Anda di halaman 1dari 7

MODUL POLITIK ETIS

DI SUSUN OLEH : NAJMUDDIN,S.Pd


SMAN 3 KAB. TANGERANG
2020
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Kompetensi Dasar Pengetahuan dan Kompetensi Dasar Ketrampilan dan


Indikator Indikator

3.4 Menghargai nilai-nilai sumpah pemuda 1. Menghayati tumbuhnya ruh kebangsaan.


dan maknanya bagi kehidupan 2. Menganalisis perjuangan organisasi
kebangsaan di Indonesia pada masa kini pergerakan kebangsaan.
3. Menganalisis proses penguatan jati diri
bangsa.
4. Meneladani nilai-nilai kejuangan
perjuangan para pemuda dan pelajar.
4.4 Menyajikan langkah-langkah dalam 1. Melaporkan dalam bentuk tulisan langkah-
penerapan nilai-nilai sumpah pemuda langkah dalam penerapan nilai-nilai Sumpah
dan maknanya bagi kehidupan Pemuda dan maknanya bagi kehidupan
kebangsaan di Indonesia pada masa kini kebangsaan di Indonesia pada masa kini
dalam bentuk tulisan dan/atau media lain

Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan munculnya golongan elite baru Indonesia dan tumbuhnya kesadaran awal
kebangsaan
2. Menjelaskan latar belakang lahirnya organisasi-organisasi pergerakan nasional di Indonesia
3. Menganalisis strategi-strategi perjuangan organisasi-organisasi pergerakan nasional di
Indonesia
4. Menghargai nilai-nilai Sumpah Pemuda dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan di
Indonesia pada masa kini.

Materi Pembelajaran

A. Politik Etis: 1901


B. Karakteristik Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Kolonialisme setelah Tahun 1908
C. Faktor Pendorong Lahirnya Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
D. Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia
PENDAHULUAN
Salah satu fungsi mempelajari masa lalu adalah agar mendapatkan pelajaran dari masa
lampau guna dijadikan pelajaran pada kehidupan masa sekarang dan masa depan. Tujuannya
agar kejadian buruk tidak akan terulang kembali dan kita bisa mencontoh atau mewariskan hal-
hal positif di masa lalu kepada generasi penerus. Dengan demikian, di dalam kehidupan
masyarakat kedudukan sejarah sangat penting, karena di dalamnya mengandung nilai atau unsur-
unsur positif sebagai bekal dalam kehidupan bermasyarakat.
Agar pencapaian setelah mempelajari modul ini menjadi maksimal, ada beberapa hal
yang perlu Anda perhatikan :
1. Pahami terlebih dahulu tentang sumpah pemuda dan munculnya organisasi pergerakan.
2. Pelajari materi tahap demi tahap secara tuntas dan pelajari terlebih dahulu peta konsep yang tersedia
sebagai modal awal kegiatan pembelajaran.
3. Tambahkan sumber bacaan atau referensi untuk memperkaya wawasan, terutama dari rujukan yang
terdapat dalam daftar pustaka serta sumber lain dari internet sepanjang masih relevan.
4. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mata kegiatan ini sangat tergantung kepada
kesungguhan Anda dalam mengerjakan tugas dan latihan. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau
berkelompok dengan teman sejawat.
5. Bila Anda menemui kesulitan, silakan hubungi guru mata pelajaran.

Tangerang, 26 September 2020

Penyusun
URAIAN MATERI POLITIK ETIS
A. Pengertian Politik Etis
Pada awal abad ke-20 di Indonesia, terjadi perubahan yang sangat besar yaitu politik
etis.Politik etis adalah suatu pemikiran yang menyatakan bahwa pemerintah kolonial
Belanda memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan rakyat pribumi.Pemikiran ini
merupakan kritik terhadap sistem politik tanam paksa Belanda.Politik ini dipelopori oleh
Pieter Brooshooft dan C.Th. Van Deventer yang membuka mata pemerintah kolonial
Belanda untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi. Politik etis tidak bisa dilepaskan
dari adanya Tanam Paksa (Cultural Stelsel) yang diberlakukan oleh Van Den Bosch
dilanjutkan dengan adanya Politik Pintu Terbuka.Politik etis juga muncul akibat adanya
kemenangan kaum liberal atas kaum konservatif di parlemen Belanda.
Munculnya politik etis dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut ini :
1. Pelaksanaan sistem tanam paksa yang menguntungkan Belanda, tetapi menimbulkan
penderitaan rakyat Indonesia telah menggugah hati nurani sebagian orang Belanda
2. Eksploitasi terhadap tanah dan penduduk Indonesia dengan sistem ekonomi liberal tidak
mengubah nasib buruk rakyat pribumi. Sementara itu, kaum kapitalis dari Belanda, Inggris,
Amerika, Belgia, Cina, dan Jepang memperoleh keuntungan yang sangat besar.
3. Upaya Belanda untuk memperkokoh pertahanan negeri jajahan dilakukan dengan cara
penekanan dan penindasan terhadap rakyat.Rakyat kehilangan hak miliknya yang utama
yaitu tanah. Bahkan, industri rakyat pun terdesak. Karena penderitaan itu, timbulah
golongan yang sama sekali tidak mempunyai tanah. Mereka termasuk dalam golongan
buruh yang bekerja pada perkebunan, pabrik, dan tambang.
4. Adanya kritik dari kaum intelektual Belanda sendiri (Kaum Etisi) terhadap praktik liberal
colonial, seperti van Kol, van Deventer, de Waal, Baron van Hoevell, dan Van den
Berg.

B. Isi Politik Etis


Isi dari politik etis terkenal dengan istilah Trilogi Van Deventer atau Trias Van Deventer.
Pada tahun 1889 Van Deventer memperjuangkan nasib bangsa Indonesia dengan menulis
karangan dalam majalah De Gids yang berjudul Eeu Eereschuld (Hutang Budi).Van
Deventer menjelaskan bahwa Belanda telah berhutang budi kepada rakyat Indonesia .
Hutang budi itu harus dikembalikan dengan memperbaiki nasib rakyat,mencerdaskan dan
memakmurkan. Isi Politik etis itu yaitu :

1. Irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan


untuk keperluan pertanian.Sarana vital bagi pertanian adalah pengairan dan oleh pihak
pemerintah telah dibangun sejak 1885.
2. Emigrasi , mengajak penduduk untuk bertransmigrasi.Dengan transmigrasi tanah-tanah di
luar Jawa yang belum diolah menjadi lahan perkebunan, akan dapat diolah untuk menambah
penghasilan. Selain itu juga untuk mengurangi kepadatan penduduk Jawa. Pada 1865 jumlah
penduduk Jawa dan Madura 14 juta. Pada 1900 telah berubah menjadi dua kali lipat. Pada
awal abad ke-19 terjadi migrasi penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Timur sehubungan
dengan adanya perluasan perkebunan tebu dan tembakau, migrasi penduduk dari Jawa ke
Sumatra Utara karena adanya permintaan besar akan tenaga kerja perkebunan di Sumatra
Utara, terutama ke Deli, sedangkan ke Lampung mempunyai tujuan untuk menetap
3. Edukasi ,memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan. Pengaruh politik etis dalam
bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan dalam pengembangan dan perluasan dunia
pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat
berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925), seorang Menteri
Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan selama lima tahun (1900-1905). Sejak tahun 1900 inilah
berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang hampir merata di
daerah-daerah.

C. Pendukung Politik Etis

Pendukung Politik Etis usulan Van Deventer adalah sebagai berikut :

1. P. Brooshoof, redaktur surat kabar De Lokomotif, yang pada tahun 1901 menulis buku
berjudul De Ethische Koers In de Koloniale Politiek (Tujuan Ethis dalam Politik Kolonial).
2. F. Holle, banyak membantu kaum tani.
3. Van Vollen Hoven, banyak memperdalam hukum adat pada beberapa suku bangsa di
Indonesia.
4. Abendanon, banyak memikirkan soal pendidikan penduduk pribumi.
5. Leivegoed, seorang jurnalis yang banyak menulis tentang rakyat Indonesia.
6. Van Kol, banyak menulis tentang keadaan pemerintahan Hindia Belanda.
7. Douwes Dekker (Multatuli), dalam bukunya yang berjudul Max Havelaar berisi kritikan
terhadap pelaksanaan tanam paksa di Lebak, Banten.

D. Penyimpangan Politik Etis

Pada dasarnya kebijakan-kebijakan yang diajukan oleh van Deventer tersebut baik. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai
Belanda. Berikut ini penyimpangan penyimpangan yang terjadi pada penerapan politik Etis yaitu
:

1. Irigasi, atau pengairan hanya ditujukan kepada tanah-tanah yang subur untuk perkebunan
swasta Belanda. Sedangkan milik rakyat tidak dialiri air dari irigasi.
2. Edukasi, Pemerintah Belanda membangun sekolah-sekolah. Pendidikan ditujukan untuk
mendapatkan tenaga administrasi yang cakap dan murah. Pendidikan yang dibuka untuk
seluruh rakyat, hanya diperuntukkan kepada anak-anak pegawai negeri dan orang-orang yang
mampu. Terjadi diskriminasi pendidikan yaitu pengajaran di sekolah kelas I untuk anak-anak
pegawai negeri dan orang-orang yang berharta, dan di sekolah kelas II kepada anak-anak
pribumi dan pada umumnya.
3. Migrasi, Migrasi ke daerah luar Jawa hanya ditujukan ke daerah-daerah yang dikembangkan
perkebunan-perkebunan milik Belanda. Hal ini karena adanya permintaan yang besar akan
tenaga kerja di daerah-daerah perkebunan seperti perkebunan di Sumatera Utara, khususnya
di Deli, Suriname, dan lain-lain.

E. Dampak pelaksanaan Politik Etis bagi bangsa Indonesia:

1. Pembangunan infrastruktur seperti pembangunan rel kereta api yang memperlancar


perpindahan barang dan manusia
2. Pembangunan infratruktur pertanian dalam hal ini bendungan yang bermanfaat bagi
pengairan.
3. Berdirinya sekolah-sekolah antara lain, Hollandsch Indlandsche School(HIS) setingkat SD
untuk kelas atas dan yang untuk kelas bawah dibentuk sekolah kelas dua, Meer Uitgebreid
Lagare Onderwijs (MULO) setingkat SMP, Algemeene Middlebare School (AMS) setingkat
SMU, Kweek School (Sekolah Guru) untuk kaum bumi putra dan Technical Hoges School
(Sekolah Tinggi Teknik), School Tot Opleiding Van Indische Artsen (STOVIA) sekolah
kedokteran.
4. Adanya berbagai sekolah mengakibatkan munculnya kaum terpelajar atau cendikiawan yang
nantinya menjadi pelopor Pergerakan Nasional seperti contoh Soetomo mahasiswa STOVIA
mendirikan organisasi Budi Utomo.

F. Kegagalan Politik Etis

Politik Etis yang dilaksanakan pada tahun 1900-1914, mulai menunjukkan kegagalan. Hal
ini disebabkan faktor-faktor berikut ini :

1. Terjadinya pandangan-pandangan yang berbeda di kalangan Belanda, sehingga para


pelaksana Politik Etis, seperti para gubernur jenderal mulai ragu-ragu dan tidak berani
secara tegas dalam menjalankan politik kolonialnya atas Indonesia.
2. Timbulnya kaum cerdik pandai Indonesia yang menjadi motor pergerakan nasional
Indonesia yang berhasil mempersatukan bangsa Indonesia sebagai satu kekuatan nasional
untuk memperoleh kemerdekaan.
3. Timbulnya pergerakan nasional Indonesia sebagai wadah perjuangan dalam lingkup
Indonesia sebagai kesatuan dan dengan cara-cara modern dalam berorganisasi. Jadi, tidak
lagi bersifat kedaerahan dan hanya bergantung pada karisma seorang pemimpin.
4. Timbulnya Perang Dunia I, yang banyak mengubah kebijakan dunia, khususnya
mengenai hubungan negara penjajah dan negara terjajah. Akibatnya, Belanda terpaksa
mendirikan Dewan Rakyat (Volksraad).
5. Tidak semua usaha Belanda berhasil dalam melaksanakan Politik Etis. Misalnya, makin
kuat mengalirnya penduduk dari luar Jawa ke Jawa guna memperoleh pendidikan yang
lebih tinggi, bertentangan dengan emigrasi yang sedang dilakukan pemerintah Belanda.
Akibatnya, muncul kegelisahan sosial yang meletus dalam wujud pemberontakan petani
yang terjadi di Jambi, Cimareme, dan Toli-toli.
Tugas Individu :

Penilaian / evaluasi :
Soal pilihan ganda sudah terintegrasi di Google form dg link :
https://forms.gle/a8UVHkkRYRLZsBjq6

DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, Roeslan. 1971. 25 Tahun Indonesia. Djakarta: PT. Gunung Agung


Kemendikbud. 2018. Sejarah Indonesia untuk SMA/SMK Kelas
XII. Jakarta: PT. Gramedia

Poesponegoro,Marwati Djoened.1992.Sejarah Nasional Indonesia V.Jakarta:Balai


Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai