Refreshing Anes Fix
Refreshing Anes Fix
PENDAHULUAN
dan dosis yang sesuai bagi pasien. Pengembangan dari sistem komputerisasi dan tersedianya
obat anestesi yang bersifat short acting seperti propofol dan sufentanyl, menjadikan anestesi
umum intravena total (Total Intra Venous Anestesia (TIVA) populer dan makin rutin
dikerjakan. Target controlled infusion (TCI) adalah suatu metode yang semakin sering
digunakan untuk kepentingan anestesi intravena total.
Iswahyudi, Sinardja, dan Senapathi meneliti perbandingan biaya intraoperatif teknik
anestesi umum TIVA TCI propofol dengan anestesi inhalasi sevofluran, didapatkan perbedaan
bermakna pada biaya anestesi periode intraoperatif baik dari total biaya, biaya per-pasien
maupun biaya per-menit anestesi, di mana teknik TCI Propofol lebih ekonomis dibandingkan
teknik anestesi inhalasi sevofluran. Kejadian hipotensi, waktu pulih sadar, dan kejadian mual
muntah pasca operasi pada kelompok TCI Propofol juga didapatkan lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok inhalasi sevofluran, di mana faktor-faktor di atas memiliki
peranan pula dalam menentukan biaya anestesi intraoperatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 FARMAKOEKONOMI
Farmakoekonomi merupakan salah satu cabang dalam bidang farmakologi yang
mempelajari mengenai pembiayaan pelayanan kesehatan, dimana pembiayaan dalam hal ini
mencakup bagaimana mendapatkan terapi yang efektif, bagaimana dapat menghemat
pembiayaan, dan bagaimana dapat meningkatkan kualitas hidup (Waley, Davey, 1995).
Farmakoekonomi
(pharmacoeconomics)
adalah
suatu
metoda
baru
untuk
mendapatkan pengobatan dengan biaya yang lebih efisien dan serendah mungkin tetapi
efektif dalam merawat penderita untuk mendapatkan hasil klinik yang baik (cost effective
with best clinical outcome) (Waley, Davey, 1995).
Kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis, yang dapat dilihat pada tabel
2.1. Empat metode analisis ini bukan hanya mempertimbangkan efektivitas, keamanan, dan
kualitas obat yang dibandingkan, tetapi juga aspek ekonominya. Karena aspek ekonomi atau
unit moneter menjadi prinsip dasar kajian farmakoekonomi, hasil kajian yang dilakukan
diharapkan dapat memberikan masukan untuk menetapkan penggunaan yang paling efisien
dari sumber daya kesehatan yang terbatas jumlahnya.
Tabel 2.1 metode analisis dalam kajian farmakoekonomi
Metode analisis
Analisis
minimalisasi
Karakteristik analisis
biaya Efek dua intervensi sama (atau setara), valuasi/ biaya
(AMiB)
Analisis efektivitas biaya (AEB)
dalam rupiah.
Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil pengobatan
diukur
unit
alamiah/indikator
kesehatan,
dalam
quality-adjusted
life
years
(QALY),
merek) obat setara secara klinis, yang perlu dibandingkan hanya biaya untuk melakukan
intervensi. sesuai prinsip efisiensi ekonomi, jenis atau merek obat yang menjanjikan nilai
terbaik adalah yang membutuhkan biaya paling kecil per periode terapi yang harus
dikeluarkan untuk mencapai efek yang diharapkan. Untuk membandingkan dua atau lebih
intervensi kesehatan yang memberikan besaran efek berbeda, dapat digunakan analisis
efektivitas biaya (AEB) ( Walley, Haycox, 1991).
sensitivity half time sangat berguna dalam pemilihan obat serta memperkirakan pemulihan
dari anestesi. Karena context sensitivity half time propofol tidak lebih dari 40 menit, terutama
saat dipergunakan sebagai sedasi dan anestesi dimana penurunan konsentrasi di plasma untuk
pemulihan umumnya kurang dari 50% maka propofol cocok digunakan untuk infus jangka
panjang tanpa mengganggu proses pemulihan (TCI manual, 2009).
Gambar.1 Hubungan waktu dan konsentrasi propofol dalam darah. Simulasi hubungan
antara waktu dan level propofol dalam darah setelah induksi dosis 2mg/kgBB. Level
propofol dalam darah yang diperlukan untuk anestesia pembedahan adalah 2-3g/mL,
dengan bangun dari anestesi biasanya pada level kurang dari 1.5g/ml.
Waktu yang diperlukan untuk bangun dari anestesi atau sedasi dari propofol hanya
50%, sehingga waktu pulih sadar dari propofol tetap cepat meskipun pada infus kontinyu
yang lama.
Keadaan equilibrium untuk propofol yang dapat menyebabkan supresi dari
elektroencephalogram (EEG) yang berkaitan dengan hilangnya kesadaran adalah sekitar 0,3
menit dengan efek puncak dicapai 90-100 detik. Farmakokinetik propofol menurun oleh
karena beberapa faktor antara lain jenis kelamin, berat badan, penyakit sebelumnya, umur
dan medikasi lain yang diberikan.
6
Tingkat bersihan (clearence) propofol yang tinggi di hepar (hampir 10 kali lipat
dibanding tiopental) menyebabkan cepatnya waktu pemulihan setelah pemberian infus
kontinyu. Walaupun metabolisme propofol utamanya diekskresikan melalui ginjal, tetapi
penurunan fungsi ginjal tidak mempengaruhi bersihan propofol (Morgan EG, Jr. dkk., 2006),
(Stoelting, dkk., 2006).
TCI adalah infus yang dikontrol dengan tujuan untuk mencapai konsentrasi tertentu
obat pada kompartemen tubuh. Dengan menggunakan teknik ini ahli anestesi dapat mengatur
dan mengganti konsentrasi yang diinginkan sesuai dengan observasi klinis pada pasien.
Dasar penerapan TCI adalah menetapkan konsentrasi tertentu obat yang harus dicapai
dan dipertahankan baik di plasma (Cp) maupun effect site (Ce). Konsentrasi target diset sejak
awal oleh ahli anestesi untuk mendapat luaran klinis yang diperlukan. Perubahan konsentrasi
target yang diset oleh ahli anestesi akan terlihat pada effect site kompartemen setelah waktu
tertentu karena terdapat jarak waktu perpindahan obat dari darah ke tempat yang dituju atau
obat berefek (Ce) (Naidoo D, 2011).
TCI telah banyak diaplikasikan untuk anestesi umum intravena total (TIVA). Secara
umum dapat dibagi menjadi dua yaitu open loop pattern dan closed loop pattern. Open loop
pattern digunakan oleh ahli anestesi untuk menyesuaikan konsentrasi target sesuai keperluan
klinis yang bervariasi dan mempertahankan kedalaman anestesi. The closed loop pattern
digunakan untuk menentukan kontrol anestesi dengan cara menyesuikan konsentrasi target
melalui feedback otomatis.
Newson dkk., 1995, membandingkan pemberian propofol dengan bolus intermitten,
syringe pump, dan teknik TCI mendapatkan kualitas sedasi, kondisi operasi, dan waktu pulih
sadar secara umum sama pada ketiga metode, namun pada pemberian intermiten memerlukan
lebih banyak intervensi pemberian obat, sehingga disimpulkan bahwa pemberian secara infus
kontinyu memberikan waktu bagi ahli anestesi untuk melakukan monitoring pasien.
menjalani operasi mayor. Hasil penelitian tersebut didapatkan perbedaan yang bermakna
dalam hal biaya intraoperatif dari kedua kelompok. Biaya anestesi intraoperatif pada
kelompok anestesi intravena total dengan TCI dengan rata-rata Rp. 957.870, - dan simpang
baku Rp. 73.910,-. Sedangkan pada kelompok kontrol biaya anestesi intraoperatif dengan
rata-rata 1.318.130 dengan simpang baku Rp. 155.238,-. Berdasarkan statistik dengan uji t
didapatkan bahwa kedua kelompok memiliki perbedaan signifikan (p = 0.000).
Berdasarkan rerata biaya anestesi intraoperatif, juga didapatkan biaya anestesi perpasien yaitu sebesar Rp. 957.870,- untuk kelompok TCI Propofol dan Rp. 1.318.130,- untuk
kelompok sevofluran. Sedangkan jika berdasarkan menit anestesi, didapatkan rata-rata biaya
anestesi intraoperatif sebesar Rp. 5.999,- untuk per menit anestesi pada kelompok TCI
Propofol serta Rp. 8.170,- untuk per menit anestesi pada kelompok Sevofluran (Iswahyudi,
dkk. 2013).
Anestesi inhalasi bekerja pada berbagai level sistem saraf pusat. Mengacaukan
transmisi sinaptik normal dengan mempengaruhi pelepasan neurotransmitter dari ujung saraf
presinaptik (depress eksitatori atau meningkatkan transmisi inhibitori), atau mengganggu reuptake neurotransmitter, atau dengan mengubah ikatan neurotransmitter pada reseptor post
sinaptik. Keduanya, baik itu efek pre- dan postsinaptik dapat terjadi.
Interaksi langsung dengan membran plasma neuronal lebih sering terjadi , tetapi
selain itu kerja tidak langsung melalui seccond messenger juga memungkinkan. Adanya
hubungan yang kuat antara kelarutan dalam lemak dan potensi anestesi menunjukkan agen
anestesi inhalasi memiliki kerja pada sisi hidrofobik juga. Postulat hipotesis reseptor protein
mengatakan bahwa SSP berperan terhadap kerjanya agen anestesi inhalasi. Bagaimanapun,
masih belum jelas apakah agen inhalasi mengganggu aliran ion melalui membran channel
dengan cara kerja tidak langsungnya pada membran lipid melalui perantara seccond
messenger. Atau secara langsung dan spesifik mengikat channel protein.
Teori lain menjabarkan mengenai aktivasi dari Gamma Aminobutyric Acid (GABA)
reseptor oleh gen anestesi inhalasi. Agen volatile mengaktifkan GABA channel dan menghiperpolarisasi-kan membran sel. Sebagai tambahan, agen ini juga menghambat Calcium
Channel yang pada akhirnya mencegah pelepasan neurotransmitter (Morgan EG, Jr. dkk.,
2006), (Stoelting, dkk., 2006).
Isofluran (foran, aeran) merupakan halogenasi eter yang pada dosis anestetik atau
subanestetik menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen, tetapi meningkatkan aliran
darah otak dan tekanan intrakranial. Peningkatan aliran darah otak dan tekanan intrakranial
ini dapat dikurangi dengan teknik anestesi hiperventilasi, sehingga isofluran banyak
digunakan untuk bedah otak (Latief S A, dkk., 2002) (Katzung, dkk., 2004). Efek samping
terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari untuk anestesi teknik
hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan gangguan koroner. Isofluran dengan
konsentrasi > 1% terhadap uterus hamil menyebabkan relaksasi dan kurang responsif jika
diantisipasi dengan oksitosin, sehingga dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan.
Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis biasa jika menggunakan isofluran
(Morgan EG, Jr. dkk., 2006), (Stoelting, dkk., 2006).
Analisis terhadap penggunaan sumber daya dan biaya yang efektif telah menjadi
prioritas dalam mengelola suatu layanan kesehatan. Ini menyediakan tantangan untuk
penyedia layanan anestesi yang menginginkan memberikan layanan berkualitas yang aman
tapi ekonomis. Dalam anestesi, penggunaan volatil/ gas anestesi menyumbang hingga 2025% dari biaya total anestesi secara keseluruhan. Biaya penggunaan gas anestesi bervariasi
pada setiap institusi dan lokasi. Tantangan terbesar untuk farmasi rumah sakit adalah
menganggarkan biaya obat. Merancang anggaran untuk obat intravena jauh lebih mudah
daripada gas anestesi karena ada hubungan langsung antara jumlah obat yang diterima dan
dimasukkan. Menghitung biaya obat gas anestesi dibuat berdasar metode penyampaian. Gas
anestesi dibeli dalam bentuk cair dan dimasukkan melalui vaporizer, membuatnya menjadi
sulit untuk mengukur secara langsung berapa gas anestesi yang telah digunakan per kasus
tanpa bantuan vapor analyzer. Konsentrasi penyampaian yang bervariasi dan teknik
penyampaian dapat meningkatkan atau menurukan konsumsi total gas anestesi dan secara
signifikan merubah biaya akuisisi (John Varkey, 2012).
Tujuh metode analisis biaya ditemukan dalam literatur untuk tenaga anestesi
profesional dalam menentukan biaya gas anestesi, yaitu : (1) Pengukuran Berat, (2)
Perbandingan Minimum Alveolar Concentration (MAC), (3) Model Empat Kompartemen, (4)
Persamaan Volume Persen, (5) Pengukuran Volume, (6) Formula Dion, dan (7) Formula
Loke. Sudah ditentukan bahwa formula Dion merupakan metode yang lebih diandalkan untuk
tenaga anestesi profesional untuk menentukan biaya gas anestesi. Menghitung jumlah gas
yang digunakan menggunakan formula Dion dapat mempermudah dalam melakukan
kalkulasi biaya. Untuk menentukan total biaya gas anestesi, adalah penting untuk
menentukan persen konsentrasi, jumlah fresh gas flow (FGF), densitas, dan berat molekul
dari gas tersebut.
Biaya gas volatil anestesi dapat ditentukan dengan menggunakan harga pasar, potensi,
jumlah uap yang dihasilkan, dan aliran FGF. (Odin I, Feiss P, 2005). Peter Dion (1992)
menyatakan formula untuk langsung mengukur biaya gas anestesi menggabungkan hukum
gas ideal hukum. Biaya agen anestesi dapat dihitung dari konsentrasi (%) gas yang telah
dikirimkan, FGF (L/ menit) , durasi pengiriman anestesi inhalasi (menit) , berat molekul
(molecul weight/ MW dalam gram) , biaya per mL (dalam dolar) , faktor 2412 untuk
memperhitungkan volume molar gas pada 21 C ( 24,12 L ) , dan kepadatan (D dalam g/mL).
Rumus dari Formula Dion adalah sebagai berikut :
10
Formula Loke
Biaya per MAC jam ( $ ) = [ ( MAC ) ( FGF ) ( 60menit ) ( MW ) ( Biaya / mL ) ]
[ ( Tekanan / ( RT ) ) ( D ) ]
11
Menentukan biaya gas anestesi adalah tugas yang sulit untuk dibuat bahkan lebih
menantang dengan berbagai metode yang tersedia untuk menentukan biaya. Dari tujuh
metode dalam literatur, enam ditemukan menjadi tidak praktis atau tidak akurat. Mengukur
beratnya vaporizer adalah mustahil untuk dilakukan dalam situasi ruang operasi yang sibuk .
Metode komputerisasi data log dan metode empat kompartemen juga tidak mengungkapkan
perhitungan biaya sehingga sulit untuk menentukan akurasi. Sebuah perbandingan sederhana
MAC tidak menjadi faktor variabel penting seperti FGF dan perbedaan sifat gas anestesi.
Menggunakan perhitungan volume persen tidak akurat karena didasarkan pada konsentrasi
yang dipanggil dan bukan konsentrasi yang sebenarnya ditentukan dengan rumus gas
analyzer. Formula Loke, versi modifikasi dari formula Dion, tidak terlalu bermakna karena
pada kenyataannya perbandingan biaya akan terjadi di fasilitas yang sama dengan tekanan
atmosfer dan suhu sama. Formula Dion mudah direproduksi, akurat, dan merupakan metode
yang paling direferensikan untuk menghitung biaya dalam literatur. Weinberg dkk
menyatakan formula Dion sebagai alat farmakoekonomi sederhana yang dapat digunakan
oleh setiap dokter ahli anestesi (Weinberg L, Story D, Nam J, McNicols L, 2010).
Berbagai studi telah banyak membandingkan biaya agen anestesi inhalasi. isofluran
selalu menjadi tempat yang paling ekonomis dikarenakan berat molekul yang lebih besar
dibandingkan agen inhalasi lainnya, sifat penguapan yang lebih lama, dan biaya jual yang
lebih murah. Salah satu studi membandingkan harga isofluran dan sevofluran di Kanada,
studi ini meneliti 40 pasien yang menjalani operasi daycare arthroscopic menisectomy.
Demografi sampel, durasi operasi, potensi anestesi inhalasi, dan penggunaan obat lainnya
adalah sama pada kedua kelompok. Total biaya perioperatif perpasien $ 38.10 10.13 pada
kelompok sevofluran dan $ 23.87 6.59 pada kelompok isofluran. Biaya obat inhalasi
perpasien $ 19.40 8.8 pada kelompok sevofluran dan $ 4.5 1.9 pada kelompok isofluran
dengan nilai p <0.01 (Craig R, dkk., 1998).
12
Hasil analisis minimalisasi - biaya obat anestesi umum dari kedua kelompok
didapatkan perbedaan bermakna. Biaya obat anestesi umum pada kelompok anestesi
intravena propofol TCI didapatkan dengan rata-rata Rp. 155.865,- dan simpang baku Rp.
52.009,66. Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan dengan rata-rata Rp. 297.644,dengan simpang baku Rp. 105.787,-. Berdasarkan statistik dengan uji t dua sampel tidak
berpasangan didapatkan bahwa kedua kelompok memiliki perbedaan signifikan (p < 0,001).
Perbandingan biaya obat anestesi umum per menit anestesi didapatkan rata-rata biaya
obat anestesi umum intravena propofol TCI sebesar Rp. 800,85,- dengan simpang baku Rp.
127,99 sedangkan pada kelompok kontrol Rp. 1.266,32 dengan simpang baku Rp. 227,26.
Dari data statisik terdapat perbedan bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p < 0,001.
Perhitungan harga penggunaan propofol sebagaimana obat-obat anestesi intravena
lainnya, tidak bisa begitu saja dihitung per-ml penggunaan tetapi berdasarkan jumlah ampul
yang dibuka. Sedangkan untuk kelompok kontrol dalam perhitungan telah dimasukkan harga
13
1 ampul propofol sebagai agen induksi yang kemudian dilanjutkan agen isofluran sebagai
rumatan.
14
BAB III
KESIMPULAN
Biaya obat anestesi umum propofol intravena target controlled infusion lebih
murah dibandingkan anestesi umum inhalasi isofluran. Keunggulan penggunaan
propofol pada teknik TIVA adalah rasa nyaman pascaoperasi dan waktu pulih sadar
(waktu ekstubasi) yang lebih singkat. Cepatnya waktu pulih sadar ini sesuai dengan
contex sensitivity half life propofol dalam darah yang akan berkurang dengan cepat
konsentrasi efektifnya dalam plasma begitu obat dihentikan pemberiannya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Andrade, J., Englert, L., Harper, C., Edwards, N. D., (2001), Comparing the effects of
stimulation and propofol infusion rate on implicit and explicit memory formation. Br J
Anaesth.;86:189-95.
Bertram G.Katzung, (2004), Basic and Clinical Pharmacology, 9th ed., p.413-414.
Boldt, J., Jaun, N., Kumle, B., Heck, M., Mund, K., (1998), Economic considerations
of the use of anesthetics: a comparison of propofol, sevofluran, desfluran, and isoflurane.
Anesthesia and Analgesia.;86:504-509.
Chernin, E, L., (2004), Pharmacoeconomics of inhaled anesthetic agents:
considerations for the pharmacist. American Journal of Health-System Pharmacy.;61(suppl
4):S18-S22.
Crozier, T. A.,Kettler, D., (1999) "Cost effectiveness of general anaesthesiology ",
British Journal of Anaesthesiology,ed 1,volume 83, number 4, Department of
Anaesthesiology ,Emergency and Intensive Care Medicine University of Gottingen Medical
School, Germany,Gottingen.
Dion, P., (1992),
Anaesthesia.;39(6):633.
The
cost
of
anaesthetic
vapors.
Canada
Journal
of
Edward, Morgan,Jr., Maged, S., Mikhail et al., (2006), Clinical Anesthesiology, 4th ed
;8:200-202.
Eger, E.I., (2010), Inhaled anesthetics: uptake and distribution. In: Miller RD, ed.
Eriksson, LI, Fleisher LA, Wiener-Kronish JP, Young WL, associate eds. Millers Anesthesia.
Vol 1. 7th Ed. Philadelphia, PA:Churchill Livingstone:539-559.
Friedberg, B.L., Sigl, J.C., (2000), Clonidine premedication decreases propofol
consumption during Bispektral index (BIS) monitored propofol-ketamine technique for
office-based surgery. Dermatol Surg.;26:848-52.
Golembiewski, J., (2010), Economic considerations in the use of inhaled anesthetic
agents. American Journal of Health-System Pharmacy ;67:S9-S12.
Iswahyudi, Sinardja K., Senapathi T.G.A., Analisis Biaya Periode Intraoperatif
Anestesi Intravena Total Propofol Target Controlled Infusion (TCI) dengan Anestesi Inhalasi
Sevoflurane pada Pasien Operasi Bedah Mayor Onkologi di RSUP Sanglah Tahun 2013.
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Katzung, B. G., (2010), Basic and Clinical Pharmacology, 9th ed., p.413-414.
16
Latief, S. A., Suryadi, K. A., Dachlan, M. R., (2002), Anestetik Inhalasi dalam buku:
Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi kedua, hal 48-64, penerbit Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif FKUI , Jakarta.
Lockwood, G. G., White, D.C., (2001), Measuring the costs of inhaled anaesthetics.
British Journal of Anaesthesia.;87(4):559-563
Loke, J., Shearer, W. A. J., (1993), Cost of anaesthesia. Canada Journal of
Anaesthesia;40(5):472-474.
Mangku, G., (2002), Diktat Kumpulan Kuliah Buku I, penerbit Bagian Anestesiologi
dan Reanimasi FK UNUD, hal 74-84, Denpasar.
Mangku, G., (2000), Anestesi Inhalasi dalam buku Standar Pelayanan dan Tatalaksana
Anestesia-Analgesia dan Terapi Intensif, hal 28, penerbit Bagian Anestesiologi dan
Reanimasi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
Newson, C., Victory, R., White, P. F., (1995), Comparison of Propofol Administration
Techniques for Sedation During Monitored Anesthesia Care. Anesthesia Analgesia;81:486-9.
Stoelting, R. K., Hiller, S. C., (2006), Nonbarbiturate Intravenous Anesthetic Drugs.
In: Pharmacology & Physiology in Anesthetic Practice. 4th Edition. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins; 155-63.
Sugiarto, Adhrie., (2012), Panduan praktis total intravenous anesthesia dan target
controlled infusion; 27-42.
Walley, T., Davey, P., (1995), Pharmacoeconomics: a challenge for clinical
pharmacologists. Br J Clin Pharmacol ;40:199-202.
17