Anda di halaman 1dari 8

Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Umbi Lokal Inferior Maratirrosyidah, dkk

Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.594-601, April 2015

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SENYAWA BIOAKTIF UMBI-UMBIAN LOKAL


INFERIOR: KAJIAN PUSTAKA
Antioxidant Activity of Bioactive Compounds of Local Inferior Tubers:
A Review
Rahmatul Maratirrosyidah1*, Teti Estiasih1
1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang
Jl. Veteran, Malang 65145
*Penulis Korespondensi, Email: rahmarosyidah@rocketmail.com
ABSTRAK
Stres oksidatif merupakan salah satu penyebab terjadinya berbagai penyakit
degeneratif di Indonesia. Stres oksidatif merupakan kondisi ketika produksi senyawa radikal
bebasatau senyawa radikal bebas lebih besar daripada jumlah antioksidan dalam tubuh.
Stres oksidatif tersebut dapat dihambat dengan adanya antioksidan. Gembili, gadung, ubi
kelapa, garut, dan kimpul merupakan umbi-umbian lokal inferior Indonesia yang tinggi
karbohidrat dan tersebar luas di Indonesia, namun pemanfaatannya masih terbatas. Selain
mengandung karbohidrat tinggi, kelima jenis umbi tersebut mengandung senyawa bioaktif
seperti dioscorin, diosgenin, dan fenol yang dapat berfungsi sebagai antioksidan.
Kata kunci: Antioksidan, Dioscorin, Diosgenin, Fenol, Umbi-umbian lokal
ABSTRACT
Oxidative stress is one that causes some degenerative illness in Indonesia. Oxidative
stress is a condition when free radical production in human body is higher than antioxidant
production. Free radical can be scavenged by the presence of antioxidant. Lesser yam, wild
yam, water yam, arrowroot, and cocoyam are high-carbohydrate inferior local tubers that
widely spreaded in Indonesia, yet the use of those tubers is still limited. Beside their high
carbohydrate component, there are also some bioactive compounds in inferior local tubers
such as dioscorin, diosgenin, and phenolic compounds. Those bioactive compounds are
reported to have some antioxidant activity.
Keywords: Antioxidant, Dioscorin, Diosgenin, Phenolic compounds, Inferior local tubers
PENDAHULUAN
Stres oksidatif terbukti memiliki peranan penting dalam proses terbentuknya berbagai
penyakit berbahaya seperti stroke dan jantung koroner. Stres oksidatif merupakan kondisi
ketidakseimbangan antara prosuksi senyawa turunan oksigen (ROS) atau senyawa radikal
bebas dengan antioksidan, dimana jumlah senyawa radikal bebas lebih banyak daripada
jumlah antioksidan dalam tubuh [1]. Sementara antioksidan sendiri merupakan senyawa
kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga
reaksi radikal bebas dapat terhambat[2]. Gembili, gadung, ubi kelapa, garut, dan kimpul
merupakan umbi-umbian lokal inferior yang banyak tersedia di Indonesia, namun
ketersediaan tersebut tidak berbanding lurus dengan pemanfaatannya. Umbi-umbian lokal
inferior tersebut selain mengandung karbohidrat yang tinggi juga mengandung sejumlah
senyawa bioaktif yang memiliki efek fisiologis sebagai antioksidan. Senyawa bioaktif yang
terdapat pada umbi-umbian lokal inferior tersebut adalah dioscorin, diosgenin, dan fenol.
Ketiga jenis senyawa bioaktif ini telah terbukti memiliki kemampuan dalam menangkal
radikal bebas.
594

Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Umbi Lokal Inferior Maratirrosyidah, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.594-601, April 2015
Stres Oksidatif dan Radikal Bebas
Stres oksidatif banyak terbukti memiliki peranan penting dalam proses terbentuknya
beberapa penyakit berbahaya seperti stroke dan jantung koroner. Stres oksidatif ini secara
terminologi berarti suatu keadaan ketidakseimbangan antara produksi senyawa turunan
oksigen (ROS) dengan antioksidan, dimana jumlah senyawa turunan oksigen lebih banyak
daripada antioksidan. Jika jumlah ROS melebihi kemampuan antioksidan intrasel dalam
menetralkannya, maka hal ini sangat potensial menyebabkan kerusakan sel [1].Senyawa
turunan oksigen atau Reactive Oxygen Species (ROS) dikelompokkan menjadi dua yaitu
kelompok ROS radikal bebas dan kelompok ROS nonradikal. Kelompok radikal bebas terdiri
dari radikal superoksida (O2-), radikal hidroksil (OH-), dan radikal peroksil (RO2-). Sementara
kelompok nonradikal terdiri dari hidrogen peroksida (H2O2) dan peroksida organik (ROOH)
[3].
Stres oksidatif menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap lemak, protein, dan DNA.
ROS dapat memicu proses peroksidasi terhadap lipid. Peroksidasi lipid ini juga bertanggung
jawab terhadap perusakan jaringan tubuh in vivo, sehingga dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit seperti kanker, inflamasi, arterosklerosis, dan proses penuaan. Peroksidasi
lipid dalam membran sel akan sangat mengganggu fungsi membran, menimbulkan
kerusakan yang irreversible terhadap fluiditas dan elastisitas membran, yang dapat
menyebabkan membran sel putus [4].Peroksidasi lipid paling banyak terjadi di membran sel,
terutama pada asam lemak tidak jenuh yang merupakan komponen penting penyusun
membran sel [5]. Proses peroksidasi lipid ini pada akhirnya mengakibatkan terputusnya
asam lemak menjadi berbagai senyawa yang toksik terhadap sel, seperti malondialdehid
(MDA) dan 9-hidroksi nonenal. MDA yang dihasilkan kemudian dilepaskan ke darah,
mengakibatkan kadar MDA serum darah meningkat [6].

Gambar 1. Reaksi Umum Oksidasi Asam Lemak [7]


Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih
elektron kepada radikal bebas, sehingga reaksi radikal bebas dapat terhambat. Antioksidan
juga dapat diartikan sebagai bahan atau senyawa yang dapat menghambat atau mencegah
terjadinya oksidasi pada substrat atau bahan yang dapat teroksidasi, walaupun memiliki
jumlah yang sedikit dalam makanan atau tubuh jika dibandingkan dengan substrat yang
akan teroksidasi[2].
Berkaitan dengan reaksinya di dalam tubuh, status antioksidan merupakan
parameter penting untuk memantau kesehatan seseorang. Tubuh manusia memiliki sistem
antioksidan untuk menangkal reaktivitas radikal bebas, yang secara berlanjut dibentuk
sendiri oleh tubuh. Jika jumlah senyawa oksigen reaktif ini melebihi jumlah antioksidan
dalam tubuh, kelebihannya akan menyerang komponen lipid, protein, maupun DNA
sehingga mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang disebut dengan stres oksidatif [2].
Antioksidan di dalam sel dibedakan menjadi dua, yaitu antioksidan enzimatik dan
nonenzimatik. Antioksidan enzimatik memiliki sifat preventif (pencegahan), terdiri dari
superoxide dismutase (SOD), catalase, dan glutathion peroxidase. Sementara antioksidan
nonenzimatik memiliki sifat memecah rantai akibat peroksidasi lipid. Antioksidan
nonenzimatik ini digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu yang larut dalam lemak
(tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan birilubin), larut dalam air (asam askorbat, asam
urat, protein pengikat logam, dan protein pengikat heme) [2]. Selain itu, dikenal juga

595

Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Umbi Lokal Inferior Maratirrosyidah, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.594-601, April 2015
antioksidan sintetik sepirti Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), propel
galat, tert-butil hidroksi quinon (TBHQ) [8].
Gembili
Gembili (Dioscorea esculenta) atau lesser yam merupakan umbi yang termasuk
dalam suku gadung-gadungan atau Dioscoreceae. Umbi ini tumbuh merambat dengan daun
berwarna hijau dan batang agak berduri. Gembili memiliki bentuk menyerupai ubi jalar,
berwarna coklat, dengan ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa [9]. Gembili
mengandung senyawa bioaktif fenol, yang merupakan senyawa yang berperan dalam reaksi
pencoklatan. Kadar fenol pada umbi gembili sebesar 0.79 0.07 g/100g [10]. Selain
mengandung senyawa bioaktif fenol, gembili juga mengandung senyawa diosgenin sebesar
2.77 mg/100g bahan pada umbinya, dan ketika diolah menjadi tepung kadarnya meningkat
menjadi 150.44 mg/100g bahan [11]. Terdapat pula senyawa bioaktif dioscorin sebesar
0.77% pada umbi gembili dan ketika diolah menjadi tepung kadarnya meningkat menjadi
2.04% [11].

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Tabel 1. Kandungan Gizi Umbi Gembili tiap 100 gram


Kandungan Gizi (Satuan)
Jumlah per 100 g Bahan
Energi (kkal)
131
Protein (g)
1.1
Lemak (g)
0.2
Karbohidrat (g)
31.3
Serat (g)
6.3
Abu (g)
1.0
Kalsium (mg)
14
Fosfor ( mg)
56
Besi (mg)
0.6
Karoten total (mg)
Vitamin A (SI)
Vitamin B1 (mg)
0.08
Vitamin C (mg)
4
Air (g)
66.4
Bdd (%)
85
Sumber: [12]

Gadung (Dioscorea hispida Dennst)


Gadung (Dioscorea hispida dennst) merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang
tergolong dalam family Dioscoreaceae. Gadung merupakan jenis umbi batang yang
dihasilkan dari tumbuhan dan termasuk salah satu kerabat talas. Tumbuhan gadung
memiliki morfologi daun sirih dan batangnya menghasilkan umbi ke dalam tanah seperti
singkong. Sama halnya dengan jenis umbi-umbian yang lain, gadung memiliki kandungan
karbohidrat yang tinggi, sehingga sangat potensial digunakan sebagai sumber karbohidrat
nonberas[13].
Gadung mengandung salah satu senyawa merugikan berupa glukosida sianogenik,
merupakan prekursor sianida pada gadung yang bila terpecah secara sempurna akan
menjadi asam sianida bebas yang berbahaya bagi kesehatan [15]. Pemecahan glukosida
sianogenik menjadi sianida ini terjadi akibat bantuan enzim endogenous yang secara alami
terdapat pada gadung yakni -glukosidase, liase, dan oxinitrilase [16]. Selain mengandung
senyawa merugikan, gadung juga mengandung sejumlah senyawa bioaktif yang dapat
berfungsi sebagai antioksidan, yaitu diosgenin dan fenol. Kadar diosgenin umbi gadung
mencapai 2.33 mg/100g bahan pada umbinya, dan ketika diolah menjadi tepung kadarnya
meningkat menjadi 28.80 mg/100g bahan [17]. Sementara itu, total fenol pada umbi gadung
sebesar 0.08 0.05 mg GAE/mg [18].

596

Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Umbi Lokal Inferior Maratirrosyidah, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.594-601, April 2015

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Tabel 2. Kandungan Gizi Umbi Gadung tiap 100 gram


Jumlah per 100 g Bahan
Kandungan Gizi (Satuan)
Umbi Gadung
Umbi Gadung
Mentah
Kukus
Kalori (kkal)
100
88
Protein (g)
0.9
0.6
Lemak (g)
0.3
0.3
Karbohidrat (g)
23.5
20.9
Serat (g)
2.1
0.9
Abu (g)
0.9
0.8
Kalsium (mg)
79
26
Fosfor (mg)
66
47
Fe (mg)
0.9
0.4
Vitamin A (SI)
Vitamin B1 (mg)
0.23
0.03
Vitamin C (mg)
1.9
Air (g)
74.4
77.4
Sumber: [14]

Ubi Kelapa
Ubi kelapa (Dioscorea alata L, syn. D. atropurpurea Robx) merupakan komoditas
umbi-umbian yang sangat beragam varietasnya. Ubi kelapa dikenal juga dengan nama uwi.
Ubi kelapa memiliki daun tunggal berbentuk jantung, dengan umbi bulat diliputi ramburt akar
yang pendek dan kasar. Daging ubi kelapa berwarna kuning, kadang ungu keras, dan
sangat bergetah. Selain membentuk umbi di dalam tanah, tumbuhan ini juga membentuk
umbi pada ketiak daun yang disebut umbi gantung atau bulbil, yang memiliki rasa lebih enak
jika dibandingkan dengan umbi tanahnya. Selain digunakan sebagai bahan pangan
pengganti nasi, ubi kelapa juga dimanfaatkan sebagai obat tradisional [19].

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Tabel 3. Kandungan Gizi Ubi Kelapa tiap 100 gram


Kandungan Gizi (Satuan)
Jumlah per 100 g Bahan
Kalori (kkal)
101
Protein (g)
2.0
Lemak (g)
0.2
Karbohidrat (g)
19.8
Kalsium (mg)
45
Fosfor (mg)
280
Besi (mg)
1.8
Vitamin B1 (mg)
0.1
Vitamin C (mg)
9.0
Air (g)
75
Sumber: [20]

Ubi kelapa dikenal sebagai tanaman yang memiliki getah dan lendir. Sebagian besar
senyawa getah yang keluar dari permukaan potongan ubi kelapa adalah senyawa alkaloid
[21]. Getah yang menetes ketika permukaan ubi kelapa dipotong merupakan senyawa
glikoprotein [22]. Beberapa varietas ubi kelapa juga mengandung dioscorin (C6H12O2N).
Kadar dioscorin pada ubi kelapa sebesar 0.22% pada umbi dan ketika diolah menjadi
tepung ubi kelapa, kadar dioscorinnya meningkat menjadi sebesar 3.34%, sementara kadar
diosgeninnya adalah sebesar 82.39 mg/100 g bahan [23]. Senyawa bioaktif lain yang ada
pada ubi kelapa adalah fenol. Kadar fenol pada ubi kelapa adalah sebesar 0.68 0.04
g/100g [24].

597

Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Umbi Lokal Inferior Maratirrosyidah, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.594-601, April 2015
Garut
Garut merupakan umbi yang berasal dari Amerika Tropis dan dapat tumbuh baik
pada tanah dengan drainase baik dan keasaman rendah. Tanaman ini umumnya tumbuh
normal pada ketinggian 900 m dari permukaan laut, tetapi akan tumbuh lebih baik pada
daerah dekat laut dengan ketinggian 60-90 m dari permukaan laut. Kandungan karbohidrat
umbi garut yang tinggi menjadikan garut potensial digunakan sebagai komoditas pengganti
beras. Namun sayangnya tanaman ini belum dibudidayakan secara intensif [25]. Umbi garut
mengandung senyawa bioaktif fenol yang dapat berfungsi sebagai antioksidan yaitu sebesar
0.15 g/100 g [26].

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Tabel 4. Kandungan Gizi Umbi Garut tiap 100 gram


Kandungan Gizi (Satuan)
Jumlah per 100 g Bahan
Energi (kkal)
334
Protein (g)
9.7
Lemak (g)
3.5
Karbohidrat (g)
73.4
Kalsium (mg)
28
Fosfor (mg)
311
Fe (mg)
5.3
Karoten
Vitamin B1 (mg)
0.51
Vitamin C (mg)
Sumber: [27]

Kimpul
Kimpul merupakan kelompok tumbuhan berbunga Angiospermae yang berkeping
satu atau Monocotylae. Umumnya umbi kimpul hanya dapat tumbuh di tempat yang tidak
becek dan memerlukan pengairan cukup. Umbi kimpul merupakan tumbuhan menahun yang
mempunyai umbi batang maupun batang palsu yang sebenarnya adalah tangkai daun.
Umbinya digunakan sebagai bahan makanan dengan cara direbus. Ada 4 jenis kimpul yang
dibudidayakan di Indonesia yaitu kimpul hitam, hijau, belitung, dan kimpul haji [28].

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Tabel 5. Kandungan Gizi Umbi Kimpul tiap 100 gram


Kandungan Gizi (Satuan)
Jumlah per 100 g Bahan
Energi (kkal)
145
Protein (g)
1.2
Lemak (g)
0.4
Hidrat arang (g)
34.2
Kalsium (mg)
26
Fosfor (mg)
54
Fe (mg)
1.4
Karoten
0
Vitamin B1 (mg)
0.1
Vitamin C (mg)
2
Air (g)
63.1
Abu (g)
1
Sumber: [29]

Umbi kimpul mengandung senyawa bioaktif berupa diosgenin dan fenol. Kandungan
diosgenin pada umbi kimpul sebesar 8.3x10-4 mg/100 g bahan pada umbinya, dan ketika
diolah menjadi tepung kadarnya meningkat menjadi 0.02 mg/100g bahan [30]. Sementara
kadar fenol pada umbi kimpul adalah sebesar 0.32 g/100 g [31].

598

Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Umbi Lokal Inferior Maratirrosyidah, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.594-601, April 2015
Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Dioscorin
Dioscorin merupakan senyawa alkaloid larut air yang merupakan merupakan protein
yang terdapat dalam umbi tanaman tropis dari keluarga Dioscorea spp..Selain berfungsi
sebagai cadangan protein pada umbi yam, dioscorin juga menunjukkan adanya akivitas
penghambatan tripsin dan carbonic anhydrase, berfungsi sebagai senyawa
immunomodulatory, serta berfungsi menghambat angiotensin converting enzyme (ACE)
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah [32; 33]. Dioscorin yang telah
dimurnikan juga memperlihakan aktivitas antioksidan terhadap penangkapan radikal bebas
[34].
Berdasarkan hasil penelitian, penangkapan radikal bebas oleh 32kDa dioscorin
ditunjukkan dari kemampuan dioscorin sebagai radicalscavenger terhadap DPPHdan radikal
hidroksil [35]. Kemampuan penghambatan pembentukan radikal bebas hidroksil oleh
dioscorin diperoleh melalui penghambatan terjadinya reaksi Fenton. Radikal hidroksil
diperoleh dari transisi ion logam (Cu dan Fe) melalui reaksi Fenton. Kehadiran dioscorin
menyebabkan pembentukan ion logam penyebab terjadinya reaksi Fenton lambat atau
bahkan gagal terjadi sehingga pembentukan radikal hidroksil lambat atau bahkan gagal
terjadi pula. Selain itu, diosgenin juga mampu mengurangi bahaya radikal hidroksil terhadap
sel [36].
Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Diosgenin
Secara struktur, diosgeninmerupakan spirostanol saponin yang tersusun atas gula
hidrofilik yang terikat dengan aglikon steroid hidrofobik [37]. Diosgenin banyak digunakan
sebagai bahan baku industri pembuatan obat steroid dan dilaporkan memiliki efek
hipokolesterolemik dengan menekan penyerapan kolesterol dan meningkatkan sekresi
kolesterol [38].
Diosgenin memiliki efek hipoglikemik melalui peningkatan aktivitas lactase, maltase,
dan glucose-6-phosphate. Diosgenin juga memiliki sifat antioksidan dengan meningkatkan
resistensi kerusakan limfosit DNA terhadap senyawa oksidatif, meningkatkan sekresi
kolesterol dan lemak dari dalam empedu, memiliki aktivitas anti-aging, serta menghambat
pertumbuhan sel kanker [39]. Penelitian menunjukkan bahwa diet yang mengandung
diosgenin dapat mengurangi kerusakan akibat peroksidasi lipid di otak mencit [40].
Sementara penelitian lain menunjukkan bahwa diosgenin membawa peran penting dalam
memecah rantai peroksidasi lipid dan melindungi dari kerusakan okskdatif terhadap PUFA
[41].
Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Fenol
Fenol merupakan metabolit sekunder yang memiliki setidaknya satu cincin atomatis
(C6) dan mengandung satu atau lebih gugus hidroksil. Fenol dibagi dalam beberapa grup,
dan dibedakan berdasarkan jumlah atom karbon utamanya. Beberapa senyawa yang
termasuk dalam golongan senyawa fenolik antara lain fenol sederhana, lignin, antrakuinon,
flavonoid, tannin, dan fenol propanoid. Fenol sederhana memiliki kelarutan yang terbatas
dalam air dan bersifat asam [42]. Semua jenis senyawa fenolik ditemukan dalam tanaman
dalam bentuk ikatan ester dengan glukosa dan karbohidrat lain (glikosida) atau dalam
bentuk aglikon bebas [43].Fungsi senyawa fenol sebagai antioksidan dilihat dari
mekanismenya mendonorkan electron [44]. Penelitian lain menunjukkan bahwa fungsi fenol
sebagai antioksidan berkaitan dengan kemampuannya dalam penangkapan radikal berupa
DPPH, radikal hidroksil, dan radikal superoksida [45].
SIMPULAN
Senyawa bioaktif yang ada pada umbi-umbian lokal inferior gembili, gadung, ubi
kelapa, garut dan kimpul yaitu dioscorin, diosgenin, dan fenol memiliki fungsi sebagai
antioksidan. Fungsi antioksidan dari beberapa senyawa bioaktif yang ada dalam umbiumbian lokal inferior ini diharapkan mampu menangkal radikal bebas dalam tubuh.
599

Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Umbi Lokal Inferior Maratirrosyidah, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.594-601, April 2015
DAFTAR PUSTAKA
1)
2)
3)

4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)

11)

12)
13)

14)
15)
16)
17)

18)
19)

20)
21)
22)
23)

24)

25)

Robbins, R.L., R.S. Cotran, and Vinay K. 1999. Basic Pathologic of Disease.
W.B.Saunders Company. Toronto
Winarsih. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius : Yogyakarta
Halliwell, B. and Whiteman, M. 2004. Measuring Reactive Species and Oxidative
Damage In Vivo and in Cell Culture: How Should You Do It and What do The Results
Mean? Br J Pharmacol 142, 231-55
Szocs, K. 2004. Endothelial Dysfunction and Reactive Oxygen Species Production in
Ischemia/Reperfusion and Nitrate Tolerance. GenPhysiol Biophys 23, 265-295
Sikka, S., Rajasekaran, M., and Hellstrom, W.J.G. 1995. Role of Oxidative Stress and
Antioxidants in Male Infertility. Journal of Andrology 16, 8-464
Powers, S.K., and Jackson, M.J. 2008. Exercise-Induced Oxidative Stress: Cellular
Mechanisms and Impact on Muscle Force Production. Physiol Rev 88, 1243-76
Siagian A. 2002. Bahan Tambahan Makanan. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Sumatera Utara. Medan
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta
Indah, Dewi, P. 2011. Gembili (Dioscorea esculenta). http://fpk.unair.co.id. Tanggal
akses: 17/12/2013
Shajeela, P. S., Mohan, V. R., Jesudas, L. L., and Soris, P. T. 2011. Nutritional and
Antinutritional Evaluation of Wild Yam (Dioscorea spp.) Tropical and Subtropical
Agroecosystems 14: 723-730
Prabowo, Aditya Yoga. 2013. Karakteristik Fisiko Kimia, Bioaktif, dan Organoleptik Mie
Berbasis Tepung Gembili (Dioscorea Esculenta L.). Skripsi. Universitas Brawijaya.
Malang
Hardinsyah and D. Briawan. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.
Jurusan Gizi masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Anonymous. 2001. Manfaat Gadung Bagi Kesehatan. http://secaraalami.com.wpcontentuploads201301.Manfaat-Gadung-Bagi-Kesehatan.html.
Tanggal
akses
: 10/12/2013
Slamet, D. S. and I Tarwotjo. 1980. Komposisi Zat Gizi Makanan Indonesia. Balitan.
Bogor
Svasty, M.R. 1999. Characterization of a Novel Ratenoid -glukosidase Enzyme and
its Natural Substrat. Chulabhorn Research Institute Bangkok. Thailand
Schumm, W. 1978. Chemistry. Interscience Publisher Inc. New York
Sumunar, Siwi Ratna. 2014. Karakteristik Fisiko Kimia, Bioaktif, dan Organoleptik Mie
Berbasis Tepung Gadung (Dioscorea hispida Dennst). Skripsi. Universitas Brawijaya.
Malang
Therasin, S., and Baker, A. T. 2009. Analysis and Identification of Phenolic
Compounds in Dioscorea hispida Dennst. As. J. Food Ag-Ind 2 (04), 547-560
Richana, N and TC Sunarti. 2005. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung Umbi Dan
Tepung Pati Dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubikelapa Dan Gembili. Jurnal Penelitian
Pascapanen Pertanian Volume 1, Nomor 1
Prawiranegara, D. 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Direktorat Gizi
Departemen Kesehatan RI. Bharata. Jakarta
Martin, F.W. 1976. Tropical Yams and their Potential. Series Part 3. Dioscorea alata.
USDA Agricultural Handbook No. 522
Onwueme, I. C. 1978. The Tropical Tuber Crops. John Willey and Sons. New York
Rachman, Mochammad Aulia. 2014. Karakteristik Fisiko Kimia, Bioaktif, dan
Organoleptik Mie Berbasis Tepung Ubi Kelapa (Dioscorea alata). Skripsi. Universitas
Brawijaya. Malang
Shajeela, P. S., Mohan, V. R., Jesudas, L. L., and Soris, P. T. 2011. Nutritional and
Antinutritional Evaluation of Wild Yam (Dioscorea spp.) Tropical and Subtropical
Agroecosystems 14: 723-730
Lingga, Pinus. 1995. Bertanam Ubi-ubian. Penebar Swadaya. Jakarta
600

Aktivitas Antioksidan Senyawa Bioaktif Umbi Lokal Inferior Maratirrosyidah, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 2 p.594-601, April 2015
26) Ruba, A. A., and Mohan, V. R. 2013. Evaluation of Total Phenolic and Flavonoid
Contents and In Vitro Antioxidant Activity of Rhizome of Maranta arundinaceae L. Vol4, Issue 2, Apr 2013. ISSN: 0976-7908
27) Abun. 2005. Efek Fermentasi Ampas Umbi Garut (Maranta arundinaceae Linn)
dengan Kapang Aspergillus niger terhadap Nilai Kecernaan Ransum Ayam Pedaging.
Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.
28) Shajeela, P. S., Mohan, V. R., Jesudas, L. L., and Soris, P. T. 2011. Nutritional and
Antinutritional Evaluation of Wild Yam (Dioscorea spp.) Tropical and Subtropical
Agroecosystems 14: 723-730
29) Shajeela, P. S., Mohan, V. R., Jesudas, L. L., and Soris, P. T. 2011. Nutritional and
Antinutritional Evaluation of Wild Yam (Dioscorea spp.) Tropical and Subtropical
Agroecosystems 14: 723-730
30) Jatmiko, Ginanjar Putra. 2013. Karakteristik Fisiko Kimia, Bioaktif, dan Organoleptik
Mie Berbasis Tepung Kimpul (Xanthosoma sagittifolium). Skripsi. Universitas
Brawijaya. Malang
31) Nishanthini, Anthony and Mohan, Veerabahu Ramasarny. 2012. Antioxidant Activities
of Xantosoma sagittifolium Schott Using Various In Vitro Assay Models. Asian Pasific
Journal of Tropical Biomedicine (2012): 51701-51706
32) Hou, W.C., Chen, H.J. and Lin, Y.H. 2000. Dioscorin From Different Dioscorea
Species All Exhibit Both Carbonic Anhydrase and Trypsin Inhibitor Activities. Bot Bull
Acad Sinica (Taiwan) Vol 41:191-196
33) Liu, Y. W., Liang, H. J., Cheng, H. C., Liu, Y. W., and Hou, W. C. 2006. Comparison of
In Vitro Antioxidant Activities of Storage Proteins in Tuber of Two Dioscorea Species.
Botanical Studies (2006) 47: 231-237
34) Shajeela, P. S., Mohan, V. R., Jesudas, L. L., and Soris, P. T. 2011. Nutritional and
Antinutritional Evaluation of Wild Yam (Dioscorea spp.) Tropical and Subtropical
Agroecosystems 14: 723-730
35) Shajeela, P. S., Mohan, V. R., Jesudas, L. L., and Soris, P. T. 2011. Nutritional and
Antinutritional Evaluation of Wild Yam (Dioscorea spp.) Tropical and Subtropical
Agroecosystems 14: 723-730
36) Nagai, Toshio, and Nagashima, Toshio. 2006. Functional Properties of Dioscorin, a
Soluble Viscous Protein from Japanese Yam (Dioscorea opposite Thunb.) Tuber
Mucilage Tororo. Department of Food Science and Technology, Tokyo University of
Agriculture, Hokkaido. Japan
37) Raju, J. and R. Mehta. 2009. Cancer Chemopreventive And Therapeutic Effects Of
Diosgenin, A Food Saponin. Nutr Cancer 61(1): 27-35
38) Son, I.S., Kim J.H, Sohn H.Y., and Son K.H. 2007. Antioxidative Effect of Diosgenin, a
Sterioidal Saponin of Yam (Dioscorea spp.), on High-Cholesterol Fed Rats. Biosci,
Biotechnol, Biochem 71, 70472-1-9
39) Mirunalini, S and Shahira. 2011. Novel Effects of Diosgenin- A Plant Derived Steroid:
A Review. Pharmacologyonline (1): 726-736
40) Chan YC, Hsu CK,Wang MF, and Su TY. 2004. A diet containing yam reduces the
cognitive deterioration and brain lipid peroxidation in mice with senescence
accelerated. Int J Food Sci Technol 39: 99-107
41) Raju, J. and R. Mehta. 2009. Cancer Chemopreventive And Therapeutic Effects Of
Diosgenin, A Food Saponin. Nutr Cancer 61(1): 27-35
42) Harborne, J.B.. 1987. Metode Fitokimia. Penerbit ITB. Bandung
43) Fresco, P., F. Borges, C. Diniz and M.P. Marques, 2006. New Insights on Anticancer
Properties of Dietary Polyphenols. Medical Research Reviews, 26: 747-766
44) Chou S. T, Chao, W.W, and Chung, Y.C. 2003. Antioxidative Activity and Safety of
50% Ethanolic Red Bean Extract (Phaseolus radiatus L. var. Aurea). J Food Sci 68:
21-25
45) Sakthidevi, G., Mohan, V. R. 2013. Total Phenolic, Flavonoid Contents and In vitro
Antioxidant Activity of Dioscorea alata 1. Tuber. J. pharm. Sci. Res. Vol 5(5): 115-119
601

Anda mungkin juga menyukai