Anda di halaman 1dari 12

1

BAB 1

1.1 Pendahuluan
Hati merupakan salah satu organ tubuh yang besar dan merupakan pusat
metabolisme tubuh manusia. Organ ini memiliki fungsi yang kompleks di antaranya
mempunyai peranan dalam memetabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
obat-obatan. Pada proses metabolisme, obat akan diproses melalui hati sehingga
enzim hati akan melakukan perubahan (biotransformasi) kemudian obat menjadi
dapat lebih larut dalam tubuh dan dikeluarkan melalui urin atau empedu.
Fungsi utama hati adalah pembentukan dan ekskresi empedu. Hati
mengekskresikan empedu sebanyak satu liter per hari ke dalam usus halus. Hasil
metabolisme monosakarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan disimpan di
hati (glikogenesis). Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah menghasilkan
protein plasma berupa albumin (yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan
osmotic koloid), protrombin, fibrinogen dan faktor bekuan lainnya. Fungsi hati dalam
metabolism lemak adalah menghasilkan lipoprotein, kolestrol, fosfolipid, dan asam
asetoasetat.1
1.2 Klasifikasi Penyakit Hepar
Penyakit Hepar yang sering dijumpai di masyarakat , dibedakan yaitu 2 :
1. Penyakit Hati akut
2. Penyakit Hati kronik
Penyakit hati akut adalah :
Kemungkinan penyebabnya adalah virus, obat-obatan, alkohol dan keadaan
iskemia.
Penyakit hati kronis adalah :
1. Hepatitis Kronis

2. Sirosis Hati
3. Hepatoma
Kepentingan klasifikasi tersebut antara lain adalah untuk menentukan prognosa dan
penatalaksanaan masing-masing penyakit tersebut.

BAB 2
Penyakit-Penyakit Kelainan Hati
2.1. HEPATITIS
a) HEPATITIS A VIRUS
Istilah ini dipakai untuk semua peradangan yang terjadi pada hati. Penyebab
dari hepatitis berbagai macam, mulai dari virus sampai obat-obatan termasuk semua
jenis obat-obatan tradisional. Infeksi virus hepatitis B di Amerika Serikat menurut
CDC (The Centers for Disease Control and Prevention) sekitar 300.000 kasus. Virus
hepatitis terdiri dari banyak jenis: hepatitis A,B,C,D,E,F dan G. Kelanjutan dari
penyakit hepatitis karena virus bisa menjadi akut, kronik, bahkan menjadi kanker
hati. Virus-virus ini dapat dibedakan melalui penanda antigenetiknya, namun virusvirus ini dapat menyebabkan penyakit yang serupa secara klinis dan berakibat infeksi
sub klinis asimtomatik hingga berakibat infeksi akut yang fatal.
Hepatitis A disebabkan oleh virus yang terklasifikasi transmisi secara enterik.
Virus ini tidak terdiri dari selubung dan dapat bertahan hidup pada cairan empedu.
Virus hepatitis A berbentuk kubus simetris untai tunggal yang termasuk pada
golongan picornavirus, dengan sub klasifikasi hepatovirus. Masa inkubasi
virus hepatitis dalam RNA selama 4 minggu dan hanya berkembang biak pada
hati, empedu, feses dan darah. Penularan virus hepatitis A dapat melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi tinja penderita hepatitis A. Gejala dari penyakit
hepatitis A yang dirasakan oleh pasien dewasa berupa rasa lelah, demam, diare,
mual, nyeri perut, mata juling, hilangnya nafsu makan dan gejala tampak seperti
flu.
Antibodi terhadap virus hepatitis A dapat tampak atau muncul selama masa
akut dan saat nilai SGPT tinggi. Respon yang ditimbulkan oleh antibody berupa IgM
anti virus hepatitis A (Mangel, 1996). Vaksin adalah salah satu alternative pengobatan
untuk virus hepatitis A akan memberikan kekebalan selama 1 bulan setelah suntikan
pertama.

b) HEPATITIS B VIRUS.
Virus Hepatitis B merupakan DNA virus (hepadna virus). Virus ini paling
sering dijumpai di seluruh dunia. Hepatitis B ditandai dengan peradangan kronik pada
hati dan berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi
infeksi akut, karena berlangsung sangat lama penyakit ini dapat bersifat persisten.
Pasien yang telah menderita penyakit ini akan mambawa virus dan dapat menjadi
sumber penularan. Penularannya melalui darah atau transmisi seksual, jaram suntik,
tato, tindik, akupuntur, tranfusi darah.
Hepatitis B sangat beresiko terhadap pasien yang menggunakan narkotika dan
mempunyai banyak pasangan seksual. Gejala yang ditunjukkan oleh penyakit adalah
lemah, lesu, sakit otot, mual dan muntah namun jarang ditemukan demam. Antigen
yang diperiksa dalam hepatitis B adalah HBsAg, HBcAg, dan HBeAg. HBsAg
ditemukan pada pasien hepatitis B akut dan sebagai penanda blood borne virus dan
status karier penyakit. Imunisasi hepatitis B terhadap bayi yang baru lahir,
menghindari hubungan badan dengan orang yang terinfeksi, menghindari
penyalahgunaan obat dan pemakaian bersama jarum suntik merupakan cara
pencegahan penularan hepatitis B.
c) HEPATITIS C VIRUS
Hepatitis C adalah infeksi penyakit yang bisa tak terdeteksi dan bisa
menyebabkan kerusakan perlahan-lahan pada organ hati. Penyakit ini tidak
menimbulkan gejala-gejala khusus biasanya pasien hanya terserang flu berupa
demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut atau hilangnya selera makan.
d) HEPATITIS D VIRUS
Hepatitis D ditandai dengan terdapatnya virus delta dan merupakan virus yang
unik, yakni virus RNA yang tidak lengkap. Virus ini memerlukan keberadaan virus
hepatitis B untuk ekspresi dan patogenisitasnya. Gejala yang dirasakan bervariasi dan
dapat dirasakan sebagai gejala yang ringan atau sangat progrsif.

e) HEPATITIS E VIRUS
Hepatitis E merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya
kecuali terjadi pada saat kehamilan pada trimester 3 sehingga dapat menyebabkan
kematian. Gejala mirip dengan hepatitis A. Air yang terkontaminasi feces
merupakan penularan dari hepatitis E.
f) HEPATITIS F VIRUS
Sedikit kasus yang dilaporkan untuk hepatitis F. Para pakar saat ini belum
sepakat mengenai hepatitis F sehingga merupakan penyakit hepatitis yang terpisah
dari hepatitis lainnya.
g) HEPATITIS G VIRUS
Serupa dengan hepatitis C seringkali infeksi bersamaan dengan hepatits B
namun hepatitis ini tidak menyebabkan masalah kronik. Penularan hepatitis G
melalui tranfusi darah dan jarum suntik.

2.2. SIROSIS
Sirosis Hati (SH) merupakan dampak tersering dari perjalanan klinis yang
panjang dari semua penyakit hai kronis yang ditandai dengan kerusakan parenkim
hati. Deskripsi suatu Sirosis hati berkonotasi baik dengan status patofisiologi
maupun klinis, dan untuk menetapkan prognosis pasien dengan penyakit hati.3
Istilah sirosis hati dicetuskan oleh Laennec tahun 1819 yang berasal dari
kata Khirros yang berarti warna kuning orange. Sirosis hati adalah suatu penyakit
dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system
arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi jaringan ikat
(fibrosis) disekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.
Gejalanya berupa peradangan difus dan selama bertahun-tahun pada hati serta
diikuti dengan fibrosis, degenerasi dan regenerasi sel-sel hati sehingga

menimbulkan kekacauan dalam susunan parenkim hati. Antara gejala khas sirosis hati
adalah spider navi, eritema palmaris, vena kolateral, kaput medusa, splenomegali,
inverse albumin, dan asites.1
Secara fungsional sirosis hati dibagi atas1:
(1). Sirosis hati kompensta.
(2). Sirosis hati dekompensata, disertai dengan

tanda-tanda kegagalan

hepatoselular dari hipertensi portal.

2.3. ASITES
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum.
Asites dapat disebabkan oleh banyak penyakit. Pada dasarnya penimbunan cairan di
rongga peritoneum dapt terjadi melalui 2 mekanisme dasar yakni transudasi dan
eksudasi.1
Asites lanjut amat mudah dikenali. Pada inspeksi akan tampak perut
membuncit seperti perut katak, umbilicus seolah bergerak kea rah kaudal mendekati
simpisis os pubis. Pada perkusi, pekak samping meningkat dan terjadi shifting
dullness. Asites yang masih sedikit belum menunjukkan tanda-tanda fisis yang nyata.
Diperlukan cara pemeriksaan khusus misalnya puddle sign untuk menemukan asites.1
2.4. KOMA HEPATIKUM
Hati merupakan salah satu organ yang sangat berperan penting dalam
mengatur metabolism tubuh, yaitu pada proses anabolisme atau sintesis bahan-bahan
yang penting seperti sintesis protein, pembentukan glukosa serta proses katabolisme
yaitu dengan melakukan detoksikasi bahan-bahan seperti ammonia, berbagai jenis
hormone, obat-obatan, dan sebagainya.1
Adanya kerusakan hati akan menggangu fungsi-fungsi tersebut sehingga dapat
menyebabkan terjadinya gangguan system saraf otak akibat zat-zat yang bersifat
toksik.1

2.5. ABSES HATI


Abses hati merupakan salah satu bentuk dari abses visceral. Hati merupakan
organ intraabdominal yang paling sering mengalami abses. Abses hati terbagi dalam 2
bentuk yaitu abses hati amubik (AHA) dan abses hati piogenik (AHP).1
Abses hati amuba adalah penimbunan atau akumulasi debris nekro-inflamatori
purulent di dalam parenkim hati yang disebabkan oleh amuba, terutama entamoeba
hystolica.4
Antara gejala dan tanda klinis abses hati amuba adalah nyeri perut kanan atas
yang dirasakan pada 75-90% pasien. Kadang nyeri disertai muntah, mual, anoreksia,
penurunan berat badan, kelemahan tubuh, dan pembesaran hati yang juga disertai rasa
nyeri. Nyeri spontan perut kanan atas disertai dengan jalan membungkuk ke depan
dengan kedua tangan diletakkan di atasnya merupakan gejala klinis khas yang sering
dijumpai.5
Abses hati piogenik adalah proses supuratif yang terjadi pada jaringan hati
yang disebabkan oleh invasi bakteri melalui aliran darah, system bilier, maupun
penetrasi langsung.1
Gambaran klinis klasik AHP adalah demam dan nyeri perut kanan atas.
Demam tinggi naik turun disertai menggigil merupakan keluhan terbanyak. Nyeri
perut kanan atas biasanya menetap dan dapat menyebar ke bahu kanan. Gejala tidak

khas lainnya meliputi keringat malam, muntah, anoreksia, kelemahan umum, dan
penurunan berat badan.

2.6. PERLEMAKAN HATI NON-ALKOHOLIK


Non-alcoholic steatosis

(NASH) adalah infiltasi lemak pada hati yang

berhubungan dengan obesitas. Kecurigaan diagnosis dikarenakan peningkatan


aminotransferase, terutama AST:ALT ratio < 1 Seringkali ada hubungan antara non
alcoholic fatty liver dan diabetes, biasanya pasien tersebut BMI nya tinggi dan ada
truncal obesity. NASH bisa berkembang ke sirosis tetapi arang sampai
mengakibatkan gagal hati.
Sebagian besar pasien dengan perlemakan hati nonalkoholik tidak
menunjukkan gejala maupun tanda-tanda adanya penyakit hati. Beberapa pasien
melaporkan adanya rasa lemah, malaise, keluhan tidak enak dan seperti mengganjal
di perut kanan atas. Pada kebanyakan pasien, hepatomegaly merupakan satu-satunya
kelainan fisis yang didapatkan.1

2.7. KOLESISTITIS
Radang kandung empedu (kolesistitis akut) adalah reaksi inflamasi akut
dinding kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan,
dan demam. 1
Faktor yang mempengaruhi timbulnya serangan kolesistitis akut adalah statis
cairan empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab
utama kandung empedu (90%) yang terletak di duktus sistikus yang menyebabkan
statis cairan empedu, sedangkan sebagian kecil kasus timbul tanpa adanya batu
empedu.
Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut di
sebelah kanan atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadangkadang rasa sakit menjalar ke pundak atau scapula kanan dan dapat berlangsung
sampai 60 menit tanpa reda.
Pada pemeriksaan fisis teraba massa kandung empedu, nyeri tekan disertai
tanda-tanda peritonitis local (tanda Murphy) .1
2.8. KARSINOMA HATI
Karsinoma hepatoselular (HCC) merupakan tumor ganas hati primer yag
berasal dari hepatosit.1
HCC meliputi 5,6% dari seluruh kasus kanker pada manusia serta menempati
peringkat kelima pada laki-laki dan kesembilan pada perempuan sebagai kanker
tersering di dunia.
Antara faktor resiko HCC adalah infeksi virus hepatitis B, virus hepatitis C,
sirosis hati, obesitas, diabetis mellitus (DM), alkohol dan aflatoksin. Aflatoksin
merupakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamur Aspergillus.
Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri atau perasaan tak nyaman
di kuadran kanan atas abdomen. Juga harus diwaspadai bila ada keluhan rasa penuh
di abdomen disertai perasaan lesu, penurunan berat badan dengan atau tanpa demam.

10

Keluhan gastrointestinal lain adalah anoreksia, kembung, konstipasi, atau diare. Sesak
naps dapat dirasakan akibat besarnya tumor yang menekan diafragma, atau kerana
sudah ada metastasis paru. Sebagian besar pasien HCC sudah menderita sirosis hati,
baik yang masih stadium kompensasi, maupun yang sudah menunjukkan tanda-tanda
gagal hati seperti malaise, anoreksia, penurunan berat badan dan icterus.
Temuan fisik tersering pada HCC adalah hepatomegaly dengan atau tanpa
bruit hepatic, splenomegaly, asites, icterus, demam, dan atrofi otot. Antara kriteria
diagnostic HCC menurut Barcelona EASL Conference adalah :

11

DAFTAR PUSTAKA
1. Atmojo, Tjokronegoro.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 5.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Cowin, J. Elizabeth.
2. Budiwarsono : PIT Pro Prodia Panel Penyakit Hati , Surabaya.p 14.2009
3. Atherton C Jhon, Blaser J Martin. 2005. Harrison's. Principle Internal
Medicine 16th Edition, McGraw Hill: Jakarta.
4. Ayles HM and Cock KD. Hepatic abcess and cysts, Handbook of liver
disease, 2004, Elsevier Inc: Philadelphia.
5. Guardino JM. Gastric cancer, Primo Gastro; The Pocket GI/Liver Companion.
2008, Lippincott Williams& wilkins.
6. Rani, A. dkk. Editor. Panduan Pelayanan Medis. Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Cetakan ketiga. Jakarta: Interna
Publishing. 2009.
7. Mansjoer, A. dkk. Kapita Selekta. Jilid 1. Edisi ketiga. Jakarta: Media
Aescuplapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001.

12

Anda mungkin juga menyukai