Anda di halaman 1dari 24

Analisis Kebijakan Kesehatan

REFORMASI PEMBIAYAAN
KESEHATAN

PENDAHULUAN
KESEHATAN ADALAH HAK ASASI
RAKYAT
(dinyatakan dalam konstitusi)

KESEHATAN harus dimiliki,


dilindungi, menjadi hak fundamental
setiap individu

KENDALA PEMBIAYAAN
1.Jumlahnya kecil
2.Kurang biaya untuk program
promotif dan preventif
3.Kurang biaya operasional
4.Terlambat realisasi
5.Tidak dikaitkan dengan kinerja
6.Inefisiensi

Pengeluaran kesehatan di Indonesia sekitar


USD 18.00 per kapita per bulan, seharga
tidak lebih dari 3 bungkus rokok (A. Gani
2001)
Total pendanaan kesehatan tidak lebih dari
2,7 % PDB (Rekomendasi PBB 5 % PDB), 70
% berasal dari masyarakat dan 30 % berasal
dari pemerintah
Dana masyarakat merupakan out of pocket
yang tidak efektif memelihara kesehatan
dan memberatkan.

PEMBIAYAAN KESEHATAN DI INDONESIA


Pra desentralisasi
PUSAT

desentralisasi

75 %

PEMBIAYAAN

DAERAH

25 %
5 % Provinsi
20 % Kab / Kota

Belum mencapai
tingkat kebutuhan
normatif
Kurang biaya Op
Tidak fleksibel

Tidak cukup untuk mengangkat derajat kesehatan


penduduk miskin, butuh dukungan terbesar

BIAYA KESEHATAN MENINGKAT AKIBAT :


1. PENERAPAN TEHNOLOGI CANGGIH SUPPLY INDUCED
DEMAND
2. POLA FEE FOR SERVICE
3. POLA PENYAKIT (KRONIS DAN DEGENERATIF)
4. INFLASI

REFORMASI PEMBIAYAAN KESEHATAN

REFORMASI PEMBIAYAAN KESEHATAN


Tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian,
pengalokasian dan pembelanja an sumberdaya keuangan
secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang


mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan
secara berdaya-guna dan berhasil-guna untuk
meningkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya

Kemampuan pendanaan
terbatas
Dana yang tidak efektif
Biaya kesehatan
meningkat
1. Perubahan cara menghitung
kebutuhan normatif
2. Mengkaitkan anggaran
dengan kinerja
3. Penggunaan anggaran untuk
sistim insentif
4. Outsourching kegiatan kepada
lembaga non pemerintah,
dibiayai oleh pemerintah

KENDALA PENGHITUNGAN
PEMBIAYAAN
Standar Pelayanan Minimal ( SPM )
1. Tidak berdasar masalah dan kesanggupan
1. Banyak Daerah tidak sanggup melaksanakan 31
Kewenangan wajib sesuai SPM Shoping List
2. SPM tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang
diterapkan di Internasional, dalam menentukan
prioritas masalah dan prioritas intervensi, dimana
WHO yang mendapat prioritas adalah yang
menimbulkan beban besar (Disease Burden) yang
diukur dengan DALY (Dissabelity Adjusted lfe years)
yang bisa diatasi dengan intervensi yang Cost Effective

2. Fragmentasi Pelayanan
Banyak pelayanan yang tidak bisa dipisah
(kontinum) seperti pelayanan KIA dengan
pelayanan Obstetri Neonatal Emergency

3. Farmasi sebagai Pelayanan


Tersendiri
Setiap perencanaan harus dilakukan secara
terinteggrted antara dana, alat, obat dan
SDM.

4. Jenis Pelayanan dan Input


Pelayanan Campur aduk.
Pembiayaan bukan pelayanan, tapi input
pelayanan

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

KENDALA PENGHITUNGAN PEMBIAYAAN

REFORMASI

Prioritas
Masalah

Prioritas
Intervensi

Standar Pelayanan Minimal ( SPM ), perlu dikaji


ulang , dan dalam menentukan prioritas masalah
dengan prioritas intervensi masalah disusun
dengan mempertimbangkan :
1. Beban yang ditimbulkan besar yang sudah
dihitung oleh Badan Dunia dan WHO
2. Masalah tersebut dalam jangka pendek
menimbulkan kerugian ekonomi yang besar,
yang diukur dari hilangnya biaya pengobatan
dan hilangnya waktu produktif (mis : malaria,
tbc, HIV/AIDS)
3. Masalah tersebut vital dalam investasi
sumberdaya manusia (mis : KIA)
4. Ada intervensi Cost Effective untuk
mengatasinya

LANGKAH ALTERNATIF
1.Menentukan Paket
Upaya Pelayanan
Kesehatan
1.Estimasi
kebutuhan biaya

World Bank US$ 12


WHO US$ 34

Essensial
Local Spesific
Hitung biaya
normatif
Activity and
Input Based
Costing
Cost per
capita

Program

PAKET ESENTIALYANG
DHS Project 2002
DISARANKAN

Activity and Input Based Costing


Pembiayaan program (Program
Costing)
Perencanaan dan
Penganggaran Kesehatan
Terpadu (P2KT)
Perencanaan dan
Penganggaran Berbasis
Kinerja

Perencanaan dan
Penganggaran Kesehatan
Terpadu (P2KT)
Case finding
Pengobatan

SDM
Alat
Gedung

Perencanaan
Supervisi
Pengendalian
Sistim
informasi

Misal :
Promkes,
PHBS,
Lingkungan
dll

Financing policy, program /pelayanan


yang perlu dibiayai oleh dana publik
harus :
1.Bersifat public goods
2.Mempunyai eksternalitas besar
3.Cost effektive
4.Ada demand masyarakat
5.Pelayanan katastropik untuk
penduduk miskin.

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN


MASYARAKAT JPKM)
MERUPAKAN SOCIAL HEALTH INSURANCE
TAHAP AWAL : INTERVENSI PEMERINTAH
TERBATAS, CAKUPAN RENDAH, BENEFIDE
PACKAGE KECIL
SEKARANG : INTERVENSI PEMERINTAH
BESAR, CAKUPAN TINGGI, BENEFIDE
PACKAGE KOMPREHENSIF, SKALA NASIONAL

PERBEDAAN POLA INSURANCE DENGAN


PEMBIAYAAN LANGSUNG
Pembiayaan langsung
1. Fee for service
2. Beban masyarakat besar
3. Perencanaan seadanya
4. Pelayanan tidak maksimal
5. Benefide package rendah
6. Tidak tergantung demand
masyarakat
7. Pelayanan katastropik untuk
penduduk miskin sulit

Pola Insurance
1. Kapitasi
2. Beban masyarakat kecil
3. Program and service cost
4. Pelayanan maksimal
5. Benefide package
komprehensif
6. Tergantung demand
masyarakat
7. Pelayanan katastropik untuk
penduduk miskin sulit

Kelompok
masyarakat formal

Kelompok
masyarakat
informal

Kelompok
masyarakat
miskin

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN


MASYARAKAT JPKM)
PERLU DISUSUN AGENDA KEBIJAKAN YANG
JELAS
(ROADMAP SETTING)
SELURUH MASYARAKAT TERLINDUNGI JK

CONTOH SALAH SATU ROADMAP SETTING

Anda mungkin juga menyukai