Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan munculnya golongan elite baru Indonesia dan tumbuhnya kesadaran awal
kebangsaan
2. Menjelaskan latar belakang lahirnya organisasi-organisasi pergerakan nasional di Indonesia
3. Menganalisis strategi-strategi perjuangan organisasi-organisasi pergerakan nasional di
Indonesia
4. Menghargai nilai-nilai Sumpah Pemuda dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan di
Indonesia pada masa kini.
Materi Pembelajaran
Penyusun
URAIAN MATERI POLITIK ETIS
A. Pengertian Politik Etis
Pada awal abad ke-20 di Indonesia, terjadi perubahan yang sangat besar yaitu politik
etis.Politik etis adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial
Belanda memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan rakyat pribumi.Pemikiran ini
merupakan kritik terhadap sistem politik tanam paksa Belanda.Politik ini dipelopori oleh
Pieter Brooshooft dan C.Th. Van Deventer yang membuka mata pemerintah kolonial
Belanda untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi. Politik etis tidak bisa dilepaskan
dari adanya Tanam Paksa (Cultural Stelsel) yang diberlakukan oleh Van Den Bosch
dilanjutkan dengan adanya Politik Pintu Terbuka.Politik etis juga muncul akibat adanya
kemenangan kaum liberal atas kaum konservatif di parlemen Belanda.
Munculnya politik etis dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut ini :
1. Pelaksanaan sistem tanam paksa yang menguntungkan Belanda, tetapi menimbulkan
penderitaan rakyat Indonesia telah menggugah hati nurani sebagian orang Belanda
2. Eksploitasi terhadap tanah dan penduduk Indonesia dengan sistem ekonomi liberal tidak
mengubah nasib buruk rakyat pribumi. Sementara itu, kaum kapitalis dari Belanda, Inggris,
Amerika, Belgia, Cina, dan Jepang memperoleh keuntungan yang sangat besar.
3. Upaya Belanda untuk memperkokoh pertahanan negeri jajahan dilakukan dengan cara
penekanan dan penindasan terhadap rakyat.Rakyat kehilangan hak miliknya yang utama
yaitu tanah. Bahkan, industri rakyat pun terdesak. Karena penderitaan itu, timbulah
golongan yang sama sekali tidak mempunyai tanah. Mereka termasuk dalam golongan
buruh yang bekerja pada perkebunan, pabrik, dan tambang.
4. Adanya kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri (Kaum Etisi) terhadap praktik liberal
colonial, seperti van Kol, van Deventer, de Waal, Baron van Hoevell, dan Van den
Berg.
1. P. Brooshoof, redaktur surat kabar De Lokomotif, yang pada tahun 1901 menulis buku
berjudul De Ethische Koers In de Koloniale Politiek (Tujuan Ethis dalam Politik Kolonial).
2. F. Holle, banyak membantu kaum tani.
3. Van Vollen Hoven, banyak memperdalam hukum adat pada beberapa suku bangsa di
Indonesia.
4. Abendanon, banyak memikirkan soal pendidikan penduduk pribumi.
5. Leivegoed, seorang jurnalis yang banyak menulis tentang rakyat Indonesia.
6. Van Kol, banyak menulis tentang keadaan pemerintahan Hindia Belanda.
7. Douwes Dekker (Multatuli), dalam bukunya yang berjudul Max Havelaar berisi kritikan
terhadap pelaksanaan tanam paksa di Lebak, Banten.
Pada dasarnya kebijakan-kebijakan yang diajukan oleh van Deventer tersebut baik. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai
Belanda. Berikut ini penyimpangan penyimpangan yang terjadi pada penerapan politik Etis yaitu
:
1. Irigasi, atau pengairan hanya ditujukan kepada tanah-tanah yang subur untuk perkebunan
swasta Belanda. Sedangkan milik rakyat tidak dialiri air dari irigasi.
2. Edukasi, Pemerintah Belanda membangun sekolah-sekolah. Pendidikan ditujukan untuk
mendapatkan tenaga administrasi yang cakap dan murah. Pendidikan yang dibuka untuk
seluruh rakyat, hanya diperuntukkan kepada anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang
mampu. Terjadi diskriminasi pendidikan yaitu pengajaran di sekolah kelas I untuk anak-anak
pegawai negeri dan orang-orang yang berharta, dan di sekolah kelas II kepada anak-anak
pribumi dan pada umumnya.
3. Migrasi, Migrasi ke daerah luar Jawa hanya ditujukan ke daerah-daerah yang dikembangkan
perkebunan-perkebunan milik Belanda. Hal ini karena adanya permintaan yang besar akan
tenaga kerja di daerah-daerah perkebunan seperti perkebunan di Sumatera Utara, khususnya
di Deli, Suriname, dan lain-lain.
Politik Etis yang dilaksanakan pada tahun 1900-1914, mulai menunjukkan kegagalan. Hal
ini disebabkan faktor-faktor berikut ini :
Penilaian / evaluasi :
Soal pilihan ganda sudah terintegrasi di Google form dg link :
https://forms.gle/a8UVHkkRYRLZsBjq6
DAFTAR PUSTAKA