Parotis
Parotis
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur besar yaitu kelenjar parotis,
keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan
aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi.
Pemeriksaan radiologi menggunakan CT-Scan dan MRI sangat membantu
menegakkan diagnosis. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan
radioterapi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50% bahkan pada
keganasan dengan derajat tertinggi.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
bagian
posterior
dari
sendi
temporomandibular.
Disini
saraf
lemak subkutaneus. Jaringan ikat dan jaringan lemak dari fasia leher dalam
membungkus kelenjar ini. Kelenjar parotis berhubungan erat dengan struktur
penting di sekitarnya yaitu vena jugularis interna beserta cabangnya, arteri
karotis eksterna beserta cabangnya, kelenjar limfa, cabang auriculotemporalis
dari nervus trigerninus dan nervus fasialis.11
Serabut
postganglionik
mencapai
kelenjar
melalui
saraf
auriculotemporal.11
Nervus kranialisVII yang berfungsi motorik untuk wajah, masuk ke
kelenjar parotis dan membaginya menjadi 2 zona surgical (lobus superfisialis
dan profunda). Nervus ini keluar dari skull base melalui foramen
stylomastoid. Trunkus kemedian bercabang dua yakni cabang temporofasialis
(atas, bercabang dua: temporal dan zigomaticus) dan cervicofasialis (bawah,
bercabang tiga: bucal, marginal mandibular, dan cervical).11
Nervus fasialis ini dalam kelenjar parotis bercabang menjadi 5, yaitu:
1. Cabang temporal ke otot frontalis
2. Cabang zigoma ke otot orbicularis oculi
3. Cabang bucal ke otot wajah dan bibir atas
6
B.
Definisi
Tumor
didefinisikan
sebagai
massa
jaringan
abnormal
dengan
perubahan tersebut berhenti. Tuor parotis adalah tumor yang meyeang kelenjar
saliva.4
C.
Epidemiologi
Setiap tahunnya ditemukan 2500 kasus baru tumor glandula salivatorius
dan 80 % kasus merupakan tumor glandula parotis. Adanya massa di kelenjar
parotis, 75 % merupakan tumor sedangkan 25 % sisanya disebabkan oleh proses
non neoplasma infiltrative, seperti kista dan inflamasi. Pada tumor parotis, 70
sampai dengan 80 % kasus merupakan kasus benigna.Tumor parotis paling
banyak ditemukan pada bangsa kulit putih.2
D.
Etiologi
Penyebab pasti tumor kelenjar liur belum diketahui secara pasti, dicurigai
adanya keterlibatan faktor lingkungan dan faktor genetik. Paparan radiasi
dikaitkan
dengan tumor
jinak warthin
dan tumor
ganas
karsinoma
Klasifikasi
Klasifikasi Histopatologi WHO/ AJCC
Benign
Malignant
Lymphoepithelial lesion
Adenocarcinoma
Oncocytoma
monomorphic adenoma
Benign cysts
epidermoid carcinoma
Other ananplastic carcinoma
a.
1)
Tumor jinak
Pleomorfik adenoma (mixed tumor jinak):
Merupakan tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering terjadi
papiler)
Tumor ini tampak rata, lunak pada daerah parotis, memiliki kapsul apabila
terletak pada kelenjar parotis dan terdiri atas kista multipel. Histologi Warthin's
tumor yaitu memiliki stroma limfoid dan sel epitelial asini. Perubahan menjadi
ganas tidak pernah dilaporkan. Lebih sering ditemukan pada kelenjar mayor.4
3)
Papiloma intraduktal
Berbentuk kecil, lunak dan biasanya ditemukan pada lapisan submukosa.
pria dengan ratio 2:1. Diameternya kecil (< 5 cm), pertumbuhannya lambat dan
berbentuk sferis. Dapat terjadi rekurens jika eksisi tumor tidak komplit.4
b.
1)
10
kecil lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini tidak berkapsul,
dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40 %.4
paling
banyak
pada
kelenjar
3)
11
b)
c)
Adenokarsinoma yang
tidak dispesifikasikan:
Bila dilihat di mikroskop tumor ini memiliki penempakan yang cukup
untuk disebut adenokarsinoma, tetapi belim memiliki penampakan
untuk dispesifikasikan.sering berasal dari kelenjar parotis dan kelenjar
minor.4
d)
Adenokarsinoma yang
jarang:
Contohnya
seperti
basal
sel
adenokarsinoma,
clear
cell
F.
yang sama.
Epitelial-mioepitelial karsinoma
Anaplastik small sel karsinoma
Karsinoma yang tidak berdiferensiasi
Limfoma non hodgkin .4
Patofisiologi
a.
menyatakan bahwa tumor kelenjar liur berasal dari diferensiasi sel-sel matur
dari unit-unit kelenjar liur. Seperti tumor asinus berasal dari sel-sel asinar,
onkotik tumor berasal dari sel-sel duktus striated, mixed tumor berasal dariselsel duktus interkalated dan mioepitelial, squamous dan mukoepidermoid
karsinoma berasal dari sel-sel duktus ekskretori.
b.
Teori
biseluler:
teori
ini
menerangkan bahwa sel basal dari glandula ekskretorius dan duktus interkalated
bertindak sebagai stem sel. Stem sel dari duktus interkalated dapat menimbulkan
terjadinya karsinoma acinous, karsinoma adenoid kistik, mixed tumor, onkotik
tumor dan Warthin's tumor. sedangkan stem sel dari duktus ekskretorius
menimbulkan terbentuknya skuamous dan mukoepidermoid karsinoma.3
G.
Manifestasi Klinik
a.
Gejala
13
Tanda
Pada tumor benigna benjolan bisa digerakkan, soliter, dan keras. Namun,
pada pemeriksaan tumor maligna diperoleh benjolan yang terfiksasi ,
konsistensi keras, dan cepat bertambah besar.6
H.
14
T4
N
Nx
N0
N1
N2
N2a
N2b
N2c
N3
M
M0
M1
Diagnosis
a.
Pemeriksaan Klinis
1) Anamnesa
Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya
tentang :
a.)
Keluhan
15
b.)
c.)
d.)
e.)
2)
Pemeriksaan fisik
a.) Status general
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :
Keadaan umum
Adakah anemia, ikterus, periksa T,N,R,t, kepala, toraks, abdomen,
ekstremitas,vertebra, pelvis
16
Apakah ada tanda dan gejala ke arah metastase jauh (paru, tulang
b.)
tengkorak, dll)
Satus lokal
c.)
Status regional
Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher ipsilateral dan
kontralaeral. Bila ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukuran
terbesar, dan mobilitasnya.10
J.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis (Atas Indikasi)
a)
Imaging
Foto Polos
Foto polos sekarang jarang digunakan untuk mengevaluasi glandula
salivatorius mayor.
dibuat bila ada diagnosa banding kista parotis / submandibula. Foto toraks
terkadang dilakukan untuk mencari metastase jauh. Meskipun foto polos
dapat diperoleh secara cepat dan relatif murah, namun memiliki
keterbatasan nilai klinis karena hanya dapat mengidentifikasi kalsifikasi
17
gigi. Sialolit atau kalsifkasi soft tissue lebih mudah diidentifikasi lebih
mudah diidentifikasi menggunakan USG dan CT Scan.8
USG
USG pada pemeriksaan penunjang berguna untuk evaluasi kelainan
vaskuler dan pembesaran jaringan lunak dari leher dan wajah, termasuk
kelenjar saliva dan kelenjar limfe. Cara ini ideal untuk membedakan massa
yang padat dan kistik. Kerugian USG pada daerah kepala dan leher adalah
penggunaannya terbatas hanya pada struktur superficial karena tulang akan
mengabsopsi gelombang suara.8
CT Scan
Gambaran CT tumor parotis adalah suatu penampang yang tajam dan pada
dasarnya mengelilingi lesi homogen yang mempunyai suatu kepadatan
18
area
fibrosis
atau
kalsifikasi
distropik.
Kalsifikasi
19
MRI
Pemeriksaan MRI bisa membantu untuk membedakan massa parotis yang
bersifat benigna atau maligna. Pada massa parotis benigna, lesi biasanya
memiliki tepi yang halus dengan garis kapsul yang kaku. Namun
demikian, pada lesi malignansi dengan grade rendah terkadang
mempunyai pseudokapsul dan memiliki gambaran radiografi seperti lesi
benigna.Lesi malignansi dengan grade tinggi memiliki tepi dengan
gambaran infiltrasi.7
20
b)
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali
fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum elektrolit, faal
hemostasis, untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi.10
c)
Pemeriksaan
Patologi
FNA
Belum
merupakan
pemeriksaan
baku.Pemeriksaan
ini
harus
Biopsi insisional
Dikerjakan pada tumor ganas yang inoperabel.
21
Biopsi eksisional
superfisial
Pada tumor submandibula
submandibula
Pada tumor sublingual dan kelenjar liur minor yang operabel
dilakukan eksisi luas ( minimal 1 cm dari batas tumor).
K.
Diagnosis Banding 8
a. Inflamasi:
1) Abses/sellulitis/reactive adenopathy
2) Benign lymphoepithelialcysts (AIDS)
3) Autoimun/Sjogren syndrome
b. Benign tumor :
1) Benign mixed tumor (pleomorphic adenoma)
2) Warthin tumor
3) Lipoma
c. Malignansi :
1) Mucoepidermoid carcinoma
2) Adenoid cystic carcinoma;
3) Non-Hodgkin lymphoma
4) Malignant mixed tumor;
5) Lainnya: acinar cell carcinoma, adenocarcinoma, squamouscell carcinoma
d. Metastasis:
1) Skin squamous cell carcinoma or melanoma
2) Breast orlung carcinoma
3) Nodal non-Hodgkin lymphoma.
L.
Komplikasi
Komplikasi pasca operasi parotis
Sindrom Frey
22
M.
Penatalaksanaan
Pengobatan tumor parotis adalah multidisipliner termasuk bedah, neurologi,
radiologi diagnostik dan inventersional, onkologi dan patologi. Faktor tumor
dan pasien harus diperhitungkan termasuk keparahannya, besarnya tumor,
tingkat morbiditas serta availabilitas tenaga ahli dalam bedah, radioterapi dan
khemoterapi.
a. Tumor operable
1) Terapi utama
Terapi utama pada tumor parotis yang operable adalah pembedahan, dapat
berupa:
a.
b.
i.
ii.
c.
ganas
parotis
yang
belum
ada
ekstensi
d.
2) Terapi tambahan
Terapi tambahan berupa radioterapi pasca bedah dan diberikan pada tumor
ganas dengan kriteria :
a.
23
b.
c.
Tumor
menempel
pada
syaraf
(n.fasialis,
n.lingualis,
n.hipoglosus, n. asesorius )
d.
Setiap T3,T4
e.
Karsinoma residif
f.
b. Tumor inoperabel
1) Terapi utama
Radioterapi
2) Terapi tambahan
Kemoterapi :
a)
Untuk
jenis
adenokarsinoma
(adenoid
cystic
carcinoma,
24
diulang tiap
3minggu
b)
diulang tiap
3minggu
c.
Metastase Kelenjar Getah Bening (N)
1) Terapi utama
a)
Operabel
: deseksi leher radikal (RND)
b)
Inoperabel
: radioterapi 40 Gy/+kemoterapi preoperatif,
kemudian dievaluasi
menjadi operabel RND
tetap inoperabel radioterapi dilanjutkan sampai 70Gy
2) Terapi tambahan
Radioterapi leher ipsilateral 40 Gy. 10
d.
mucoepidermoid carcinoma)
methotrexate 50mg/m2 iv pd hari ke 1 dan 7
sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2. 13
25
diulang tiap
3minggu
Parotidektomi superfisial
Potong beku
Jinak
Ganas
Stop
Stop
N.
RND
Prognosis
Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology, perluasan
local dan besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher.Jika sebelum
penanganan tumor maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka
prognosisnya lebih buruk. Untuk tumor maligna, pengobatan dengan eksisi dan
radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan
26
dengan derajat tertinggi. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun hal ini
masih tetap tergantung kepada histologinya.5
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2. Kelenjar
parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar. Tumor pada ini relatif jarang
terjadi, persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan
leher. Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi,
faktor genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur
terjadi pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari
parotis dan 80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign
pleomorphic adenomas).
Tumor kelenjar parotis baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu
massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan
perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan
27
saraf fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan, walaupun gejala
ini hanya nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat,
dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan
keganasan
pada
kelenjar
parotisnya.Rasa
nyeri
yang
bersifat
episodik
menggunakan
jarum
halus
(Fine
Needle
Aspiration)
atau
28