Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pada tahun 2010 prevalensi anak stunting 35.6 %, artinya 1
diantara tiga anak kita kemungkinan besar pendek. Sementara
prevalensi gizi kurang telah turun dari 31% (1989), menjadi 17.9%
(2010). Dengan capaian ini target MDGs sasaran 1 yaitu menurunnya
prevalensi gizi kurang menjadi 15.5% pada tahun 2015 diperkirakan
dapat dicapai.
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 35,6% anak Indonesia
stunted. Sebagai akibatnya, produktivitas individu menurun dan
masyarakat
harus
hidup
dengan
penghasilan
yang
rendah.Stunting atau penurunan tingkat pertumbuhan pada manusia
utamanya disebabkan oleh kekurangan gizi. Lebih jauh lagi,
kekurangan gizi ini disebabkan oleh rusaknya mukosa usus oleh
bakteri fecal yang mengakibatkan terjadinya gangguan absorbsi zat
gizi. Dengan demikian, peningkatan cakupan sanitasi dan perilaku
hygiene sebesar 99% dapat membantu menurunkan insiden diare
sebesar 30% dan menurunkan prevalensi stunting sebesar 2,4%.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa sanitasi buruk mengakibatkan
beragam dampak negatif, baik bagi kesehatan, ekonomi maupun
lingkungan. Saat ini, tantangan pembangunan sanitasi semakin berat
dengan adanya temuan bahwa sanitasi buruk mengakibatkan sebagian
besar generasi penerus bangsa terdiagnosa stunted. Sanitasi buruk
dan air minum yang terkontaminasi mengakibatkan diare yang
mengganggu penyerapan zat-zat gizi dalam tubuh. Akibatnya, anakanak tidak mendapatkan zat gizi yang memadai sehingga
pertumbuhan tubuh maupun otak terhambat. Sekaligus mempengaruhi
hasil dari PISA test karena kurangnya nutrisi perkembangan otak balita
di Indonesia.

1.2

Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan permasalahan yaitu:
1. Bagaimana prevalensi anak balita pendek karena kekurangan
gizi di Indonesia?
2. Bagaimana ranking prestasi belajar siswa SMP di dunia melalui
PISA test? Peringkat ke berapa Indonesia?
1

3. Bagaimana hubungan antara kedua masalah diatas?

1.3

Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah


ini yaitu :
1. Untuk mengetahui prevalensi anak balita pendek karena
kekurangan gizi di Indonesia
2. Untuk mengetahui ranking prestasi belajar siswa SMP di dunia
melalui PISA test
3. Untuk mengetahui peringkat Indonesia dalam PISA test
4. Untuk mengetahui hubungan antara kedua masalah diatas
1.4

Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait pemahaman
mengenai hubungan antara prevalensi anak balita pendek karena
kekurangan gizi di Indonesia dengan peringkat Indonesia dalam
PISA test
2. Dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran di dalam penulisan
makalah

BAB II
PEMBAHASAN
1. Stunting
1.1

Definisi Stunting

Stunting merupakan istilah para nutrinis untuk penyebutan anak


yang tumbuh tidak sesuai dengan ukuran yang semestinya (bayi
pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh yang sangat
pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau
tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting
adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau
keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak
anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah tinggi badan yang
kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan
terlambatnya
pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai
tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted
merupakan kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan
dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang untuk gizi
kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi
badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang
dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi
jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau
kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk
mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk
dan penyakit (ACC/SCN, 2000).
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama
dengan atau kurang dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah
rata-rata standar atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak anak lain seusianya (MCN, 2009) (WHO,
2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis
3

yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi
lingkungan dan keadaan sosial ekonomi.
1.2

Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak
merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa
kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini
merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan
penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang
akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Anak-anak yang
mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang,
dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu
makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan
ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan
yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie,
2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu
faktor saja seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh
banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu
sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu
sebagai berikut:
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan
zat gizi dalam makanan yaitu
karbohidrat, protein,lemak,
mineral, vitamin, dan air)
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR)
3. Riwayat penyakit

1.3

Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting


Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain
kekurangan energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis,
praktek pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan.
Prevalensi stunted meningkat dengan bertambahnya usia, peningkatan
terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak
masa lalu mencerminkan standar gizi dan kesehatan.
Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted
dan pengaruhnya antara lain sebagai berikut :
4

1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu


sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunted lebih
berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada
anak-anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam
perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu
untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan
anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak
dengan stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan
lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak
dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi
terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa
yang akan datang.
2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan
perkembanangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan
stunted
dapat
mengganggu
pertumbuhan
dan
perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah
bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai,
makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan
infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar
anak-anak dengan stunted mengkonsumsi makanan yang
berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi,
berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga
banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan
komunitas pedesaan.
3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima tahun
cenderung
menetapsepanjang
hidup,
kegagalan
pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja
dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang
stunted dan mempengaruhi secara langsung pada
kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan
peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama
berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung
menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko
lebih besar meninggal saat melahirkan.

1.4

Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ),
sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan
sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara
pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik,
5

yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis)


dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang
menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih
pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan
prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban
negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh
proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko
meningkatnya
angka
kematian,
kemampuan
kognitif,
dan
perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang
tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi
akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk
pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan
ketidakcukupan
gizi
dalam
jangka waktu panjang, yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa
zat gizi mikro.
1.5

Cara mencegah stunting


1) Mencegah stunting pada balita
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan
menangani masalah gizi di masyarakat. Memang ada hasilnya,
tetapi kita masih harus bekerja keras untuk menurunkan
prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MDs tahun
2014 tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi
kurang pada balita kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan
dengan bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan
relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat.
Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita,
maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya
masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai
remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar untuk
mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah
faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita usia
subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu,
menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah
yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita yang telah
stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak
janin dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan
kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus
mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan
suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya.
6

Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai
umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi
makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan
kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga
diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya
dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan
balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau
pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat
strategis
untuk
mendeteksi
dini
terjadinya
gangguan
pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya
balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi
lingkungan dan penyediaan sarana prasarana dan akses
keluarga terhadap sumber air terlindung, serta pemukiman yang
layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli
pangan dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan
lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada
pengetahuan dan kemampuan dalam penerapan kesehatan dan
gizi keluarganya, sehingga anak berada dalam keadaan status
gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi
dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang
mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga
merupakan cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita
stunting.
2) Mencegah stunting pada bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada
seribu hari pertama kehidupan, yaitu:
a. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi
Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan
cara terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil perlu
mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu
hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah
mengalami KurangEnergiKronis (KEK), maka perlu
diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil
tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet
tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan.
Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak
mengalami sakit.
7

Pada saat bayi lahir


Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan
begitu bayi lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu
(ASI) saja (ASI Eksklusif).

Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun


Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus
dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi
dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia,
imunisasi dasar lengkap.

Perilaku hidup bersih dan sehat


diupayakan oleh setiap rumah tangga.

(PHBS)

harus

b. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi


Kebutuhan gizi masa hamil
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil,
kebutuhan gizinya dipergunakan untuk kegiatan rutin
dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta
menjaga keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di
samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan
gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu
janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae. Ibu hamil
dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga
kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi.
Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah
makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau
pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu
tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses
pertumbuhan itu.

Kebutuhan gizi ibu saat menyusui


Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih
besar dibanding dengan ibu hamil, akan tetapi
kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi
tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang
bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta
tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan
flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi
pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh tadi,
8

akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air


dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang
menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 22,5 liter
(8-10 gelas) air sehari, di samping bisa juga ditambah
dengan minum air buah.

1.6

Kebutuhan gizi bayi 0-12 bulan


Pada usia 0 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air
Susu Ibu (ASI). ASI adalah makanan terbaik bagi bayi
mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan.
Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin
setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui
selama minimal 20 menit pada masing-masing
payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila
hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi
menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI
sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 2 liter perhari.

Kebutuhan gizi anak 1-2 tahun


Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai
melambat tetapi perkembangan motorik meningkat,
anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan
cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan
sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering
mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap
penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak
butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh
kembangnya optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan.
Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara
bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi makanan
harus diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak
menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat
pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya
asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa efek
samping.

Zat
Gizi
Mikro
yang
Berperan
untuk
Menghindari Stunting (Pendek)
a) Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi,
pembekuan darah dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber
9

kalsium antara lain : ikan teri kering, belut, susu, keju, kacangkacangan.
b) Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid
mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
Yodium juga penting untuk mencegah gondok dan kekerdilan.
Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang, dan kerang.
c) Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka,
fungsi kekebalan dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki.
Bahan makanan sumber zink : hati, kerang, telur dan kacangkacangan.

d) Zat besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan
otak, dan metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati,
telur, ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
e) Asam folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan
pertumbuhan sel, memproduksi sel darah merah dan mencegah
anemia. Sumber asam folat antara lain : bayam, lobak, kacangkacangan, serealia dan sayur-sayuran.
1.7

Usaha pemerintah dalam masalah stunting


Selama ini pemerintah sudah berusaha mengurangi Gizi buruk,
terutama pertumbuhan yang terhambat, merupakan sebuah masalah
kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Untuk mengatasi
tantangan itu, UNICEF mendukung sejumlah inisiatif di tahun 2012
untuk menciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi. Ini
meliputi peluncuran Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up
Nutrition SUN) dan mendukung pengembangan regulasi tentang
pemberian ASI eksklusif, rencana nasional untuk mengendalikan
gangguan kekurangan iodine, panduan tentang pencegahan dan
pengendalian parasit intestinal dan panduan tentang suplementasi
multi-nutrient perempuan dan anak di Klaten, Jawa Tengah.
Manajemen masyarakat tentang gizi buruk akut dan pemberian
makan bayi dan anak menjelma menjadi sebuah paket holistic untuk
10

menangani gizi buruk, sementara pengendalian gizi anak dan malaria


ditangani bersama untuk mencegah pertumbuhan yang terhambat
(stunting) (Laporan Tahuna Unicef Indonesia, 2012).
Untuk membantu pemerintah dalam melakukan perbaikan gizi
pada balita stunting, menurut Unicef Indonesia perhatian khusus
harus diberikan pada:
1. Penciptaan dan penguatan mekanisme koordinasi nasional dan
daerah untuk mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional
Pangan dan Gizi, dan untuk melakukan koordinasi dengan sektorsektor non-gizi.
2. Pengembangan,
pemantauan
dan
penegakan
peraturan
nasional untuk mengawasi pemasaran produk pengganti ASI.
3. Revisi standar minimal pelayanan kesehatan untuk mencakup
aksi-aksi dan sasaran gizi,seperti aksi-aksi yang berhubungan
dengan konseling gizi, makanan pendamping ASI dan gizi ibu.
4. Penguatan sistem informasi kesehatan untuk meningkatkan
keandalan data, promosi pengawasan suportif terhadap program
kesehatan dan gizi, dan promosi penggunaan data oleh petugas
kesehatan secara terus-menerus untuk meningkatkan dampak
program.
5. Penguatan program fortifikasi pangan nasional dengan
memperbarui standar fortifikasiuntuk terigu, pengharusan
fortifikasi minyak, dan peningkatan penegakan legislasi yang ada
tentang iodisasi garam.
6. Implementasi langkah-langkah untuk merekrut, mengembangkan
dan mempertahankan ahli gizi yang memenuhi syarat, termasuk
insentif bagi mereka yang bekerja di daerah-daerah yang kurang
terlayani.

11

1.8

Gambar prevalensi anak balita pendek karena kekurangan gizi


di Indonesia

12

13

2. PISA Test
2.1

Gambaran Singkat PISA Test

PISA merupakan singkatan dari Programme Internationale for


Student Assesment yang merupakan suatu bentuk evaluasi kemampuan
dan pengetahuan yang dirancang untuk siswa usia 15 tahun (Shiel,
2007). PISA sendiri merupakan proyek dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang pertama kali diselenggarakan
pada tahun 2000 untuk bidang membaca, matematika dan sains. Ide
utama dari PISA adalah hasil dari sistem pendidikan harus diukur dengan
kompetensi yang dimiliki oleh siswa dan konsep utamanya adalah literasi
(Neubrand, 2005).
PISA dilaksanakan setiap tiga tahun sekali, yaitu pada tahun 2000,
2003, 2006, 2009, dan seterusnya. Sejak tahun 2000 Indonesia mulai
sepenuhnya berpartisipasi pada PISA. Pada tahun 2000 sebanyak 41
negara berpartisipasi sebagai peserta sedangkan pada tahun 2003
menurun menjadi 40 negara dan pada tahun 2006 melonjak menjadi 57
negara. Jumlah negara yang berpartisipasi pada studi ini meningkat pada
tahun 2009 yaitu sebanyak 65 negara. PISA terakhir diadakan pada tahun
2012, dan laporan mengenai hasil studi ini belum dirilis oleh pihak OECD.
14

Dalam melakukan studi ini, setiap negara harus mengikuti prosedur


operasi standar yang telah ditetapkan, seperti pelaksanaan uji coba dan
survei, penggunaan tes dan angket, penentuan populasi dan sampel,
pengelolaan dan analisis data, dan pengendalian mutu. Desain dan
implementasi studi berada dalam tanggung jawab konsorsium
internasional yang beranggotakan the Australian Council for Educational
Research (ACER), the Netherlands National Institute for Educational
Measurement (Citogroep), the National Institute for Educational Policy
Research in Japan (NIER), dan WESTAT United States.
2.2

Hasil PISA Test pada tahun 2012

15

3. Hubungan antara prevalensi anak balita pendek


akibat kurang gizi di Indonesia dengan hasil PISA Test
Dengan terjadinya masalah stunting akibat kekurangan gizi ini dapat
menyebabkan peningkatan faktor resiko angka kematian, kemampuan
kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi
tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Selain itu gagal
tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan
berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit diperbaiki seperti
16

kurangnya perkembangan otak yang nantinya dapat menyebabkan


kurangnya daya tangkap dan daya pikir otak sehingga pada nantinya
anak Indonesia akan lebih tertinggal dibanding anak dari negara lain
yang memiliki nutrisi gizi yang cukup. Contohnya seperti hasil dari PISA
Test ini yang menyebabkan anak Indonesia berada pada peringkat 64
dari 65 negara yang berpartisipasi dalam test ini. Oleh karena itu,
pentinglah bagi Indonesia untuk memperbaiki kebutuhan gizi pada
saat sekarang ini.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
17

Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<2SD), ditandai dengan
terlambatnya pertumbuhan anak yang
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal
dan sehat sesuai usia anak. PISA - Program for International Student
Assessment merupakan salah satu program kerjasama di beberapa
negara yang tergabung dengan OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) untuk melihat perbandingan kemampuan
akademis siswa berumur 15 tahun di berbagai negara dalam bidang
matematika, sains, dan membaca. Jadi hubungan antara masalah
prevalensi anak pendek akibat kekurangan gizi di Indonesia dengan
PISA Test dapat berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit
diperbaiki seperti kurangnya perkembangan otak yang nantinya dapat
menyebabkan kurangnya daya tangkap dan daya pikir otak sehingga
pada nantinya anak Indonesia akan lebih tertinggal dibanding anak
dari negara lain yang memiliki nutrisi gizi yang cukup.
3.2

Saran
Adapun saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini,
kepada rekan-rekan mahasiswa agar sebagai pembelajar bukan hanya
mentransfer ilmu tapi juga mendidik pemelajar agar memiliki moral
dan tanggung jawab dalam bersikap maupun bertindak. Supaya
pembelajar dapat menjadi contoh bagi pemelajar.

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset


Kesehatan Dasar 2013.
18

Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef


Indonesia. Oktober 2012.
http://adindascabiosa.blogspot.com/2014/04/makalah-masalah-gizipenyebab-stunting.html
http://dhanymatika.wordpress.com/2013/09/02/pisa-programmeinternationale-for-student-assesment/

19

Anda mungkin juga menyukai