Anda di halaman 1dari 17

BAB I

DESKRIPSI KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. F
Umur
: 51 tahun
Status perkawinan
: kawin
Warga negara
: Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: URT
Alamat
: BTN Palupi
Masuk RS tanggal
: 21 Februari 2016

II.
RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan utama atau alasan terapi
Pasien dirawat di RS Anutapura karena gelisah dan tidak mau makan.
B. Riwayat gangguan sekarang
Keluhan utama dan gejala
Pasien datang ke RS Anutapura diantar oleh anak dan suaminya dengan
keluhan tidak mau makan. Menurut anak pasien pasien sudah 1 minggu tidak
mau makan, suami dan anak pasien sudah memaksa pasien untuk makan tapi
pasien tetap tidak mau makan. Dirumah pasien hanya jalan-jalan tidak bisa
tenang, mondar-mandir gelisah. Pasien juga mengeluh sulit tidur, pasien
terjaga sepanjang malam selama 1 minggu terakhir, menurut pasien mau tidur
tapi tidak bisa tertidur, pikiran melayang-layang. Awalnya keluhan ini
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu saat pasien bertengkar tentang masalah
keluarga dengan kakak pasien. Setelah bertengkar pasien jadi terlihat murung,
sedih, tidak mau makan, tidak bisa tidur, gelisah, kadang keringat dingin,
jantung berdebar, kepala pusing kalau memikirkan masalahnya dengan
kakaknya. Menurut anak pasien kakak pasien sudah beberapa kali datang
kerumah tapi diusir oleh anak pasien, hal ini membuat pasien makin merasa
sedih.

C. Riwayat gangguan sebelumnya


Tidak pernah menderita gangguan seperti ini sebelumya.
Pasien menderita asam urat sudah + 10 tahun yang lalu.
D. Riwayat kehidupan pribadi
Riwayat masa prenatal
Tidak diketahui pasti
Masa kanak-kanak awal (sampai usia 3 tahun)
Tidak diketahui pasti
Masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun)
Pasien masuk SD umur 7 tahun.
Hubungan pasien dengan guru baik, pasien termasuk anak yang pintar.
Masa kanak-kanak akhir (pubertas-remaja)
a. Hubungan sosial: pasien mempunyai beberapa teman akrab, hubungan
pasien dengan orang tua pasien baik, hubungan pasien dengan kakak
dan adik pasien baik..
b. Riwayat sekolah: hubungan pasien dengan guru baik.
c. Problem emosi atau fisik khusus remaja: pasien tidak pernah lari dari
rumah, tidak merokok juga tidak menggunakan obat-obatan.

d. Riwayat psikoseksual
Aktifitas seksual masa remaja: pasien pacaran sejak umur 14 tahun,
sering berganti-ganti pacar. Pasien nikah umur 25 tahum, menikah atas
dasar suka sama suka, tidak dijodohkan.
Sikapnya terhadap lawan jenis: pasien

suka

diperhatikan

pasangannya.
e. Latar belakang agama. Tidak ada kekangan agama dalam keluarga.
E. Riwayat keluarga
Riwayat gangguan mental dalam keluarga tidak ada.
F. Situasi sekarang
Pasien tinggal di rumah bersama suami dan ke tiga anaknya, anak
pasien yang pertama sudah kerja disalah satu kantor swasta. Anak kedua
kuliah dan anak ke tiga smp. Suami pasien sudah tidak berkerja, pensiunan
pegawai negeri. Kegiatan pasien mengurus rumah, memasak, mencuci,
mengurus suami dan anak. Hubungan pasien dengan tetangga baik, pasien
sering kali bercerita dengan tetangganya.

G. Presepsi pasien tentang dirinya sendiri


Pasien menganggap dirinya sakit.
III.
STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
Penampilan. Tampak

seorang perempuan berumur 51

tahun,

berpenampilan seperti umurnya. Berambut coklat kehitaman panjang,


berkulit putih. Pasien menggunakkan baju berwarna biru dan celana
coklat. Sikap baik terhadap pemeriksa. Pasien tampak lemah.
Kesadaran. Compos mentis, proses berpikir pasien teratur
Perilaku dan aktivitas psikomotor. pasien tidak canggung menyalami
pemeriksa, tidak ada gerakan tambahan berarti
Pembicaraan. Pasien berbicara baik, lancar. Nada bicara normal.
b. Sikap terhadap pemeriksa. Koperatif
Keadaan afektif (mood), perasaan, empati dan perhatian
Mood. Sedih.
Afek. Kurang.
Keserasian. Sesuai.
Empati. Pemeriksa mampu menghayati apa yang dirasakan oleh pasien.
c. Fungsi intelektual (kognitif)
Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan. Pasien mampu
berhitung, menjumlahkan, pengetahuan umum pasien baik.
Daya kosentrasi. Pasien kosentrasi menjawab pertanyaan .
Orientasi:
Waktu: baik
Tempat: baik
Orang: baik
Daya ingat:
1) Daya ingat jangka panjang: baik

2) Daya ingat jangka pendek: baik


3) Pikiran abstrak. Baik. Pasien bisa membedakan motor dengan
sepeda, bisa mengartikan peribahasa tong kosong nyaring
bunyinya.
4) Bakat: tidak ada.
5) Kemampuan menolong diri sendiri. Pasien mampu makan
tanpa disuruh, mandi tanpa disuruh.
d. Gangguan presepsi
Halusinasi dan ilusi: tidak ada
Depersonalisasi atau deralisasi. Tidak ada.
e. Arus pikiran
Produktivitas. . Ide gagasan baik.
Kontiunitas pikiran: Jawaban pasien sesuai dengan pertanyaan, kohoren,

pasien menceritakan secara detail apa yang dia alami.


Hendaya berbahasa: tidak ada hendaya berbahasa.
Isi pikiran.
Preokupasi. Menurut pasien menderita sakit maag.
Gangguan isi pikiran.
Waham: tidak ada.
f. Pengendalian impuls: pasien tidak dapat mengendalikan amarah.
g. Tilikan (insight)
3. Pasien sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan orang lain, atau faktor
dari luar, maupun faktor organik sebagai penyebabnya.
h. Taraf dapat dipercaya

Dapat dipercaya.

IV.

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT


Tekanan darah

: 100/60mmHg

Nadi

: 68x/menit

Pernapasan

: 24x/menit

Suhu

: 36,5oc

GCS

: E4M5V6 = 15

V.

EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I

Aksis II

Aksis III

: tidak ada

Aksis IV

: masalah dengan keluarga

Aksis V

:80-71. Geajal sementara dan dapat diatasi, disabilitas

ringan dalam sosial, pekerjaan,sekolah, dll.

BAB II
PEMBAHASAN
A. KASUS
Pasien datang ke RS Anutapura diantar oleh anak dan suaminya
dengan keluhan tidak mau makan. Menurut anak pasien pasien sudah 1
minggu tidak mau makan, suami dan anak pasien sudah memaksa pasien
untuk makan tapi pasien tetap tidak mau makan. Dirumah pasien hanya
jalan-jalan tidak bisa tenang, mondar-mandir gelisah.

Pasien juga

mengeluh sulit tidur, pasien terjaga sepanjang malam selama 1 minggu


terakhir, menurut pasien mau tidur tapi tidak bisa tertidur, pikiran
melayang-layang. Awalnya keluhan ini dirasakan sejak 1 minggu yang lalu
saat pasien bertengkar tentang masalah keluarga dengan kakak pasien.
Setelah bertengkar pasien jadi terlihat murung, tidak mau makan, tidak
bisa tidur, gelisah, kadang keringat dingin, jantung berdebar, kepala pusing
kalau memikirkan masalahnya dengan kakaknya. Menurut anak pasien

kakak pasien sudah beberapa kali datang kerumah tapi diusir oleh anak
pasien, hal ini membuat pasien makin merasa sedih.
B. DEFINISI
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masingmasing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk
menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala
otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus, disamping rasa
cemas atau kekhawatiran berlebihan.
Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami
perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom
dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik.
Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,
keadaan emosional yang dimiliki seseorang pada saat menghadapi
kenyataan atau kejadian dalam hidupnya.1,2
Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala
penyerta termasuk perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan
bunuh diri.2

GAMBARAN KLINIS
Gambaran

klinis

bervariasi,

diagnosis

Gangguan

Cemas

Menyeluruh ditegakkan apabila dijumpai gejala-gejala antara lain keluhan


cemas, khawatir, was-was, ragu untuk bertindak, perasaan takut yang
berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak utama yang mana
perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehingga
pertimbangan akal sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu
spesifik untuk Gangguan Kecemasan Menyeluruh adalah kecemasanya
terjadi kronis secara terus-menerus mencakup situasi hidup (cemas akan

terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan terjadinya bahaya,


cemas kehilangan kontrol, cemas akan`mendapatkan serangan jantung.
Sering penderita tidak sabar, mudah marah, sulit tidur. 3,7,8
Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel
di bawah:
Ketegangan Motorik

1. Kedutan otot/ rasa gemetar


2. Otot tegang/kaku/pegal
3. Tidak bisa diam
4. Mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas Otonomik

5. Nafas pendek/terasa berat


6. Jantung berdebar-debar
7. Telapak tangan basah/dingin
8. Mulut kering
9. Kepala pusing/rasa melayang
10. Mual, mencret, perut tak enak
11. Muka panas/ badan menggigil
12. Buang air kecil lebih sering

Kewaspadaan berlebihan dan 13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu


Penangkapan berkurang

14. Mudah terkejut/kaget


15. Sulit konsentrasi pikiran
16. Sukar tidur
17. Mudah tersinggung

Sedangkan untuk gangguan depresif ditandai dengan suatu mood depresif,


kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit
saja) dan menurunnya aktivitas merupakan tiga gejala utama depresi.3,4,5
Gejala lainnya dapat berupa :

Konsentrasi dan perhatian berkurang


Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang.
Gejala-gejala diatas dialami oleh pasien hampir setiap hari dan di nilai

berdasarkan ungkapan pribadi atau hasil pengamatan orang lain misalnya


keluarga pasien. 3,4,5
DIAGNOSIS
Untuk diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh ditegakkan bila
terdapat kecemasan kronis yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6
bulan; biasanya tahunan dengan gejala bertambah dan kondisi melemah)
dan termasuk gejala seperti respons otonom (palpitasi, diare, ekstremitas
lembab,

berkeringat,

sering

buang

air

kecil),

insomnia,

sulit

berkonsentrasi, rasa lelah, sering menarik nafas, gemetaran, waspada


berlebihan, atau takut akan sesuatu yang akan terjadi.2,3, 4
Diagnosis gangguan cemas menyeluruh menurut PPDGJ-III
ditegakkan berdasarkan :5

Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang


berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau
mengambang).

o Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:


1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit berkonsentrasi, dsb)
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai); dan
3. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing
kepala, mulut kering, dsb)
o

Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa


hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama
Gangguan Anxietas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F.32.-), gangguan
anxietas fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0), atau gangguan
obsesif-kompulsif (F.42.-)
Kriteria diagnostik untuk gangguan depresi berat secara terpisah

dari kriteria diagnostik untuk diagnosis yang berhubungan dengan depresi


ringan dan sedang serta depresi berulang.2
Pada PPDGJ III pedoman diagnostik gangguan depresi berat dibagi
secara terpisah yaitu gangguan depresi berat tanpa gejala psikotik dan
gangguan depresi berat dengan gejala psikotik.
Episode depresif berat tanpa gejala psikotik :

Semua gejala depresi harus ada : afek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah.

Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya : konsentrasi dan


perhatian berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan
tentang rasa bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang
suram dan pesimis, gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau

bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang.


Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka mungkin pasien tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian
secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat

dibenarkan.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu dari 2

minggu.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.

Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik :

Episode depresif berat yang memenuhi kriteria diatas.


Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang
mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
audiotorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor

yang berat dapat menuju stupor.


Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai waham
atau halusinasi yang serasi atau tidak serasi dengan afek (mood
congruent).

F 41.2. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresif.


Pedoman diagnostik

Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masingmasing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat
untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas, beberapa
gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus-menerus,

disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.


Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan,
harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau

gangguan anxietas fobik.


Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat
untuk

menegakkan

diagnosis

tersebut

masing-masing
dikemukakan,

diagnosis,
dan

maka

diagnosis

kedua

gangguan

campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya


dapat dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus

diutamakan.
Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan
yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan
penyesuaian.

IV. PENATALAKSANAAN
Terapi pada Gangguan Kecemasan Menyeluruh pada umumnya dapat
dilakukan dengan 2 cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan
obat-obatan (farmakoterapi). Angka-angka keberhasilan terapi yang tinggi
dilaporkan pada kasus-kasus dengan diagnosis dini. Psikoterapi yang sederhana
sangat efektif, khususnya dalam konteks hubungan pasien dengan dokter yang
baik, sehingga dapat membantu mengurangi farmakoterapi yang tidak perlu.
Sedangkan pada gangguan depresif, pertimbangkan penggunaan obatobatan maupun psikoterapi. Anti depresan yang baru, venlafaksin XR, tampaknya
cukup efektif dan aman untuk pengobatan gangguan cemas menyeluruh. Gunakan
benzodiazepin dengan tidak berlebihan (diazepam, 5 mg per oral, 3-4 kali sehari
atau 10 mg sebelum tidur) untuk jangka pendek (beberapa minggu hingga
beberapa bulan); biarkan penggunaan obat-obatan untuk mengikuti perjalanan
penyakitnya. Pertimbangkan pemberian buspiron untuk pengobatan awal atau

untuk pengobatan kronis (20-30 mg/hari dalam dosis terbagi). Pasien tertentu
yang telah terbiasa dengan efek cepat benzodiazepin akan merasakan kurangnya
efektivitas buspiron. Anti depresan trisiklik, SSRI, dan MAOI bermanfaat
terhadap pasien-pasien tertentu (terutama bagi mereka yang disertai dengan
depresi). Sedangkan pasien dengan gejala otonomik akan membaik dengan bloker (misal, propanolol 80-160 mg/hari). 4
Sedangkan bila diagnosa depresi sudah dibuat, maka perlu dinilai taraf
hebatnya gejala depresi dan besarnya kemungkinan bunuh diri. Hal ini ditanyakan
dengan bijkasana dan penderita sering merasa lega bila ia dapat mengeluarkan
pikiran-pikiran bunuh diri kepada orang yang memahami masalahnya, tetapi pada
beberapa penderita ada yang tidak memberitahukan keinginan bunuh dirinya
kepada pemeriksa karena takut di cegah. Bila sering terdapat pikiran-pikiran atau
rancangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit dengan
pemberian terapi elektrokonvulsi di samping psikoterapi dan obat anti depresan.4
Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi psikoterapi
dan farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi
berat. Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu terapi kognitif, terapi
interpersonal dan terapi perilaku, telah diteliti tentang manfaatnya di dalam
pengobatan gangguan depresi berat. Pada farmakoterapi digunakan obat anti
depresan, dimana anti depresan dibagi dalam beberapa golongan yaitu :
1. Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan
opipramol.
2. Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.
3. Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine
Oxsidase-A), seperti : moclobemide.
4. Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
5. Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti : sertraline,
paroxetine, fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek
klinis) sekitar 2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta

waktu paruh sekitar 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari). Ada lima proses
dalam pengaturan dosis, yaitu :
1. Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu
I. Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III
dan IV, 100 mg/hari pada hari V dan VI.
2. Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis
efektif kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari
selama 7 sampai 15 hari (miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan
minggu IV 300 mg/hari.
3. Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3
bulan. Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan
sampai dosis pemeliharaan.
4. Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis
pemeliharaan dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.
5. Tapering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating
dosage. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari 100 mg/hari selama 1 minggu, 100
mg/hari 75 mg/hari selama 1 minggu, 75 mg/hari 50 mg/hari selama 1 minggu,
50 mg/hari 25 mg/hari selama 1 minggu.
Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau
kemudian sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan
seterusnya.
Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single
dose one hour before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk
golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan. 4

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan Harold I., Sadock Benjamin J., dan Grebb Jack A. Dalam: Sinopsis
Psikiatri Jilid 2. Edisi ke-7. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010. hal. 74-78.
2. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of Mental
disorders (DSM IV TM). American Psychological Association (APA):
Washington DC. 2011
3. Maslim R. (editor). 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya

BAGIAN KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT PALU

LAPORAN KASUS

Februari 2016

Disusun oleh:
Veronicha Anggarai
(09 777 038)
PEMBIMBING : dr. Andi Soraya, Sp.KJ

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN
ILMU KEDOKTERAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT PALU
2016

Anda mungkin juga menyukai