Anda di halaman 1dari 60

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

Latar belakang
Sistem plambing adalah Sistem perpipaan yang tidak dapat dipisahkan dari bangunan

gedung (perkantoran, rumah, hotel, dll), oleh karena itu perencanaan sistem plambing
haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan - tahapan perencanaan gedung itu
sendiri, dalam rangka penyediaan air bersih baik dari kualitas dan kuantitas serta kontinuitas
maupun penyaluran air bekas pakai atau air kotor ke tempat yang ditentukan agar tidak
mencemari bagian-bagian lain dalam gedung atau lingkungan sekitarnya untuk mencapai
kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan.
Setiap kegiatan pada dasarnya menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup
yang perlu dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak
tersebut dapat dipersiapkan. Dan berdasarkan hal tersebut telah ditetapkan peraturan
pemerintah tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Perencanaan sistem plambing dalam suatu gedung, guna memenuhi kebutuhan air
bersih sesuai jumlah penghuni dan penyaluran air buangan secara efesien dan efektif
(drainase), sehingga tidak terjadi pencemaran ketika saluran mengalami gangguan.
Drainase berasal dari bahasa Inggris drainage yang mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, sistem drainase dapat
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal.
Perencanaan sistem plambing harus dikerjakan dengan penuh ketelitian dan penuh
kehati - hatian karena bukan tidak mungkin bisa terjadi kecelakaan karena pemasangan alat
plambing yang salah.

1.2.

Maksud dan Tujuan


Tujuan utama dari perencanaan sistem plambing ini adalah :

1. Merencanakan secara rici sistem plambing yang meliputi sistem perpipaan air bersih
yang memenuhi persayaratanyang telah ditentukan,sistem penyaluran air buangan
dan ven, sistem penyaluran air hujan, perlengkapan pendukung dan sistem pemadam
kebakaran.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 1

2. Melakukan perhitungan untuk menentukan dimensi perpipaan.


3. Membuat jalur yang tepat untuk sistem plambing.

1.3.

Ruang Lingkup
Sistem plambing yang direncanakan pada tugas besar ini meliputi :

1. Penjelasan mengenai tinjauan umum mes dan fungsi ruang dengan membuat denah
ruang dalam mes.
2. Menjelaskan dasar-dasar perencanaan yang akan dikembangkan untuk sistem air
bersih (panas dan dingin),air buangan (black water and gray water), air pemadam
kebakaran (sprinkler dan fire hydrant), dan penyaluran air hujan.
3. Menentukan fungsi ruang dengan membuat denah bangunan.
4. Melakukan perencanaan instalasi perpipaan air bersih (panas dan dingin),yang terdiri
dari :
Skematik sistem perencanaan.
Perhitungan jumlah pengguna.
Perhitungan kebutuhan alat pelambing.
Perhitungan kebutuhan air bersih.
Sumber air.
Reservoir dan pompa.
Penentuan dimensi pipa.
Gambar-gambar.
5. Melakukan perencanaan instalasi perpipaan air buangan (black water dan
graywater), yang terdiri:

Skematik sistem perencanaan


Perhitungan volume air buangan.
Perhitungan kapasitas tangki saptik.
Penentuan dimensi pipa.
Gambar-gambar.
6. Melakukan perencanaan instalasi perpipaan air pemadam kebakaran (Sprinkler dan
Fire hydrant) yang terdiri dari:
Skematik sistem perencanaan.
Perhitungan kebutuhan alat pemadam kebakaran (Sprinkler dan Fire hydrant).
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 2

Penentuan dimensi pipa.


Gambar-gambar.
7. Melakukan perencanaan instalasi air hujan yang terdiri dari :
Skematik sistem perpipaan.
Perhitungan debit air hujan.
Perhitungan kebutuhan alat plambing.
Perhitungan Cathment Area.
Penentuan dimensi pipa.
Gambar-gambar.

1.4.

Sistematika Pembahasan
A. BAB 1 Pendahuluan
Meliputi Latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, serta sistematik
pembahasan dalam penyusuna laporan.
B. BAB 2 Referensi
Meliputi Daftar buku yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan tugas besar
perencanaan sistem plambing.
C. BAB 3 Dasar Perencanaan
Meliputi Prinsip dasar sistem penyediaan air bersih, sistem penyaluran air buangan
sistem penyediaan air pemadam kebakaran dan sistem penyaluran air hujan.
D. BAB 4 Tinjauan Umum Gedung
Meliputi Deskripsi gedung, fungsi gedung per lantai, fungsi ruang, luas ruang.
E. BAB 5 Perencanaan Insatalasi Perpipaan Air Bersih
Meliputi Perhitungan jumlah pengguna/populasi, alat plambing yang direncanakan,
kebutuhan air bersih, diameter dan jalur air bersih untuk pipa horizontal, dan dimensi
reservoir untuk ground tank dan roof tank.
F. BAB 6 Perencanaan Instalasi Air Buangan.
G. BAB 7 Sistem Air Hujan.
H. BAB 8 Perencanaan Instalasi Pemadam Kebakaran.
I. BAB 9 Penutup.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 3

BAB 2
REFERENSI
Dalam perencenaan sistem plambing ini, referensi yang digunakan adalah :
A. SOUFYAN M. NOERBAMBANG, & TAKEO
MORIMURA.1996.PERENCANAAN DAN PEMELIHARAAN SISTEM
PLAMBING.
B. SNI03 6381 - 2000 tentang sistem plambing - 2000.
C. SNI 03 - 7065 - 2005 tentang tata perencanaan sistem plambing.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 4

BAB 3
DASAR DASAR PERENCANAAN
Perencanaan sistem plambing adalah sistem perpipaan yang ada di dalam gedung atau
bangunan, yang meliputi sistem pelayanan air bersih, air buangan, air hujan, pemadam
kebakaran dalam bangunan.

3.1.

Sistem Penyediaan Air Bersih

3.1.1. Kualitas Air


Tujuan terpenting dari penyediaan air adalah menyediakan air bersih. Penyediaan air
bersih dengan kualitas baik merupakan prioritas utama. Banyak negara - negara yang telah
menetapkan standar kualitas untuk tujuan ini. Untuk gedung - gedung yang dibangun di
daerah yang tidak tersedia fasilitas penyediaan air bersih untuk umum, air baku haruslah
diolah dalam gedung atau dalam instalasi pengolahan agar dicapai standar kualitas air yang
berlaku (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).

3.1.2. Kebutuhan Air


Pemakaian air tergantung pada beberapa faktor yaitu populasi, kebiasaan dan cara
hidup. Kebutuhan air bersih harus mencukupi siang dan malam, tersedia langsung bagi
pengguna tanpa adanya kekurangan air, sehingga ketersediaan air ini bisa berkelanjutan dan
memenuhi kebutuhan akan air itu sendiri. Untuk mendapatkan kebutuhan air yang cukup
besar tentunya harus dilakukan pencarian sumber air bersih yang memenuhi syarat kualitas
dan kuantitas seperti air tanah (air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata air) dan air
permukaan (danau, sungai, dan sebagainya). (Suripin, 2004).

3.1.3. Air Bersih


Air bersih yang direncanakan dalam sistem plambing termasuk dalam air dingin
dan air panas.

3.1.3.1. Sistem Penyediaan Air Dingin


Sistem penyediaan air dingin yang banyak digunakan dapat dikelompokkan dalam
berbagai jenis yaitu (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 5

1.

Sistem sambungan langsung


Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa

utama penyediaan air bersih perusahaan air minum.


2.

Sistem tangki atap


Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu dalam tangki bawah (yang berada di

lantai terendah bangunan atau di bawah muka tanah) dan kemudian dipompakan ke suatu
tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai tertinggi bangunan, ini
dilakukan jika tekanan air kecil dari pipa utama, tapi jika tekanan air cukup tinggi tangki
bawah dapat dihilangkan.
3.

Sistem tangki tekan


Kerja dari sistem ini yaitu air yang telah ditampung di dalam tangki bawah

dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup, sehingga udara di dalamnya


terkompresi dan air dapat dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan.
4.

Sistem tanpa tangki (booster system)


Dalam sistem ini tidak digunakan tangki apapun baik tangki bawah, tangki tekan,

ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa
menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya, pipa utama perusahaan air minum).

3.1.3.2. Sistem Penyediaan Air Panas


Sistem penyediaan air panas adalah instalasi yang menyediakan air panas dengan
menggunakan sumber air bersih, dipanaskan dengan berbagai cara, baik langsung dari alat
pemanas ataupun melalui sistem perpipaan (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,
2000).

3.1.3.2.1. Instalasi Penyediaan Air Panas


Dalam memenuhi kebutuhan akan air panas, ada dua jenis instalasi yang dapat di
gunakan yaitu (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000):
1.

Instalasi lokal
Pada jenis ini suatu pemanas air dipasang di tempat atau berdekatan dengan alat

plambing yang membutuhkan air panas. Pemanas dapat menggunakan gas, listrik ataupun
uap sebagai sumber kalor.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 6

2.

Instalasi sentral
Jenis ini yaitu air panas yang dihasilkan di suatu tempat dalam gedung, kemudian

dengan pipa distribusi dialirkan keseluruh lokasi alat plambing yang membutuhkan air
panas.

3.1.3.2.2. Temperatur Air Panas


Air panas dalam alat plambing digunakan untuk mencuci muka dan tangan, mandi,
mencuci pakaian, alat-alat dapur dan sebagainya. Temperatur air yang digunakan untuk
berbagai keperluan tersebut berbeda-beda. Standar temperatur air panas menurut jenis
pemakaiannya dapat dilihat pada Tabel 3.1 (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,
2000).

No
1
2
3
4
5
6

8
9
10

Tabel 3.1 Standar Temperatur Air Panas Menurut Jenis Pemakaiannya


Jenis Pemakaiannya
Temperatur (C)
Minum
50-55
Mandi: - dewasa
42-45
- anak-anak
40-42
Pancuran mandi
40-43
Cuci muka dan cuci tangan
40-42
Cuci tangan untuk keperluan pengobatan
43
Bercukur
46-52
Dapur:
* Macam-macam keperluan
45
* Untuk mesin cuci:
- proses pencucian
45-60
- proses pembilasan
70-80
Cuci pakaian:
* Macam-macam pakaian
60
* Bahan sutra dan wol
33-49
* Bahan linen dan katun
49-60
Kolam renang
21-27
Cuci mobil (di bengkel)
24-30
Sumber: Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000

3.1.3.2.3. Sistem Pipa


Sistem penyediaan air panas dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan
sistem pipa, cara pengaliran dan cara sirkulasinya. Menurut sistem pipanya dapat dibagi
menjadi dua macam yaitu (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000) :

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 7

1.

Sistem aliran ke atas (up feed)


Air panas dialirkan kepada alat-alat plambing melalui pipa-pipa cabang dari suatu

pipa utama yang di pasang pada lantai terbawah gedung.


2.

Sistem aliran ke bawah (down feed)


Air panas dialirkan kepada alat - alat plambing melalui pipa - pipa cabang dari suatu

pipa utama yang dipasang pada lantai paling atas gedung.


Menurut cara penyediaannya dibagi lagi menjadi dua macam yaitu (Soufyan
M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000) :
1.

Sistem pipa tunggal


Pipa hanya akan mengantarkan air panas dari tangki penyimpanan atau pemanas

tanpa pipa balik.


2.

Sistem sirkulasi atau dua pipa


Pipa akan menghantarkan air panas dari tangki penyimpanan atau pemanas dan

kemudian air akan dibalikkan kembali ke tangki penyimpanan dengan pipa balik apabila
tidak ada pemakaian air panas pada alat plambing.
Sedangkan menurut cara sirkulasinya dibedakan atas sirkulasi gravitasi dan sirkulasi
paksaan dengan menggunakan pompa.

3.2.

Sistem Penyaluran Air Buangan

3.2.1. Jenis Air Buangan


Air buangan atau sering juga disebut air limbah adalah semua cairan yang dibuang
baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh - tumbuhan maupun yang
mengandung sisa - sisa proses industri. Air buangan dapat dibedakan atas (SNI 03-64812000):
a) Air kotor
Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan mengandung
kotoran manusia yang berasal dari alat plambing lainnya.
b) Air bekas
Air buangan yang berasal dari alat - alat plambing lainnya, seperti, bak mandi (bath
tub), bak cuci tangan, bak dapur, dan lain-lain.
c) Air hujan
Air hujan yang jatuh pada atap bangunan.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 8

d) Air buangan khusus


Air buangan ini mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya, seperti, yang
berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, rumah sakit,
tempat pemotongan hewan, air buangan yang bersifat radioaktif atau mengandung
bahan radioaktif, dan air buangan yang mengandung lemak.

3.2.2. Sistem Penyaluran Air Buangan


Sistem pembuangan air terdiri atas (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo
Morimura,2000) :
1. Sistem pembuangan air kotor dan air bekas
Sistem ini terdiri atas 2 macam yaitu:

Sistem tercampur: sistem pembuangan yang mengumpulkan dan mengalirkan air


kotor dan air bekas kedalam satu saluran.

Sistem terpisah: sistem pembuangan yang mengumpulkan dan mengalirkan air kotor
dan air bekas kedalam saluran yang berbeda.

2.

Sistem penyaluran air hujan


Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang terpisah

dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Jika dicampurkan, maka apabila saluran
tersebut tersumbat, ada kemungkinan air hujan akan mengalir balik dan masuk kedalam alat
plambing terendah dalam sistem tersebut.
Dalam sistem penyaluran air buangan, air buangan yang biasanya mengandung
bagian-bagian padat harus mampu dialirkan dengan cepat. Untuk maksud tersebut pipa
pembuangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup dan sesuai dengan
banyak dan jenis air buangan yang akan dialirkan. Sistem penyaluran air hujan pada
prinsipnya hanya mengalirkan debit hujan yang terjadi di atap bangunan ke tempat yang
diinginkan, seperti drainase perkotaan.

3.2.3. Perangkap Air Buangan


Tujuan utama sistem pembuangan adalah mengalirkan air buangan dari dalam
gedung keluar gedung, ke dalam instalasi pengolahan atau riol umum, tanpa menimbulkan
pencemaran pada lingkungan maupun terhadap gedung itu sendiri. Karena alat plambing
tidak terus menerus digunakan, pipa pembuangan tidak selalu terisi air dan dapat
menyebabkan masuknya gas yang berbau ataupun beracun, bahkan serangga.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 9

Untuk mencegah hal ini, harus dipasang suatu perangkap sehingga bisa menjadi
penyekat atau penutup air yang mencegah masuknya gas-gas tersebut.

3.3.

Sistem Penyaluran Air Hujan


Dalam sistem pengaliran air hujan yang harus diperhatikan hanyalah luas tangkapan

hujan dan arah aliran dari air, sedangkan prinsip pengalirannya tidak jauh berbeda dengan
air buangan.

3.4.

Air Pemadam Kebakaran Dalam Bangunan


Sistem pemadam kebakaran yaitu alat-alat yang digunakan untuk menanggulangi

apabila terjadi bahaya kebakaran. Hal ini harus diperhatikan terutama untuk gedung-gedung
bertingkat mengingat keterbatasan kemampuan jangkauan dari unit mobil pemadam
kebakaran, khususnya dalam menjangkau gedung yang paling tinggi. Alat-alat yang
dianggap cocok dan umum digunakan sebagai sistem pemadam kebakaran di gedunggedung adalah I dan hidran karena bentuknya yang kecil dan tidak terlalu mencolok bila
diletakkan didalam ruangan.

3.4.1. Sprinkler
Sistem sprinkler

otomatis

akan

bekerja

jika

fusible

bulb/fusible

link penahan orifice kepala sprinkler pecah/meleleh akibat panas dari kebakaran, sehingga
air menyembur keluar dari kepala sprinkler. Akibatnya tekanan air dari dalam pipa akan
berkurang, katup pengontrol akan terbuka dan pompa akan bekerja memompakan air dari
bak penampung ke jaringan pipa yang dibantu juga dengan pressure tank. Aliran air yang
melalui katup pengontrol akan mengaktifkan tanda bahaya yang terletak di dekat katup
kontrol. Jenis-jenis sistem sprinkler adalah (Dept.Pekerjaan umum, 1987):

1.

Wet pipe system


Jenis ini menggunakan kepala sprinkler otomatis yang dipasang pada jaringan pipa

berisi air yang bertekanan sepanjang waktu. Jika terjadi kebakaran, sprinkler akan diaktifkan
oleh panas yang membuka penahan orifice kepala sprinkler dan air akan segera menyembur,
akibatnya tekanan air pada pipa akan berkurang dan katup kontrol akan membuka dan
mengaktifkan pompa kebakaran.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 10

2.

Dry pipe system


Jenis ini menggunakan kepala sprinkler otomatis yang dipasang pada pipa berisi

udara atau nitrogen yang bertekanan. Jika kepala sprinkler terbuka karena panas dari api,
tekanan udara akan berkurang dan katup kontrol dry pipe akan terbuka oleh tekanan air,
sehingga pompa kebakaran akan hidup dan air akan mengalir mengisi jaringan dan
menyembur dari kepala sprinkler yang terbuka.
3.

Preaction system
Sistem ini adalah sistem dry pipe dengan udara bertekanan atau tanpa tekanan pada

pipa. Jika terjadi kebakaran maka alat deteksi akan bekerja dan mengaktifkan pembuka katup
kontrol, sehingga air mengalir mengisi pipa dan keluar dari kepala sprinkler otomatis yang
terbuka akibat panas dari api.
4.

Deluge system
Sistem ini sama dengan preaction system, kecuali bahwa semua kepala dalam

keadaaan

terbuka.

Jika

api

mengaktifkan

peralatan

deteksi,

maka

katup

kontrol sprinkler akan terbuka dan air akan mengalir disepanjang pipa dan keluar dari semua
kepala sprinkler pada daerah operasi dan membanjiri daerah operasi.
5.

Kombinasi dry dan preaction


Sistem ini berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan deteksi akan

membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir pipa suplai, sehingga sistem
ini akan berisi air dan bekerja seperti wet pipe.
Sistem sprinkler yang ada didesain berdasarkan atas jenis hunian itu sendiri, seperti
ukuran pipa, jarak kepala sprinkler, densitas semburan sprinkler dan kebutuhan airnya
sendiri. Berdasarkan jumlah barang yang mudah terbakar.
Setiap sistem sprinkler harus memiliki sumber penyediaan air otomatis dengan
kapasitas dan tekanan yang memadai untuk mensuplai sistem sprinkler dengan periode
minimal 30 menit. Sumber air untuk sistem sprinkler dapat diperoleh dari: sistem air PAM,
pompa kebakaran otomatis, tangki tekan, dan tangki gravitasi (Standar Nasional Indonesia,
2000).

3.4.1.1.Pipa Tegak dan Slang Kebakaran


Pipa tegak dan slang kebakaran adalah suatu rangkaian perpipaan, katup,
penyambung slang kebakaran, slang kebakaran, dan sistem penyediaan air yang digunakan

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 11

untuk menanggulangi kebakaran. Sistem dari pipa tegak dan slang kebakaran mempunyai
berbagai jenis yaitu:
1.

Wet stand pipe system


Yaitu pipa tegak dengan pipa yang selalu berisi air dan tekanan air pada sistem di

jaga tetap. Katup suplai air pada sistem ini selalu dalam kondisi terbuka dan bila katup slang
kebakaran dibuka maka air akan mengalir keluar.
2.

Dry stand pipe system


Suatu pipa tegak yang tidak berisi air, di mana peralatan penyediaan air akan

mengalirkan air ke sistem secara otomatis jika katup slang kebakaran dibuka.
3.

Sistem pipa tegak dengan pengadaan air ke sistem melalui operasi manual
Yaitu dengan menggunakan kontrol jarak jauh yang terletak pada kotak slang

kebakaran untuk menghidupkan suplai air.


4.

Sistem pipa tegak tanpa suplai air yang permanen


Jenis ini digunakan untuk mengurangi waktu yang diperlukan petugas pemadam

kebakaran untuk membawa slang kebakaran ke lantai atas pada gedung tinggi dan suplai air
diperoleh dari mobil tangki pemadam kebakaran.

3.4.2. Hidran (Stand Pipe dengan House Connection)


Hidran dalam gedung biasanya dilengkapi dengan peralatan yang menyediakan air
untuk pencegahan kebakaran. Jika stand pipe menyimpan air, alat disediakan dengan
kuantitas aliran yang memadai pada saat yang dibutuhkan. Sistem harus didesain untuk
penggunaan yang efektif sehingga dapat dioperasikan dengan baik oleh pegawai amatir
maupun pegawai terlatih.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 12

BAB 4
TINJAUAN UMUM GEDUNG DAN FUNGSI RUANG
Sistem plambing adalah Sistem perpipaan yang tidak dapat dipisahkan dari bangunan
gedung (perkantoran, rumah, hotel, dll), oleh karena itu perencanaan sistem plambing
haruslah dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan gedung itu
sendiri.

4.1.

Tinjauan Umum Gedung


Les Private dalam laporan perencanaan sistem plambing ini merupakan gedung

yang diperuntukan sebagai tempat kegiatan pembelajaran dari sekolah dasar (SD) samapai
SMAN. Gedung ini terdiri dari 5 (lima) lantai yang setiap lantainya dipergunkan dua
aktivitas berbeda dan tiga aktivitas yang sama.

4.2.

Fungsi Ruang
Dalam tugas besar ini, gedung yang akan direncanakan sistem plambingnya

mempunyai 5 lantai. Lantai 1 digunakan sebagai ATM gallery, J.CO, rumah makan, KFC,
R.OB, mushola, Indomart, ruang makan terbuka, lantai 2 digunakan sebagai ruang guru,
ruang tata usaha, ruang direktur, R.OB, mushola, ruang belajar, ruang rapat, perpustakaan,
dan jenitor,lantai 3,4,5 digunakan sebagai ruang kelas tempat belajar. Dari setiap lantai
direncanakan sistem plambing dengan sebaik mungkin, bertujuan orang yang berada
didalam gedung les private menjadi aman dan nyaman. Masing-masing lantai memiliki
fasilitas penunjang seperti tangga, dan toilet.

4.3.

Tabel Dari Fungsi Gedung, Fungsi Ruang, Luas Ruang, Luas Efektif
Fungsi gedung ini dipergunakan untuk tempat les private (belajar tambahan).

Fungsi ruang dan luas ruang, luas efektif terdapat didalam tabel yang ada dibawah ini.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 13

Tabel 4.1 Fungsi Gedung,Fungsi Ruang, Luas Ruang, Luas Efektif


Lantai

Fungsi Ruang

Luas
Ruang
(m2)

Luas efektif
% Barang

%efektif

(m2)

70%
40%
40%
40%
40%
100%
40%
40%
30%
30%
50%
100%
40%
50%
40%
100%
40%

7,875
24,3
20,25
24,3
4,5

40%
40%
40%
40%
40%
30%
100%
40%
40%
40%
100%
100%
40%
40%
100%
40%
40%
40%
40%
50%
40%

24,3
24,3
35,1
35,1
24,3
6,681
12,37
24,3
24,3
24,3
12,37
12,37
24,3
35,1
12,37
24,3
35,1
24,3
12,37
35,1
24,3

ATM GALLERY
J.CO
RUMAH Makan
KFC
R.OB
Mushola
IndoMart
Ruang Makan Terbuka
Ruang Guru
Ruang Tata Usaha
Ruang Direktur
Mushola
Ruang Belajar
Ruang Rapat
Perpustakaan
Genitor
Ruang Bahasa indonesia

11,25
40,5
40,5
40,5
11,25
12,37
61,2
122,4
81
20,25
35,5
12,37
61,2
58,5
61,2
6,3
40,5

30%
60%
60%
60%
60%

Ruang Matematika
Ruang Bahasa inggris
Ruang Komputer
Ruang Kesenian
Ruang Sejarah
Penjual Alat Tulis
R.OB
Ruang Matematika
Ruang Bahasa inggris
Ruang Komputer
Mushola
R.OB
Ruang Sejarah
Ruang Kesenian
Mushola
Ruang Fisika
Ruang Biologi
Ruang Bahasa inggris
R.OB
Ruang Ujian
Ruang Ips

40,5
40,5
58,5
58,5
40,5
22,27
12,37
40,5
40,5
40,5
12,37
12,37
40,5
58,5
12,37
40,5
58,5
40,5
12,37
58,5
40,5

60%
60%
60%
60%
60%
70%

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

60%
60%
70%
70%
50%
60%
50%
60%
60%

60%
60%
60%

60%
60%
60%
60%
60%
60%
60%

24,48
48,96
24,3
6,075
17,75
24,48
29,25
24,48
6,3
24,3

Page 14

Keterangan :
Dari tabel ini angka yang ada didapat kan dari hasil pengukuran, asumsi dan
didapat kan dari standar (Neufert).

4.4.

Gambar Denah Ruangan Pada Lampiran

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 15

BAB 5
PERENCANAAN INSTALASI PERPIPAAN AIR BERSIH
5.1.

Skematik Sistem Perencanaan


Perencanaan instalasi perpipaan air bersih dilakukan secara berurutan sesuai dengan

langkah-langkah berikut ini, yaitu:


a.

Perhitungan jumlah pengguna air bersih.

b.

Perhitungan kebutuhan alat plambing dan kebutuhan air bersih.

c.

Penentuan sumber air, ground tank dan roof tank.

d.

Penentuan dimensi pipa.

Keterangan ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 1.1 Sistem Perencanaan Air Bersih

Sistem perpipaan air bersih pada tempat lest private ini adalah menggunakan Ground
Tank, pompa dan Roff Tank. Air dari PDAM dan air tanah yang merupakan sumber air bagi
tempat private ini masuk ke Ground Tank. Lalu oleh pompa dialirkan ke Roof Tank dan
dengan sistem gravitasi dialirkan ke tiap lantai. Apabila kekurangan tekanan untuk
mengalirkan dengan sistem gravitasi, maka menggunakan sistem bertekanan yaitu dengan
menggunakan pompa.

5.2.

Perhitungan Jumlah Pengguna


Populasi merupakan banyaknya jumlah pekerja atau karyawan serta jumlah

pengunjung yang datang dengan jam kerja rata-rata 6 jam, tetapi dari setiap lantai memiliki

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 16

jam kerja yang berbeda karena dilihat dari fungsi lantai itu sendiri. Data populasi ini
digunakan untuk menghitung kebutuhan air yang perlu disediakan.

Tabel 5.1 Data perhitungan populasi dari lima lantai.

Lantai

Fungsi Ruang

Luas
Ruang
(m2)

Standar untuk
pengunjung

Luas efektif
%
Bara
ng

%efektif

(m2)

Standar

ATM GALLERY

11,25

30%

70%

7,875

J.CO

40,5

60%

40%

24,3

4,6

RUMAH Makan

40,5

60%

40%

20,25

4,6

KFC

40,5

60%

40%

24,3

4,6

R.OB

11,25

60%

40%

4,5

Mushola

12,37

100%

IndoMart

61,2

60%

40%

24,48

0,75

Ruang Makan
Terbuka

122,4

60%

40%

48,96

4,6

Jumlah
Ruang Guru

339,97

81

70%

30%

24,3

0,75

Ruang Tata Usaha

20,25

70%

30%

6,075

0,75

Ruang Direktur

35,5

50%

50%

17,75

R.OB

11,25

100%

11,25

Mushola

12,37

100%

Ruang Belajar

61,2

60%

40%

24,48

Ruang Rapat

58,5

50%

50%

29,25

Perpustakaan

61,2

60%

40%

24,48

0,75

Genitor

6,3

100%

6,3

Jumlah

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

347,57

Jumlah
pengunjung

Satuan
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng

6
10
8
10
10
20
62
7
2
9
10
15
10
52

Page 17

Lantai

Fungsi Ruang

Luas
Ruang
(m2)

Standar untuk
pengunjung

Luas efektif
%
Barang

%efektif

(m2)

Standar

Ruang Bahasa
indonesia

40,5

60%

40%

24,3

Ruang Matematika

40,5

60%

40%

24,3

Ruang Bahasa
inggris

40,5

60%

40%

24,3

Ruang Komputer

58,5

60%

40%

35,1

Ruang Kesenian

58,5

60%

40%

35,1

Ruang Sejarah

40,5

60%

40%

24,3

Penjual Alat Tulis

22,27

70%

30%

6,681

0,75

R.OB

12,37

100%

12,37

Jumlah

313,64

Ruang Matematika

40,5

60%

40%

24,3

Ruang Bahasa
inggris

40,5

60%

40%

24,3

Ruang Komputer

40,5

60%

40%

24,3

Mushola

12,37

100%

12,37

R.OB

12,37

100%

12,37

Ruang FisikaKimia

58,5

60%

40%

35,1

Ruang Sejarah

40,5

60%

40%

24,3

Ruang Kesenian

58,5

60%

40%

35,1

Jumlah

303,74

Mushola

12,37

Ruang Fisika

40,5

Ruang Biologi

100%

12,37

60%

40%

24,3

58,5

60%

40%

35,1

Ruang Bahasa
inggris

40,5

60%

40%

24,3

R.OB

12,37

40%

12,37

Ruang Ujian

58,5

60%

50%

35,1

R.Basaha
indonesia

40,5

60%

40%

24,3

Ruang Ips

40,5

60%

40%

24,3

303,74

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Satuan
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng
m2/Ora
ng

Jumlah
pengunjung
10
10
10
14
14
10
2

69
10
10
10

14
10
14
67

10
14
10

18
10
10
70

Page 18

Keterangan :
Angka yang terdapat didalam tabel ini didapatkan dengan hasil perhitungan dengan
salah satu yaitu contoh mencari jumlah pengunjung di lantai 1:

Fungsi ruang : J.CO.

Luas gedung : luas efektif barang,luas efektif dan m2 yang didapatkan dari standar
neufert.

Jawab : % luas efektif x m2 = jumlah pengunjung


= 40% x 24,3 m2

= 10 m2/orang

Jadi dari hasil perhitungan data jumlah populasi yang didapatkan untuk les private
di lantai 1 dengan luas 339,97 adalah 62 orang ,hasil tersebut belum ditambahakan dengan
luas di lantai lainnya dan jumlah pengunjung di lantai lainnya,bila ditambah kan dengan luas
disetiap lantai dan jumlah pengunjung disetiap lantai maka akan didapatkan luas keseluruan
gedung adalah 1608,66 dan jumlah pengunjung total dari semua lantai adalah 321 orang.

5.3.

Perhitungan Kebutuhan Alat Plambing


Jumlah pengunjung atau pengguna fasilitas gedung tersebut merupakan hal penting

yang harus diperhatikan, apabila jumlah populasi dalam gedung itu diketahui maka akan
dapat diketahui pula jumlah dan jenis alat plambing yang harus disediakan pada gedung
tersebut.
Tabel 5.2 perhitungan kebutuhan alat plambing Berdasarkan populasi

La
Total
nta
Populasi +
i
pegawai
1
62
2
52
3
69
4
67
5
70
Keterangan :

Berdasrkan Populasi
Pebandingan
(%)
Populasi
Kloset
Pere
Pere
pere
Laki mpua Laki mpua Laki mpua
-laki
n
-laki
n
-laki
n
60% 40%
37
25
3
2
50% 50%
26
26
2
2
50% 50%
35
35
2
2
50% 50%
34
34
2
2
50% 50%
35
35
2
2

Lavatory
Pere
Laki mpua
-laki
n
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

Uri
noa
r
1
2
2
2
2

Tabel diatas tabel kebutuhan alat plambing berdarkan populasi, untuk mendapatkan
jumlah populasi langkah yang harus dilakukan adalah melakukan perhitungan disetiap lantai,
lalu asumsikan jumlah % perbandingan untuk laki-laki dan perempuan,

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 19

untuk mendapatkan nilai populasi laki - laki dan perempuan dilakukan perhitungan dengan
cara total populasi perlantai dikalikan % perbandingan laki - laki dan % perbandingan
perempuan, setelah mendapatkan hasil, hasil tersebut atau nilai tersebut dilihat dari standar
untuk kloset, lavatory dan urinoar. Standar yang digunakan adalah SNI 03-6481-2000plambing tabel 4.3.3. hunian usaha untuk lantai 1 dan tabel 4.3.10. sekolah maka akan
didapatkan jumlah masing-masing alat plambing untuk populasi laki-laki dan perempuan.
Dan terdapat juga kebutuhan alat plambing berdasarkan penambahan ruang,dapat dilihat
pada tabel 5.3 Penambahan alat plambing.

Tabel 5.3 Penambahan Alat Plambing Berdasarkan penambahan fungsi ruang.


Lantai

fungsi ruang
Dapur
Temapt wudu
tempat makan
Jenitor
Tempat wudu
WC R.Direktur
Tempat wudu
WC R.Khusus

3,4,5

5.4.

Plambing fixture
Kloset

urinoar

Faucet

Lavatory

4
2
1
4
1
4
1

1
1

Perhitungan Kebutuhan Air Bersih


Untuk menentukan kebutuhan air yang dibutuhkan di dalam suatu bangun atau

gedung diperlukan proses perhitungan, dengan cara melihat banyaknya jumlah populasi lalu
dikalikan dengan kebutuhan air atau pemakaian air. Dalam menentukan banyaknya
kebutuhan air yang dibutuhkan dalam suatu gedung dapat dilihat terlebih dahulu fungsi atau
penggunaan gedung itu sendiri. Kebutuhan air bersih berdasarkan penggunaan gedung dapat
dilihat pada table standar :

Tabel 5.4 Pemakaian Air Dingin Minimum Sesuai Penggunaan Gedung


Lantai

Ruang

Luas

11,3

40,5

40,5

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

FUNGSI
RUANG
ATM
GALLERY
J.CO
RUMAH
Makan

Jumlah
Pengunju
ng

Standar
kebutuhan
air (l/o/h)

Catatan

10

15

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 11

15

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 11

Page 20

Lantai

Ruang

Luas

1
1
1
1

40,5
11,3
12,4
61,2

122

81
20,3

1
1
1
1
1
1
1

35,5
11,3
12,4
61,2
58,5
61,2
6,3
40,5

1
40,5
1
40,5
3

1
1
1
1
1
1

58,5
58,5
40,5
22,3
12,4

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

FUNGSI
RUANG
KFC
R.OB
Mushola
IndoMart
Ruang
Makan
Terbuka
Ruang
Guru
Ruang
Tata
Usaha
Ruang
Direktur
R.OB
Mushola
Ruang
Belajar
Ruang
Rapat
Perpustak
aan
Genitor
Ruang
Bahasa
indonesia
Ruang
Matemati
ka
Ruang
Bahasa
inggris
Ruang
Komputer
Ruang
Kesenian
Ruang
Sejarah
Penjual
Alat Tulis
R.OB

Standar
Jumlah
kebutuhan
Pengunjung
air (l/o/h)
10
15
0
50
0
5
10
5
20
7

15

50

Catatan
SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 11
SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 9
SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 17
SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 10
SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 11
SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 9

2
9
0
0
10
15
10
0

50

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 9

50
50
5

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 9


SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 9
SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 17

25

Soufyan Tabel 3.12 No 21

50

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No

25
_

Soufyan Tabel 3.12 No 21


_

40

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 5

40

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 5

40

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 5

40

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 5

40

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 5

40

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 5

40
50

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 5


SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 9

_
1
2
_
3
4

Page 21

Lantai

Ruang

1
1
1
4

1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

Luas
40,5
40,5
40,5
12,3
7
12,3
7
58,5
40,5
58,5
12,3
7
40,5
58,5
40,5
12,3
7
58,5
40,5
40,5

FUNGSI
RUANG
Ruang
Matematika
Ruang Bahasa
inggris
Ruang
Komputer

Jumlah
Pengunjung
10
10
10

Mushola

R.OB

Ruang FisikaKimia
Ruang
Sejarah
Ruang
Kesenian

14
10
14

Mushola

Ruang Fisika
Ruang
Biologi
Ruang Bahasa
inggris

10

R.OB

14
10

Standar
kebutuhan
air (l/o/h)

Catatan

50

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 6

50

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 6

50

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 6

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 17

50

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 9

40

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 6

40

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 6

40

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 6

5
80

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 17


SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 6

80

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 6

80

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 6

50
80

SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 9


SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 6

Ruang Ujian
18
R.Basaha
10
indonesia
80
SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 6
Ruang Ips
10
80
SNI 03-7065-2005 Tabel 1 No 6
Sumber : SNI -03-7065-2005 plambing

Tabel 5.5 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Jumlah Pengunjung


Lantai

Ruang

Luas

11,3

40,5

40,5

1
1
1
1

40,5
11,3
12,4
61,2

122

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

FUNGSI
RUANG
ATM
GALLERY
J.CO
RUMAH
Makan
KFC
R.OB
Mushola
IndoMart
Ruang Makan
Terbuka

Jumlah
Pengunjung

Standar
kebutuhan air
(l/o/h)

Kebutuhan
air (l/h)

10

15

150

15

120

10
0
0
10

15
50
5
5

150
0
0
50

20

15

300

Total
kebutuhan
air (l/h)

770

Page 22

Lantai

Ruang

Luas

81

1
1
1
1
1
1
1

20,3
35,5
11,3
12,4
61,2
58,5
61,2
6,3
40,5

1
40,5
1
40,5
3

1
1
1
1
1
1
1

58,5
58,5
40,5
22,3
12,4
40,5
40,5

1
1
1
1
1
1

40,5
12,4
12,4
58,5
40,5
58,5

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

FUNGSI
RUANG
Ruang Guru
Ruang Tata
Usaha
Ruang
Direktur
R.OB
Mushola
Ruang
Belajar
Ruang Rapat
Perpustakaan
Genitor
Ruang
Bahasa
indonesia
Ruang
Matematika
Ruang
Bahasa
inggris
Ruang
Komputer
Ruang
Kesenian
Ruang
Sejarah
Penjual Alat
Tulis
R.OB
Ruang
Matematika
Ruang
Bahasa
inggris
Ruang
Komputer
Mushola
R.OB
Ruang
Fisika-Kimia
Ruang
Sejarah
Ruang
Kesenian

Standar
Jumlah
kebutuhan air
Pengunjung
(l/o/h)
7
50
2
9
0
0
10
15
10
0

50
50
50
5
25
50
25
_

Kebutuhan
air (l/h)

Total
kebutuhan
air (l/h)

350
100
450
0
0

2150

250
750
250
-

40
_

_
40

_
40

1
2
_
3
4
10

40
40
40
40
50
50

10

440
40
80
120
200
500
500

50
10
0
0
14
10
14

50
5
50
40
40
40

500
0
0

3020

560
400
560

Page 23

Lantai

Ruang

Luas

12,4

1
1

40,5
58,5
40,5

1
1

1
1
1

12,4
58,5
40,5
40,5

FUNGSI
RUANG
Mushola
Ruang
Fisika
Ruang
Biologi
Ruang
Bahasa
inggris
R.OB
Ruang
Ujian
R.Basaha
indonesia
Ruang
Ips

Jumlah
Pengunjun
g
0

Standar
kebutuhan air
(l/o/h)
5

10
14

80
80

10
0
18
10
10

Kebutuhan
air (l/h)

Total
kebutuhan air
(l/h)

0
800
1120
800

80
50
80
80
80

5760
0
1440
800
800

Keterangan :
Kebutuhan air diatas diamabil dari kebutuhan jumlah pengunjung per lantai, dari
lantai satu sampai lantai lima. Salah satu contoh dari perhitungan untuk mendapatkan
kebutuhan air besih pada lantai 1:

KB =Jumlah pengunjung x Standar kebutuhan air bersih l/o/h = l/h.

KB = J.CO 10 orang x 15 l/o/h = 150 l/h.

Setelah mendapatkan kebutuhan per lantai dari setiap ruangan, lalu dijumlahkan
dari semua kebutuhan air per lantai maka akan didaptkan jumlah total kebutuhan air bersih
l/h.

5.5.

Sumber Air
Dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk gedung ini menggunakan sumber air

yang berasal dari PDAM. Air ditampung ke dalam tangki penampungan dibawah atau
ground tank sampai penuh dan debit air yang ditampung harus memenuhi kapasitas
kebutuhan selama satu hari kerja.

5.5.1. Reservoir dan Pompa


Reservoir yang digunakan dalam penyediaan air bersih di gedung ini ada dua yaitu
tangki permukaan tanah (ground tank) dan tangki atas atap (roof tank). Kedua tangki ini
berfungsi untuk menampung air dan mampu mengatasi debit pada jam puncak. Kedua tangki
ini memiliki dimensi yang berbeda dimana ground tank memiliki kapasitas penampungan
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 24

yang lebih besar dari pada roof tank. Dalam menghitung kapasitas ground tank hal yang
perlu diperhatikan adalah bahwa ground tank harus mampu memenuhi kebutuhan satu hari
kerja.
Tabel 5.6 Perhitungan Volume Ground water tank
Lanta
i

FUNGSI RUANG

Kebutuhan air
(l/h)

ATM GALLERY
J.CO
RUMAH Makan
KFC
R.OB
Mushola
IndoMart
Ruang Makan
Terbuka
Ruang Guru

_
150
120
150
0
0
50

Ruang Tata Usaha


Ruang Direktur
R.OB
Mushola
Ruang Belajar
Ruang Rapat
Perpustakaan
Genitor
Ruang Bahasa
indonesia
Ruang Matematika
Ruang Bahasa inggris
Ruang Komputer
Ruang Kesenian
Ruang Sejarah
Penjual Alat Tulis
R.OB

100
450
0
0
250
750
250
-

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Total
kebutuha
n air (l/h)

Faktor
Keamana
n (20%)

Volum
e GWT
(L)

Volum
e GWT
(m3)

770

0,2

924

0,924

2150

0,2

2580

2,58

440

0,2

528

0,528

300
350

_
_
40
80
120
200

Page 25

Lanta
i

FUNGSI RUANG

Kebutuhan air
(l/h)

Ruang Matematika
Ruang Bahasa
inggris
Ruang Komputer
Mushola
R.OB
Ruang Fisika-Kimia
Ruang Sejarah
Ruang Kesenian
Mushola
Ruang Fisika
Ruang Biologi
Ruang Bahasa
inggris
R.OB
Ruang Ujian
R.Basaha indonesia
Ruang Ips

Total
kebutuha
n air (l/h)

Faktor
Keamana
n (20%)

Volum
e GWT
(L)

Volum
e GWT
(m3)

3020

0,2

3624

3,624

5760

0,2

6912

6,912

500
500
500
0
0
560
400
560
0
800
1120
800
0
1440
800
800

Keterangan :
Untuk mencari volume ground water tank harus diketahui terlebih dahulu total
kebutuhan air di setiap lantai atau total kebutuhan air di gedung tersebut, lalu dilakukan
perhitungan terlebih dahulu di setiap lantainya. Conoth perhitungan volume ground water
tank di lantai , cara melakukan perhitungannya:

Total kebutuhan air bersih di lantai 2 = 2150 l/h

Total kebutuhan air bersih di geung ini = 12140 l/h

Factor keamanan = 20%

Volume GWT untuk lantai 2 = Total kebutuhan air bersih l/h + (Total
kebutuhan air bersih l/h x Factor keamanan) = 2150 l/h + (2150 l/h x 0,2) =
2580 L 2,58 m3

Volume GWT untuk keseluruhan = (Keseluruhan total kebutuhan air bersih l/h
x Factor keamanan)

Tot vgwt = (12140 l/h x 1,2) = 14568 l/h 14,6 m3

Setelah mendapatkan kebutuhan per lanrtai dari setiap ruangan, lalu dijumlahkan
dari semua kebutuhan air per lantai maka akan didaptkan jumlah total kebutuhan air bersih
l/h.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 26

Tabel 5.7 Perhitungan Volume Efektik Roof Tank


Rumus Mencari RT

Qr (GWT/Jam
kerja) m3/jam

QP (Qr x C1) m3/jam

Qmax (Qr x C2) m3/jam

VE= [Qp m3/jam - Qmax m3/jam] x TP


(jam)+ Qpu m3/jam x TU (jam)

Dik : Total GWT = 14,6


CI = 2, C2= 3, Jam kerja
(Asumsi) 8 jam, TP= 1
jam, TU= 0,5 jam

1,825

3,65

5,475

4,5625

Dik :
Total GWT = 14,6
C1 = 1,5 2
C2 = 3 4
Jam kerja (Asumsi) 8 jam
TP = 1 jam
Tpu = 0,5 jam

Jawab :

Mencari Qr =
=

14,6 3
8

= 1,825 3/

Mencari Qp = Qr x C1 =
= 1,825 m3/jam x 2
= 3,65 m3/jam
Mencari Qmax = Qr x C2
= 1,825 m3/jam x 3
= 5,475 m3/jam
Mencari Volume efektif roof tank
VE= [Qp m3/jam Qmax m3/jam] x Tp (jam) + Qpu m3/jam x TPU (jam)
= [3,65 m3/jam 5,475 m3/jam] x 1jam + 5,475 m3/jam x 0,5 jam
= 1,825 m3/jam x 1jam + 2,7375 m3
= 4,5625 m3
5.6.

Penentuan Dimensi Pipa


Dalam merancang kebutuhan air bersih khususnya dalam bangunan - bangunan

besar, yang membutuhkan banyak percabangan dalam pembagian jalur distribusinya, adalah
sangat perlu dihitung terlebih dahulu besaran dari diameter pipa yang akan digunakan,
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 27

sehingga kapasitas aliran air dapat merata dan sesuai dengan kebutuhan aliran masing
masing unit alat plambing yang digunakan. Penentuan diameter pipa yang akan digunakan
untuk distribusi air bersih ditinjau satu persatu dimulai dari alat plambing yang terjauh dari
setiap lantai dan selanjutnya diteruskan mencari diameter pipa yang dibutuhkan dan
mengalirkan air yang cukup untuk suatu alat plambing sesuai dengan ketentuan masingmasing alat. Dapat dilihat pada tabel 5.6 hasil perhitungan jalur distribusi air bersih:

Tabel 5.6 Hasil perhitungan jalur distribusi air bersih


Lantai

Segmen
Dari
Keran1
Keran2
A
Keran3
B
Keran4
C
LV1
D
LV2
G
WC1
Keran5
E
Ks4
R
LV3

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Ke
A
A
B
B
C
C
D
D
G
G
I
E
E
R
R
F
F

Fu
UBAP
PF
15
1
15
1
15
1
15
1
15
1
15
1
15
1
15
1
20
2,2
15

FU
Kumulatif

PF
Unit

Lisage
Facktor

Multiply

1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
1
2
2,2
4,2

1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
1
2
1
3

100
100
100
100
87,5
100
75
100
70
100
65
100
100
100
100
87,5

1
1
2
1
2,625
1
3
1
3,5
1
3,9
1
1
2
2,2
3,675

15
15
20
15
25
15
25
15
25
15
25
15
15
20
20
25

100

15

Page 28

Lantai

Segmen
PF
Dari
F
I
KS1
KS2
H
KS3
J
K
LV4
LV 5
L
Wc6
M
Ur1
N
Wc3
Wc2
Q
O
Keran6
P
Lv6
Lv7
WC4
Wc5
S
U
T

Ke
I
K
H
H
J
J
K
X
L
L
M
M
N
N
O
Q
Q
O
P
P
X
T
U
S
S
U
T
X

20
20
20
15
15
15
20
15
15
15
15
15
15
15
-

Segmen
Lantai

Dari

Ke

Keran1
Keran2
A
KERAN3
B
KERAN4

A
A
B
B
C
C

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

PF
15
15
15
15

Fu
FU
UBAP Kumulatif
2,2
2,2
2,2
1
1
1
2,2
1
1
1
1
1
1
1
-

4
10
2,2
2,2
4,4
2,2
6,6
16,6
1
1
2
1
3
2,2
5,2
1
1
2
7,2
1
8,2
1
1
1
1
2
3
4

Fu
FU
UBAP Kumulatif
1
1
1
1

1
1
2
1
3
1

PF
Unit

Lisage
Multiply
Facktor

4
10
1
1
2
1
3
13
1
1
2
1
3
1
4
1
1
2
6
1
7
1
1
1
1
2
3
4

75
51,5
100
100
100
100
87,5
47,25
100
100
100
100
87,5
100
75
100
100
100
65
100
60
100
100
100
100
100
87,5
75

PF
Unit

Lisage
Multiply
Facktor

1
1
2
1
3
1

100
100
100
100
87,5
100

3
5,15
2,2
2,2
4,4
2,2
5,775
7,8435
1
1
2
1
2,625
2,2
3,9
1
1
2
4,68
1
4,92
1
1
1
1
2
2,625
3

1
1
2
1
2,625
1

25
32
20
20
32
20
32
32
15
15
20
15
25
20
25
15
15
20
32
15
32
15
15
15
15
20
25
25

15
15
20
15
25
15

Page 29

Lantai

Lantai

3,4,5

Segmen
Dari
C
LV1
LV2
E
KS1
D
Keran5
F
WC1
G
H
LV4
LV5
I
UR1
UR2
K
J
Wc4
Wc5
M
L
Keran6
N
Lv3
Lv2
P
Wc3
Wc2
O
Q
Segmen
Dari
Keran1
Keran2
A
Keran3
B

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Ke
H
E
E
D
D
F
F
G
G
H
X
I
I
J
K
K
J
L
M
M
L
N
N
X
P
P
Q
O
O
Q
X

Ke
A
A
B
B
C

PF

Fu
FU
UBAP Kumulatif

15
15
20
15
15
15
15
20
20
15
15
15

1
1
2,2
1
1
1
1
2,2
2,2
1
1
1

15
15
15
15
-

1
1
1
1
-

PF
15
15
15
-

4
1
1
2
2,2
4,2
1
5,2
1
6,2
10,2
1
1
2
2,2
2,2
4,4
6,4
1
1
2
8,4
1
9,4
1
1
2
1
1
2
4

Fu
FU
UBAP Kumulatif
1
1
1
-

1
1
2
1
3

PF
Unit
4
1
1
2
1
3
1
4
1
5
9
1
1
2
1
1
2
4
1
1
2
6
1
7
1
1
2
1
1
2
4

PF
Unit
1
1
2
1
3

Lisage
Multiply
Facktor
75
100
100
100
100
87,5
100
75
100
70
53,25
100
100
100
100
100
100
75
100
100
100
65
100
60
100
100
100
100
100
100
75

3
1
1
2
2,2
3,675
1
3,9
1
4,34
5,4315
1
1
2
2,2
2,2
4,4
4,8
1
1
2
5,46
1
5,64
1
1
2
1
1
2
3

Lisage
Multiply
Facktor
100
100
100
100
87,5

1
1
2
1
2,625

25
15
15
20
20
25
15
25
15
32
32
15
15
20
20
20
32
32
15
15
20
32
15
32
15
15
20
15
15
20
25

15
15
20
15
25

Page 30

Lantai

3,4,5

Segmen
Dari
Ke
Keran4
C
C
G
Keran5
E
Wc1
E
E
F
Lv2
F
Ks1
F
Lv1
F
F
G
G
X
Lv3
I
Lv4
I
I
J
Ur1
K
Ur2
K
K
J
J
L
Wc4
M
Wc5
M
M
L
L
O
O
X
Wc2
Q
Wc3
Q
Q
R
Lv5
R
R
S
Lv6
S
S
X

PF

15
15
15
15
20
15
15
15
20
20
15
15
15
15
15
15
15
-

Fu
FU
UBAP Kumulatif
1
1
4
1
1
1
1
2
1
1
2,2
2,2
1
1
6,2
10,2
1
1
1
1
2
2,2
2,2
2,2
2,2
4,4
6,4
1
1
1
1
2
1
1
9,4
1
1
1
1
2
1
1
3
1
1
6

PF
Unit
1
4
1
1
2
1
1
1
5
9
1
1
2
1
1
2
4
1
1
2
1
7
1
1
2
1
3
1
4

Lisage
Multiply
Facktor
100
1
75
3
100
1
100
1
100
2
100
1
100
2,2
100
1
70
4,34
53,25
5,4315
100
1
100
1
100
2
100
2,2
100
2,2
100
4,4
75
4,8
100
1
100
1
100
2
100
1
60
5,64
100
1
100
1
100
2
100
1
87,5
2,625
100
1
75
4,5

15
25
15
15
20
15
20
15
32
32
15
15
20
20
20
32
32
15
15
20
15
32
15
15
20
15
25
15
32

Keterangan :
Contoh cara untuk penentuan dimensi pipa air bersih segmen (KS1-F) lantai 3, 4, 5.
Dalam suatu gedung diketahui terdapat jalur pipa air bersih, dari jalur satu ke jalur lainnya
dengan jumlah 1 kitchen sink, lalu lihat pada buku referensi yaitu plambing Soufyan untuk
melihat PF diameter standar dengan nilai diameter 20, standar FU UBAP untuk kitchen sink
adalah 2,2, dengan FU kumulatifnya adalah 2,2 dan PF unitnya adalah 1 kemudian lihat
buku referensi plambing yaitu soufyan untuk mengetahui nilai lisage faktornya, untuk

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 31

UBAP kitchen sink 2,2 lisage factornya adalah 100. Lakukan perhitungan untuk
mendapatkan multyply dan diameter pasaran.
Contoh perhitungan penentuan dimensi pipa jalur KS1 F dengan cara:
Multiply = ( FU kumulatif x Lisage factor )/100
= ( 2,2 x 100 )/100
= 2,2 dengan diameter pasaran 20.

Gambar 5.1 Jalur KS 1 - F

5.7.

Gambar Detail Segmen Pada Lampiran

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 32

BAB 6
Perencanan Instalasi Perpipaan Air Buangan (Black water, Grey
Water dan Vent)

6.1.

Sekematik Sistem Perencanaan

Lantai 5
Lantai 4
Lantai 3
Lantai 2
Lantai 1

Septic
tank

Gambar 6.1 Jalur Air Buangan dan Septik Tank

6.1.1. Jenis Air Buangan


Air buangan atau sering juga disebut air limbah adalah semua cairan yang dibuang
baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan maupun yang
mengandung sisa-sisa proses industri. Air buangan dapat dibedakan atas (SNI,2000):

Air kotor
Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan mengandung

kotoran manusia yang berasal dari alat plambing lainnya.

Air bekas
Air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti: bak mandi (bath

tub), bak cuci tangan, bak dapur, dan lain-lain.

Air hujan
Air hujan yang jatuh pada atap bangunan.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 33

Air buangan khusus


Air buangan ini mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya, seperti: yang

berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, rumah sakit, tempat
pemotongan hewan, air buangan yang bersifat radioaktif atau mengandung bahan radioaktif,
dan air buangan yang mengandung lemak. Cara pengaliran :
A. Sistem gravitasi
Dimana air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi secara gravitasi ke
saluran umum yang letaknya lebih rendah.
B. Sistem bertekanan
Dimana saluran umum letaknya lebih tinggi dari letak alat-alat plambing, sehingga
air buangan dikumpulkan lebih dahulu dalam suatu bak penampung kemudian
dipompakan ke luar ke dalam riol umum. Peletaknya :
a) Sistem pembuangan gedung
Yaitu sistem pembuangan yang terletak dalam gedung, sampai jarak satu
meter dari dinding paling luar gedung tersebut.
b) Sistem pembuangan di luar gedung atau roil gedung
Yaitu sistem pembuangan di luar gedung, di halaman, mulai satu meter dari
dinding paling luar gedung tersebuutr sampai ke riol umum.

6.2.

Perhitungan Volume Air Buangan


Air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri

maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau
zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan
hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombiasi dari cairan dan sampah
cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersamasama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto
Kusnoputranto, 1985).
Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa
dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti indusri,
perhotelan dan sebagainya.
Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena lebih kurang 80% dari
air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam
bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 34

sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus
dikelola dan atau diolah secara baik.
Untuk mencari volume air buangan harus melakukan perhitungan terlebih dahulu
dengan asumsi 70%-80% dari kebutuhan rata-rata air bersih yang digunakan.

Tabel 6.1 Kebutuhan Air Bersih


Lantai
Lantai 1
Lantai 2
Lantai 3
Lantai 4
Lantai 5
Jumlah

Total kebutuhan air (l/h)


Total Kebutuhan Air Buangan
770
616
2150
1720
440
352
3020
2416
5760
4608
12140
9712
Sumber hasil perhitungan Kebutuhan air bersih

Dari tabel 6.1 dapat mencari volume kebutuhan air buangan dengan asumsi 70%80% kebutuhan rata-rata air buangan, yang akan di asumsikan 80% volume air buangan.
Contoh perhitungan lantai 1:
80% X Jumlah total kebutuhan air bersih =.... L/h
80% X 770 L/h = 616 L/h
Jadi, kebutuhan air buangan dari lantai satu sampe lantai lima dengan peruntukan
gedung Les Private adalah 9712 L/h.

6.3.

Perhitungan Kapasitas Tanki Septic


Septic tank adalah sebuah bak untuk menampung air limbah yang berasal dari wc

(water closet), konstruksi bangunana septic tank mempunyai sekat dengan dinding bata serta
atasnya diberi penutup lapisan beton dilengkapi penutup kontrol serta diberi pipa bawah
dengan ukuran diameter 1/2 sebagai hubungan agar terdapat udara kedalam septic
tank sehingga bakteri menjadi subur. Bakteri-bakteri bertugas menghancurkan kotorankotoran atau limbah yang masuk kedalam ruangan penampungan.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 35

Fungsinya sendiri adalah sebagai tempat penampungan kotoran atau cairan limbah,
kotoran tersebut akan mengalir ke rembesan atau sumur resapan yang jaraknya tidak jauh
dari septic tank, begitu juga letak wc tidak terlalu jauh dari tempat penampungan tersebut.
Tempat penampungan limbah tersebut mempunyai hubungan dengan rembesan berupa pipa
yang pada ujungnya diberi lubang-lubang agar aliran kotoran dapat mengalir dengan rata
pada lubang rembesannya. Gambar dibawah ini adalah salah satu contoh dari perencanaan
septic tank. Sumber gambar : lifestyle.kompasiana.com

Gambar 6.2 perencanaan septic tank Sumber gambar : lifestyle.kompasiana.com

6.4.

Penentuan Dimensi Pipa


Penentuan dimensi pipa air bungan dibutuhkan nila unit beban FU (Fixture Unit )

masing-masing alat plambing dan diameter pipa yang akan dilayani. Nilai FU air buangan
dan air bersih itu berbeda. Pada Tabel 6.2 dan tabel 6.3 ini merupakan data yang
diperguanakan dalam penentuan dimensi pipa untuk air buangan.

Tabel 6.2 Diametr pipa untuk alat plambing

Alat plambing

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Diameter (mm)

WCFV

100

WCT

100

UR

50

FD

50

KS

50

Page 36

Alat plambing

Diameter (mm)

LAV

50

BT

50

SHD

50

Sumber : Mataka Kuliah Plambing

Tabel 6.3 Unit alat plambing


Alat plambing

UBAP

WCFV

WCT

UR

FD

KS

LAV

BT

SHD

Sumber : Mataka Kuliah Plambing

Tabel 6.4 beban maksimum alat plambing yang diizinkan untuk perpipaan air
buangan (dinyatakan dalam beban unit alat plambing), dan pipa tegak buangan.

Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo. 1993. Perancangan dan pemeliharaan sistem
plambing

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 37

Tabel 6.5 Black water dari Lantai 1, 2, 3, 4, 5 yang didapat kan dari hasil perhitungan
Lantai

Segmen
Dari
Ke
WC1
X

Alat Plambing

UBAP

Fu Kumulatif

Diameter

WCT

4
4
8
4
4
8
4
12
4
16
24

4
4
8
4
4
8
4
12
4
16
24

4
4
8
4
4
8
4
12
4
16
24

4
4
8
4
4
8
4
12
4
16
24

4
4
8
4
12
4
16
4
20
28

4
4
8
4
12
4
16
4
20
28

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
50
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
50
100
50
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
50
100
50
100
100
100

Shaft 1

WC2
WC3
E
WC4
WC5
A
WC6
B
Ur1
C
F

E
E
F
A
A
B
B
C
C
F
X

WCT
WCT
WCT
WCT
WCT
UR
Shaft 2

WC1

WCT
Shaft 1

WC2
WC3
D
WC4
WC5
A
UR2
B
UR1
C
E

D
D
E
A
A
B
B
C
C
E
X

WCT
WCT
WCT
WCT
UR
UR
-

WC1

WCT

Shaft 2
Shaft 1

3, 4, 5

WC2
WC3
D
WC4
A
UR2
B
UR1
C
E

D
D
E
A
B
B
C
C
E
X

WCT
WCT
WCT
UR
UR
-

Shaft 2
Sumber : Hasil Perhitungan

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 38

Cara Menghitung nya sampe mendapat kan angka yang ada pada tabel yaitu
1. Ketahui segmen nya terlebih dahulu, segmen (E-F).
2. Lihat alat pelambing dan jumlah alat plambing yang digunakan, mislanya alat
plambing 2 WCT lalu lihat UBAP pada tabel yang didapat dari mata kuliah plambing
(Tabel 6.3) dan UBAP untuk WCT ternyata 4, lalu tambahkan 4+4 = 8.
3. Setelah mendapatkan nilai UBAP lalu lihat diameter nya pada tabel 6.4 ternyata
untuk WCT dengan nilai UBAP 8 dan kumilatif nya 8 diameter pipanya adalah 100
mm.
4. Nila kumilatif didapatkan dari hasil penjumlahan UBAP.
jadi, seperti itu lah untuk mencari diameter pipa untuk black water.

Gambar 6.3 Segmen air buangan

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 39

Tabel 6.6 Grey Water dari Lantai 1, 2, 3, 4, 5 yang didapatkan dari hasil perhitungan,
dimana lantai 3, 4, 5 dengan peruntukan yang sama.

Tabel 6.6 Grey water


Lantai

Segmen
Dari
Ke
FD1
A
LV2
A
A
B
L3
B
B
C
KS1
E
LV1
E
FD2
E
E
D
FD3
D
D
C
C
I
KS2
F
KS3
F
F
G
KS4
G
G
I
I
X

Alat Plambing

UBAP

Fu Kumulatif

Diameter

FD
LV
LV
KS
LV
FD
FD
KS
KS
KS
-

1
1
2
1
3
3
1
1
5
1
6
9
3
3
6
3
9
18

1
1
2
1
3
3
1
1
5
1
6
9
3
3
6
3
9
18

1
1
2
1
3
1
4
1
1
2
1
3
1
1
1
2
6

1
1
2
1
3
1
4
1
1
2
1
3
1
1
1
2
6

50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
65
80
50
50
65
50
65
100
100
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
65

Shaft 1
FD7
FD8
N
LV7
O
LV6
P
FD4
FD5
J
FD6
K
FD9
LV4
LV5
H
L

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

N
N
O
O
P
P
Q
J
J
K
K
L
L
H
H
L
M

FD
FD
LV
LV
FD
FD
FD
FD
LV
LV
-

Page 40

Lantai

Segmen
Dari
Ke
FD10
M
M
Q
Q
X

Alat Plambing

UBAP

Fu Kumulatif

Diameter

FD
-

1
7
11

1
7
11

50
65
80
80

Alat Plambing

UBAP

Fu Kumulatif

Diameter

FD
KS
LV
LV
FD
FD
FD
FD
LV
LV
-

1
3
1
1
2
5
1
6
7
1
1
2
1
3
1
1
2
5

1
3
1
1
2
5
1
6
7
1
1
2
1
3
1
1
2
5

1
1
2
1
3
1
1
2
5
1
6

1
1
2
1
3
1
1
2
5
1
6

50
50
50
50
50
50
50
65
65
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
65
65

Shaft 2

Lantai

Segmen
Dari
Ke
FD1
A
KS1
C
LV1
D
LV2
D
D
C
C
B
FD2
B
B
A
A
X
FD3
E
FD4
E
E
G
FD5
G
G
M
LV3
F
LV4
F
F
M
M
X

Shaft 1
FD6
FD7
H
FD8
I
LV5
LV6
J
K
FD9
L

H
H
I
I
K
J
J
K
L
L
X

FD
FD
FD
LV
LV
FD
Shaft 2

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 41

Lantai

Segmen
Dari
Ke
FD1
A
KS1
B
LV1
B
B
D
FD2
C
LV2
C
C
D
D
A
A
X

Alat Plambing

UBAP

Fu Kumulatif

Diameter

FD
KS
LV
FD
LV
-

1
3
1
4
1
1
2
6
7

1
3
1
4
1
1
2
6
7

1
1
2
1
3
1
4
1
1
2
1
3
1
1
2
5
1
6

1
1
2
1
3
1
4
1
1
2
1
3
1
1
2
5
1
6

50
50
50
50
50
50
50
65
65
65
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
65
65

Shaft 1

FD7
FD8
J
LV3
K
LV4
L
FD3
FD4
E
FD5
F
LV5
LV6
G
H
FD6
I

J
J
K
K
L
L
X
E
E
F
F
H
G
G
H
I
I
X

FD
FD
LV
LV
FD
FD
FD
LV
LV
FD
-

Shaft 2
Sumber : Hasil Perhitungan

Untuk mendapatkan nilai UBAP dan diamter yang ada pada tabel diatas, sama
mencarinya dengan mencari nilai UBAP dan diameter pipa black water.
Cara Menghitung nya sampe mendapatkan nilai yang ada pada tabel yaitu
1. Ketahui segmen nya terlebih dahulu,segmen (G-H)lantai 3, 4, 5.
2. Lihat alat plambing dan jumlah alat plambing yang digunakan ,mislanya alat
plambing 2 Lavatory (LV) lalu lihat UBAP pada tabel yang didapat dari mata kuliah
plambing (Tabel 6.3) dan UBAP untuk Lavatory (LV) ternyata 1,lalu kalikan 1 + 1
sama dengan 2.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 42

3. Setelah mendapatkan nilai UBAP lalu lihat diameter nya pada tabel 6.4 ternyata
untuk LVdengan nilai UBAP 3 dan kumilatif nya 2 diameter pipanya adalah 50 mm.
4. Nila kumilatif didapatkan dari hasil penjumlahan UBAP.
jadi, seperti itu lah untuk mencari diameter pipa untuk Grey Water.

Gambar 6.4 Segmen grey water

6.4.1. Penentuan Dimensi Pipa Tegak Buangan


Dalam menentukan pipa tegak buangan terlebih dahulu kita menentukan jumlah beban alat
plambing yang ada tiap lantai kemudian menggunakan data beban alat plambing tersebut untuk menentukan
dimensi pipa buangan berdasarkan table 5.6 halaman 202 di buku PerencanaanPemeliharaan Sistem
Plambing ( Morrimura dan Noerbambang ). Didapat hasil sebagai berikut.

Tabel 6.7 Pipa tegak balck water


Lantai
1
2
3,4,5

Shaft Perlantai
Shaft 1
Shaft 2
Shaft 1
Shaft 2
Shaft 1
Shaft 2
Sumber : Hasil Perhitungan

Diameter
100
100
100
100
100
100

Cara menghitungan :
Mengetahui nilai kumulatif di setiap shaft perlantai contoh nya pada lantai 3, 4, 5
dan shaftnya yang ke-1, nilai kumulatifnya adalah 4, lalu liat pada tabel 5.6 halaman 202 di

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 43

buku Perencanaan Pemeliharaan Sistem Plambing ( Morrimura dan Noerbambang ), kalau nilai kumulatif
nya 4 jadi dimaternya adalah 100 mm, dan untuk seterusnya begitu cara mencarinya.
Tabel 6.8 Pipa tegak Grey water
Lantai
1
2
3,4,5

Shaft perlantai
Shaft 1
Shaft 2
Shaft 1
Shaft 2
Shaft 1
Shaft 2
Sumber : hasil Perhitungan

Diameter
100
80
50
65
65
65

Untuk mencari nilai pipa tegak sama dengan cara mencari nilai pipa tegak blcak water.
Mengetahui nilai kumulatif di setiap shaft perlantai contoh nya pada lantai 1 dan shaftnya
yang ke-2, nilai kumulatifnya adalah 6, lalu liat pada tabel 5.6 halaman 202 di buku Perencanaan
Pemeliharaan Sistem Plambing ( Morrimura dan Noerbambang ), kalau nilai kumulatifnya 6 jadi dimaternya
adalah 65 mm, dan untuk seterusnya begitu cara mencarinya.

6.5.

Penentuan Dimensi Pipa Vent


Bersama-sama dengan alat perangkap, pipa ven merupakan bagian penting dari suatusistem

pembuangan. Tujuan pemasangan pipa ven adalah sebagai berikut :

Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan

Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan

Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan, karena tujuan utamanya adalah menjaga agar
perangkap tetap mempunyai sekat air, maka pipa ven harus dipasang sedemikian rupa agar dapat
mencegah hilangnya sekat air.

Pipa ven yang digunakan dalam perencanaan ini merupakan kombinasi dari beberapa jenis ven, yaitu :

Ven lup, yaitu pipa ven yang melayani dua atau lebih perangkap alat plambing, dan disambungkan
kepada pipa ven tegak.

Ven tegak, yaitu perpanjangan dari pipa tegak air buangan, di atas cabang mendatar pipa air
buangan tertinggi.

Pipa tegak ven, dipasang jika pipa tegak air buangan melayani dua interval cabangatau lebih, dan
alat-alat plambing pada setiap lantai mempunyai pipa ven tunggal atau pipa ven jenis lainnya.
Bagian atas dari pipa tegak ven ini harus terbuka langsung ke udara luar di atas atap tanpa dikurangi
ukurannya. Bagian bawah dari pipa tegak ven harus disambungkan dengan pipa tegak air buangan,
tanpa dikurangi ukurannya, pada tempat yang lebih rendah dari cabang terendah.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 44

Tabel 6.9 Ukuran dan panjang pipa ven

Sumber : Noerbambang, Soufyan & Morimura, Takeo. 1993. Perancangan dan pemeliharaan sistem
plambing.

Tabel 6.10 pipa vent dari lantai 1, 2, sampai 3, 4, 5, yang dimana lantai 3, 4, 5 peruntukannya sama.
Lantai

Segmen
Dari
Ke
WC1
X

Alat Plambing

UBAP

Fu Kumulatif

Diameter

WCT

4
4
8
4
4
8

4
4
8
4
4
8

40
40
40
40
40
40
40
40

Shaft 1

WC2
WC3
A
WC4
WC5
C

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

A
A
B
C
C
D

WCT
WCT
WCT
WCT
-

Page 45

Lantai

Segmen
Dari
Ke
WC6
D
D
E
UR1
E
E
B
B
X

Alat Plambing

UBAP

Fu Kumulatif

Diameter

WCT
UR
-

4
12
4
16
24

4
12
4
16
24

40
50
40
50
65
65

Alat Plambing

UBAP

Fu Kumulatif

Diameter

WCT

4
4
8
4
4
8
4
12
4
16
24

4
4
8
4
4
8
4
12
4
16
24

4
4
8
4
4
8
4
12
4
16
24

4
4
8
4
4
8
4
12
4
16
24

40
40
40
40
40
40
40
40
40
50
40
40
65
65
40
40
40
40
40
40
40
40
40
50
40
40
65

Shaft 2

Lantai

Segmen
Dari
Ke
WC1
X

Shaft 1

WC2
WC3
A
WC4
WC5
D
UR2
E
UR1
F
B

A
A
B
D
D
E
E
F
F
B
X

WCT
WCT
WCT
WCT
UR
UR
-

WC1

WCT

Shaft 2
Shaft 1

WC2
WC3
A
WC4
WC5
C
UR2
E
UR1
D
B

A
A
B
C
C
E
E
D
D
B
X

WCT
WCT
WCT
WCT
UR
UR
-

Shaft 2
Sumber : Hasil Perhitungan

65

Cara Menghitungan :
1. Ketahui segmennya terlebih dahulu, segmen (WC1-X)lantai 3, 4, 5.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 46

2. Lihat alat plambing dan jumlah alat plambing yang digunakan, mislanya alat
plambing 1 water closet (WC). Lalu lihat UBAP pada tabel yang didapat dari mata
kuliah plambing (Tabel 6.3) dan UBAP untuk WC ternyata 4, lalu kalikan 4 x 1 sama
dengan 4.
3. Setelah mendapatkan nilai UBAP lalu lihat diameter nya pada tabel 6.4 ternyata
untuk wc dengan nilai UBAP 4 dan kumilatif nya 4 diameter pipanya adalah 40 mm.
4. Nila kumilatif didapatkan dari hasil penjumlahan UBAP.

Gambar 6.5 Segmen Pipa Ven

Tabel 6.11 Pipa tegak ven.


Lantai
1
2
3,4,5

Shaft Perlantai
Shaft 1
Shaft 2
Shaft 1
Shaft 2
Shaft 1
Shaft 2
Sumber : Hasil Perhitungan

Diameter
40
65
40
65
40
65

Cara Menghitung :
Mengetahui nilai kumulatif di setiap shaft perlantai contoh nya pada lantai 1 dan
shaftnya yang ke-2, nilai kumulatifnya adalah 24,lalu liat pada tabel 5.10 halaman 224 di buku
Perencanaan Pemeliharaan Sistem Plambing ( Morrimura dan Noerbambang ), kalau nilai kumulatif nya 24
jadi dimaternya adalah 65 mm, dan untuk seterusnya begitu cara mencarinya.

6.6.

Gambar-gambar Jalur Pipa Air Buangan dan Ven Pada Lmpiran

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 47

BAB 7
Sistem Air Hujan

7.1.

Skematik Sistem Perencanaan


Selain sistem perencanaan air bersih dalam plambing perlu juga direncanakan sistem
perencanaan air buangan di suatu gedung. Air buangan harus secepat mungkin
dibuang ke tangki septik atau riol kota. Ini bertujuan agar mencegah terjadinya
penyakit bawaan air dan dilihat dari nilai estetikanya. Sistem perencanaan air
buangan pada hotel ini adalah:
Pipa Gutter
Lantai V
Lantai IV
Pipa tegak air hujan
(Leader)

Lantai III
Lantai II
Lantai I

Jalur Drainase Kota


Gambar 7.1 Sistem Perencanaan Penyaluran Air Hujan

Sistem penyaluran air hujan untuk hotel ini adalah air hujan dari bagian atas (atap)
ditampung melalui pipa mendatar (gutter) dan disalurkan ke bawah (tanah) melalui pipa
tegak (leader).
7.2.

Perhitungan Debit Air Hujan


Faktor yang mempengaruhi perhitungan debit air hujan adalah:

Jenis atap

Luas atap pada proyeksi datar

Curah hujan

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 48

Menurut modul mata kuliah Teknologi Lingkungan Tepat guna, rumus untuk
mencari debit air hujan adalah:
Q = luas atap x koefisien aliran permukaan x curah hujan rata-rata.

Gambar 7.2 Segmen Air Hujan di Gedung Les Private

Contoh Perhitungan Air hujan segmen A-B:

1.

Mengetahui Luas bangunan :


Menentukan
Luas A = Luas B
Sebelum menghitunga luas bangunan, harus menenuntukan pipa yang di pasang,
pada luasan yang pertama akan dipasang 2 pipa tegak. Jadi harus membagi lebar
bangunannya terlebih dahulu.
Lebar bangunan = 20,4 m : 2= 10,2m
Luas atap

= Panjang x Lebar
= 10,2 m x 6 m
= 61,2 m2

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 49

2.

Debit air hujan


Curah hujan rata-rata = 100 mm/jam = 100 mm = 0,1 m

3.

Jadi dengan luasan atap 61,2 dengan curah hujan 100mm/jam didapatkan ukuran
diameter pipa tegak 50mm dan pipa datar pembuangan air hujan 80mm.

Jadi dari contoh perhitungan diatas dapat dilihat pada Tabel 7.1 Perhitungan air hujan unutk
bangunan les private.
Tabel 7.1 Perhitungan air hujan unutk bangunan les private.
Perhitungan Air Hujan
Panjang
Bangunan (m)
6
6
14
14
14
14

Lebar
Bangunan
(m)
10,2
10,2
15,3
15,3
15,3
15,3

Luasan
m2
61,2
61,2
214,2
214,2
214,2
214,2

Asumsi Intensitas
Curah Hujan
100mm/jam
100mm/jam
100mm/jam
100mm/jam
100mm/jam
100mm/jam

Segmen
A
B
C
D
E
F

Diamter
Pipa Tegak
50
50
100
100
100
100

Pipa datar
Pembuangan Air
Hujan diameter
80
80
100
100
100
100

Sumber: Hasil Perhitungan


7.3.

Penentuan Dimensi Pipa


Ukuran talang air hujan didasarkan pada luas atap yang dilayani dan sesuai dengan
beban maksimum yang diizinkan untuk talangnya.

Tabel 7.2 Beban Maksimum yang Diizinkan untuk Talang Atap (dalam m2 luas atap)

Sumber: SNI 03-7065-2005

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 50

BAB 8
Perencanaan Instalasi Perpipaan Pemada Kebakaran
8.1.

Sekematik Sistem Perencanaan Pipa

Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah sistem
yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun
pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif
maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya
terhadap bahaya kebakaran. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi
yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh
penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia
maupun harta benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 51

Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang terbentuk
atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api,
serta perlindungan terhadap bukaan.
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara
lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem
pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran, serta
sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) dan pemadam khusus. Ada beberapa syarat yang diizinkan untuk alat pemada api
ringan,pada tabel 8.1.
Tabel 8.1 Alat pemadam api ringan

a. APAR diizinkan untuk diletakkan pada lokasi bagian luar atau lokasi bagian
dalam sehingga semua bagian dalam bangunan gedung pada jarak lintasan
23 m ke unit pemadam api.
b. Apabila pertemuan di luar gedung APAR tidak disyaratkan.
c. Akses ke APAR harus diizinkan untuk dikunci.
d. APAR hanya diizinkan diletakkan dilokasi staf.
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 52

e. Di daerah gudang apabila isi utamanya forklift, truk industri bertenaga, atau
operator kereta, maka APAR yang dipasang tetap, seperti ditentukan dalam
ketentuan yang berlaku, tidak dibutuhkan apabila :

Menggunakan kendaraan yang dilengkapi APAR yang disetujui OBS.

Setiap kendaraan dilengkapi dengan alat pemadam api 5 kg, 40A; 80B; C,
terpasang tetap dikendaraan dengan pengikat yang disetujui oleh manufaktur
alat pemadam api atau OBS untuk kendaraan yang digunakan.

Tidak kurang dari dua buah APAR cadangan yang berdaya padam sama atau
lebih besar kapasitasnya tersedia di lapangan untuk penggantian APAR yang
sudah terdisemprotkan.

Operator kendaraan terlatih dalam penggunaan APAR.

Pemeriksaan APAR yang terpasang pada kendaraan dilakukan setiap hari.


(Sumber : PerMen Pu-No.26-Tahun 2008).

Didalam tabel 8.1 terdapat hunian pendidikan yang dipersyaratkan untuk alat
pemadam kabakan api ringan, sesuai dengan peruntukan gedung yang akan direncanakan
yaitu Les Private gedung ini akan dibuat APAR dengan standar PerMen Pu NO.26 tahun
2008.

Apar kelas A multifungsi.

Apar kelas C untuk memadamkan kebakaran alat elektronik.

Apar kelas K diletakan di dapur untuk mengatasi kebakaran yang terjadi di


dapur.

Jarak tempuh maksimum APAR yaitu 23 m. (Sumber : PerMen Pu NO.26


Tahun 2008).

Dalam gedung ini terdiri dari 5 lantai dengan 2 lantai peruntukan yang berbeda dan
3 lantai yang diperuntukan sama, pada lantai satu terdapat berbagi tempat makan, indomart,
ruang OB, ATM, dan WC perempuan dan laki-laki, di lantai tersebut terdapat lima apar yang
dipasang dengan tipe yang berbeda, yaitu kelas 2A dan 2K, 2A dipasang didepan ruang OB,
jalan koridor, dan didepan pintu masuk gedung lantai 1, sedangkan tipe kelas 2K dipasang
didepan pintu masuk tempat makan.
Pada lantai dua terdapat berbagai ruangan yaitu ruangan guru, ruang tata usaha, ruang
direktur, perpustakaan, ruang OB, ruang belajar, ruang rapat ,dan WC, di lantai ini dipasang
4 apar dengan tipe 2A.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 53

Sedangkan pada lantai 3, 4, 5 dengan peruntukan yang sama dipasang 5 apar dengan
tipe yang berbeda, yaitu 2A dan 2C. 2A diletakan didekatkan disamping musolla lantai 3, 4,
5, didepan ruang matemakika, ruang bahasa inggris dan pintu masuk lantai 3, 4, 5.
Sedangkan apar dengan tipe 2C diletkan didepan ruang komputer.

8.2.

Dasar-dasar Sistem Pencegahan Kebakaran


Prinsip dari sistem pencegahan kebakaran ini adalah harus selalu tersedia volume air

yang cukup untuk keperluan pencegahan kebakaran, tanpa mengganggu pemakaian air
bersih.

8.3.

Pipa Tegak dan Slang Kebakaran


Pipa tegak dan slang kebakaran adalah suatu rangkaian perpipaan, katup,

penyambung slang kebakaran, slang kebakaran, dan sistem penyediaan air yang digunakan
untuk menanggulangi kebakaran. Sistem dari pipa tegak dan slang kebakaran mempunyai
berbagai jenis yaitu:
4. Wet Stand Pipe System
Yaitu pipa tegak dengan pipa yang selalu berisi air dan tekanan air pada sistem di
jaga tetap. Katup suplai air pada sistem ini selalu dalam kondisi terbuka dan bila
katup slang kebakaran dibuka maka air akan mengalir keluar.
5. Dry Stand Pipe System
Suatu pipa tegak yang tidak berisi air, di mana peralatan penyediaan air akan
mengalirkan air ke sistem secara otomatis jika katup slang kebakaran dibuka.
6.

Sistem pipa tegak dengan pengadaan air ke sistem melalui operasi manual
Yaitu dengan menggunakan kontrol jarak jauh yang terletak pada kotak slang
kebakaran untuk menghidupkan suplai air.

7.

Sistem pipa tegak tanpa suplai air yang permanen


Jenis ini digunakan untuk mengurangi waktu yang diperlukan petugas pemadam
kebakaran untuk membawa slang kebakaran ke lantai atas pada gedung tinggi dan
suplai air diperoleh dari mobil tangki pemadam kebakaran.

8.4.

Sprinkler
Sistem sprinkler otomatis akan bekerja jika fusible bulb / fusible link penahan

orifice kepala sprinkler pecah/meleleh akibat panas dari kebakaran, sehingga air menyembur
keluar dari kepala sprinkler. Akibatnya tekanan air dari dalam pipa akan berkurang, katup
Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 54

pengontrol akan terbuka dan pompa akan bekerja memompakan air dari bak penampung ke
jaringan pipa yang dibantu juga dengan pressure tank. Aliran air yang melalui katup
pengontrol akan mengaktifkan tanda bahaya yang terletak di dekat katup kontrol. Jenis-jenis
sistem sprinkler adalah (Departemen Pekerjaan Umum, 1987):
2. Wet Pipe System
Jenis ini menggunakan kepala sprinkler otomatis yang dipasang pada jaringan pipa
berisi air yang bertekanan sepanjang waktu. Jika terjadi kebakaran, sprinkler akan diaktifkan
oleh panas yang membuka penahan orifice kepala sprinkler dan air akan segera menyembur,
akibatnya tekanan air pada pipa akan berkurang dan katup kontrol akan membuka dan
mengaktifkan pompa kebakaran.
3. Dry Pipe System
Jenis ini menggunakan kepala sprinkler otomatis yang dipasang pada pipa berisi
udara atau nitrogen yang bertekanan. Jika kepala sprinkler terbuka karena panas dari api,
tekanan udara akan berkurang dan katup kontrol dry pipe akan terbuka oleh tekanan air,
sehingga pompa kebakaran akan hidup dan air akan mengalir mengisi jaringan dan
menyembur dari kepala sprinkler yang terbuka.
o Preaction System
Sistem ini adalah sistem dry pipe dengan udara bertekanan atau tanpa tekanan pada
pipa. Jika terjadi kebakaran maka alat deteksi akan bekerja dan mengaktifkan
pembuka katup kontrol, sehingga air mengalir mengisi pipa dan keluar dari kepala
sprinkler otomatis yang terbuka akibat panas dari api;
o Deluge System
Sistem ini sama dengan preaction system, kecuali bahwa semua kepala dalam
keadaaan terbuka. Jika api mengaktifkan peralatan deteksi, maka katup kontrol
sprinkler akan terbuka dan air akan mengalir disepanjang pipa dan keluar dari
semua kepala sprinkler pada daerah operasi dan membanjiri daerah operasi;
o Kombinasi Dry dan Preaction
Sistem ini berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran, peralatan deteksi akan
membuka katup kontrol air dan udara dikeluarkan pada akhir pipa suplai, sehingga
sistem ini akan berisi air dan bekerja seperti wet pipe.
o Sistem sprinkler yang ada didesain berdasarkan atas jenis hunian itu sendiri, seperti
ukuran pipa, jarak kepala sprinkler, densitas semburan sprinkler dan kebutuhan

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 55

airnya sendiri. Berdasarkan jumlah barang yang mudah terbakar dan sifat mudah
terbakarnya.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 56

BAB 9
Penutup
Dalam pembuatan tugas besar plambing, penulis telah berimajinasi akan
merencanakan bangunan yang peruntukannya sebagai tempat les private dari mulai SDN,
SMP, SMA. Bangunan ini terdiri dari 5 lantai, dimana setiap lantainya berbeda
peruntukannya, lantai satu digunakan untuk tempat makan, dan fasilitas lainnya, untuk lantai
dua funsi ruanganya ada ruang guru, ruang rapat, perpustakaan dan fasilitaslainnya,
sedangkan untuk lantai tiga, empat, lima memiliki fungsi ruang yang sama tidak ada yang
berbeda.
Dalam perencanaan penulis telah membuat gambar skematik perencanaan, mebuat
denah fungsi ruang, mebuat jalur pipa air berisih, air buangan, pipa ven dan penulis telah
melakukan perhitung kebutuhan air bersih, kebutuhan air buangan, penentuan Uniat Alat
Beban Plmabing (UBAP), penggunaan pipa yang sesuai dengan peruntukannya, dengan
diamter yang sesuai, serta dilengkapi dengan sistem pipa ven untuk air buangan (water closet
and urinoar), membuat skematik alat pemadam api ringan yang sesuai dengan kelasnya,
merencanakan sistem air hujan, dan lainya yang diperlukan untuk bangunan ini. Penulis
telah melakukan perhitungan untuk mendapatkan UBAP dengan menggunakan SNI-64812000 Tabel 4.3.3. Beban hunian usaha dan Tabel 4.3.10. Sekolah.
Bangunan ini telah memiliki sistem plambing yang cukup baik, karena telah
mengikuti Standard Nasional Indonesia yang peruntukan untuk sistem plambing ( SNI-64812000-Sistem Plambing dan SNI-7065-2005-Tata Cara Sistem Perencanaan Plambing ) dan
buku referensi yang biasanya digunakan untuk perancangan dan pemeliharaan sistem
plambing (Soufyan M. Noerbambang).
Penulis sadar dalam pembuatan laporan tugas besar sistem perencanaan plambing
masih terdapat tulisan yang salah dan masih banyak kesalahan, tetapi penulis berharap agar
laporan tugas besar ini dapat dijadian contoh untuk tugas besar sistem perencaan plambing
ditahun selanjutnya.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 57

Daftar Pustaka

BABITT, E. HAROLD.1960.WATER SUPPLY ENGINEERING. NEW


YORK : Mc Graw Hill.

http://mepcons.blogspot.com/2012/03/sistem-perpipaan-air-buangan-danven.html

http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/04/07/sistem-air-buangan-dansprikler-plambing/

NEUFERT,ERNST.1975.DATA ARSITEK LONDON : CROSBY


LOCKWOOD STAPIES.

PerMen PU NO.26 TAHUN 2008

SOUFYAN M. NOERBAMBANG, & TAKEO


MORIMURA.1996.PERENCANAAN DAN PEMELIHARAAN SISTEM
PLAMBING.

SNI03-6381-2000 tentang sistem plambing-2000

SNI 03-7065-2005 tentang tata perencanaan sistem plambing.

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 58

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 59

Dhuhri Hidayatullah
25-2011-024

Page 60

Anda mungkin juga menyukai