Anda di halaman 1dari 4

Dalam Garis Tangan-Mu

Rara, anti dan syawal , 3 anak yang sudah terbiasa dengan didikan “alam” yang sa
ngat keras. Hidup dikeluarga yang pas-pasan membuat mereka harus merasakan bagai
mana harus berjuang di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, yang semakin hari, makin
sesak dengan pertumbuhan penduduk yang pesat. Syawal adalah bungsu dari 3 bersa
udara ini namun ialah satu-satunya harapan orang tuanya. Ia satu-satunya anak ya
ng disekolahkan hingga masuk perguruan tinggi. Kedua kakaknya hanya tamat sekola
h menengah akhir . Meskipun memiliki otak yang lebih cerdas dari adik mereka nam
un garis tangan mereka sudah menentukan seperti itu, begitu kata kebanyakan oran
g .
Keluarga dengan peghasilan pas-pasan , dari ayah seorang pedagang asongan dan i
bu seorang penjual sayur. Untuk makan saja sudah susah apalagi untuk menyekolahk
an ke tiga anaknya Dikota metropolitan ini, tidak cukup mencari makan saja untuk
menyambung hidup, tapi perjuangan mencari keamanan dan perlindungan yang mendom
inasi hari-hari keluarga yang hidup di “bawah taraf” ini. Hanya syawal lah satu-
satunya yang menjadi tumpuhan harapan keluarga, Selain karena ia satu-satunya an
ak laki-laki dikeluarganya, ia juga memiliki IQ dan emosional yang lebih baik d
ari kedua kakak perempuannya. Setiap kali ada masalah di keluarganya ia dengan p
enuh ketenangan menyelesaikan masalah tersebut. Tak hanya itu ia juga banyak mem
bantu tetangga-tetangganya dalam menelesaikan masalah-masalah sosial. Tak jarang
ia berurusan dengan orang-orang penting di pemerintahan, hingga namanya terkena
l di daerah tempat tinggalnya.
Karena keringanan langkahnya dan kmunikasi sosialnya yang baik , Syawal memiliki
usaha “warnet kecil-kecilan” dan pekerjaan “part-time” di kursi kelurahan. Sehi
ngga kedua kakaknya pun meskipun hanya tamat SMA namun memiliki penghasilan yang
lumayan dari usaha warnet ini. Ditambah lagi banyak anak yang mau menimbah ilmu
dari Anti dan Rara, yang terkenal cerdas dibangku sekolah ini. Sehingga mereka
membuka tempat kursus dirumah mereka yang dibangun diatas lahan 6x7 meter. Dari
usaha, ini selain biaya dari orang tua dengan usahanya sendiri syawal bisa menja
di seorang mahasiswa Fakultas Teknik di Universitas Indonesia. Bahkan tak jarang
ia juga menerima pekerjaan part-time dari kampus tempat ia menimbah ilmu. Mulai
dari ketikan tugas teman-teman kampus, proposal, skripsi bahkan tak jarang ia d
ipercayakan oleh dosen-dosennya untuk mengelolah nilai. Namun satu hal yang sela
lu yang menjadi pedoman dasar syawal, pesan yang di tekankan oleh ayahnya bahwa
“carilah rizki dengan cara apa saja namun ingat lah pertanggung jawabannya, Hidu
plah sesukamu karena kamu pasti mati, berbuatlah sesukamu namun kamu pasti akan
mendapat ganjaran”. Karena prinsip ini mereka sukses dan berhasil mengangkat der
ajat keluarga mereka yang pas-pasan menjadi berkecukupan , yang awalnya hanya me
miliki hal yang biasa namun memiliki menajemen yang luar biasa “super“.
Namun meski sudah hidup berkecukupan dari penghasilan ketiga anaknya, orang tua
dari anak-anak yang luar biasa ini enggan berhenti dari pekerjaan mereka, sebaga
i penjual sayur dan pedagang asongan. Bagi mereka apa yang mereka rasakan sekara
ng ini sifatnya hanya sementara. Didepan nanti, masih banyak duri-duri yang siap
menusuk telapak kaki kala berjalan, menancap dikulit saat kau lengah, membidikm
u saat kau lemah. “Kekerasan di Kota Metropolitan ini begitu dasyat kawan!” itu
kata-kata anak yang nongkrong kala adzan berkumandang.
*****************************************************
Hari terus berganti, kehidupan keluarga semakin mapan. Namun bukan hidup jika ta
k ada ujian. Hidup ini memang seperti roda kadang kita berada di atas kadang kit
a harus berlapang dada dengan garisan tangan. Pemukiman yang padat dan terdiri d
ari sebagian besar bangunan semi permanen malam itu habis dilalap sijago merah.
Malam itu , hanya ayah dan ibu Syawal yang ada dirumah, sementara rara berada d
i rumah keluarganya yang ada di Jawa Timur untuk mencari lowngan pekerjaan yang
jauh lebih baik dari ngajar di ruangan semi permanen berukuran 4x4. Anti seperti
biasa berada ditempat pengajiannya, tempat ia menimbah ilmu agama sejak duduk d
i bangku SMA. Sedangkan syawal sendiri berada di Kampus biru, Maklumlah belakang
an ini ia sibuk dengan urusan politik kampus. Sebagai Mahasiswa yang kritis sepe
rti ia hal ini memang sudah sewajarnya, apalagi ia memiliki koneksi serta kemata
ngan emosional yang baik dengan para pejabat teras UI.
Saat kebakaran itu terjadi, orang tua syawal hanya bisa menelamatkan sebagian da
ri barang yang mereka miliki, itupun hanya barang yang kapasitasnya dapat mereka
tenteng keluar. Kebakaran yang sangat hebat! Semua bangunan rata dengan tanah.
Ayah dan ibu syawal hanya bisa pasrah menerima kenyataan bahwa usaha anak-anakny
a yang dibangun dengan susah payah dengan modal awal kepercayaan hancur dalam sa
tu lalapan api. Bagi mereka ini adalah permainan takdir yang sudah tertulis bahk
an sebelum manusia itu lahir. Bagaimanapun kita berusaha jika Tuhan tidak mengiz
inkan semua tidak akan tercapai . dan apa yang telah ditentukan pasti akan terja
di tinggal bagaimana ikhtiar kita. Bagi kedua orang yang renta ini menjadi pendu
duk Jakarta memang penuh dengan Ujian. Menjadi orang yang seperti semula dan mem
ulai dari nol dengan usia yang sudah tak muda lagi memang susah , namun itulah h
idup.
Pagi itu , ketika semua orang sibuk mengurus dan mencari sisa-sisa barang dari b
alik puing-puing rumah mereka, anak laki-laki bungsu dari 3 bersaudara ini berlu
tut di depan sebuah rumah batu yang juga ikut terbakar .
Sambil menangis ia berkata “ bagaimana mungkin Engkau tidak ridho, padahal kami
sudah mengusahakan yang terbaik dengan jalan yang halal?”
“ Kalau begitu bagaimana mungkin kau bisa dikatakan hamba yang bersabar bila ta
npa ujian darinya “ jawab Anti dengan tenang
“ Tapi kak ini juga usaha kakak, yang sudah susah payah dibangun engan keringan
kita semua juga dua orang tua renta itu” Sahut syawal sambil menunjuk kedua oran
g tuanya
“ Bagaimana mungkin adik laki-laki kakak , Mahasiswa UI ini bisa menangis karen
a hal seperti ini? “ Anti dengan sabar menarik tangan adiknya
“ Bangunlah dik, kakak juga sedih tapi beginilah kenyataannya, kita mau apalagi
“ sambungnya
“ Bagaimana mungkin kau seperti itu?. Ohhhh ku tahu, kau bicara seperti itu kare
na kau tak merasakan bagaimana susahnya berusaha dari awal, kakak kan hanya tahu
mengajar , tidak tahu bagaiman susahnya pinjam sana – sini” bentak Syawal deng
an sorot mata yang tajam pada kakaknya
“ apa lho ngira kakak nggak sedih apa? Kurang usaha apa kakak terhadap usaha ini
dik? Smua uda kakak usahakan kau masih menilai kakak seperti itu? “ Tanya Anti
Syawal hanya terdiam menatap kedua orang tuanya yang melihat ia dan kakaknya ber
tengkar. Sejenak ia memalingkan wajahnya ke arah bangunan itu lagi dan menghela
napas panjang “ Semua dokumen perkuliahan yang kami kumpulkan dan cari selama in
i hangus bersama bangunan ini. Adakah kesalahan yang aku perbuat ya Robb!” jerit
Syawal
Sambil merangkul adiknya, Anti berusaha tegar “ Lahir di Keluarga Muslim bukan b
erarti paham akan Islam, Bagaimana mungkin adikku yang cerdas, dan lebih ini men
jadi lemah dengan hal seperti ini” Syawalpun terdiam.
“ Bersyukurlah adikku setidaknya ayah dan ibu kita tak apa! Dengarlah ini sebag
ai pengingat, bila kau sakit jangan menangis, jika hari ini terluka itu karena k
ita kurang hati-hati, esok masih terluka , itu karena kita lalai, Lusa masih luk
a karena itulah garisan darinya” Sambung Anti
***************************************************
“Badai pasti berlalu” lirik lagu ini memang benar adanya. Dengan uang yang masih
ada ditangan mereka mulai mulai membangun usaha baru yang lebih baik. Dengan me
ngandalkan reputasi baiknya dikampus, Syawal diberikan satu area dikampus untuk
membuka kantin untuk usaha keluarganya. Rara kakak pertamanya berhasil lulus men
jadi slah staf pengajar di sekolah bertaraf internasional di Jawa Timur sedangka
n Anti sibuk membantu orang tuanya mengurus kantin.
4 tahun 8 bulan kuliah ,Syawal pun meraih predikat ST di UI dan ia merupakan sal
ah satu kandidat penerima beasiswa S2 di Jepang. Namun ia menolak beasiswa itu d
an berniat melanjutkan S2 nya di universitas Indonesia saja. Dengan pertimbangan
ia bisa menjadi salah seorang pembantu dosen yang yang memberinya peluang sehi
ngga menjadi batu loncatan untuk menjadi dosen di UI. Hitung-hitung lumayan dan
bisa mengawasi keluarganya yang sering diganggu oleh mahasiswa “nakal”.
*********************************************************
Kira-kira 2 bulan kuliah S2 di UI , syawal dipercaya menjadi staf pengajar S1 me
ski hanya bersifat temporel. Kehidupan keluargapun makin tercukupi ditambah lagi
Rara sudah menikah dengan orang yang betul-betul mapan. Namun suatu hokum yang
pasti bahwa pemberian itu ada bersama ujian.
Anti yang kesehariannya bekerja dikantin sering mendapat tekanan dari orang-oran
g disekitarnya. Namun begini lah ia, tidak terlalu menanggapi isu yang beredar.
Tidak banyak komentar, ramah dan santun, ketiga sikap ni adalah makanan empuk ma
hasiswa nakal ala kota Jakarta.
Siang itu seperti biasa ia menyiapkan makan siang adiknya. Sedangkan kedua orang
tuanya sibuk melayani tamu-tamu yang mampir ke kantin mereka. Namun siang itu, i
bunya Nampak kelelahan . ia pun mengambil posisi ibunya , sehingga makanan yang
disiapkan untuk adiknya tidak terselesaikan. Anti lalu membantu ayahnya untuk me
layani pesanan mahasiswa yang membanjir. Siang itu adalah hari yang sangat melel
ahkan. Persediaan makanan dikantin hamper habis namun hari masih sangat panjang
, sayang untuk dilewatkan begitu saja. Di meja pesanan no. 18, segerombolan anak
muda duduk dengan arogan dan asap rokok yang mengepul. Dengan ramah Anti datang
menyapa dan hendak menanyakan pesanan mereka.
“ Maaf mas , mau pesan apa? “ Tanya anti
“ mau pesan orangnya “ jawab salah seorang dari mereka sambil membuang asap roko
knya ke wajah anti
“ Maaf , mau pesan apa tadi, saya kurang jelas” kata anti
“ pesan rokok 3 bungkus , kacang, dan 2 botol bir “ kata seorang yang lain
“ Maaf, tidak ada menu seperti itu di kantin kami “ tegas Anti
“ ya udah deh mba , kami pesan 7 piring nasi goreng dan 7 botol minuman , semua
harus ada. Kami tunggu 10 menit “ jawab salah seorang dari mereka
Anti lalu bergegas ke dapur, namun sayang persediaan bumbu hanya cukup untuk 5 p
iring nasi goreng saja , anti lalu kembali ke meja itu dan menanyakan alternativ
e menu lain. Sayangnya mereka tidak mau mengerti dan hanya mau makan menu itu sa
ja. Bahkan mereka berperilaku tidak sopan.
“ maaf apa tidak ada alternative menu lain? “ Tanya Anti
“ Gimana sih mba , kami ini kan tamu dan kami lapar, usahaain donk!” ujar salah
satu dari mereka. “ Mentang-mentang kakak dosen kita , jadi seenaknya menggunaka
n wilayah kampus untuk usaha. Nyadar dong mba kampus ini untuk melayani mahasisw
a, jadi anda juga harus melayani mahasiswa juga dong!” sambungnya
“ Baiklah mas, asal anda sabar menunggu, saya akan mengusahakannya” jawab Anti
Anti lalu bergegas ke Dapur dan melepas seragamnya lalu dengan langkah terburu i
a keluar mencari bumbu untuk pesanan anak muda tadi. Tak lama kemudian Syawalpun
datang untuk menyantap makan siangnya. Namun ia terkejut melihat meja yang masi
h berantakan ditambah menu yang tidak terselesaikan. Ia pun bertanya pada ayahny
a dan kariawan lainnya namun tak ada satu orang pun yang tahu. Syawal menjadi sa
ngat cemas , ia tahu betul bagaimana kakaknya, meski memilki integritas yang tin
ggi namun kakaknya kadang tidak berpikir panjang dan kadang ceroboh. Ia pun perg
i mencari kakaknya keluar. Hatinya makin tidak tenang setelah melihat gerombolan
mahasiswa di meja nomor 18. Ia pun bergegas keluar.
“ tenang saja mas dosen yang ganteng , kakak anda baik-baik saja kok. Hanya kelu
ar mencari bumbu buat makanan kita” ledek gerombolan itu sambil tertawa
Syawal tidak menggubrisnya, dibenaknya hanya ada kakaknya. Dikota yang kejam ini
membiarkan seorang wanita keluar sendiri , sungguh sangat menghawatirkan. Apala
gi kakaknya tidak pernah keluar kecuali bersamanya karena kakaknya masih belum m
engetahui daerah-dareah rawan di sekitar kampus. Sekitar 20 Menit berjalan , Sya
wal lalu menemukan kakaknya.
“ wal , maaf kakak belum menyelesaikan makan siang mu, tapi tenang saja kakak su
dah membeli banyak bumbu untuk menyelasaikan semua itu “ kata anti
Syawal lalu menarik tangan kakaknya dan bergegas mengajaknya pulang. ‘ daerah in
i wilayah rawan kak “ sambil menstater motornya
“ Tenang saja kakak baik-baik saja. Maaf uda merepotkan adikku yang tampan ini”
hibur Anti
Namun syawal terlihat begitu tegang. Raut wajahnya berbeda dengan biasaya. Baru
10 menit berjalan tiba di wilayah belakang kampus 3 0rang lelaki menghadang moto
rnya. Suasana sore itu sangat sunyi, berbeda dengan hari biasanya. “Sepertinya g
aris tangan hari ini harus seperti ini” ujar syawal sambil turun dari motornya.
“ ada apa mas ? “ Tanya syawal
“ nggak usah banyak bacot lu mas, lho uda ngelewatin daerah kekuasaan gue” jawab
salah seorang dari mereka.
“ bumi ini milik Allah mas, “ sahut Anti
“ ehk diam lho pelacur “ bentak preman itu
“ jangan sembarangan bicara mas , kakak saya ini wanita baik- baik “ tegas syawa
l
“ kalau gue mau ngomong kayak gitu , lho mau apa mas?” Tanya preman itu
Cekcok mulutpun tak terhindarkan dan berujung pada pengeroyokan pada Syawal. Sit
uasi saat itu sangat meresahkan. Anti yang merasa harus membela adiknya lalu men
gambil sebilah pisau dari tas belanjanya. Niat hati ia ingin membela adiknya nam
un sayang pisau itu malah tertancap di perut adiknya sendiri. Yang lebih menyaki
tkan adalah pisau itu dipegang oleh Anti sendiri. Darah segar mengalir dari peru
t Syawal sementara Anti masih terdiam melihat pisau yang digenggamnya berlumuran
darah adiknya. Spontan Anti histeris berteriak “ tolong….. Astagfirullah….. Ya
Allah…..Ya Allah…. Allahu akbar…. Tolong” sambil memeluk adiknya yang terkapar d
i samping motornya.
*******************************************************
Bantuan pun datang namun sayang sepertinya Allah berkehendak lain , pisau terseb
ut menembus usus halus syawal, Bagaimana pun upaya dokter, namun penulis megaser
ver laulul mahfus sudah menggariskan demikianlah batasannya untuk Putra harapan
tumpuan keluarga . setidaknya ia sudah menunaikan kewajibannya untuk mensejatera
hkan keluarganya. Kini hanya kenangan tentang keberhasilan dan tulisan-tulisan t
angan di kamarnya. Diantara tulisan tangannya ada tulisan yang membuat Keluargan
ya tercengang
Telah ada batasan untuk umur manusia
Semua programe telah ada penatanya
Satu ID Master Pemegangnya
Pencipta seluruh sistem super mega server di Laulul Mah'fus
Bagaimana mungkin dikatakan muslim tanpa memahami ujian
Hari ini kita sakit karena tak menjaga
Esok masih sakit karena lalai
Lusa masih sakit karena itu QadhaNya
Seterusnya sakit karena itulah tulisan Programernya
Ketika lelah maka Istrahatlah,….dek
Ketika pusing, bersandarlah
Ketika sakit, berbaringlah
Ketika tubuh dan jiwamu sudah benar-benar lelah
Maka ingatlah bahwa programer sudah membatasi
Tutup mata dan istirahatlah dengan tenang sampai hari itu datang.
Satu tulisan sederhana namun mengingatkan keluarga akan pemilik usia.
By : ERLYANI
A1C408029
PENDIDIKAN KIMIA . FKIP
UNIVERSITAS HALUOLEO

Anda mungkin juga menyukai