Demam Tifoid
Demam Tifoid
Definisi
Demam Tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau Typoid fever. Demam tipoid ialah
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran.
Infectious Agent
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari Genus
Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip, tidak membentuk spora, motil,
berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup
sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini
dapat mati dengan pemanasan (suhu 600C) selama 15 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan
khlorinisasi.
Gejala Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan penderita
dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 20 hari. Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala
prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.
Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu:
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remitten dan
suhu tidak begitu tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Dalam minggu kedua penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam
minggu keriga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering pecah pecah (regaden). Lidah
ditutupi selaput putih kotor (coated tongue/tipoid tongue), ujung dan tepinya kemerahan.
Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan
limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, mungkin
normal bahkan bisa terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun biasanya dalam batas apatis sampai somnolen.
Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.
Disamping gejala-gejala yang biasa ditemukan tersebut kadang-kadang ditemukan pula gejala
lain berupa roseola pada punggung dan ekstremitas dan bradikardia pada anak besar
Epidemiologi
Demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik di Asia, Afrika,
Amerika Latin Karibia dan Oceania, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong penyakit
menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 3002 sekitar 16
juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia prevalensi 91% kasus
demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Ada dua
sumber penularan S.typhi : pasien yang menderita demam tifoid dan yang lebih sering
dari carrier yaitu orang yang telah sembuh dari demam tifoid namun masih mengeksresikan S.
typhi dalam tinja selama lebih dari satu tahun
Relaps
Relaps atau kambuh merupakan keadaan berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan
tetapi berlangsung lebih ringan dan lebih singkat. Biasanya terjadi dalam minggu kedua setelah
suhu badan normal kembali.
Diagnosis
Menegakkan diagnosis demam tifoid pada anak merupakan hal yang tidak mudah
gejala dan tanda- tanda yang tidak khas. Diagnosis demam tifoid dapat dibuat dari
berupa demam, gangguan gastrointestinal dan mungkin disertai perubahan atau
kesadaran. Untuk memastikan diagnosis tersangka demam tifoid maka perlu
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut :
mengingat
anamnesis
gangguan
dilakukan
1. Darah tepi
Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau
perdarahan usus.
Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/uL.
Limfositosis relatif dan anaeosinofilia pada permulaan sakit.
Trombositopeni terutama pada demam tifoid berat.
2. Pemeriksaan serologi
Serologi Widal : untuk membuat diagnosis yang diperlukan adalah titer terhadap
antigen O dengan kenaikan titer 1/200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase
konvalesens.
Kadar Ig M dan Ig G (Typhi-dot).
3. Biakan Salmonela
Biakan darah terutama pada minggu I perjalanan penyakit.
Kultur tinja terutama pada minggu II perjalanan penyakit.
Komplikasi
Dapat terjadi pada :
a. Intestinal:
Perdarahan usus. Bila perdarahan yang terjadi banyak dan berat dapat terjadi
melena disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
Perforasi usus. Biasanya dapat timbul pada minggu ketiga atau lebih.
Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi tapi dapat juga tanpa perforasi usus
dengan ditemukannya gejala abdomen akut, yaitu nyeri perutyang hebat, dinding
abdomen tegang (defans musculair) dan nyeri tekan.
2. Diluar Intestinal
Pengobatan
a. Medikamentosa
1. Antibiotik
Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgBB/hari, oral atau iv, dibagi dalam
4 dosis selama 10-14 hari.
Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, oral selama 10 hari.
Kotrimoksazol 6 mg/kgBB/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari.
Seftriakson 80 mg/kgBB/hari, iv atau im, sekali sehari selama 5 hari.
Sefiksim 10 mg/kgBB/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari.
2. Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran.
Deksametason 1-3 mg/kgBB/hari iv, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.
3. Antipiretik
b. Suportif
Tirah baring
Isolasi yang memadai
Kebutuhan cairan dan kalori yang cukup
Diet rendah serat dan mudah dicerna
Prognosis
Umumnya prognosis demam tifoid pada anak baik asal penderita cepat mendapat pengobatan.
Prognosa menjadi buruk bila terdapat gejala klinis yang berat, seperti :