Anda di halaman 1dari 15

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH MELALUI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE


STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA
KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

OLEH:
ANDI MULYADIN
201101630

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


PENDIDIKAN PROFESI GURU SM-3T
LPTK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2013

I.

Judul

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SEJARAH MELALUI


PENERAPAN MODEL STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA
SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

II.

Pendahuluan

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran


pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,
terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Dalam konteks
pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti, yaitu pembaruan
kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektivitas metode
pembelajaran. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan
kualitas hasil pendidikan. Secara mikro, harus ditemukan strategi atau pendekatan
pembelajaran yang efektif di kelas yang lebih dapat memberdayakan potensi siswa.
Salah satu komponen yang sangat menentukan dalam peningkatan mutu
pendidikan adalah komponen guru dengan segala kinerjanya. Guru memegang
peranan penting dalam suatu proses pembelajaran termasuk dalam perencanaan
maupun pelaksanaan kurikulum (Mulyasa, 2006). Proses pembelajaran sebagai
suatu aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa
berkaitan langsung dengan aktivitas guru. Sebagai suatu sistem kegiatan, proses
pembelajaran melibatkan guru mulai dari pemilihan dan pengurutan materi
pembelajaran, penerapan dan penggunaan metode pembelajaran, penyampaian
materi pembelajaran, pembimbingan belajar, sampai pada kegiatan pengevaluasian
hasil belajar. Berkaitan dengan peran tersebut, suatu proses pembelajaran akan
berlangsung secara baik jika dilaksanakan oleh guru yang memiliki kualitas
kompetensi akademik dan profesional yang memadai. Oleh karena itu, peningkatan
mutu pendidikan diupayakan melalui peningkatan mutu guru. Selengkap apa pun
prasarana dan sarana pendidikan, tanpa didukung oleh mutu guru yang memadai,
prasarana dan sarana tersebut tidak memiliki arti yang signifikan terhadap
peningkatan mutu pendidikan di suatu sekolah.
Terdapat berbagai macam alternatif strategi pembelajaran yang dapat diterapkan
oleh guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Salah satu
strategi yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi. Model pembelajaran ialah pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, dan pengololaan kelas. Model pembelajaran dapat

didefenisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis


dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Model pembelajaran di bedakan menjadi model pembelajaran langsung,
pembelajaran kooperatif dan pembelajaran berbasis masalah (Suprijono 2009: 46).
Hasil pengamatan peneliti di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Makassarmenunjukkan
bahwa proses pembelajaran di kelas selama ini yang terjadi cenderung
menggunakan komunikasi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah
siswa, sehingga siswa menjadi kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran
seperti berbagi gagasan dan pengalaman, bertanggung jawab terhadap tugas,
kemauan menerima pendapat yang lebih baik, bertanya, dan mendatangkan ahli
ke kelas, atau yang lebih buruknya adalah hasil belajar mereka yang mereduksi.
Akibat dari ketidaktepatan penggunaan Strategi
pembelajaran tersebut menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam
memahami dan menerapkan konsep materi pelajaran, Oleh karena itu diperlukan
upaya untuk meningkatkan keterampilan kooperatif dan hasil belajar siswa baik
secara individual maupun klasikal. Upaya yang dilakukan salah satunya adalah
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student teams-achievement
division (STAD). Model pembelajaran ini mempunyai gagasan agar siswa tergerak
untuk saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai
kemampuan yang diajarkan oleh guru. Tipe STAD ini mempunyai langkah-langkah
sebagai berikut, yaitu persiapan materi, presentasi kelas, pembagian tim,
mengerjakan kuis individual, pemberian skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

III.
a.

Perumusan dan pemecahan masalah


Rumusan masalah

Berdasarkan Latar Belakang di atas maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (Stad) dalam meningkatkan hasil belajar Mata
Pelajaran Sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Makassar?
2.
Apakah terjadi peningkatan hasil belajar Mata Pelajaran Sejarah pada siswa
kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Makassar melalui pembelajaran kooperatif tipestudent
teams-achievement division?
b.

Bentuk Tindakan

Dalam hal pemecahan masalah sesuai dengan latar belakang di atas maka bentuk
tindakan yang dilakukan yang diambil oleh peneliti adalah dengan menerapkan
model pembelajaran kooeperatif dengan tipe Student Teams-Achievement
Divisions (Stad) dalam proses belajar mengajar di kelas dengan tujuan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Makassar pada mata
pelajaran sejarah

IV.

Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams-Achievement Divisions (Stad) dalam meningkatkan hasil belajar Mata
Pelajaran Sejarah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Makassar?
2.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Mata Pelajaran Sejarah
pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5 Makassar melalui pembelajaran kooperatif
tipe student teams-achievement division?

V.

Manfaat

Manfaat Penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut;

a. Manfaat Teorits, penilitian ini bermanfaat untuk pengembangan metode


pembelajaran Kooperatif tipe student teams-achievement division, serta hasil
penelitian ini diharapkan mampu memberikan input pemikiran-pemikiran
baru terhadap proses pembelajaran yang efektif.

b. Manfaat Praktis, manfaat secara praktisnya adalah sebagai berikut;


1)
Siswa: meningkatkan keterampilan kooperatf dan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Sejarah. Diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa
untuk lebih mengembangkan kecerdasannya. Di samping itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat menciptakan konsep kerja sama dan menumbuhkan kecintaan
siswa untuk belajar.
2)
Guru: penelitian ini memberikan upaya solusi bagi guru dalam kegiatan
penelitian tindakan kelas dalam rangka meningkatkan keterampilan kooperatif dan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah.
3)
Sekolah: meningkatkan hasil belajar a juga akan meningkatkan citra sekolah
di mata masyarakat dan profesionalisme guru
4)
Pembaca: menambah pengetahuan dan dapat sebagai bahan perbandingan
untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pembelajaran
Kooperatif tipe student teams-achievement division
5)
Penulis: Pengalaman yang berharga untuk melaksankan tugas di masa yang
akan datang.

VI.

a.

Kajian Pustaka

Deskripsi singkat kajian pustaka

1.

Pembelajaran kooperatif (Cooperatif learning)

Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu


pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan pembelajaran kolaboratif. Panitz
membedakan kedua hal tersebut. Pembelajaran kolaboratiof didefenisikan sebagai
falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta
didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan
informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka.
Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan
kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentik assesment
oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya. Sedangkan
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh
guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta
menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta
didik menyelesaikanb masalah yang dimaksud. Guru biasaya menetapkan bentuk
ujian tertentu pada akhir tugas. (Suprijono 2009: 54)
Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan
pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar
belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur
dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara
anggota kelompok (Sugandi, 2002:14).
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai
penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa,
membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta
meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Dalam
pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang
sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi,
mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam
memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif, siswa lebih
termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, serta mampu
membangun hubungan interpersonal.
Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai
materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Hubungan kerja
seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat
dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan
dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar
bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus
diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu: saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi
antar anggota, evaluasi proses kelompok. Karakteristik pembelajaran kooperatif

diantaranya: siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi


akademis; anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi; jika memungkinkan, masing-masing
anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin; sistem
penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam model
pembelajaran kooperatif yaitu:
a)
Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b)
Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan
kerja sama diantara anggota kelompok.
c)
Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang dipelajari,
merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan
penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d)
Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari
lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh
kesimpulan.
Model pembelajaran kooperatif tidak terlepas dari kelemahan di samping kekuatan
yang ada padanya. Kelemahan tersebut antara lain terkait dengan kesiapan guru
dan siswa untuk terlibat dalam suatu strategi pembelajaran yang memang berbeda
dengan pembelajaran yang selama ini diterapkan. Guru dapat secara berangsurangsur mengubah kebiasaan tersebut. Ketidaksiapan guru untuk mengelola
pembelajaran demikian dapat diatasi dengan cara pemberian pelatihan yang
kemudian disertai dengan kemauan yang kuat untuk mencobakannya.Sementara
itu, ketidaksiapan siswa dapat diatasi dengan cara menyediakan panduan yang
memuat cara kerja yang jelas, petunjuk tentang sumber yang dapat dieksplorasi,
serta deskripsi tentang hasil akhir yang diharapkan, sistem evaluasi, dsb.Kendala
lain adalah waktu. Strategi pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang cukup
panjang dan fleksibel, meskipun untuk topik-topik tertentu waktu yang diperlukan
mungkin cukup dua kali tatap muka ditambah dengan kegiatan-kegiatan di luar jam
pelajaran. (http://www.slideshare.net/arif08/pembelajaran-kooperatif-6726162)

2.

Student Teams-Achievement Divisions (Stad)

Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawanya di Universitas Jhon
Hopkins. Metode ini di pandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung
dari pembelajaran kooperatif. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi
akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun
tertulis. Para siswa di dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing
terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang

heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota
kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk
menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota
kelompok. Secara individual atau kelompok, tiap minggu atau dua minggu
dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap
bahan akademik yang telah dipelajari. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas
penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada secara individual atau kelompok
yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
(Kunandar, 2011: 370)
Slavin (2005) menjelaskan bahwa salah satu keluaran non kognitif yang dihasilkan
dari pengalaman kooperatif di sekolah adalah bahwa para siswa akan menjadi lebih
kooperatif dan altruistik. Salah satu pengukuran yang sering digunakan dari
preferensi terhadap altruisme atau kooperasi sebagai kebalikan dari maksimalisasi
individu atau kompetisi adalah papan yang dirancang oleh Kagan dan Madsen
(1972) di mana para siswa mengalokasikan penghargaan kepada teman. Pilihanpilihan yang dihadapkan kepada para siswa adalah memberikan si teman tersebut
lebih banyak penghargaan (altruisme), jumlah penghargaan yang sama (setara),
atau penghargaan yang lebih sedikit (kompetisi) daripada yang diterima dirinya
sendiri. Banyak para ahli yang meneliti bahwa siswa yang sering mengikuti
Investigasi Kelompok akan membuat pilihan altruisme yang banyak, selain itu juga
ketika mereka ditempatkan dalam kelompok kooperatif yang baru, maka kerjasama
yang terjalin jadi jauh lebih baik serta menghasikan produktivitas yang lebih tinggi
dibandingkan siswa yang berasal dari kelas kontrol. Penemuan ini menganjurkan
bahwa pembelajaran yang kooperatif dapat mengembangkan perilaku semacam
perilaku prososial yang semakin dibutuhkan di dalam masyarakat di mana
kemampuan bergaul dengan orang lain menjadi semakin krusial. Pengaruh secara
keseluruhan dari pembelajaran kooperatif pada rasa harga diri siswa, dukungan
kelompok terhadap pencapaian prestasi, lokus kontrol internal, waktu mengerjakan
tugas, kesukaan pada kelas dan teman sekolah, kekooperatifan, dan variabel
lainnya adalah positif dan sangat kuat.
Langkah-langkah dalam model pembelajaran Student Teams-Achievement
Divisions (Stad) sebagi berikut:
1.
Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
2.

Guru menyajikan pelajaran

3.
Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota
kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota
lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4.
Guru memberi kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab
kuis tidak boleh saling membantu.
5.

Memberi evaluasi

6.

Kesimpulan (Suprijono 2009: 133)

3.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
a)
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons spesifik terhadap
rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol,
pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
b)
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi,
kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
c)
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkanb aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemmpuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam
memecahkan masalah.
d)
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukanb serangkaian gerak
jasmani dalam urusan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e)
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku (Suprijono, 2009: 6)

b.

Kerangka berfikir

Proses pembelajaran di kelas selama ini yang cenderung menggunakan komunikasi


satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, berakibat
pada siswa menjadi kurang terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti
berbagi gagasan dan pengalaman, bertanggung jawab terhadap tugas, kemauan
menerima pendapat yang lebih baik, bertanya, dan mendatangkan ahli ke kelas,
atau yang lebih buruknya adalah hasil belajar mereka yang mereduksi.
ketidaktepatan penggunaan Strategi pembelajaran yang menyebabkan rendahnya
kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep materi pelajaran,
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan keterampilan kooperatif dan
hasil belajar siswa baik secara individual maupun klasikal. Upaya yang dilakukan
salah satunya adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe student
teams-achievement division(STAD). Model pembelajaran ini mempunyai gagasan
agar siswa tergerak untuk saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam
menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Tipe STAD ini mempunyai
langkah-langkah sebagai berikut, yaitu persiapan materi, presentasi kelas,
pembagian tim, mengerjakan kuis individual, pemberian skor kemajuan individual,
dan rekognisi tim.

VII.
a.

Metode penelitian
Subjek; tempat, dan waktu

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 5Makassar yang
berjumlah 40 orang siswa yang terdiri dari 17 orang siswa laki-laki dan 23 orang
siswa perempuan. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA N5 Makassar yang
beralamat di Jalan Batua Raya pada bulan Juli 2013 sampai September 2013
b.

Langkah-langkah (skenario) PTK;

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan maka proses pembelajaran yang


dilakukan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement
Divisions (Stad). Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus . Setiap siklus
tediri dari perencanaan, tindakan, penerapan tindakan, observasi, refleksi.
Skema langkah-langkah PTK sebagai berikut:

c.

Siklus;

Siklus I
1)

Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada


tahap ini adalah :
a)

Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK.

b)
Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator
pembelajaran yang ingin dicapai
c)
Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil
pemebelajaran siswa.
d)
Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan
akademis, jenis kelamin,maupun etnis.
e)
Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model
pembelajaran yang akan dilaksanakan

2)

Pelaksanaan Tindakan

a)
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian, guru menjadi fasilitator selama
pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar Sejarah secara kooperatif learning
dengan model Student Teams-Achievement Divisions (Stad).Adapun langkah
langkah yang dilakukan adalah:
1.
Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).Mintalah anggota
kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja
kelompok.
2.

Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.

3.

Guru menyajikan pelajaran

4.

Bagikan lembar kegiatan siswa.

5.
Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu
kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka
mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan
kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan
suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika
siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya
dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan
berusaha menjawab pertanyaan itu.
6.
Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka
yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis.
Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya
untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan
untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat
mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka
seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
7.
Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru
sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang
anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota
yang lain bekerja dan sebagainya.
8.
Kuis, Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk
menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok.
Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam
nilai perkembangan kelompok.
9.
Penghargaan Kelompok, Langkah pertama yang harus dilakukan pada
kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan
memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan
kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam
kelompoknya.

b)
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test
secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.

3)

Observasi

Selama melakukan tindakan kelas, maka dilakukan observasi oleh observer (guru
mitra dan teman sejawat) tentang keterlaksanaan RPP, keterampilan mengelola
pembelajaran dan keterampilan kooperatif yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, setelah proses pembelajaran, siswa diberikan angket
respon terhadap proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD.

4)

Refleksi

Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang
telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang
ingin dicapai. Refleksi daimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah
atau belum terjadi, apa yang dihasilkan,kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu
dilakukan selanjutnya. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah
selanjutnya dalam upaya unttuk menghasilkan perbaikan pada siklus II.

Siklus II
Kegiatan pada siklus dua pada dasarnya sama dengan pada siklus I hanya saja
perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi pada siklus I sehingga lebih
mengarah pada perbaikan pada pelaksanaan siklus I.
1)

Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan maka perlu tindakan persiapan. Kegiatan pada


tahap ini adalah :
a)

Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang direncanakan dalam PTK.

b)
Penyusunan lembar masalah/lembar kerja siswa sesuai dengan indikator
pembelajaran yang ingin dicapai
c)
Membuat soal test yang akan diadakan untuk mengetahui hasil
pemebelajaran siswa.
d)
Membentuk kelompok yang bersifat heterogen baik dari segi kemampuan
akademis, jenis kelamin,maupun etnis.
e)
Memberikan penjelasan pada siswa mengenai teknik pelaksanaan model
pembelajaran yang akan dilaksanakan

2)

Pelaksanaan Tindakan

a)
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
dibuat. Dalam pelaksanaan penelitian, guru menjadi fasilitator selama
pembelajaran, siswa dibimbing untuk belajar Sejarah secara kooperatif learning
dengan model Student Teams-Achievement Divisions (Stad).Adapun langkah
langkah yang dilakukan adalah:
1.
Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen. Mintalah
anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah
kemeja kelompok.
2.

Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.

3.

Guru menyajikan pelajaran

4.

Bagikan lembar kegiatan siswa.

5.
Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu
kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka
mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan
kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan
suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika
siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya
dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan
berusaha menjawab pertanyaan itu.
6.
Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka
yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis.
Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya
untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan
untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat
mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka
seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
7.
Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru
sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang
anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota
yang lain bekerja dan sebagainya.
8.
Kuis, Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk
menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok.
Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam
nilai perkembangan kelompok.
9.
Penghargaan Kelompok, Langkah pertama yang harus dilakukan pada
kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan
memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan
kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam
kelompoknya.

b)
Di akhir pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru memberikan test
secara tertulis untuk mengevalausi hasil belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
3)

Observasi

Selama melakukan tindakan kelas, maka dilakukan observasi oleh observer (guru
mitra dan teman sejawat) tentang keterlaksanaan RPP, keterampilan mengelola
pembelajaran dan keterampilan kooperatif yang dilakukan oleh siswa selama proses
pembelajaran berlangsung, setelah proses pembelajaran, siswa diberikan angket
respon terhadap proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD.

4)

Refleksi

Pada tahap ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh. Hasil analisis data yang
telah ada dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil yang
ingin dicapai.

d.

Kriteria keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan skor
rata-rata dari tes hasil belajar mata pelajaran sejarah setelah siklus I maupun siklus
II. Dari tes hasil belajr siswa, dilakukan analisa ketuntasan secara individual. Siswa
secara individual dikatakan telah tuntas belajar, apabila rata-rata ketercapaian
indikator yang mewakili tujuan pembelajaran memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) mata pelajaran Sejarah di SMAN 5 Makassar yang ditetapkan
sebesar 70. Keberhasilan dari model pembelajaran ini dilihat dari persentase jumlah
siswa yang tuntas belajar sebesar 80% dari seluruh jumlah siswa.

VIII.

Jadwal Penelitian

No

Nama Kegiatan

Bulan/Minggu

Pembuatan Proposal

1 Mei 1 Juni 2013

Pengurusan Izin

1 6 Juni 2013

Pelaksanaan Penelitian

6 Juli 6 September 2013

Pembuatan Laporan

6 September 6 Oktober 2013

Seminar Hasil Penelitian

1 November 2013

IX.

Daftar Pustaka

Anonim. 2011. Pembelajaran


Kooperativ. http://www.slideshare.net/arif08/pembelajaran-kooperatif-6726162
Kunandar. 2011. Guru Profesional. Jakarta: Rajawali Pers
Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media

Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif


dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindak Kelas. Jakarta: Rajagrafindo


Persada

Anda mungkin juga menyukai