Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan dalam tujuan ke-5
pembangunan millennium yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang
akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai resiko kematian
ibu.
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup,
Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai
228 per 100 ribu. Melengkapi hal tersebut, data laporan dari daerah yang diterima
Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa jumlah ibu yang meninggal
karena kehamilan dan persalinan tahun 2013 adalah sebanyak 5019 orang.
Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi SDKI
2012 mencapai 160.681 anak. Kematian ibu terjadi pada perempuan yang
TERLALU MUDA untuk hamil, ada juga yang TERLALU TUA untuk hamil,
jarak kehamilan yang TERLALU BERDEKATAN, serta kehamilan yang
TERLALU SERING. Selain itu, terdapat beberapa kondisi lainnya seperti:
Anemia pada penduduk usia 15-24 tahun masih tinggi yaitu sebesar 18,4%
(Riskesdas, 2013), Perkawinan usia dini masih tinggi yaitu sebesar 46,7%
(Riskesdas, 2010), Angka kelahiran pada usia remaja juga masih tinggi yaitu
sebesar 48 per 1.000 perempuan usia 15-19 tahun (SDKI, 2012), dan kebutuhan
pelayanan KB yang tidak terpenuhi atau unmet need masih relatif tinggi, yaitu
sebesar 8,5% (SDKI, 2012).
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode puerperium
disebut puerpera. Puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,

merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan
yang normal (Ambarwati, 2008).
Selama masa nifas, terdapat penurunan mencolok kadar estrogen dan
progesterone dalam system tubuh ibu. Penurunan konsentrasi hormon steroid
mempermudah inisiasi laktasi dan memungkinkan sistem fisiologis kembali ke
keadaan pra hamil. Pada kenyataannya, masa nifas seyogyanya digambarkan
sebagai fase transisi. Masa ini dimulai saat lahirnya bayi dan berakhir saat
kembalinya fertilitas. Namun, wanita tidak kembali ke keadaan fisiologis dan
anatomis yang sama. Masa nifas, juga dalam konteks sosial, mencerminkan
banyak transisi bagi orang tua, anak, dan anggota keluarga yang lain. Banyak
perubahan fisiologis pada masa nifas, misalnya pembentukan keterampilan
menjadi orang tua, laktasi dan pemberian makan, yang semuanya dimodifikasi
oleh interaksi sosial dahulu dan sekarang yaitu individu dalam situasi keluarga
yang baru (Coad et.al, 2006).
Tidak banyak riset dilakukan tentang penentuan waktu atau mekanisme
berbagai perubahan yang terjadi pada masa nifas. Batasan waktu yang paling
singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang
relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40
hari (Ambarwati, 2008).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam
24 jam pertama. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa
nifas dapat mencegah beberapa kematian ini (Saifuddin, 2000).
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan mandiri dalam
melaksanakan asuhan pada ibu nifas, perlu memiliki kemampuan profesional yang
telah distandardisasi. Kemampuan bidan dalam melaksanakan asuhan pada ibu
nifas tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan fisik, tetapi mencakup asuhan
psiko, sosial, dan spiritual. Asuhan psiko, sosial, spiritual yang bisa
dikembangkan, dan bisa menjadi pendukung pada diri ibu nifas. Dalam
menjalankan proses asuhan terhadap ibu nifas, seorang bidan sewajarnya memiliki
standar kemampuan yang bermanfaat sebagai bahan tanggungjawab dan tanggung
gugat terhadap klien yang diberi asuhan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu dengan masa
nifas fisiologis sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan menurut Helen
Varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada
ibu dengan masa nifas fisiologis
b. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual pada ibu dengan
masa nifas fisiologis.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial yang
mungkin muncul pada ibu dengan masa nifas fisiologis.
d. Mampu megidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada ibu dengan
masa nifas fisiologis.
e. Mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara
menyeluruh pada ibu dengan masa nifas fisiologis.
f. Mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh sesuai kebutuhan pada ibu dengan masa nifas fisiologis.
g. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada ibu
dengan masa nifas fisiologis.
1.3 Manfaat
1. Bagi Petugas Kesehatan
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien khususnya
pada kasus nifas fisiologis, dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan Varney dalam upaya deteksi dini dan komplikasi
pada masa nifas.
2. Masyarakat
Meningkatkan keikutsertaan dan peran aktif dalam upaya menjaga
nifasnya terutama pada kasus nifas fisiologis, dengan periksa ke tenaga
kesehatan lebih sering agar komplikasi tidak menjadi berat.
3. Mahasiswa Kebidanan
Meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kebidanan khususnya asuhan
kebidanan pada postpartum fisiologis agar mampu menerapkan teori
dalam praktek di lapangan.
1.4 Sasaran

Semua Ibu Nifas yang kondisi postpartumnnya fisiologis dan dirawat di ruang
Nifas Cempaka RSUD Wlingi.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam laporan pendahuluan ini susunan penulisan adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Bagian ini menerangkan keternalaran (kerasionalan) mengapa topik
yang dinyatakan pada judul laporan pendahuluan itu dikaji.
2. Tinjauan Pustaka
Bagian ini berisi kajian teori dari topik kasus yang dinyatakan pada
judul laporan pendahuluan itu dikaji
3. Kerangka konsep Asuhan Kebidanan
Bagian ini berisi pola pikir penulis dalam melakukan asuhan kebidanan,
yaitu asuhan kebidanan teoritis
4. Asuhan kebidanan pada wanita postpartum fisiologis
Bagian ini berisi data-data dari keseluruhan manajemen asuhan
kebidanan melingkupi 7 langkah Varney yang didokumentasikan
dengan metode S-O-A-P
5. Pembahasan
Bagian ini berisi analisa dan pembahasan keterkaitan faktor-faktor dari
data yang diperoleh dari kasus di lahan, penyelesaian masalah dari
kasus, dan hasil penyelesaian masalah pada kasus
6. Kesimpulan dan Saran
Bagian ini berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap masalah pada
kasus yang dinyatakan pada laporan pendahuluan ini.

Anda mungkin juga menyukai