Anda di halaman 1dari 15

NAMA ANGGOTA

KELOMPOK 3

MOCHAMAD HASAN BAHTIAR 201310330311079


ELGITA MEILIA RIZQI A. 201310330311095
ERINA NUR MAHMUDAH
201310330311102
ANDRE HARTONO
201310330311119
HUSNI FARID 201310330311131
FAKIH NADHIL IMAN 201310330311147
PRIMASARI CYNTHIA ARYANTI 201310330311002
BAIQ ANNISA PAHLEVIANA
201310330311011
EMERALDA CINTYA F. M.
201310330311021
ASFARINA PRIHANDINI
201310330311038
MUHAMMAD GAGAS SASONGKO
201310330311039
FARIZKY JATI ANANTO 201310330311044

Tujuan
Mengetahui mula kerja (onset of
action) analgetik pada pemberian
peroral dan intraperitonial.
Parameter yang diukur adalah waktu
(menit) mulai analgetik diberikan
sampai terjadi pengurangan rasa
nyeri.

Mengetahui puncak efek (peak efek)


analgetik pada pemberian peroral
dan intraperitorial. Parameter yang
diukur adalah waktu (menit) terjadi
pengurangan rasa nyeri terhadap
rangsangan nyeri yang maksimal.

Mengetahui lama kerja obat


(duration of action) analgetik pada
pemberian peroral dan
intraperitoneal. Parameter yang
diukur adalah waktu (menit) mulai
terjadi pengurangan rasa nyeri
sampai pengurangan rasa nyeri
menghilang

Alat

Analgetic meter
spuit ml
Sonde
Stop watch

Bahan
Tikus
Obat analgetik : antalgin tablet dan
metampiron vial (xylomidon)

Prosedur kerja
Rangsangan nyeri dengan tekanan :
Menentukan ambang nyeri kontrol (di ukur sebelum
pemberian obat analgetic)
Timbang BB tikus dan catat (gram)
Pegang tikus sedemikian rupa sehingga tikus cukup merasa
rilex
Posisikan bagian runcing dari analgetic meter pada sela jari
kaki ( antara jari satu dan 2)
Letakan beban pada analgesi meter tersebut dan geser
sampai tikus menunjukan respon nyeri berupa
menjerit,menarik kakinya. Jika dengan satu beban tikus
belum menunjukan respon nyeri maka beban di tambah
secara bertahap. Catat berat beban ( gram ) yang
menimbulkan nyeri ( beban kontrol )

Pemberian analgetik
tikus perlakuan di bagi menjadi 2
kelompok. Kelompok tikus yang di beri
analgetik peroral dan kelompok tikus
yang di beri analgetik secara
intraperitoneal. Hitung dosis obat yang
di berikan dengan cara sebagai berikut :
Diketahui :
Xylomidon mengandung metampiron 250
mg/mL
Antalgin tablet mengandung metampiron
500 mg
Dosis metampiron tikus : 250 mg/kgBB/kali
Jika BB tikus 200 gr, maka dosis metampiron

Memasukan obat
Per intraperitoneal, dilakukan lewat
injeksi di daerah perut.
Ambil xylomidon 50 mg dengan spuit =0,2mL,
suntikan secara intraperitoneal.

Peroral, dilakukan per sonde


Gerus satu tablet antalin 500 mg, ambil 1/10
nya ( jika BB tikus 200 gr) = 50mg.
Tambahan CMC dan aquades s.d volumenya
jadi 2mL ( kapasitas lambung tikus 2ML).
Berikan pada tikus personde

Menentukan efek analgetik


Pegang tikus secara relaks dan berikan
beban pada tikus dengan cara yang sama
Lihat penentuan ambang nyeri kontrol
Berikan beban sebesar dua kali berat badan
pada tikus kontrol
Anal getik dikatakan mempunyai efek jika
setelah analgetik diberikan, tikus mampu
menahan beban sebesar dua kalo beban
kontrol
Lakukan setiap 5 menit sekali dan amati
adakah respon nyeri tikus
Pengamatan dilakukan sampai menit ke 60
Catat hasil pengamatan

Hasil

Kesimpulan
Onset obat intraperitonial lebih singkat dari
obat peroral. Untuk pemberian obat peroral
efek baru mulai tercapai pada menit ke-30
(onset 30 menit). Sedangkan untuk
intraperitonial efek sudah tercapai pada menit
ke lima (onset 5 menit).
Obat intraperitonial memberikan durasi kerja
lebih lama dari oba peroral, hal ini dibuktikan
obat peritoneal memberi efek selama 55 menit,
yaitu sejak dari menit ke-5 hingga menit ke-60.
Sedangkan obat peroral hanya memberi efek
sebanyak 30 menit, yaitu dari menit ke-30
hingga menit ke-60.

Pembahasan
Teori yang ada mengatakan bahwa
obat yang diberikan peroral akan
memberikan onzet lebih lama
ketimbang intraperitoneal.
Sebaliknya durasi efek peroral akan
jauh lebih singkat ketimbang
intraperitoneal. Mengapa bisa terjadi
demikian?

Perjalanan obat yang masuk secara


peroral jauh lebih panjang dan lebih
rumit ketimbang intraperitoneal.
Panjangnya perjalanan obat
membuat onzet obat untuk memulai
efeknya semakin lama, sedangkan
durasi obat semakin singkat karena
sedikitnya obat aktif yang bekerja
pada sel sel atau jaringan target.

Lain ceritanya bila obat dimasukkan


secara intraperitoneal. Obat langsung
dimasukkan ke dalam lapisan
peritoneal (lapisan antara kulit dan
organ) yang banyak mengandung
pembuluh darah kapiler.
Konsekuensinya, bioavailabilitas obat
jauh lebih besar ketimbang obat yang
masuk secara peroral karena obat
langsung masuk ke pembuluh kapiler
yang mengarah ke seluruh tubuh

Anda mungkin juga menyukai