanya diare).
terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil dan mutlak diperlukan.
Sumber zink terbaik pada makanan adalah protein hewani terutama daging, hati,
kerang dan telur.
pada anak 6 sampai 35 bulan setelah pemberian zink glukonas serta berkurangnya
risiko untuk berlanjutnya diare. Studi di Nepal juga mendapatkan berkurangnya
lama diare pada anak penderita diare akut yang diberikan zink.
atau 30 mg (usia _12 bulan) perhari dibagi menjadi 3 dosis selama 14 hari
bersama dengan oralit pada anak berusia 3 sampai 36 bulan dengan diare akut
nonkolera yang mengalami dehidrasi. Setelah terapi didapatkan berkurangnya
frekuensi buang air besar berair, lama, dan risiko berlanjutnya diare lebih dari 7
hari.
Bangladesh. Pada anak berusia 3 sampai 14 tahun dengan diare kolera selain
diberikan antibiotika juga diberikan zink asetat 30 mg perhari dalam 2 dosis
sampai diare mengalami perbaikan atau sampai 7 hari, didapatkan penurunan lama
diare dan frekuensi buang air besar berair pada anak yang diberi zink
dibandingkan yang diberi plasebo.
kemungkinan adalah sebagai berikut. Diare akut pada anak di negara berkembang
umumnya diare infeksius, zink mempunyai efek terhadap enterosit dan sel-sel
imun yang berinteraksi dengan agen infeksius pada diare. Zink terutama bekerja
pada jaringan dengan kecepatan turnover yang tinggi seperti saluran cerna dan
sistem imun dimana zink dibutuhkan untuk sintesa DNA dan protein.
Zink
bekerja
pada
tight
junction
level
untuk
mencegah
meningkatnya permeabilitas usus, mencegah pelepasan histamin oleh sel mast dan
respon kontraksi serta sekretori terhadap histamin dan serotonin pada usus dan
mencegah peningkatan permeabilitas endotel yang diprakarsai TNF _yang juga
merangsang kerusakan permeabilitas epitel usus.
membran dengan cara berinteraksi dengan oksigen, nitrogen dan ligan sulfur
makromolekul hidrofilik serta aktivitas antioksidan. Zink melindungi membran
dari efek agen infeksius dan dari peroksidasi lemak. Pada usus tikus, defisiensi
zink menurunkan absorpsi air dan natrium dan dapat mempengaruhi aktivitas
disakaridase. Pada studi lain yang juga dilakukan pada tikus didapatkan bahwa
zink menginhibisi cAMP yang meningkatkan sekresi klorida dengan menghambat
saluran membran basolateral kalium.
kehidupan. Pada pertemuan para ahli yang digagas oleh The Food and Agriculture
Organization of the United Nations (FAO) dan WHO didefinisikan probiotik
sebagai mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah adekuat dapat
memberikan dampak positif bagi kesehatan pejamu.
sebagai
Lactobacillus,
Bifidobacterium
dan
Streptococcus.
pada anak, akan tetapi pemberian probiotik belum direkomendasikan oleh WHO
sebagai terapi baku.
dan
probiotik
telah
terbukti
keefektivannya
dalam
- Muntah berulang-ulang
- Demam
- Tinjanya berdarah
DAFTAR PUSTAKA
2. Subagyo
dan
Santoso
NB.
Diare
akut
dalam
Buku
Ajar
in
Children
in
Europe.
Journal
of
Pediatric