REFORMASI PEMBIAYAAN
KESEHATAN
PENDAHULUAN
KESEHATAN ADALAH HAK ASASI
RAKYAT
(dinyatakan dalam konstitusi)
KENDALA PEMBIAYAAN
1.Jumlahnya kecil
2.Kurang biaya untuk program
promotif dan preventif
3.Kurang biaya operasional
4.Terlambat realisasi
5.Tidak dikaitkan dengan kinerja
6.Inefisiensi
desentralisasi
75 %
PEMBIAYAAN
DAERAH
25 %
5 % Provinsi
20 % Kab / Kota
Belum mencapai
tingkat kebutuhan
normatif
Kurang biaya Op
Tidak fleksibel
Kemampuan pendanaan
terbatas
Dana yang tidak efektif
Biaya kesehatan
meningkat
1. Perubahan cara menghitung
kebutuhan normatif
2. Mengkaitkan anggaran
dengan kinerja
3. Penggunaan anggaran untuk
sistim insentif
4. Outsourching kegiatan kepada
lembaga non pemerintah,
dibiayai oleh pemerintah
KENDALA PENGHITUNGAN
PEMBIAYAAN
Standar Pelayanan Minimal ( SPM )
1. Tidak berdasar masalah dan kesanggupan
1. Banyak Daerah tidak sanggup melaksanakan 31
Kewenangan wajib sesuai SPM Shoping List
2. SPM tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang
diterapkan di Internasional, dalam menentukan
prioritas masalah dan prioritas intervensi, dimana
WHO yang mendapat prioritas adalah yang
menimbulkan beban besar (Disease Burden) yang
diukur dengan DALY (Dissabelity Adjusted lfe years)
yang bisa diatasi dengan intervensi yang Cost Effective
2. Fragmentasi Pelayanan
Banyak pelayanan yang tidak bisa dipisah
(kontinum) seperti pelayanan KIA dengan
pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
REFORMASI
Prioritas
Masalah
Prioritas
Intervensi
LANGKAH ALTERNATIF
1.Menentukan Paket
Upaya Pelayanan
Kesehatan
1.Estimasi
kebutuhan biaya
Essensial
Local Spesific
Hitung biaya
normatif
Activity and
Input Based
Costing
Cost per
capita
Program
PAKET ESENTIALYANG
DHS Project 2002
DISARANKAN
Perencanaan dan
Penganggaran Kesehatan
Terpadu (P2KT)
Case finding
Pengobatan
SDM
Alat
Gedung
Perencanaan
Supervisi
Pengendalian
Sistim
informasi
Misal :
Promkes,
PHBS,
Lingkungan
dll
Pola Insurance
1. Kapitasi
2. Beban masyarakat kecil
3. Program and service cost
4. Pelayanan maksimal
5. Benefide package
komprehensif
6. Tergantung demand
masyarakat
7. Pelayanan katastropik untuk
penduduk miskin sulit
Kelompok
masyarakat formal
Kelompok
masyarakat
informal
Kelompok
masyarakat
miskin