Anda di halaman 1dari 25

BI Bagi Bank dalam 4 Kategori

BI juga telah mengonsultasikan kedelapan peraturan itu


dengan OJK karena kelak lembaga itulah yang akan
melaksanakan.
Bank Indonesia (BI) mengklasifikasikan kegiatan usaha bank umum
dalam empat kategori berdasarkan modal inti. Jumlah modal inti ini
akan menentukan posisi bank sebagai bank umum dalam
melaksanakan kegiatan usaha (Buku). Semakin tinggi modal inti atau
tingkat Buku yang dimiliki bank, akan semakin luas cakupan produk
dan aktivitas yang dapat dilakukan.
BI memasukkan bank dengan modal inti mulai dari Rp100 miliar
sampai di bawah Rp1 triliun dalam bank umum yang melaksanakan
kelompok kegiatan usaha 1 (Buku 1), dari Rp1 triliun sampai di bawah
Rp5 triliun dalam Buku 2, dari Rp5 triliun hingga di bawah Rp30
triliun dalam Buku 3, sedangkan bank dengan modal inti Rp30 triliun
atau lebih masuk dalam Buku 5.
Hal tersebut diatur dalam Peraturan BI tentang Kegiatan Usaha dan
Perluasan Jaringan Kantor Bank Berdasarkan Modal yang diumumkan
di Gedung BI Jakarta, Jumat (23/11) bertepatan dengan Pertemuan
Tahunan Perbankan atau Bankers Dinner.
Menurut Gubernur BI Darmin Nasution, aturan tersebut merupakan
salah satu manifestasi amanat UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 yang
menekankan agar perbankan efektif dan efisien untuk mendukung
perekonomian.
Tentunya, berbagai upaya untuk membangun perbankan yang efisien
tidak akan kita petik buahnya sekarang, tetapi nanti ketika kita harus
melebur dalam kancah persaingan di era Masyarakat Ekonomi
Asean, ujar Darmin dalam pidatonya di Bankers Dinner di Gedung BI,
Jakarta, Jumat (23/11).
Darmin menegaskan, jika perbankan nasional tidak mampu bersaing,
Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi pihak asing. Tingkat
efisiensi perbankan secara umum belum memuaskan, karena masih
banyak bank yang kegiatan operasionalnya tidak sesuai dengan
kapasitas yang dimiliki. Bahkan beroperasi di bawah skala ekonomis
sehingga tidak efisien, kata dia.
Berdasarkan kajian BI, untuk bisa mulai beroperasi dalam skala
ekonomis, suatu bank setidaknya harus memiliki modal inti Rp1
triliun. Kebutuhan modal inti tersebut akan meningkat menjadi
minimum Rp5 triliun agar bank berada dalam kondisi skala ekonomis
yang optimal.

Darmin menjelaskan, BI menyusun koridor kebijakan terkait stabilitas


sistem keuangan (SSK) dan perbankan. Terdapat tiga koridor utama
dalam koridor kebijakan tersebut, yaitu kebijakan pemeliharaan SSK,
kebijakan penguatan ketahanan dan daya saing perbankan, serta
kebijakan penguatan fungsi intermediasi.
Ketiga koridor tersebut diwujudkan dalam sejumlah peraturan,
termasuk delapan aturan yang kemarin diumumkan. Empat dari
delapan aturan tersebut masuk dalam koridor pertama atau
pemeliharaan stabilitas sistem keuangan, yaitu Penerapan Manajemen
Risiko pada Bank yang Melakukan Pemberian Kredit/Pembiayaan
Pemilikan Rumah dan Kredit/Pembiayaan Kendaraan Bermotor (LTV
dan DP).
Kemudian Pengaturan Kegiatan Usaha Bank berupa Penitipan Dengan
Pengelolaan (Trust), Penyempurnaan Ketentuan Pemenuhan Modal
Minimum (KPMM) dan Kewajiban Pemeliharaan Capital Equivalence
Main- tained Assets (CEMA), dan Penyempur naan Ketentuan Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum.
Koridor kedua, yaitu penguatan ketahanan dan daya saing perbankan,
diwujudkan dalam aturan Kepemilikan Saham Bank Umum,
Pengaturan Kegiatan Usaha dan Perluasan Jaringan Kantor Bank
Berdasarkan Modal (Multiple Licensing), dan Penyempurnaan
Ketentuan Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia (Single
Presence Policy/SPP).
Sedangkan koridor ketiga direalisasikan ke dalam dua aturan, yaitu
Peningkatan Akses Layanan Pemberian Kredit/Pembiayaan UMKM
oleh Bank Umum, serta Perluasan Akses La- yanan Keuangan Melalui
Branchless Banking.
Direktur Eksekutif Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan
BI Mulya Siregar menjelaskan, setidaknya ada lima hal yang
melatarbelakangi bank sentral menerbitkan delapan peraturan baru
tersebut. Pertama, perkembangan dan dinamika ekonomi glogal,
seperti krisis finansial Eropa, yang dipastikan akan berdampak
terhadap ekonomi Indonesia.
Kedua, untuk menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) pada 2015tahun 2020 untuk sektor keuangan, sehingga
perlu ada penguatan regulasi, daya saing, dan sumber daya manusia
(SDM) di sektor perbankan. Ketiga, untuk mempertahankan, bahkan
meningkatkan per tumbuhan ekonomi yang sudah baik, yakni di atas 6
pesen dalam beberapa tahun terakhir.
Gerakan manusia butuh
Keempat, kebutuhan untuk mengikuti standar-standar internasional.
Sedangkan kelima untuk mengantisipasi jika bonus demografi, yang
menguntungkan perekonomian tidak lagi dinikmati Indonesia. Bonus

demografi adalah ketika penduduk usia produktif menanggung lebih


sedikit usia tidak produktif, jelas Mulia.
BI juga telah mengonsultasikan kedelapan peraturan itu dengan OJK
karena kelak lembaga itulah yang akan melaksanakan, ketika
mengambil alih kewenangan pengawasan dan pengaturan bank mulai
1 Januari 2014.

Perbankan Sepakati Referensi Kurs Spot Dolar ke Rupiah


Kurs itu dibentuk atau berasal dari sejumlah bank yang
nantinya akan ditunjuk menjadi kontributor. Jadi, kurs itu
bukan dibentuk atau dipatok oleh BI
Jakarta Sejumlah bank devisa yang aktif bermain valuta asing
(valas) melakukan kesepakatan untuk pembentukan referensi kurs
spot dolar Amerika Serikat (AS) ke rupiah. Langkah tersebut
merupakan tindak lanjut dari surat penegasan Bank Indonesia (BI)
atas Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 10/37/2008 tentang
Transaksi Valuta Asing ke Rupiah.
Dalam aturan tersebut, BI mengatur pasar Forward, yang harus
dilakukan full amount dengan underlying atau delivery, sehingga
berbeda dengan Non Delivery Forward (NDF) yang menggunakan
sistem netting (pembayaran selisih). Sebab itu, sejak 2008, bank
domestik dilarang bertransaksi NDF.
Jadi dalam kesepakatan itu, ditetapkan tambahan alternatif tentang
referensi kurs yang dapat digunakan oleh pelaku pasar. Kurs itu
dibentuk atau berasal dari sejumlah bank yang nantinya akan ditunjuk
menjadi kontributor. Jadi, kurs itu bukan dibentuk atau dipatok oleh
BI, tegas Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI
Hendar di Gedung BI, Jakarta, Kamis (7/2).

Direktur Departemen Perencanaan Strategis dan Hubungan


Masyarakat BI Difi Ahmad Johansyah menjelaskan, istilah referensi
kurs yang baru tersebut, yaitu fixing spot, berpatok pada pasar spot,
namun dapat pula digunakan untuk forward. Fixing spot tersebut
lazim digunakan di beberapa negara, seperti Malaysia, Singapura,
Thailand, dan Korea Selatan.
Fixing spot ini digunakan tidak hanya untuk forward, tapi juga untuk
transaksi lain seperti utang dalam valas, kupon, dan lain-lain, ujar
Difi.
Seperti diketahui, selama ini BI mengumumkan tiga referensi kurs.
Pertama, kurs USD IDR yang dilaporkan di Bloomberg dan Reuters,
yang setiap saat bisa berubah tergantung kuotasi perbankan dan bank
yang melakukan kuotasi terakhir. Referensi kurs yang disebut Kurs
Penutupan Reuters/Bloomberg atau mark to market tersebut
diumumkan pada penutupan pasar, yaitu pukul 16.00.
Kedua, kurs BI untuk bertransaksi dengan pihak ketiga atau bank
yang melibatkan atau tanpa melibatkan banknote. Biasanya, transaksi
itu dimulai sejak pukul 09.30 hingga 09.50. Ketiga, kurs tengah atau
kurs neraca untuk kepentingan pelaporan keuangan.
Untuk fixing-nya, bank-bank yang akan melaporkan, jam berapa dan
pada referensi kurs apa yang digunakan, jadi harus dicatat bahwa
bukan BI yang menetapkannya. Pasarnya tetap merujuk pada kurs
spot USD Rupiah berdasarkan kuotasi bank-bank yang ditunjuk, jelas
Hendar.
Dalam kesempatan berbeda, Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah
menegaskan, saat ini terdapat 30 bank devisa yang aktif bertransaksi
valas dan masih dikaji apakah memang bersih dari transaksi NDF. Jika
ditemukan pelanggaran, BI akan memberikan sanksi tergantung
seberapa berat yang dilanggar.

Jadi ini akan ada kuotasiyang akan digunakan oleh bank-bank


domestik, karena selama ini kuotasi untuk kurs tidak begitu lengkap
di Indonesia akibat beberapa hal. Jadi dengan adanya kuotasi
tambahan, kami mendorong pendalaman pasar keuangan, jelas
Halim.
Kondisi tidak lengkapnya kuotasi kurs di Indonesia membuat banyak
treasury dealer di bank-bank menggunakan pasar valas luar negeri
seperti NDF sebagai referensi kurs. Hendar menilai, NDF memang
masih bisa menjadi rujukan atau referensi, sebab itu BI mendorong
munculnya referensi kurs baru seperti fixing spot yang disepakati
bank domestik.

Ini Aturan Baru BI Soal Modal Minimum Bank. Aturan itu


mengatur alokasi sejumlah modal kantor cabang bank asing
Bank Indonesia resmi mengeluarkan Peraturan BI (PBI) Nomor
14/18/PBI/2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank
Umum. Dengan aturan itu, bank wajib menyediakan modal minimum
sesuai profil risiko.
Aturan tersebut mengatur alokasi sejumlah modal kantor cabang dari
bank yang berkedudukan di luar negeri untuk ditempatkan ke dalam
instrumen keuangan tertentu. Hal ini untuk mengantisipasi dinamika
perekonomian dan sistem keuangan global.
PBI itu menjelaskan, bank wajib menyediakan modal minimum sesuai
profil risiko. Untuk itu, bank tidak hanya mampu menyerap potensi
kerugian dari risiko kredit, risiko pasar, dan operasional, melainkan
juga risiko-risiko lainnya seperti risiko likuiditas dan risiko lain yang
material. Penyediaan modal minimum sesuai profil risiko ditetapkan
paling rendah, dan dilihat dari jenis Aktiva Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR):
Untuk bank dengan profil risiko peringkat 1, maka harus menyediakan
modal minimum 8 persen dari ATMR. Sementara itu, untuk bank
dengan profil risiko peringkat 2 harus menyediakan modal minimum 9
persen sampai kurang 10 persen dari ATMR.
Selanjutnya, bank profil risiko peringkat 3 harus menyediakan modal
minimum 10 persen hingga kurang 11 persen dari ATMR. Untuk bank
profil risiko peringkat empat dan lima harus menyediakan modal
minimum 11 persen sampai 14 persen.
Penetapan peringkat faktor profil risiko itu mengacu pada ketentuan
BI mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum. Sementara itu,
untuk menghitung modal minimum sesuai profil risiko, bank
diwajibkan memilikiInternal Capital Adequacy Assessment
Process (ICAAP).
ICAAP itu mencakup pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi,
penilaian kecukupan permodalan, pemantauan dan pelaporan, serta

pengendalian internal.
Perhitungan modal minimum ini sesuai dengan profil risiko untuk
pertama kali dilakukan untuk posisi Maret 2013 dengan menggunakan
peringkat profil risiko posisi Desember 2012.
Tak hanya mengatur mengenai profil risiko bank umum, untuk kantor
cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri wajib
memenuhi Capital Equivalency Maintained Asset (CEMA) minimum
sebesar 8 persen dari total kewajiban bank pada setiap bulan dan
paling sedikit sebesar Rp1 triliun. Perhitungan CEMA minimum
dilakukan setiap bulan dan wajib dipenuhi paling lambat tanggal 6
bulan berikutnya.
Yang termasuk ke dalam aset keuangan yang dapat diperhitungjan
dalam CEMA adalah di antaranya surat berharga yang diterbitkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia, surat berharga yang diterbitkan
oleh bank lain yang berbadan hukum Indonesia, dan surat berharga
yang diterbitkan oleh korporasi berbadan hukum Indonesia, yang
memenuhi kriteria tertentu.
Kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri wajib
memenuhi CEMA minimum sebesar 8 persen dari total kewajiban
bank paling lambat pada posisi Juni 2013.
Apabila CEMA minimum lebih kecil dari Rp1 triliun, maka kantor
cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri wajib memenuhi
CEMA minimum sebesar Rp1 triliun. BI memberikan waktu paling
lambat pada hingga Desember 2017.
Peraturan Bank Indonesia ini berlaku secara efektif sejak tanggal
ditetapkan dan mencabut PBI No. 9/13/PBI/2007 tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan Memperhitungkan
Risiko Pasar dan mencabut PBI No. 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.

Mekanisme Transaksi Bank (Transaksi Tunai, Pinbuk, Kriling,


Transfer)
Kali ini saya akan menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan
oleh dosen mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan 2, Bapak
Dr.Prihantoro. Pada pertemuan kedua, selasa tanggal 31 Mei 2012,
banyak sekali hal yang dijelaskan. Pada pertemuan kedua tersebut
diantaranya membahas tentang proses kliring, transfer, call money,
dan masih banyak lagi. Berikut ini adalah penjelasan lengkapnya:
Sebelum membahas lebih jauh tentang kliring, transfer, call money,
dan lain sebagainya, saya akan menjelaskan sedikit tentang source
dan use of fund dari sebuah bank. Sebuah bank hanya berfungsi
sebagai perantara, bank akan mengumpulkan sumber dana atau
sering juga disebut sebagai source of fund dan menyalurkannya ke
masyarakat atau juga sering disebut use of fund. Source of fund bank
diperoleh dari deposit baik itu dari tabungan atau deposito, penjualan
securities berupa saham atau obligasi, dan capital (modal pemilik),
semua source of fund tersebut diletakan pada sisi liabilities bank .
Sedangkan use of fund dialirkan melalui cash reserves (cadangan
kas), loan (pemberian pinjaman), pembelian securities baik itu berupa
saham atau obligasi, dan asset lainnya. Semua use of fund diletakan
pada sisi aktiva bank tersebut. Jika asset bank tersebut bertambah
berarti debit, jika berkurang maka di kredit. Sedangkan sisi liabilities
kebalikan dari sisi asset, jika bertambah maka di kredit dan jika
berkurang di debit. Untuk lebih dapat memahami dengan jelas,
berikut adalah skemanya:

Setelah bercerita tentang use dan source of fund bank berserta


akuntansinya, sekarang saya akan lanjut menceritakan tentang
beberapa transaksi di bank seperti transaksi tunai, pinbuk, kriliring,
dan transfer. Yang pertama adalah transaksi tunai.

Transaksi Tunai

Transaksi tunai adalah transaksi yang dilakukan oleh seseorang


kepada bank secara tunai. Contohnya adalah Atun menabung uang 10
juta di Bank A, Atun meyerahkan uang tunai kepada bank. Ini disebut
transaksi tunai, transaksi tersebut akan dicatat oleh bank sebagai
berikut:

Pencatatan transaksi tunai seperti diatas karena... Tabungan


terdapat disisi liabilities bank bertambah, jika liabilities bertambah
maka di kredit. Dan kas bank pun akan bertambah, kas terdapat disisi
asset, asset bertambah maka di debit.

Pinbuk

Pinbuk adalah pemindah bukuan. Contohnya adalah Atun


memindahkan depositonya ke tabungan. Pemindahan uang dari
deposito ke tabungan ini disebut pinbuk, dan bank akan mencatat
transaksi ini sebagai berikut:

Pencatatan transaksi pinbuk seperti diatas karena... Deposito


terdapat disisi liabilities bank berkurang karena dipindahkan ke
tabungan, jika liabilities berkurang maka di debit. Dan tabungan bank
pun akan bertambah, tabungan terdapat disisi liabilities, liabilities
bertambah maka di kredit. Pinbuk ini tidak selalu harus dari deposito
ke tabungan, pemindah bukuan ini juga bisa terjadi dari pinjaman
(loan) ke tabungan. Contohnya, Atun meminjam ke bank lalu ditabung.
Jika yang terjadi seperti itu maka akan dicatat sebagai berikut:

Tabungan terdapat disisi liabilities bank bertambah, jika liabilities


bertambah maka di kredit. Dan loan bank pun akan bertambah, loan
terdapat disisi asset, asset bertambah maka di debit. Tapi, kasus
pinbuk kedua ini kemungkinannya sangat kecil terjadi, karena bunga
tabungan lebih kecil dari pada bunga loan.

Mekanisme Kriling

Transaksi selain secara tunai, dapat juga dilakukan melalui cek dan
billyet giro. Cek adalah perintah tertulis pemegang rekening giro
kepada bank supaya membayar sejumlah uang kepada siapa pun
pemegang cek tersebut, sedangkan billyet giro hanya dapat dicairkan
oleh orang yang tertera pada billyet giro itu dan si pencair itu harus
mempunyai rekening juga. Transaksi menggunakan cek dan billyet
giro ini berhubungan dengan kriling. Kriling adalah pemindahan uang
antara bank yang berbeda tapi masih dalam satu wilayah.
Kasus
1:
Joko yang mempunyai rekening giro di CITY BANK memberikan
cek senilai Rp 50 juta kepada Atun yang merupakan nasabah BANK
BNI. Joko hendak mencairkan cek tersebut di BANK BNI. Mekanisme

pencairan

cek

tersebut

adalah

sebagai

berikut:

Atun pergi ke BANK BNI dan akan mencairkan cek tersebut, BANK
BNI lalu akan mengirim nota debet keluar sebesar 50 juta ke BI (Bank
Indonesia), lalu BI akan mengirim nota debet masuk 50 juta ke CITY
BANK. Transaksi ini tidak akan berjalan jika kedua bank ini tidak
mempunyai rekening koran (simpanan) di BI atau LRR (Legal
Reserves Requirement) minimal 8% dari jumlah tabungan
masyarakat di bank itu. Jadi, rekening koran pada BI dan giro BANK
BNI akan bertambah 50 juta, sedangkan rekening koran pada BI dan
giro CITY BANK berkurang 50 juta dan Atun dapat mencairkan ceknya
di BNI.

Kasus 2:
Kasus kedua adalah kondisinya dibalik, Atun (BANK BNI) bayar
uang ke Joko (CITY BANK) sebesar Rp 100 juta lewat cek. Skemanya
adalah berikut ini:

Maka BANK BNI akan mengirim nota kredit keluar ke BI dan BI


akan mengirim nota kredit masuk 100 juta ke CITY BANK. Yang
terjadi adalah, rekening koran CITY BANK dan gironya akan
bertambah, dan rekening koran BANK BNI di BI akan berkurang
begitu juga tabungan Atun berkurang. Akuntansinya adalah sebagai
berikut:

Kasus 3, tolak kriling:


Kasus 3, berbeda dengan dua kasus sebelumnya. Disini, Joko
(CITY BANK) memberi cek kepada Atun (BANK BNI) sebesar 100 juta
tetapi ternyata rekening giro Joko kurang dari 100 juta. Saat Atun
akan mencairkan cek tersebut di BANK BNI, seperti kasus 1, BANK
BNI akan mengirim nota debet keluar ke BI, saat di BI dicek ternyata
giro Joko kurang dari yang dia tuliskan. Maka akan terjadi tolak
kriling dan Joko akan masuk ke black list. Jika terjadi tolak
kriling maka debit kredit yang terjadi di kasus 1 dan 2 tadi dibalik,
menjadi:

Melalui tiga contoh kasus diatas, kurang lebih begitulah


mekanisme kriling. Dari uraian saya tadi, kita menemukan beberapa
istilah nota yang yang dikirim oleh BI. Berikut ini adalah macammacam nota atau surat yang di kirim BI ke bank peserta kriling dan
efeknya terhadap saldo rekening koran bank tersebut pada BI.

Jika saldo R/K pada BI suatu bank plus (+) maka bank tersebut
dikatakan menang kriling. Sedangkan, jika minus (-) maka bank
tersebut kalah kriling. Kalah kriling belum tentu ngaruh ke likuiditas
Bank bersangkutan, selama bank itu belum kekurangan giro wajib
minimumnya.

Call Money

Call money adalah pinjaman bank yang kalah kriling ke bank yang
menang kriling. Call money ini biasa dilakukan untuk menutupi giro
wajib minimum bank yang kalah kriling di BI. Selain itu juga, supaya
bank yang kalah kriling itu bisa melakukan kriling, karena kalau giro
wajib minimum di BI kurang dari yang ditetapkan maka bank itu tidak
bisa melakukan kriling. Contohnya:
CITY BANK mempunyai deposit 100 juta, dan kalah kriling 2 juta.
Sementara BANK BNI mempunyai deposit 100 juta, dan menang
kriling 2 juta. Giro wajib minimum di BI 8%, Ilustrasinya seperti ini:

Nah.. penjelasan ilustrasi diatas jadi gini. Karena kalah kriling


maka sisa giro wajib minimum CITY BANK jadi 6 juta, jumlah itu

kurang dari giro wajib minimum yang seharusnya, yaitu 8 juta (8%
dari deposit). Jadi CITY BANK harus melakukan call money untuk
menutupi kekurangan giro wajib minimumnya. CITY BANK bisa
melakukan call money ke BANK BNI, karena BANK BNI punya
kelebihan saldo minimum. Untuk menutupi kekurangan CITY BANK,
dia harus melakukan call money minimal 2 juta. BANK BNI boleh
meminjamkan boleh engga, kalo meminjamkan bunganya di hitung
per malam. Di ilustrasi di atas, giro wajib minimum yang ditaruh oleh
BANK BNI yaitu 10 juta, itu melebihi giro wajib minimum yang
ditentukan yaitu 8 juta (8% dari depositnya), nah.. kelebihan tersebut
disebut dengan excess requirement atau kelebihan dari minimum.
Kalau suatu bank mempunyai rekening koran minimum di BI di bawah
ketentuan maka dia tidak bisa melakukan kriling, dan berpengaruh
sama likuiditas bank itu. Dan kalau terus menerus kalah kriling
ditambah giro wajib minimumnya selalu kurang dan ga bisa di tutupin
maka biasanya bank itu akan diakuisi.
Volatitas dana yang paling fluktuatif adalah giro, kedua adalah
tabungan, dan terakhir adalah deposito. Giro paling fluktuatif karena
giro bisa digunakan untuk bertransaksi maka dari itu lebih fluktuatif.
Sementara kefluktuatifan tabungan dipengaruhi oleh kemudahan dan
kecanggihan teknologi, dengan adanya mesin ATM dan kartu kredit.
Dan deposito cenderung lebih landai.

Portofolio Keuangan

Dalam portofolio keuangan bank, disisi asset ada cash reserves,


loan, securities, dan other assets. Dan disisi liabilities terdapat
deposit, securities, dan capital. Cash reserves disimpan dalam bentuk
kas dan rekening koran pada BI. Ada dua aturan dalam loan, aturan
pertama adalah LDR (Loan to Deposit Ratio) maksimal 110% dan
aturan kedua adalah aliran loan untuk KUK (Kredit Usaha Kecil) dan
KIK (Kredit Investasi Kecil) minimal 20%. Cara menghitung LDR
adalah:

Securities disisi assets, digunakan untuk membeli saham dan obligasi


di pasar modal, memberikan call money pada bank lain di pasar uang
antar bank, dan memberikan pinjaman holding.
Sementara disisi liabilities terdapat deposit, securities, dan capital.
Deposit didapatkan dari tabungan, giro, dan deposito masyarakat.
Sementara securities didapat dari menjual saham dan obligasi di
pasar modal, meminjam uang ke bank lain (call money) di pasar uang
antar bank, kredit likuiditas BI, dan pinjaman holding.

Transfer

Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita tidak asing lagi dengan


transfer uang. Transfer secara umum disebut sebagai amanat yang
diberikan nasabah kepada bank untuk melakukan pengiriman uang
dari satu cabang ke cabang lain pada bank yang sama atau bank lain,
untuk dibayarkan kepada rekannya secara tunai atau melalui
rekening.
Kasus 1:
Contohnya adalah, Atun yang merupakan nasabah BANK BRI
Jakarta akan mentransfer uang ke Joko yang merupakan nasabah BPD
Papua Mapi. Mekanisme terjadi transfer mereka adalah sebagai
berikut:

Jadi, untuk melakukan transfer di BRI Jakarta ke BPD Papua Mapi


uang ditransfer terlebih dahulu ke Bank BRI Makasar (tidak mesti
selalu Makasar, yang penting adalah daerah yang sama-sama ada
kantor cabang BRI dan DPD Papuanya), dari BRI Makasar terjadi
kriling ke BPD Papua Makasar, baru bisa ditransfer ke BPD Papua
Mapi.

Kasus 2:

Kasus kedua adalah transfer yang melibatkan kriling antar


daerah. Contohnya, Siti (Bank Niaga Jakarta) akan mentransfer uang
ke Ahmad (BPD Papua Mapi). Akan tetapi di Makasar ada BPD Papua
sedangkan Bank Niaga tidak ada, adanya Bank BRI. Maka, Bank
Niaga akan melakukan kriling antar daerah lewat BRI. Mekanismenya
sebagai berikut:

Transaksi Luar Negeri

Misalnya Budi yang berada di Arab (Bank of Saudi) akan


mentransfer uang ke Susi di Jakarta (BNI Jakarta). Mekanismenya
adalah sebagai berikut:

Di atas merupakan mekanisme transaksi luar negeri, transaksi


bisa dilakukan dengan cara mail transfer atau lewat bank. Jika lewat
mail transfer ditunjukan oleh panah berwarna orange, jadi Budi

menyerahkan uangnya yang akan ditransfer ke Bank of Saudi lalu


bank akan memberi Budi surat bank draft, lalu Budi mengirim bank
draft lewat pos ke Susi dan Susi dapat menukarkan bank draft ke BNI
Jakarta. Pilihan kedua adalah melalui bank, jadi Bank of Saudi akan
mengirimkan payment order ke BNI Jakarta, dan bank BNI Jakarta
akan memanggil Susi untuk mengambil uang transfer tersebut.
Transaksi luar negeri ini bisa dilakukan jika kedua bank itu memiliki
link, link tersebut disebut correspondent bank.

Pemberian Nomer Rekening Nasabah

Setiap nasabah pasti mempunyai nomer rekening yang berbeda,


penomeran rekening ini ada caranya dan mempunyai informasi yang
menunjukan jenis rekening, lokasi bank, dan nomer urut nasabah. No
rekening ini untuk mempermudah penggelompokan di neraca di asset
dan liabilities (deposit).

Saldo Akhir Hari dan Akhir Bulan

Bank selalu menghitung saldo rekening pada akhir hari dan akhir
bulan. Saldo rekening akhir hari dihitung berdasarkan transaksi yang
terjadi setiap harinya. Sementara saldo akhir bulan dihitung dari saldo
akhir hari ditambah dengan bunga. Saldo akhir bulan digunakan
sebagai saldo awal bulan berikutnya. Rekening yang dihitung
saldonya adalah tabungan dan loan/kredit.
A. Perhitungan bunga tabungan:

Perhitungan bunga dapat dilakukan berdasarkan saldo terendah,


saldo rata-rata, dan saldo harian. Perhitungan bunga berdarkan
saldo terendah dilakukan dengan cara mengalikan saldo terendah
dalam satu bulan dengan % i dan hari bunga dibagi 365 hari.
Sementara berdasarkan saldo rata-rata, yaitu dengan merata-ratakan
saldo satu bulan. Dan dengan berdarkan saldo harian yaitu dengan
cara menghitung bunga setiap hari selama sebulan lalu dijumlahkan.
Kasus:
Transaksi tabungan Atun di City Bank:

B.

Perhitungan bunga kredit:


Bunga kredit terdiri dari dua, yaitu flat dan annuitas. Bunga flat
yaitu bunga yang besarnya sama setiap bulannya, biasanya diterapkan
pada hutang jangka, investasi dan leasing jangka panjang. Sementara
bunga annuitas besar bunga yang dibayarkan tiap bulannya berbeda,
biasanya diterapkan pada credit card.
Rumus perhitungan bunga tabungan dan bunga kredit tidak berbeda
jauh. Perbedaannya terletak pada pembaginya, jika tabungan dibagi
dengan 365 hari sementara kredit dibagi 360 hari. Formulanya
adalah:

Perhitungan bunga kredit seperti bunga tabungan, bisa berdarkan


saldo terendah, saldo rata-rata, dan saldo harian. Caranya pun
sama hanya berbeda pembaginya menjadi 360 hari. Hasil
perhitungannya bisa dihitung sendiri mengikuti contoh bunga
tabungan.
Pada saat awal bulan bank selalu update saldo tabungan maupun
kredit ke portofolio bank, sementara bunga masuk ke laporan laba
rugi. Bunga tabungan dan kredit pada realnya dikurangi biaya
administrasi dan PPh.

Produk Treasury
Sistem devisa bebas (free-floating) yang diterapkan pemerintah
Indonesia saat ini memungkinkan terjadinya fluktuasi kurs yang
sangat besar. Untuk mengantisipasi kerugian akibat fluktuasi kurs
valuta asing dan untuk memudahkan / memastikan perhitungan biaya
produksi serta membuat proyeksi arus kas secara akurat, kami
menawarkan produk hedging (lindung nilai) yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan Anda. Selain itu, untuk kebutuhan jual/beli valuta
asing kami upayakan pemberian kurs yang terbaik bagi Anda. Secara
umum produk Foreign exchange yang tersedia saat ini adalah:
1. Today, Tomorrow, Spot

Today adalah transaksi pembelian atau penjualan valuta asing


lawan valuta (asing) lainnya pada hari ini dengan penyerahan
hari ini juta.

Tomorrow adalah transaksi pembelian atau penjualan valuta


asing lawan valuta (asing) lainnya pada hari ini dengan
penyerahan 1 hari kerja setelah tanggal transaksi.

Spot adalah transaksi pembelian atau penjualan valuta asing


lawan valuta (asing) lainnya pada hari ini dengan penyerahan 2
hari kerja setelah tanggal transaksi.

2. Currency Swap

Currency Swap atau sering disebut Swap adalah suatu


transaksi / kontrak untuk membeli atau menjual valuta asing
lawan valuta (asing) lainnya pada tanggal valuta tertentu
sekaligus dengan perjanjian untuk menjual atau membeli
kembali pada tanggal valuta berbeda di masa yang akan
datang, dengan harga yang ditentukan pada tanggal kontrak.
Kedua transaksi tersebut dilaksanakan sekaligus dan dengan
counterparty yang sama.

Jangka Waktu
Transaksi swap dapat dilakukan untuk jangka waktu 1 minggu
sampai dengan 1 tahun.Tujuan transaksi swapUntuk memenuhi
kebutuhan akan mata uang lokal sekaligus pembayaran hutang
dalam mata uang asing bagi anda yang menerima pinjaman
dalam mata uang asing dengan melakukan transaksi swap
Sell/buy, yaitu menjual USD lawan Rupiah pada valuta spot
(pada saat menerima pinjaman dalam mata uang asing / USD)
dan membeli kembali USD lawan Rupiah pada valuta di masa
yang akan datang (pada saat pelunasan pinjaman dalam mata
uang asing/USD).

Tujuan transaksi swap


Untuk memenuhi kebutuhan akan mata uang lokal sekaligus
pembayaran hutang dalam mata uang asing bagi anda yang
menerima pinjaman dalam mata uang asing dengan melakukan
transaksi swap Sell/buy, yaitu menjual USD lawan Rupiah pada
valuta spot (pada saat menerima pinjaman dalam mata uang
asing / USD) dan membeli kembali USD lawan Rupiah pada
valuta di masa yang akan datang (pada saat pelunasan
pinjaman dalam mata uang asing/USD).

Mekanisme transaksi swap digambarkan pada diagram di bawah ini:

Contoh kontrak swap 2 bulan, USD 1 juta lawan Rupiah


3. Forward
Transaksi Forward
adalah suatu transaksi/kontrak pembelian atau penjualan suatu valuta
asing lawan valuta (asing) lainnya pada tanggal valuta asing di masa
yang akan datang dengan rate / harga yang ditentukan sekarang
(pada tanggal kontrak).
Jangka Waktu
Transaksi forward dapat dilakukan untuk jangka waktu 1 minggu
sampai dengan 1 tahun.
Tujuan Transaksi Forward

Untuk memenuhi kebutuhan cicilan hutang dalam mata uang


asing dan mengantisipasi kecenderungan kurs valuta asing
yang meningkat, Anda dapat melakukan pembelian forward
dengan jangka waktu yang sesuai dengan jadwal pembayaran
cicilan hutang.

Untuk memenuhi kebutuhan pembayaran L/C impor dan


mengantisipasi kecenderungan kurs valuta asing yang
meningkat, importir dapat melakukan pembelian forward
dengan jangka waktu sesuai saat pembayaran L/C impor.

Untuk mengantisipasi kecenderungan kurs valuta asing yang


menurun, eksportir dapat melakukan transaksi jual forward
dengan jangka waktu sesuai dengan penerimaan pembayaran
ekspor (saat negosiasi WEB).

Mekanisme transaksi forward digambarkan pada diagram di bawah


ini:

Contoh kontrak forward 1 bulan, USD 1 juta lawan Rupiah

Anda mungkin juga menyukai