Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW

Sejak Beliau menjadi yatim piatu, Muhammad kemudian diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib, dan setelah sang
kakek pun meninggal dunia, ia diurus oleh pamannya Abu Thalib. Bersama pamannya inilah Muhammad
menjalani kehidupan sehari-harinya dengan segala kesederhanaannya. Ia pernah ikut berdagang dan ikut
mengembala domba. Pada usianya yang ke-25, ia menikah dengan seorang wanita yang salihah dan berbudi
luhur, bernama Khadijah. Ketika menginjak usia 40 tahun Muhammad lebih banyak menyendiri dengan cara
mengasingkan diri di gua Hira. Ketika dalam kesendirian di gua Hira, ia merasa didatangi oleh malaikat Jibril
dengan membawa wahyu. Pada saat itu bertepatan dengan 17 Ramadhan/6 Agustus 610 M, Malaikat Jibril
menyampaikan wahyu pertama, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5. Dengan diterimanya wahyu itu, berarti Muhammad
SAW telah menjadi rasul pilihan Allah SWT yang bertugas menyampaikan risalah-Nya dan dalam sejarah Islam
dinamakan Nuzulul Al-Quran.
Dalam menjalankan tugas mulia ini, semula Nabi Muhammad SAW melakukannya secara sembunyi-sembunyi
dan dikhususkan hanya kepada kerabat dekat saja, seperti Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat
tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah
dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah
SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam dan ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan
diri masuk Islam mereka adalah: Abdul Amar dari Bani Zuhrah, Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris, Utsman
bin Affan, Zubair bin Awam, Saad bin Abu Waqqas, Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah
disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal).
Dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi ini, dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya
selama kurang lebih tiga tahun. Kemudian turunlah ayat Al-Quran yang menghimbau kepada Nabi Muhammad
SAW dan para sahabatnya agar melakukan dakwah secara terang-terangan, yakni surat Al-Hijr ayat 91:
Artinya:
Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperitahkan Tuhan kepadamu dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Pada abad ke-5 sejarah dakwah Rasulullah SAW. Di Mekah, bangsa Quraisy dengan segala upaya berusaha
melumpuhkan gerakan Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan dengan pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan
Bani Muthalib (keluarga besar Muhammad SAW) . Ujian bagi Rasulullah SAW, juga bertambah berat dengan
wafatnya dua orang yang sangat dicintainya, yaitu pamannya, Abu Thalib dalam usia 87 tahun dan istrinya, yaitu
Khadijah. Peristiwa tersebut yang terjadi pada tahun ke-10 dari masa kenabian (620 M) dalam sejarah disebut
Amul Huzni (tahun kesedihan atau tahun duka cita).
Saat mengahadapi ujian yang berat dan tingkat perjuangan sudah berada pada puncaknya, Rasulullah SAW di
perintahkan oleh Allah SWT untuk menjalani Isra Miraj dari Mekah menuju ke Baitul Maqdis di Palestina, dan
selanjutnya naik ke langit hingga ke Sidratul Muntaha (QS Al-Isra/17:1). Kejadian Isra Miraj terjadi pada malam
17 rajab tahun ke-11 dari kenabiannya (sekitar 621 M) di tempuh dalam waktu satu malam.
Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkah maka berakhirlah periode pertama perjalanan dakwah beliau di
kota Mekkah. Lebih kurang 13 tahun lamanya, Beliau berjuang antara hidup dan mati menyerukan agama Islam
di tengah masyarakat Mekkah dengan jihad kesabaran, harta benda, jiwa dan raga. Sebelum memasuki Yatsrib ,
Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama
dalam sejarah Islam.
Tepat pada hari Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 Hijrah bertepatan pada 24 September 6 M. Setibanya di Madinah,
Nabi Muhammad segera menyusun rencana pengembangan dakwah agar lebih efektif dan cepat. Agama Islam
harus segera menyebar ke berbagai penjuru dunia, khususnya jazilah Arabia.
Rasulullah SAW mengambil langkah ini, seluruh penduduk kota Madinah diberi kebebasan dalam beragama.
Tidak ada paksaan bagi siapa pun untuk memeluk agama Islam, dan bagi masyarakat muslim tidak dibenarkan
memaksakan dakwahnya kepada orang yang sudah beragama. Mereka dianjurkan untuk saling menghormati
dan menghargai kepercayaan orang lain.
Dalam menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan
khotbahnya yang sangat bersejarah. Lalu 2 bulan kemudian Nabi jatuh sakit, Beliau meninggal pada hari Senin
12 Rabiul Awal 11 H atau 8 Juni 632 M (Yatim,1998:27-33). Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam
bertambah kuat sehingga perkembangan yang pesat itu membuat orang Makkah risau, begitu juga dengan
musuhmusuh Islam.

Anda mungkin juga menyukai