Anda di halaman 1dari 7

RUANG TELUK JAMBE

LAPORAN PENDAHULUAN
(LP)
KASUS
HIPERTROPI KELENJAR TIROID
(STRUMA)

TATAT PERMANA
HIPERTROFI KELENJAR THIROID
(STRUMA)

Pengertian
Pembesaran akibat pertambahan ukuran sel/ jaringan tanpa disertai peningkatan atau
penurunan sekresi hormon-hormon kelenjar tiroid

Disebut juga Goiter nontoksik, Simpel goiter atau Struma endemik.

Dampaknya bersifat lokal, mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada


trakea dan oesophagus.

Benhard (1991) kelenjar thiroid dapat membesar sebagai akibat peningkatan aktifitas
kelenjar thiroid sebagai upaya mengkompensasi kebutuhan tubuh yang meningkat.
Misalnya pada masa pertumbuhan, kehamilan atau stress.

Penyebab
Berdasarkan kejadian/ penyebarannya :
1. Struma sporadis (kasus dijumpai di berbagai tempat/ daerah)
 Faktor goitrogenik/ goitrogenik glokosida agent (zat/ bahan yang dapat
menekan sekresi hormon thyroid seperti ubi kayu, jagung, lobak,
kangkung, kubis bila dikonsumsi berlebihan).
 Anomali
 Penggunaan obat-obatan anti tiroid (tiourasil, tiourea, sulfonamid,
metilkaptoimidazol)
 Peradangan
 Neoplasma
2. Struma Endemis (kasus dijumpai pada sekelompok orang di suatu daerah
tertentu)
 Defisiensi jodium

Patofisiologi

Gangguan pada sekresi hormon thiroid

Hormon thiroid menurun

Mekanisme umpan balik

Aktifitas kelenjar meningkat

Pembesaran kel thiroid (hipertrophy)


Dampak Struma

Tergantung pada pembesaran kelenjar thiroid mempengaruhi kedudukan organ-organ


disekitarnya
1. Pembesaran ke arah posterior medial : terdapat trakea, oesophagus.
Menyebabkan : sulit bernafas dan disfagia ------
Gangguan oksigenasi, nutrisi, cairan dan elektrolit serta suara menjadi serak
dan parau.

2. Pembesaran ke arah luar


Akan membentuk leher yang besar (baik simetris atau tidak), jarang disertai
kesulitan bernafas dan disfagia, tentu mengganggu estetika dan kecantikan
(gangguan konsep diri dan rasa aman).

ASKEP KLIEN DENGAN HIPERTIROIDISME

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Biodata : umur, jenis kelamin, tempat tinggal
2. Riwayat penyakit dalam keluarga
3. Kebiasaan hidup sehari-hari mencakup aktifitas dan mobilitas, pola makan,
penggunaan obat-obat tertentu, istirahat dan tidur.
4. Keluhan seperti BB turun, meskipun nafsu makan meningkat, diare, tidak
tahan terhadap panas, berkeringat banyak, palpitasi dan nyeri dada.
5. Pemeriksaan Fisik :
a. Amati penampilan umum klien, amati wajah klien khususnya kelainan
pada mata
* Edema Palpebra dikarenakan akumulasi cairan di peri
orbita dan penumpukan lemak di retro orbita.
* Penurunan visus karena penekanan saraf optikus dan
tanda-tanda radang atau infeksi pada konjungtiva
dan atau kornea
* Fotofobia dan pengeluaran air mata yang berlebihan

b. Amati manifestasi klinis hipertiroidisme pada berbagai sistem tubuh


lainnya.
Dampak Hipertiroidisme pada berbagai sistem tubuh

1) Sistem integumen : Diaphoresis, rambut halus dan jarang dan


kulit lembab.
2) Sistem Pencernaan : BB menurun, nafsu makan meningkat dan
diare,mual dan muntah
3) Sistem muskuloskeletal : kelemahan
4) Sistem Pernafasan : Dipsnea dan takipnea.
5) Sistem Kardiovaskular : palpitasi, nyeri dada, sistolik meningkat,
tekanan nadi meningkat, takikardia dan disritmia.
6) Metabolik : peningkatan laju metabolisme tubuh, intoleransi
terhadap panas dan suhu subfebris.
7) Sistem neurologi : mata kabur, mata lelah, insomnia, infeksi
atau ulkus kornea, sekresi air mata meningkat, konjungtiva
merah, fotofobia, tremor, hiperrefleks tendon
8) Psikologi/ emosi : gelisah, iritabilitas, gugup/ nervous, emosi
labil, perilaku maniadan perhatian menyempit

c. Palpasi kelenjar tiroid, kaji adanya pembesaran, bagaimana


konsistensinya, apakah dapat digerakkan serta apakah nodul soliter
atau multipel.
d. Auskultasi adanya bruit.

6. Pengkajian psikososial mencakup kestabilan emosi, iritabilitas, perhatian yang


menurun dan perilaku mania. Fluktuasi emosi menyebabkan klien menjadi
bertambah lelah.
7. Pemeriksaan Diagnostik mencakup pemeriksaan kadar T3 T4 serum; T3
ambilan resin T3 dan kadar TSH serum, scanning tyroid, USG, dan pemeriksaan
elektrokardiografi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang utama dijumpai pada klien dengan hipertiroidisme adalah :
1. Resiko tinggi gangguan pemenuhan O2 berhubungan dengan obstruksi trakea
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
adanya obstruksi usofagus
3. gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid
C. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan 1:
Resiko tinggi gangguan pemenuhan O2 berhubungan dengan obstruksi trakea

Tujuan :
Fungsi Kardiovaskular kembali normal

Intervensi Keperawatan :
 Pantau frekuensi pernapasan,kedalaman dan kerja pernapasan
Rasional : distress pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena
obstruksi
 Bantu dalam perubahan posisi,latihan nafas dan batuk epektif sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan jalan nafas dan ventilasi
 Atur posisi tidur semi fowler
Rasional : untuk mempasilatsi ventilasi
Diagnosa Keperawatan 2:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan efek
hiperkatabolisme.

Tujuan :
Setelah perawatan di rumah sakit, klien akan mempertahankan status nutrisi yang
optimal.

Intervensi Keperawatan :
1) Auskultasi bising usus
Rasional : bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas lambung
dan menurunkan fungsi resorpsi
2) Beri makanan tambahan diantara waktu makan.
Rasional : untuk memberikan tambahan nutrisi
3) Timbang berat badan secara teratur setiap 2 hari sekali
Penurunan BB terus menerus merupakan indikasi kegagalan terhadap terafi
antitiroid
4) Bila perlu konsultasikan klien dengan ahli gizi.
Rasional : untuk menentukan diet pasien

Diagnosa Keperawatan 3:
gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar tiroid

Tujuan :
Pasien tidak merasa rendah diri
Intervensi Keperawatan :
1. Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkah ansietas
Rasional : ansietas ringan dapat ditunjukan dengan peka rangsang dan insomnia
2. Tinggal bersama pasien,mempertahankan sikap yang tenang
Rasional : pasien biasa lebih percaya dan terbuka
3. Jelaskan tentang penyakitnya dan rencana pengobatan
Rasional : akan membuat pasien mennerti dan menjadi tenang

TINDAKAN BEDAH

Tindakan pembedahan yang lazim dilakukan adalah :


1. Tiroidektomi Subtotal yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Diharapkan
kelenjar yang masih tersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh sehingga
tidak diperlukan terapi penggantian hormon.
2. Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang
menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormon pengganti yang besar
dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia,
pekerjaan dan aktivitas.
Perawatan Preoperasi
1. Sebelum tindakan operasi, kadar hormon tiroid harus diupayakan dalam
keadaan normal untuk mencegah tirotoksikosis pada saat operasi yang dapat
mengancam hidup klien.
2. Pemberian obat antitiroid masih tetap dipertahankan disamping menurunkan
kadar hormon darah juga dimaksudkan untuk mencegah perdarahan pada saat
operasi karena obat ini mempunyai efek mengurangi vaskularisasi darah ke
kelenjar tiroid.
3. Masalah-masalah jantung harus sudah harus teratasi.
4. Kondisi nutrisi harus optimal. Diit TKTP sangat dianjurkan.
5. Latih klien cara batuk efektif nafas dalam.
6. Ajarkan cara mengurangi peregangan pada luka operasi akibat rangsangan batuk
dengan menahan dibawah insisi dengan kedua tangan.
7. Beritahukan klien kemungkinan suara menjadi serak setelah operasi akibat
pemasangan ETT saat operasi. Jelaskan bahwa itu adalah hal yang wajar dan
dapat kembali seperti semula.

Perawatan Postoperasi
1. Monitor tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai stabil dan kemudian
lanjutkan setiap 30 menit selama 6 jam.
2. Gunakan bantal pasir atau bantal tambahan untuk menahan posisi kepala tetap
ekstensi sampai klien sadar penuh.
3. Berikan posisi semi fowler bila klien sadar. Apabila memindahkan hindari
penekanan pada daerah insisi.
4. Berikan obat analgesik sesuai program terapi.
5. Bantu klien batuk dan nafas setiap 30 menit sampai 1 jam.
6. Gunakan pengisap oral dan trakea sesuai kebutuhan.
7. Monitor komplikasi antara lain : perdarahan, distress pernafasan, hipokalsemia
ditandai dengan tetani, kerusakan saraf laringeal.
Untuk mengantisipasi perdarahan tersebut inspeksilah sesering mungkin balutan luka
dan cairan drainage khususnya 24 jam pertama postoperasi. Distress pernafasan dapat
terjadi akibat edema laring dan tetani. Dengarkan bunyi pernafasan seperti stridor
laringeal. Peralatan emergensi harus disiapkan disisi tempat tidur klien seperti
trakheostomi set, intubasi set dll. Untuk dapat memberi tindakan segera bila klien
mengalami komplikasi pascaoperasi.
Adanya hipokalsemi dan tetani akibat terangkatnya kelenjar paratiroid diantisipasi
dengan observasi ketat terhadap kesadaran, kontraksi otot, rasa kesemutan sekitar bibir
dan ujung-ujung jari. Kerusakan saraf laringeal dideteksi dengan mengobservasi setiap 2
jam kualitas suara klien. Suara serak dapat berlangsung sampai 1 minggu namun
berangsur-angsur dapat pulih kembali.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth,keperawatan medical bedah edisi 8 vol 3. EGC.Jakarta


2. Diagnose nanda ( Nic & Noc ).2007-2008.Asuhan keperawatan.
3. Dongoes E.M.1999.Rencana asuhan keperawatan.edisi 3.EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai