Tugas Bu Ruti
Tugas Bu Ruti
KEPERAWATAN KRITIS
HEMODIALISA
Dosen Pengampu : Ns. Ruti Wiyati, M. Kep.
DISUSUN OLEH :
Ranitasari
P17420213024
III A
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hemodialisa adalah pengobatan bagi orang yang menurun fungsi ginjalnya.
Hemodialisa mengambil alih fungsi ginjal untuk membersihkan darah dengan cara
mengalirkan melalui ginjal buatan. Pengobatan hemodialisa dapat di cegah bagi para
penderita penurunan fungsi ginjal dengan lebih meningkatkan asupan cairan bagi
fungsi ginjal yang belum kronis.
Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti ureum dan zat
beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat dializer yang berisi membrane
yang selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak
dikehendaki terjadi. Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa
bentuk keracunan. Saat dilakukan hemodialisa sebenarnya anda tidak akan merasakan
apa-apa, beberapa orang akan merasa lelah setelah selesai dilakukan hemodialisa
terutama bila baru beberapa kali hemodialisa. Setelah beberapa kali hemodialisa maka
cairan yang berlebih dan racun dari tubuh anda akan berkurang, anda akan merasa
kembali bertenaga.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang di maksud dengan Hemodialisa?
2.
Apa Tujuan dari Hemodialisa?
3.
Apa saja Indikasi dan Kontra indikasi dari Hemodialisa?
4.
Bagaimana Prinsip Hemodialisa?
5.
Bagaimana Mekanisme kerja Hemodialisa?
6.
Bagaimana Interpretasi hasil Hemodialisa ?
7.
Apa saja Komplikasi yang di timbulkan dari proses Hemodialisa?
8.
Bagaimana Penatalaksanaan dari Hemodialisa?
C. Tujuan
1.
Untuk mengatahui pengertian Hemodialisa
2.
Untuk mengetahui Tujuan dari Hemodialisa
3.
Untuk mengetahui Indikasi dan kontra indikasi Hemodialisa
4.
Untuk mengetahui Prinsip Hemodialisa
5.
Untuk mengetahui Mekanisme kerja Hemodialisa
6.
Untuk mengetahui Interpretasi hasil
7.
Untuk mengetahui Komplikasi Hemodialisa
8.
Untuk mengetahui Penatalaksanaan Hemodialisa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1.
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan.
Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien
2.
membrane yang selektif-permeabel dimana melalui membrane tersebut fusi zatzat yang tidak dikehendaki terjadi. Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal
3.
B. Tujuan
Menurut price dan wilson (2006) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
1.
Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi eksekresi, yaitu membuang sisa-sisa
2.
3.
4.
3.
4.
5.
mengambil bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam cairan tersebut.
Ultrafiltrasi
Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai ultrafiltrasi
artinya adalah pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk tekanan. Tiga
tipe dari tekanan dapat terjadi pada membrane :
a. Tekanan positip merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan
dalam membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser
dan resisten vena terhadap darah yang mengalir balik ke fistula tekanan
positip mendorong cairan menyeberangi membrane.
b. Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar
membrane oleh pompa pada sisi dialisat dari membrane tekanan negative
menarik cairan keluar darah.
c. Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang
berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut.
Larutan dengan kadar zat terlarut yang tinggi akan menarik cairan dari
larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang menyebabkan
membrane permeable terhadap air.
E. Proses Hemodialisa
Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut :
1.
Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan kadar di
dalam darah dan di dalam dialisat. Semakian tinggi perbedaan kadar dalam
2.
3.
Pada proses hemodialisa, darah sebenarnya tidak mengalir melalui mesin HD,
melainkan hanya melalui selang darah dan dialyzer. Mesin HD sendiri merupakan
perpaduan dari komputer dan pompa, dimana mesin HD mempunyai fungsi untuk
mengatur dan memonitor aliran darah, tekanan darah, dan memberikan informasi
jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi vital lainnya. Mesin HD juga
mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut membantu
mengumpulkan racun racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin HD berfungsi
untuk mengalirkan darah dari tubuh ke dialyzer dan mengembalikan kembali ke
dalam tubuh.
F. Penatalaksanaan
1.
Peralatan Haemodialisa
a. Arterial Venouse Blood Line (AVBL)
1) Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari
tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet
ditandai dengan warna merah
2) Venouse Blood Line
Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser
dengan tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet
ditandai dengan warna biru. Priming volume AVBL antara 100-500 ml.
priming volume adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada
AVBL dan kompartemen dialiser. Bagian-bagian dari AVBL dan
kopartemen adalah konektor, ujung runcing,segmen pump,tubing
arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing
infuse/transfuse set, port biru obat, port darah/ merah herah
heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.
b. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)
Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang atau
kompartemen,yaitu:
a. Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
b. Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk
darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat.
1.
2.
3.
4.
5.
Persiapan Alat
a. Sambungkan selang air dari mesin hemodialisa.
b. Kran air dibuka.
c. Pastikan selang pembuka air dan mesin hemodialisis sudah masuk keluar
d.
e.
f.
g.
h.
i.
5.
Persiapan pasien
a) Menimbang berat badan
b) Mengatur posisi pasien
c) Observasi keadaan umum
d) Observasi tanda-tanda vital
e) Melakukan kamulasi/fungsi untuk menghubungkan sirkulasi, biasanya
mempergunakan salah satu jalan darah/blood akses seperti di bawah ini:
Dengan interval A-V shunt / fistula simino
Dengan external A-V shunt / schungula
Tanpa 1 2 (vena pulmonalis).
Memulai Pelaksanaan Hemodialisis :
a) Lakukan tindakan aseptik dan anti-septik dengan membersihkan tempat yang
akan dilakukan penusukkan dengan betadine 10%, kemudian dibersihkan
dengan alcohol 70%.
b) Depper dan kassa yang telah dipakai, dibuang ketempat sampah yang telah
disediakan.
c) Cari daerah yang lebih mudah dilakukan penusukkan.
d) Jarak penusukkan pertama kali pada daerah vena (outlet) disertai pemberian
loading heparin 1000 IU/sesuai dosis.
e) Lakukan penusukan pertama kali pada daerah vena (outlet0 disertai pemberian
loading heparin 1000 IU/sesuai dosis.
f) Kemudian dilakukan penusukkan pada daerah inlet dengan ABL (arteri blood
line) dan dijalankan blood pump dengan kecepatan mulai dari 100 ml/menit
sampai seluruh blood line (baik ABL maupun VBL) terisi penuh, baru
disambungkan dengan bagian jarum fistula outlet.
g) Jalankan lagi blood pump perlahan-lahan sampai 200 ml/menit, setelah itu
mulailah pemasangan sensor dan batasan minimal dan maksimal baik pada
blood monitoring maupun dialisat monitoring.
h) Kemudian set mesin hemodialisis sesuai program HD masing-masing pasien.
i) Matikan (tutup) klem infuse NaCL.
j) Sambungkan jarum AV Fistula dengan selang arteri, bersihkan kedua
sambungan dengan kassa betadine.
k) Bukalah masing-masing klem pada AV Fistula dengan aterial.
Mulai dialysis berjalan :
a) Hidupkan pump, mulailah putar dari 100 ml/menit, dinaikkan secara
bertahap sampai batas maksimal.
Arteri : Bila alarm berbunyi pada aterial druk berarti tekanan darah rendah, lihat
aliran darah pada inlet.
Venous pressure : dilihat dari indikator (hati-hati bila tinggi), bila tinggi periksa
outlet, bila rendah periksa sensor vena.
d) Pengawasan heparin pump.
e) Pengawasan terhadap sirkulasi dialisat monitoring :
1) Kebocoran dializer (blood leak)
2) Low temperature atau high temperature
3) Low conductivity atau high conductivity
4) Transmembrane pressure
5) Positive pressure
e. Hubungkan ujung abl dengan infus set (50 100 cc) 100 ml/m (NaCl masuk
: + 6 Darah dimasukkan ke dalam tubuh dengan do dorong dengan nacl sambil
qb dijalankan
f. Setelah darah masuk ke tubuh Blood pump stop, ujun VBL diklem.
g. Jarum outlet dicabut, bekas punksi inlet & outlet ditekan dengan kassa steril
yang diberi bethadine
h. Bila perdarahan pada punksi sudah berhenti, bubuhi bekas punksi inlet &
outlet dengan antibiotik powder, lalu tutup dengan kain kassa/band aid lalu
pasang verband.
i. Ukur TTV : TD. N, S, P
j. Timbang BB (kalau memungkinkan)
k. Isi formulir hemodialisis
Catatan:
1.
2.
3.
4.
5.
G. Intrepretasi Hasil
Hasil dari tindakan dialysis harus diintrepretasikan dengan mengkaji jumlah cairan
yang dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa. Darah yang diambil
segera setelah dialysis dapat menunjukkan kadar elektrolit, nitrogen urea, dan
kreatinin rendah palsu. Proses penyeimbangan berlangsung terus menerus setelah
dialysis, sejalan perpindahan zat dari dalam sel ke plasma.
H. Komplikasi
Menurut Havens dan Terra (2005), komplikasi Hemodialisa meliputi:
1.
Ketidakseimbangan cairan
a. Hipervolemi
b. Ultrafiltrasi
c. Rangkaian Ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
d. Hipovolemia
e. Hipotensi / Hipertensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
2.
3.
4.
5.
6.
c. Bikarbonat
d. Kalsium
e. Fosfor
f. Magnesium
Infeksi
Perdarahan
Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor risiko
terjadinya perdarahan.
Troubleshooting
a. Masalah-masalah peralatan
b. Aliran dialisat
c. Konsentrat Dialisat
d. Suhu
e. Aliran Darah
f. Kebocoran Darah
g. Emboli Udara
Akses ke sirkulasi
a. Fistula Arteriovenosa
b. Ototandur
c. Tandur Sintetik
d. Kateter Vena Sentral Berlumen Ganda
DAFTAR PUSTAKA