Anda di halaman 1dari 7

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian
Bancakan weton dilakukan tepat pada hari weton kita. Dalam tradisi Jawa, seseorang
harus dibuatkan bancakan weton minimal sekali selama seumur hidup. Namun akan lebih
baik dilakukan paling tidak setahun sekali. Apabila seseorang sudah merasakan sering
mengalami kesialan (sebel-sial), ketidakberuntungan, selalu mengalami kejadian buruk,
biasanya dilakukan bancakan weton selama 7 kali berturut-turut, artinya sekali bancakan
setiap 35 hari, selama 7 bulan berturut-turut.
B. Manfaat Nujuh Bulanan
Manfaat dan tujuan bancakan weton adalah untuk ngopahi sing momong, karena
masyarakat Jawa percaya dan memahami jika setiap orang ada yang momong (pamomong)
atau pengasuh dan pembimbing secara metafisik. Pamomong bertugas selalu membimbing
dan mengarahkan agar seseorang tidak salah langkah, agar supaya lakune selalu pener, dan
pas. Pamomong sebisanya selalu menjaga agar kita bisa terhindar dari perilaku yang keliru,
tidak tepat, ceroboh, merugikan. Antara pamomong dengan yang diemong seringkali terjadi
kekuatan tarik-menarik. Pamomong menggerakkan ke arah kareping rahsa, atau mengajak
kepada hal-hal baik dan positif, sementara yang diemong cenderung menuruti rahsaning
karep, ingin melakukan hal-hal semaunya sendiri, menuruti keinginan negative, dengan
mengabaikan kaidah-kaidah hidup dan melawan tatanan yang akan mencelakai diri pribadi,
bahkan merusak ketenangan dan ketentraman masyarakat. Antara pamomong dengan yang
diemong terjadi tarik menarik, Dalam rangka tarik-menarik ini, pamomong tidak selalu
memenangkan pertarungan alias kalah dengan yang diemong. Dalam situasi demikian yang
diemong lebih condong untuk selalu mengikuti rahsaning karep (nafsu). Bahkan tak jarang
apabila seseorang kelakuannya sudah tak terkendali atau mengalami disorder, sing momong
biasanya sudah enggan untuk memberikan bimbingan dan asuhan. Termasuk juga bila yang
diemong mengidap penyakit jiwa. Dalam beberapa kesempatan saya pernah nayuh si
pamomong seseorang yang sudah mengalami disorder misalnya kelakuannya liar dan bejat,
sering mencelakai orang lain, ternyata pamomong akhirnya meninggalkan yang diemong
karena sudah enggan memberikan bimbingan dan asuhan kepada seseorang tersebut.
Pamomong sudah tidak lagi mampu mengarahkan dan membimbingnya. Apapun yang
dilakukan untuk mengarahkan kepada segala kebaikan, sudah sia-sia saja.
Kebanyakan kasus pada seseorang yang mengalami disorder biasanya sang
pamomong-nya diabaikan, tidak dihargai sebagaimana mestinya padahal pamomong selalu
mencurahkan perhatian kepada yang diemong, selalu mengajak kepada yang baik, tepat,
pener dan pas. Sehingga hampir tidak pernah terjadi interaksi antara diri kita dengan yang
momong. Dalam tradisi Jawa, interaksi sebagai bentuk penghargaan kepada pamomong,
apalagi diopahi dengan cara membuat bancakan weton. Eksistensi pamomong oleh sebagian
orang dianggapnya sepele bahkan sekedar mempercayai keberadaannya saja dianggap sirik.
Tetapi bagi saya pribadi dan kebanyakan orang yang mengakui eksistensi dan
memperlakukan secara bijak akan benar-benar menyaksikan daya efektifitasnya. Kemampuan
diri kita juga akan lebih optimal jika dibanding dengan orang yang tidak pernah
melaksanakan bancakan weton. Selama ini saya mendapat kesaksian langsung dari temanteman yang saya anjurkan agar mem-bancaki wetonnya sendiri. Mereka benar-benar

merasakan manfaatnya bahkan seringkali secara spontan memperoleh kesuksesan setelah


melaksanakan bancakan weton. Hal itu tidak lain karena daya metafisis kita akan lebih
maksimal bekerja. Katakanlah, antara batin dan lahir kita akan lebih seimbang, harmonis dan
sinergis, serta keduanya baik fisik dan metafisik akan menjalankan fungsinya secara optimal
untuk saling melengkapi dan menutup kelemahan yang ada. Bancakan weton juga tersirat
makna, penyelarasan antara lahir dengan batin, antara jasad dan sukma, antara alam sadar dan
bawah sadar.
C. Tatacara Nujuh Bulanan
Setiap anak baru lahir, orang tuanya membuat bancakan weton pertama kali biasanya
pada saat usia bayi menginjak hari ke 35 (selapan hari). Bancakan weton dapat dilaksanakan
tepat pada acara upacara selapanan atau selamatan ulang weton yang pertama kali. Anak
yang sering dibuatkan bancakan weton secara rutin oleh orangtuanya, biasanya hidupnya
lebih terkendali, lebih berkualitas atau bermutu, lebih hati-hati, tidak liar dan ceroboh, dan
jarang sekali mengalami sial. Bahkan seorang anak yang sakit-sakitan, sering jatuh hingga
berdarah-darah, nakal bukan kepalang, setelah dibuatkan bancakan weton si anak tidak lagi
sakit-sakitan, dan tidak nakal lagi. Dalam beberapa kasus saya menyaksikan sendiri seorang
anak sakit panas, sudah di bawa periksa dokter tetap belum ada tanda-tanda sembuh, lalu
setelah dibikinkan bancakan weton hanya selang 2 jam sakit demannya langsung sembuh.
Inilah sekelumit contoh yang sering saya lihat dengan mata kepala sendiri persoalan di
seputar bancakan weton. Masih banyak lagi yang tak bisa saya ceritakan di sini.
Mungkin para pembaca yang budiman memiliki banyak pengalaman spiritual di seputar soal
weton, saya berharap anda berkenan untuk berbagi kisah di sini agar bermanfaat bagi kita
semua. Baiklah, pada kesempatan ini saya akan paparkan secara singkat uborampe untuk
membuat bancakan weton.
D. Bahan-bahan makanan dalam nujuh bulanan
1. Tujuh macam sayuran : kacang panjang dan kangkung (harus ada), kubis, kecambah/tauge
yang panjang, wortel, daun kenikir, bayam, dll bebas memilih yang penting jumlahnya ada 7
macam. Seluruh sayuran direbus sampai masak, tetapi jangan sampai mlonyoh, atau terlalu
matang. Agar tidak mlonyoh, setelah diangkat langsung disiram dengan air es atau cukup
disiram air dingin biasa, sehingga sayuran masih tampak hijau segar tetapi sudah matang.

Maknanya ; 7 macam sayur, tuju atau (Jawa; pitu), yakni mengandung sinergisme harapan
akan mendapat pitulungan (pertolongan) Tuhan. Kacang panjang dan kangkung tidak boleh
dipotong-potong, biarkan saja memanjang apa adanya. Maknanya adalah doa panjang rejeki,
panjang umur, panjang usus (sabar), panjang akal.
2. Telur ayam (bebas telur ayam apa saja). Jumlah telur bisa 7, 11, atau 17 butir anda bebas
menentukannya. Telur ayam direbus lalu dikupas kulitnya.
Maknanya ; jumlah telur 7 (pitu), 11 (sewelas), 17 (pitulas) bermaksud sebagai doa agar
mendapatkan pitulungan (7), atau kawelasan (11), atau pitulungan dan kawelasan (17).
3. Bumbu urap atau gudangan. Jika yang diberi bancakan weton masih usia kanak-kanak
sampai usia sewindu (8 tahun) bumbunya tidak pedas. Usia lebih dari 8 tahun bumbu
urap/gudangannya pedas. Bumbugudangan terdiri : kelapa agak muda diparut. Diberi
bumbu masak sbb : bawang putih, bawang merah, ketumbar, daun salam, laos, daun jeruk
purut, sereh, gula merah dan garam secukupnya. Kalau bumbu pedas tinggal menambah cabe
secukupnya. Kelapa parut dan bumbu dicampur lalu dibungkus daun pisang dan dikukus
sampai matang.
Maknanya : bumbu pedas menandakan bahwa seseorang sudah berada pada rentang
kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan yang penuh manis, pahit, dan getir. Hal ini
melambangkan falsafah Jawa yang mempunyai pandangan bahwa pendidikan kedewasaan
anak harus dimulai sejak dini. Pada saat anak usia lewat sewindu sudah harus belajar tentang
kehidupan yangs sesungguhnya. Karena usia segitu adalah usia yang paling efektif untuk
sosialisasi, agar kelak menjadi orang yang pinunjul, mumpuni, perilaku utama, bermartabat
dan bermanfaat bagi sesama manusia, seluruh makhluk, lingkungan alamnya.
4. Empat macam polo-poloan. Terdiri dari; 1) polo gumantung (umbi yang tergantung di
pohon misalnya; pepaya), 2) polo kependem (tertaman dalam tanah) misalnya telo
(singkong), 3) polo rambat atau yang merambat misalnya ubi jalar. 4) kacang-kacangan bisa
diwakili dengan kacang tanah. Semuanya direbus kecuali papaya. Papaya boleh utuh atau
separoh/sepotong saja.

5. Nasi Tumpeng Putih. Beras dimasak (nasi) untuk membuat tumpeng. Perkirakan
mencukupi untuk minimal 7 porsi. Sukur lebih banyak misalnya untuk 11 atau 17 porsi.
Setelah nasi tumpeng selesai dibuat dan di doakan, lalu dimakan bersama sekeluarga dan para
tetangga. Jumlah minimal orang yang makan usahakan 7 orang, semakin banyak semakin

baik, misalnya 11 orang, 17 orang. Porsi nasi tumpeng boleh dibagi-bagikan ke para tetangga
anda.
Maknanya, dimakan 7 orang dengan harapan mendapat pitulungan yang berlipat tujuh. Jika
11 orang, berharap mendapat kawelasan yang berlipat sebelas. 17 berharap mendapat
pitulungan lan kawelasan berlipat 17. Namun hal ini hanya sebagai harapan saja, perkara
terkabul atau tidak hal itu menjadi hak prerogatif Tuhan.
6. Alat-alat kelengkapan : 1) daun pisang secukupnya, digunakan sebagai alas tumpeng (lihat
gambar). 2) kalo (saringan santan) harus yang baru atau belum pernah digunakan. 3) cobek
tanah liat yang baru atau belum pernah digunakan. Cara menggunakannya lihat dalam
gambar.
7. Makanan jajan pasar. Terdiri dari makanan tradisional yang ada di pasar. Misalnya
makanan terbuat dari ketan; wajik, jadah, awug, puthu, lemper dll. Makanan yang terbuat dari
beras ; apem, cucur, mandra. Serta dilengkapi buah-buahan yang ditemui di pasar seperti
salak, rambutan, manggis, mangga, kedondong, pisang. Semuanya dibeli secukupnya saja,
jangan terlalu banyak, jangan terlalu sedikit.
Maknanya ; kesehatan, rejeki, keselamatan, supaya selalu lengket, menyertai kemanapun
pergi, dan dimanapun berada.
8. Kembang setaman (terdiri dari ; mawar merah, mawar putih, kantil, melati, kenanga).

Maknanya : kembang setaman masing-masing memiliki arti sendiri-sendiri. Misalnya bunga


mawar ; awar-awar supaya hatinya selalu tawar dari segala nafsu negatif. Bunga melati,
melat-melat ing ati selalu eling dan waspada. Bunga kenanga, agar selalu terkenang atau
teringat akan sangkan paraning dumadi. Kanthil supaya tansah kumanthil, hatinya selalu
terikat oleh tali rasa dengan para leluhur yang menurunkan kita, kepada orang tua kita,
dengan harapan kita selalu berbakti kepadanya. Kanthil sebagai pepeling agar supaya kita
jangan sampai menjadi anak atau keturunan yang durhaka kepada orang tua, dan kepada para
leluhurnya, leluhur yang menurunkan kita dan leluhur perintis bangsa.
9. Uang Logam (koin) Rp.100 atau 500, atau 1000. (Cara menyajikan lihat gambar).
10. Bubur 7 rupa : bahan dasar bubur putih atau gurih (santan dan garam) dan bubur merah
atau bubur manis (ditambah gula jawa dan garam secukupnya). Selanjutnya dibuat menjadi 7

macam kombinasi; bubur merah, bubur putih, bubur merah silang putih, putih silang merah,
bubur putih tumpang merah, merah tumpang putih, baro-baro (bubur putih ditaruh sisiran
gula merah dan parutan kelapa secukupnya).

Maknanya : bubur merah adalah lambang ibu. Bubur putih lambang ayah. Lalu terjadi
hubungan silang menyilang, timbal-balik, dan keluarlah bubur baro-baro sebagai kelahiran
seorang anak. Hal ini menyiratkan ilmu sangkan, asal mula kita. Menjadi pepeling agar
jangan sampai kita menghianati ortu, menjadi anak yang durhaka kepada orang tua.
11. Membuat teh tubruk dan kopi tubruk. Di tambah rujak degan (klamud) menggunakan air
kelapa ditambah gula merah dan garam secukupnya. Sajikan dalam gelas atau cangkir tetapi
jangan ditutup

E. Cara Menyajikan
1. Buatlah sate terdiri dari (urutkan dari bawah); cabe merah (posisi horizontal), bawang
merah, telur rebus utuh dikupas kulitnya (posisi vertical), dan cabe merah posisi vertical
(lihat dalam gambar). Sate ditancapkan di pucuk tumpeng.
Maknanya ; kehidupan ini penuh dengan pahit, getir, pedas, manis, gurih. Untuk menuju
kepada Hyang Maha Tunggal banyak sekali rintangannya. Sate ditancapkan di pucuk
tumpeng mengandung pelajaran bahwa untuk mencapai kemuliaan hidup di dunia
(kemuliaan) dan setelah ajal (surga atau kamulyan sejati) semua itu tergantung pada diri kita

sendiri. Jika meminjam istilah, habluminannas merupakan sarat utama dalam menggapai
habluminallah. Hidup adalah perbuatan nyata. Kita mendapatkan ganjaran apabila hidup kita
bermanfaat untuk sesama manusia, sesama makhluk Tuhan yang tampak maupun yang tidak
tampak, termasuk binatang dan lingkungan alamnya.
2. Nasi tumpeng dicetak kerucut besar di bawah runcing di bagian atas. Tumpeng letakkan
tepat di tengah-tengah kalo.
Maknanya ; nasi tumpeng sebagai wujud doa, sekaligus keadaan di dunia ini. Segala macam
dan ragam yang ada di dunia ini adalah bersumber dari Yang Satu. Dilambangkan sebagai
tumpeng berbentuk kerucut di atas. Makna lainnya bahwa segala macam doa merupakan
upaya sinergisme kepada Tuhan YME. Oleh sebab itu, di bagian bawah tumpeng bentuknya
lebar dan besar, semakin ke atas semakin kerucut hingga bertemu dalam satu titik. Satu titik
itu menjadi pucuk atau penyebab dari segala yang ada (causa prima) melambangkan
eksistensi Tuhan sebagai episentrum dari segala episentrum.
3. Tujuh macam sayur ditata mengelilingi tumpeng serta bumbu gudangan/urap diletakkan di
antaranya. Makna 7 macam sayur sudah saya ungkapkan di atas. Sayur di tata mengelilingi
tumpeng. Tumpeng sebagai pusatnya energy ada di tengah. Energy diisi dengan segala hal
yang positif seperti harmonisasi symbol angka 7 (nyuwun pitulungan).
4. Telur rebus boleh utuh atau dibelah menjadi dua, ditata mengelilingi nasi tumpeng (lihat
gambar).
Maknanya : telur merupakan asal muasal terjadinya makhluk hidup. dalam serat Wedhatama
karya Gusti Mangkunegoro ke IV, telur melambangkan proses meretasnya kesadaran ragawi
(sembah raga) menjadi kesadaran ruhani (sembah jiwa). Dua kesadaran itu akan
menghantarkan menjadi menusia yang sejati (sebagai kiasan dari proses menetas menjadi
anak ayam). Dalam cerita pewayangan telur juga melambangkan proses terjadinya dunia ini.
Kuning telur sebagai perlambang dari cahya sejati (manik maya), putih telur sebagai rasa
sejati (teja maya). Keduanya ambabar jati menjadi Kyai Semar. Dengan perlambang telur,
kita diharapkan selalu eling sangkan (ingat asal muasal), menghargai dan memahami
eksistensi sang Guru Sejati kita yang tidak lain adalah sukma sejati yang dilimput oleh rasa
sejati dan disinari sang cahya sejati. Inilah unsur Tuhan yang ada dalam diri kita. Dan yang
paling dekat; adoh tanpa wangenan, cedak tanpa senggolan (jauh tanpa jarak, dekat tanpa
bersentuhan). Lebih dekat dari urat leher. Inilah salah satu sang Pamomong yang kita hargai
eksistensinya melalui bancakan weton.
5. Kalo diletakkan di atas cobek (kalo dialasi dengan cobek).
Maknanya : Cobek merupakan makna dari bumi (tanah) tempak kita berpijak. Nasi tumpeng
dan segala isinya yang diletakkan dalam kalo jika tidak dialasi cobek bisa terguling. Hal ini
mensyiratkan makna hendaknya menjalani hidup di dunia ini ada keseimbangan atau
harmonisasi antara jasmani dan rohani. Antara unsur bumi dan unsur Tuhan. Antara
kebutuhan raga dengan kebutuhan jiwa, sehingga menjadi manusia sejati yang meraih
kemerdekaan lahir dan kemerdekaan batin.
6. Daun pisang dihias sedemikian rupa sesuai selera sebagai alas meletakkan tumpeng dan
sayuran. Daun yang hijau adalah lambang kesuburan dan pertumbuhan. Maknanya adalah
pengharapan doa negeri kita maupun pribadi kita selalu diberkati Tuhan sebagai negeri yang

subur makmur, ijo royo-royo, kita menjadi pribadi yang subur makmur, dapat menciptakan
kesuburan bagi alam sekitar dan kepada sesama makhluk hidup.
7. Sisa guntingan atau potongan daun pisang, hendaknya diletakkan di antara cobek dengan
kalo. Jangan lupa letakkan uang logam bersama sampah sisa potongan daun pisang. Hal ini
bermakna segala macam sampah kehidupan, sebel sial, sifat-sifat buruk ditimbun atau
dikendalikan oleh segala macam perilaku kebaikan sebagaimana tersirat di dalam seluruh isi
kalo. Uang logam merupakan perlambang dari harta duniawi. Hal ini mengandung pepeling
(peringatan) bahwasanya harta karun dan segala macam perhiasan duniawi ibarat sampah
tidak akan berharga apa-apa jika tidak digunakan sebagai sarana laku prihatin. Hal itu
menjadikan harta kita tak ubahnya seperti sampah yang mengotori kehidupan kita. Maka,
jadilah orang kaya harta yang selalu prihatin. Manfaatkan harta kita untuk memberi dan
menolong orang lain yang sangat butuh pertolongan dan bantuan, agar tangan kita lebih
mampu telungkup, agar jangan sampai kita menjadi orang-orang fakir yang telapak
tangannya selalu tengadah dan menjadi beban orang lain.
8. Kembang setaman ditaruh dalam mangkok/baskom isi air mentah. Jika ingin menambah
dengan dupa ratus / semacam dupa manten bisa dibakar sekalian pada saat merapal doa dan
japa mantra.
Setelah seluruh uborampe bancakan weton selesai dibuat. Seluruh ubo rampe bancakan
diletakkan di dalam kamar yang sedang dibancaki weton. Selanjutnya dirapal mantra dan doa,
usahakan yang merapal mantra atau doa seorang pepunden anda yang masih hidup. Misalnya
orang tua anda, bude, bulik, atau orang yang anda tuakan/hormati.

Anda mungkin juga menyukai