Anda di halaman 1dari 10

D

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA


ACUAN KERJA (KAK)

D.1
TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
D.1.1
Tanggapan Terhadap Latar Belakang
Dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) disebutkan bahwa melalui Instruksi Presiden
Republik Indonesia No.7 Tahun 2012 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan
Peraturan Menteri PAN dan RB No.54 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan dan Kinerja dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja, maka sudah
menjadi kewajiban setiap instansi pemerintah untuk menggambarkan akuntabilitas
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan visi dan
misi Kementerian PUPR, maka diperlukan acuan sebagai landasan pelaksanaan program dan
kegiatan Kementerian PUPR yaitu Dokumen Renstra (Rencana Strategis) yang mencakup
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang disusun secara berkala (5 Tahunan).
Renstra tersebut memuat tujuan, sasaran, indikator, dan target yang akan dicapai per tahun
dalam kurun waktu 5 tahun termasuk penjabaran pendanaan yang dibutuhkan untuk
membiayai kegiatan tersebut selama kurun waktu 5 tahun.
Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan mengamanatkan bahwa pengukuran kinerja digunakan
sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi
D-1

USULAN TEKNIS
Pengukuran Keterpaduan Infrastruktur PUPR Pada WPS Kepulauan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Bara t

pemerintah. Adapun dalam Perpres No.29 Tahun 2014 sebagai bagian dari siklus SAKIP,
pengukuran yang dimaksud tersebut merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik
dan didasarkan pada kelompok indikator kegiatan yang berupa indikator-indikator masukan,
keluaran, hasil dan dampak. Penilaian tersebut tidak terlepas dan proses yang merupakan
kegiatan mengolah masukan menjadi keluaran atau penilaian dalam proses penyusunan
kebijakan program/kegiatan yang dianggap penting dan berpengaruh terhadap pencapaian
sasaran dan tujuan.
Berdasarkan Peraturan Presiden No.15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) mempunyai
fungsi perencanaan (planning) yang terdapat dalam siklus manajemen organisasi POAC
(Planning-Organizing-Actuating-Controlling). Selain itu,

mempunyai tugas untuk

menyelenggarakan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di


lingkungan kementerian untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis
kementerian tersebut.
Pada tahun 2015 Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah telah menyelesaikan Kajian
Kebijakan Pengembangan Instrumen Pengendalian Infrastruktur dan Penyusunan Indikator
Kinerja Keterpaduan Infrastruktur PUPR. Kedua produk diatas akan digunakan untuk
mengukur tingkat (%) keterpaduan pembangunan fisik PUPR di dalam kawasan, antar
kawasan dalam Wilayah Pengembangan Strategis dan antar Wilayah Pengembangan
Strategis.
Pada tahun 2016 Bidang Pemantauan dan Evaluasi akan melakukan pengukuran tingkat
keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR (SDA, Bina Marga, Cipta Karya dan
Penyediaan Perumahan) di dalam kawasan, antar kawasan dalam Wilayah Pengembangan
Strategis dan antar Wilayah Pengembangan Strategis yang ada di Sulawesi, Maluku, Maluku
Utara, Papua dan Papua Barat.
Secara umum, konsultan sudah memahami latar belakang dari pekerjaan Pengukuran
Keterpaduan Infrastruktur PUPR Pada WPS Kepulauan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara,
Papua dan Papua Barat yang ada dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Sampai saat ini,
masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam rangka pengembangan infrastruktur
khususnya infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat seperti: disparitas
wilayah terutama wilayah Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia, eksploitasi
sumber daya alam yang tidak terkendali, pemanfaatan dan pengendalian pembangunan
infrastruktur belum sesuai dengan rencana tata ruang, arus urbanisasi yang tinggi yang
menyebabkan tumbuhnya wilayah kumuh, degradasi kualitas lingkungan dan kurangnya

D-2

USULAN TEKNIS
Pengukuran Keterpaduan Infrastruktur PUPR Pada WPS Kepulauan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Bara t

ketersediaan air bersih maupun air minum. Di sisi lain, masih terlihat adanya
ketidakpaduan antara perencanaan pembangunan infrastruktur perhubungan latu dengan
infrastruktur pekerjaan umum khususnya jalan dan sumber daya air serta belum optimalnya
sinergi pembangunan infrastruktur akibat adanya batasan kewenangan pemerintah pusat
maupun daerah.
Visi Kementerian PUPR ke depan adalah terwujudnya infrastruktur pekerjaan umum dan
perumahan rakyat yang handal dalam mendukung Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong. Untuk mewujudkan visi tersebut, tentu saja
Kementerian PUPR harus bergerak cepat melalui proses pembangunan infrastruktur yang
sudah direncanakan dan sesuai dengan kebijakan pembangunan wilayah nasional. Arah
kebijakan pembangunan wilayah nasional tersebut meliputi berbagai aspek antara lain :
percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah pengembangan
kawasan perkotaan dan perdesaan, peningkatan keterkaitan perkotaan dan perdesaan,
pengembangan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan, dan pengembangan tata ruang
wilayah nasional. Pembangunan infrastruktur harus direncanakan secara terpadu
berdasarkan pendekatan kawasan melalui pembangunan Wilayah Pengembangan Strategis
(WPS). Saat ini sudah ditetapkan 35 WPS di Indonesia yang terbagi dalam 3 pertumbuhan
terpadu yaitu kawasan yang sudah terbangun (10 WPS), kawasan yang sedang berkembang
(16 WPS) dan kawasan pertumbuhan baru (9 WPS).
Keterpaduan infrastruktur dalam mendukung pengembangan wilayah telah diamanatkan
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Sesuai
dengan asas keterpaduan yaitu pengintegrasian kebijakan perencanaan berbagai sektor
secara horizontal maupun vertikal (antar komponen terkati0 atau antara pemerintah pusat
dan daerah, maka perlu dilakukan penguatan koordinasi khususnya untuk peningkatan
keterpaduan pembangunan infrastruktur antara pemerintah pusat dan daerah sehingga
tidak terjadi tumpang tindih program dan nantinya dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat. Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa pada tahun 2015 Badan
Pengembangan

Infrastruktur

Wilayah

telah

menyelesaikan

Kajian

Kebijakan

Pengembangan Instrumen Pengendalian Infrastruktur dan Penyusunan Indikator Kinerja


Keterpaduan Infrastruktur PUPR. Oleh karena itu, kedua produk diatas akan digunakan
dalam pekerjaan ini dengan tujuan untuk mengukur tingkat (%) keterpaduan pembangunan
fisik PUPR di dalam kawasan, antar kawasan dalam Wilayah Pengembangan Strategis dan
antar Wilayah Pengembangan Strategis khususnya di wilayah Kepulauan Sulawesi, Maluku,
Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

D-3

USULAN TEKNIS
Pengukuran Keterpaduan Infrastruktur PUPR Pada WPS Kepulauan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Bara t

D.1.2
Tanggapan Terhadap Dasar Hukum
Dasar Hukum pekerjaan sebagaimana disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Presiden No.15 Tahun 2015 Tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
2. Peraturan Presiden No.7 Tahun 2015 Tentang Organisasi Kementerian Negara;
3. Peraturan Menteri PAN dan RB No.54 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja;
4. Peraturan Menteri PAN dan RB No.20 Tahun 2013 tentang Perubahan Lampiran
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.25
Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
5. Instruksi Presiden Republik Indonesia No.7 Tahun 2012 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah.
Secara umum konsultan sudah memahami referensi hukum yang akan dipergunakan dalam
proses penyelesaian pekerjaan. Nantinya konsultan juga akan untuk mengkaji dan
menggunakan referensi hukum lain yang dianggap dapat sesuai dan membantu proses
penyelesaian pekerjaan.
D.1.3
Tanggapan Terhadap Tujuan Dan Sasaran
Tujuan dan sasaran pekerjaan sebagaimana disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan Pekerjaan
Tujuan dari kegiatan ini adalah terukurnya tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR
(SDA, Bina Marga, Cipta Karya, dan Penyediaan Perumahan) di dalam kawasan, antar
kawasan dalam Wilayah Pengembangan Strategis dan antar Wilayah Pengembangan
Strategis (WPS) Wilayah Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
b. Sasaran Pekerjaan
Sasaran dilaksanakannya pekerjaan ini adalah terukurnya tingkat keterpaduan
infrastruktur PUPR (SDA, Bina Marga, Cipta Karya, dan Penyediaan Perumahan) di
dalam kawasan, antar kawasan dalam Wilayah Pengembangan Strategis dan antar
Wilayah Pengembangan Strategis di Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) wilayah
Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Tujuan dan sasaran yang pekerjaan yang disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
sudah dipahami oleh konsultan. Inti dari tujuan dan sasaran tersebut adalah terukurnya
tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR (SDA, Bina Marga, Cipta Karya dan Penyediaan

D-4

USULAN TEKNIS
Pengukuran Keterpaduan Infrastruktur PUPR Pada WPS Kepulauan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Bara t

Perumahan) baik di dalam kawasan, antar kawasan dalam Wilayah Pengembangan


Strategis dan antar Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Wilayah Sulawesi, Maluku,
Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Adapun konsep keterpaduan infrastruktur PUPR
secara garis besar dapat dilihat pada Gambar D.1. Salah satu bentuk dari ukuran
keterpaduan adalah persentase yang dihasilkan dari berbagai kriteria dan indikator.
Gambar D.1

Konsep Besar Keterpaduan Perencanaan dan Pemrograman

Infrastruktur PUPR

Persentase Keterpaduannya =.......?


D.1.4
Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup Kegiatan Yang Akan Dilaksanakan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) menyebutkan ruang lingkup kegiatan yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan review terhadap kriteria dan indikator pengukuran kinerja yang telah ada;
2. Pengumpulan informasi dan studi literatur yang terkait dengan pengukuran keterpaduan
infrastruktur PUPR dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur PU dan Perumahan
Rakyat;

D-5

USULAN TEKNIS
Pengukuran Keterpaduan Infrastruktur PUPR Pada WPS Kepulauan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Bara t

3. Mengukur tingkat keterpaduan infrastruktur PUPR dalam kawasan WPS, antar kawasan
dalam WPS dan antara WPS;
4. Mengumpulkan data pelaksanaan pembangunan infrastruktur PUPR (SDA, Bina Marga,
Cipta Karya dan Penyediaan Perumahan) di dalam kawasan, antar kawasan dalam
Wilayah Pengembangan Strategis dan antar Wilayah Pengembangan Strategis di Wilayah
Pulau Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
5. Mengintegrasikan data progress pembangunan fisik ke dalam peta kawasan dan Wilayah
Pembangunan Strategis (WPS) dalam peta berbentuk shp dan microsoft word (softcopy
dan hardcopy);
6. Melakukan diskusi teknis/Focus Group Discussion 3 kali di Manado, Ternate, dan
Sorong serta konsinyiasi 3 kali di Jakarta dengan melibatkan pihak-pihak terkait.
Ada 6 (enam) tahapan besar dalam lingkup pekerjaan ini seperti yang sudah disebutkan
dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan secara umum tahapan besar tersebut sudah
dipahami oleh konsultan. Selanjutnya konsultan akan mengembangkan lingkup kegiatan
tersebut ke dalam rencana atau program kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka
penyelesaian pekerjaan. Dalam tahapan awal pekerjaan disebutkan adanya review
terhadap kriterian dan indikator pengukuran kinerja yang sudah ada. Sebagaimana
disebutkan sebelumnya, maka output yang dihasilkan dari 2 pekerjaan yang berkaitan
yang sudah dilaksanakan pada tahun 2015 sangat penting sekali sebagai masukan bagi
konsultan dalam melakukan review kriteria dan indikator kinerja.
D.1.5
Tanggapan Terhadap Luaran dan Manfaat
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK), adapun luaran dan manfaat dari pekerjaan ini
adalah sebagai berikut :
a. Luaran
Luaran dari pekerjaan ini adalah laporan hasil pengukuran keterpaduan infrastruktur
PUPR di dalam kawasan, antar kawasan dalam Wilayah Pengembangan Strategis dan
antar Wilayah Pengembangan Strategis di Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan
Papua Barat, yang didalamnya termuat peta infrastruktur dalam bentuk shp dan
microsoft word (softcopy dan hardcopy).
b. Manfaat
Manfaat dari pekerjaan ini adalah terukurnya keterpaduan infrastruktur PUPR di dalam
kawasan, antar kawasan dalam Wilayah Pengembangan Strategis dan antar Wilayah
Pengembangan Strategis di Wilayah Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua
Barat.

D-6

USULAN TEKNIS
Pengukuran Keterpaduan Infrastruktur PUPR Pada WPS Kepulauan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Bara t

Keluaran dan manfaat dari pekerjaan sebagaimana disebutkan dalam Kerangka Acuan
Kerja sudah dipahami oleh konsultan. Konsultan akan berusaha untuk memberikan laporan
hasil pengukuran keterpaduan infrastruktur PUPR yang maksimal sehingga bisa
menghasilkan manfaat yang maksimal bagi pihak terkait.
D.1.6
Tanggapan Terhadap Pelaksanaan Pekerjaan
Kerangka Acuan Kerja (KAK) menyebutkan bahwa konsultan harus membuat jadual
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan Pengukuran Kinerja Pelaksanaan Kebijakan dan Program Keterpaduan
Infrastruktur PUPR pada WPS Kepulauan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan
Papua Barat.
Jangka waktu penyelesaian pekerjaan dalam Kerangka Acuan Kerja adalah 240 (dua ratus
empat puluh) hari kalender. Menurut konsultan, waktu penyelesaian pekerjaan selama 240
hari tersebut (8 bulan) merupakan waktu yang cukup sehingga konsultan akan berusaha
untuk menyiapkan hasil pekerjaan ini dengan sebaik-baiknya. Saran dari konsultan
terhadap waktu pekerjaan ini secara umum tidak ada karena sudah dianggap cukup untuk
konsultan.
D.1.7
Tanggapan Terhadap Pelaksana Pekerjaan
Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan beberapa tenaga ahli dengan uraian sebagai
berikut :
a. 2 orang Tenaga Ahli Kebijakan Publik (termasuk 1 orang Team Leader)
b. 1 orang Tenaga Ahli Manajemen;
c. 2 orang Tenaga Ahli SDM.

Adapun ringkasan kebutuhan personil dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Kualifikasi

N
o
Bidang Keahlian
A. TENAGA AHLI
1. Ahli Kebijakan Publik

Pendidikan
S2 Kebijakan
Publik/S2
Perencanaan
Wilayah

Sertifikat
Keahlian

Pengalaman

2 tahun

Jumlah
Orang

Jumlah
Orang.B
ulan

D-7

USULAN TEKNIS
Pengukuran Keterpaduan Infrastruktur PUPR Pada WPS Kepulauan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Bara t

3.
4.

5.
6.

Bidang Keahlian

Pendidikan

Tenaga Ahli Jalan dan


Jembatan
Tenaga
Ahli
Permukiman/Lingkungan
Tenaga Ahli Planologi

S1
Teknik
Sipil Jalan
S1
Lingkungan
S1
Teknik
Perencanaan
Wilayah dan
Kota
S1 Hukum

Tenaga Ahli Hukum dan


Kelembagaan
Tenaga Ahli Sumber Daya
Air

7.

Tenaga Ahli
Pembangunan

8.

Tenaga Ahli Manajemen

9.

Tenaga Ahli Geografi

Ekonomi

B. TENAGA PENDUKUNG
1. Sekretaris
2.

Jumlah
Orang.B
ulan

4 Tahun

4 Tahun

4 Tahun

4 Tahun

4 Tahun

4 Tahun

Harus
Ada

4 Tahun

Harus
Ada

4 Tahun

Kualifikasi

N
o
2.

Jumlah
Orang

Operator Komputer

S1
Teknik
Sipil
Pengairan
S1 Ekonomi
Pembanguna
n
S1
Teknik
Manajemen
Konstruksi
S1 Geografi
Wilayah
Akademi
Sekretaris
Teknik
Komputer

Sertifikat
Keahlian
Harus
Ada
Harus
Ada
Harus
Ada

Harus
Ada

Pengalaman

Secara umum konsultan sudah memahami kebutuhan personil yang dibutuhkan dalam
proses pekerjaan ini dan akan menempatkan masing-masing tenaga ahli sesuai dengan
porsi tugas yang diembannya. Konsultan akan berupaya agar semua tahapan pekerjaan
dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan kebutuhan personil yang ditawarkan.
D.1.8
Tanggapan Terhadap Jenis Dan Jumlah Laporan
Dalam Kerangka Acuan Kerja disebutkan bahwa laporan akan dibahas dalam forum tim
teknis dan seluruh stakholder yang terkait, dengan tahapan pelaporan sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan sebanyak 10 Laporan Pendahuluan dan harus diserahkan
selambat-lambatnya satu bulan kalender setelah SPMK diterbitkan.
2. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan sebanyak 5 rangkap diserahkan setiap bulan kepada tim teknis.
3. Laporan Antara

D-8

USULAN TEKNIS
Pengukuran Keterpaduan Infrastruktur PUPR Pada WPS Kepulauan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Bara t

Laporan Antara sebanyak 10 Laporan Antara sesuai kebutuhan berisi hasil identifikasi
dan hasil kunjungan lapangan serta hasil analisa kunjungan lapangan, diserahkan
selambat-lambatnya tiga bulan setelah SPMK ditandatangani.
4. Laporan Draft Final
Laporan Draft Final sebanyak 15 Laporan Draft Final yang diserahkan oleh konsultan
dan diserahkan paling lambat 6 bulan kalender setelah SPMK ditandatangani.
5. Laporan Akhir
Laporan Akhir/Final sebanyak 20 buku dan handout bahan presentasi sesuai kebutuhan,
berisi 15 Laporan Akhir diserahkan paling lambat 8 bulan kalender setelah SPMK
ditandatangani. Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) sebanyak 20 eksemplar,
diserahkan bersamaan dengan penyerahan Laporan Final/Akhir.
Hasil dari penyusunan Laporan berupa softcopy Laporan Akhir harus diserahkan kepada
pemberi tugas dalam rangka 10 (sepuluh) set flashdisk. Laporan tersebut dibuat untuk
setiap tahapan harus dilakukan pembahasan dengan Kepala Satker, Tim Teknis dan
Pejabat Terkait.
6. Rencana Mutu Kontrak
Penyedia jasa konsultasi wajib menyusun Rencana Mutu Kontrak (RMK) sesuai dengan
Permen PU No.04 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Mutu (SMM) yang
diserahkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pusat Pemrograman dan Evaluasi
Keterpaduan Infrastruktur PUPR 2 minggu setelah tandatangan kontrak. Outline
Rencana Mutu Kontrak ada pada Lampiran 1 Permen PU No.04 Tahun 2009.
Konsultan sudah memahami pelaporan yang dipersyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK), dan sudah kewajiban dari konsultan untuk memenuhi dan menyerahkan laporanlaporan tersebut kepada pihak pengguna jasa. Selain terpenuhi secara fisik, konsultan juga
akan menyerahkan laporan-laporan tersebut sesuai dengan waktu yang ditentukan.

D.2

SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


Setelah memberikan tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK) sebagaimana sudah
dijelaskan diatas, maka konsultan juga akan memberikan saran terhadap KAK seperti
berikut ini :
1. Lingkup pekerjaan masih perlu didetailkan;
2. Perlu disebutkan waktu pelaksanaan pekerjaan secara jelas dan bukan tersirat.
3. Substansi masing-masing pelaporan masih perlu didetailkan sehingga konsultan bisa
menghasilkan rencana kerja yang lebih baik;
4. Jadual pelaksanaan masih perlu didetailkan;
5. Perlu pendetailan struktur organisasi dan deskripsi kerja masing-masing tenaga ahli
secara umum;

D-9

USULAN TEKNIS
Pengukuran Keterpaduan Infrastruktur PUPR Pada WPS Kepulauan Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Bara t

D-10

Anda mungkin juga menyukai