Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

KONSEP KEPERAWATAN ANAK SEHAT

Disusun Oleh :
Nama : Achmad Zainuddin
Kelas / Semester : 4 A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN REGULER
TAHUN 2016 / 2017

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan
judul Konsep Keperawatan Anak Sehat dengan baik dan tepat waktu.
Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas
dari mata kuliah Keperawatan Anak. Selain itu, pembuatan makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat
dan membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya
penulis dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah
ini dpat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat
mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang
dewasa, melainkan sebagai mahluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik
dan berbeda dengan orang dewasa.

Setiap perawat perlu memahami perspektif keperawatan anak sehingga dalam


melaksanakan asuhan keperawatan pada anak selalu berpegang pada prinsip
perawatan anak. Perspektif keperawatan anak merupakan landasan berpikir
bagi seorang perawat anak dalam melaksanakan pelayanan keperawatan
terhadap klien anak maupun keluarganya.
1.2 Rumusan Masalah
Ada beberapa masalah yang kami ambil dalam makalah ini:
1. Bagaimana perspektif keperawatan anak?
2. Bagaimana konsep sehat sakit anak?
3. Bagaimana pengkajian keperawatan pada anak?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana perspektif keperawatan anak.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep sehat sakit anak.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian keperawatan pada anak.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perspektif Keperawatan Anak
Mortalitas dan Morbiditas pada Bayi dan Anak-Anak
1. MORTALITAS
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat
yang spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali
satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian
per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti
pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun
.
Mortalitas Bayi
Angka mortalitas bayi merupakan jumlah kematian per 1000 kelahiran
hidup selama tahun pertama kehidupan, yang kemudian dibagi menjadi
mortalitan neonatal (usia <28 hari) dan mortalitas pascanatal (usia 28 hari11 bulan)
Proporsi Penyakit penyebab kematian bayi (Depkes, 2004):
Penyakit system pernafasan 29,5 %
Gangguan perinatal 29,3 %
Diare 13,9 %
Penyakit sistem syaraf 5,5 %
Tetanus 3,68%
Infeksi dan parasit lain 3,5 %
Mortalitas anak-anak

Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang
berusia satu sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4
tahun 11 bulan 29 hari. Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi
kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat kesehatan
anak. Angka Kematian Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi
atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya
prevalensi penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di
dalam atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).
2. MORBIDITAS
Morbiditas dapat merujuk kepada:

Pernyataan terkena penyakit (dari bahasa Latin morbidus: sakit, tidak


sehat),

Derajat kerasnya penyakit,

Meratanya penyakit: jumlah kasus pada populasi,

Insiden penyakit: jumlah kasus baru pada populasi.

Cacat terlepas dari akibat (contoh cacat disebabkan oleh kecelakaan).

Morbiditas anak-anak banyak disebabkan oleh penyakit akut (penyakit


pernapasan 50%, infeksi dan penyakit parasit 11%), cedera 15 %, dan
ketidakmampuan yang dapat diukur dengan aktivitas dalam derajat
tertentu (Pless dan Pless,1997)
Morbiditas

meningkat

pada

mereka

yang

mengalami

kesulitan

ekonomi.Penyebab utama hal ini adalah terbatasnya akses ke pelayanan


kesehatan.
11 juta balita dunia meninggal/tahun karena infeksi, 54% berkaitan dengan
kurang gizi ( WHO, 2002).Angka kurang gizi (Depkes, 2004):
1989 ; 37,% 2000 : 24,7%

2001 : 26,1% 2002 : 27,3%


2003 : 27,5%
BBLR : 350.000 bayi / tahun

2.2 Konsep Sehat Sakit Anak


Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan
pelayanan keperawatan pada anak, adalah suatu kondisi anak berada dalam
status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit
kronis, dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status
kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas
rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung
maupun tidak langsung, seperti apabila anak berada pada rentang sehat, maka
upaya oerawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf
kesehjateraan baik fisik, sosial maupun spiritual. Demikian sebaliknya,
apabila kondisi anak dalam kondisi kritis atau meninggal maka perawat selalu
memberikan bantuan dan dukungan pada keluarga.
2.3 Konsep Pengkajian Keperawatan Pada Anak
1. RIWAYAT KESEHATAN
A. Identitas Klien
1). Nama
2). Alamat
3). Nomor telepon
4). Tempat tanggal lahir / usia
5). Suku
6). Jenis Kelamin
7). Agama
8). Tanggal Pengkajian

B. Identitas Penanggung jawab


1). Nama
2). Alamat
3). Usia
4). Hubungan dengan klien
C. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien. Alasan utama klien untuk
mencari bantuan profesional kesehatan.
D. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit yang diderita klien saat ini, dimulai dari awal
keluhan muncul sampai saat pengkajian, disertai keluhan utama klien.
Sajikan informasi dalam urutan sesuai dengan kronologinya, diruntut
satu persatu dari awitan sampai saat pengkajian. Fokuskan pada alasan
mencari bantuan sekarang terutama apabila masalah telah ada untuk
beberapa lama.
1. Awitan
a. Tanggal awitan
b. Sifat Awitan
c. Faktor pencetus dan faktor predisposisi yang berkaitan dengan
awitan
2. Karakteristik
a. Karakter (Kualitas, kuantitas, konsistensi, dll)
b. Lokasi dan radiasi
c. Intensitas dan keparahan
d.

Frekuensi

e. Faktor yang memperberat dan menurunkan


f. Gejala yang berhubungan
3. Perjalanan sejak awitan

a. Insiden (serangan akut tunggal, serangan akut berulang,


kejadian tiap hari, kejadian periodik, episode kronis)
b. Kemajuan (membaik atau memburuk)
c. Terapi yang sudah dilakukan dan Efek terapi

E. Riwayat Masa Lalu


Untuk mendapatkan profil penyakit, cedera, atau prosedur
pembedahan yang dialami klien sebelumnya.
1) Kehamilan (Ibu)
a. Jumlah (gravida)
b. Hasil (paritas)
c. Kesehatan selama kehamilan
d. Obat-obatan yang digunakan.
2) Persalinan
a. Durasi persalinan
b. Tipe melahirkan
c. Tempat melahirkan
d. Obat-obatan
3) Kelahiran
a. Berat dan panjang badan
b. Waktu peningkatan berat badan lahir
c. Kondisi kesehatan
d. Skor Apgar
e. Adanya anomali kongenital
f. Tanggal keluar dari perawatan
4) Penyakit, operasi, atau cedera sebelumnya
a. Awian, gejala, perjalanan, terinasi
b. Kekambuhan komplikasi
c. Insiden penyakit pada anggota keluarga lain atau dikomunitas

d. Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya


e. Kejadian dan sifat cedera.
5) Alergi
a. Hay fever, asma, dan eksema
b. Reaksi tak umum terhadap makanan, obat, binatang, tanaman,
atau produk rumah tangga.
6) Genogram
7) Obat-obatan
Nama, dosis, jadwal, durasi, dan alasan pemberian.
8) Imunisasi
a. Nama, Jumlah dosis, usia saat diberikan
b. Kekambuhan reaksi
9) Pertumbuhan dan perkembangan
a. Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun, dan saat ini.
b. Gigi geligi (Usia pertumbuhan, tanggal gigi, jumlah, masalah
dengan gigi)
c. Usia kontrol kepala, duduk tanpa dukungan, berjalan, kata-kata
pertama
d. Tingkatan sekolah saat ini, prestasi di sekolah
e. Pemeriksaan perkembangan dengan Denver II
2. PENGKAJIAN FISIK (Head to toe)
A. Keadaan umum: kondisi klien secara umum, keletihan, penambahan
atau

penurunan

berat

badan,

menggigil,

kemampuian

umum

menjalankan aktivitas, dll.


B. Antropometri
1) Tinggi badan/panjang badan
a. Panjang badan digunakan pada anak dibawah 36 bulan:
tempatkan anak telentang dengan kepala digaris tengah, pegang

lutut dan dorong dengan perlahan kearah meja agar kaki


ekstensi penuh, ukur panjang badan anak dari verteks (puncak)
kepala sampai tumit kaki (jari kaki mengarah keatas).
b. Tinggi badan digunakan untuk anak diatas 36 bulan:
pengukuran dilakukan dengan berdiri, lepaskan kaus kaki dan
sepatu, minta anak berdiri tegak, punggung tegak, kepala
digaris tengah, mata melihat lurus kedepan, ukur dari puncak
kepala sampai permukaan berdiri.
2) Berat badan
a. Timbang bayi dan anak kecil telanjang diatas skala tipe
platform, lindung bayi dengan menempatkan tangan diatas
tubuh untuk mencegah jatuh.
b. Timbang anak yang lebih besar dengan memakai pakaian
dalam, tanpa sepatu pada timbangan tegak.
c. Periksa skala timbangan sebelum digunakan.
d. Beri alas kain pada timbangan tipe platform.
3) Lingkar kepala
Ukur dengan kertas atau pita tembaga dari puncak alis mata dan
pinna telinga ketonjolan oksipital tengkorak

Pada saat lahir lingkar kepala melebihi lingkar dada 2-3 cm

Pada 1-2 tahun, limgkar kepla sama dengan lingkar dada

Selama masa anak-anak, lingkar dada melebihi lingkar kepala


kira-kira 5-7 cm.

4) Lingkar dada

Lingkar dada diukur menggunakan midline melingkari dada


pada garis puting susu.

Lakukan pengukuran selama masa inspirasi dan ekspirasi.

5) Lingkar lengan

Pengukuran lingkar lengan pada lengan kanan fleksi 900 pada


siku, tandai titik tengahnya.

Pegang kertas atau pita ukur tembaga melingkari lengan atas


pada titik tengah

C. Tanda-tanda Vital
Sebaiknya tanda-tandavital diukur saat kedaan anak tengan untuk
memperoleh hasil yang akura. Libatkan anak dan keluarga selama
pemeriksaan.
1. Suhu
a. Suhu oral: Letakkan dibawah lidah didalam kantong sublingual
posterior kanan tau kiri, bukan didepan lidah, minta anak untuk
tetap mengatupkan mulutnya tanpa mengigit termometer.
b. Suhu aksila: tempatkan termometer dibawah lengan dengan
ujungnya dibagian tengan aksila dan dekatkan dengan kulit,
tahan tangan anak untuk mejepitnya
c. Suhu rektal: Masukkan ujung termometer yang telah diberi
pelumas tidak lebih dari 2,5 cm kedalam rektum, pegang
termometer dengan hati-hati didekat anus
2. Nadi
a. Ukur nadi apikal pada anak dibawah 2-3 tahun
b. Titik intensitas maksimum terletak di bagian lateral sampai
puting susu pada ruang intercosta keempatsampai kelima pada
garis midklavikula
c. Ukur nadi radialis pada anakusia lebih dari 2-3 tahun
d. Hitung nadi selam satu enit penuh
e. Tingkatan nadi:

Tingkat 0 : tidak dapat diraba

Tingkat +1 : sulit untuk diraba, lemah, halus, mudah lenyap


dengan tekanan

Tingkat +2 : sulit diraba, dpat lenyap dengan tekanan

Tingkat +3 : mudah diraba, tidak mudah hilang dengan


tekanan (normal)

Tingkat +4 : kuat, berdenyut, tidak hilang dengen tekanan.

3. Pernapasan
Observasi frekuensi pernapasan selama satu menit penuh.
Observasi adanya gerakan abdomen pada bayi, dan obeservasi
adanya gerakan thoraks pada anak yang lebih besar

4. Tekanan darah
Gunakan ukuran manset dan stetoskop yang tepat. Ukuran manset
mengacu pada kantong bagian dalam yang dapat dikembungkan.
Daerah yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah pada
anak yaitu Lengan atas (arteri brakhialis, lengan bawah atau lengan
depan ( arteri radialis), paha (arteri poplitea), tungkai atau dorsalis
pedis (arteri dorsalis pedis).
D. Kulit
Observasi kulit pada cahaya matahari atau sinar buatan yang netral
1) Warna: sklera, konjungtiva, pungung kuku, lidah mukosa mulut,
telapak tangan, telapak kaki. Tentukan kulit terang (putih sampai
kemerahan) dan kulit gelap.
2) Tekstur: kelembaban, kehalusan, integritas kulit, dan suhu.
3) Suhu: bandingkan di semua permukaan kulit (normalnya sama
diseluruh permukaan tubuh, pada bagian yang terpapar teraba lebih
dingin).
4) Turgor: genggam kulit pada abdomen antara ibu jari dan jari
telunjuk, tarik, da lepaskan. Tentukan bentuk dengan segera tanpa
lengkungan, keriput, atau depresi berkepanjangan.
E. Struktur aksesori

1) Rambut: inspeksi warna, tekstur, kualitas, distribusi, elastisitas,


higiene
2) Kuku; inspeksi warna, tekstur, kualitas, distribusi, elastisitas,
higiene
3) Observasi lipatan fleksi pada telapak tangan.
F. Nodus Limfe
1) Palpasi nodus lemfe menggunakan bagian distal jari
2) Tekan dengan perlahan tapi tegas dengan gerakan melingkar
3) Perhatikan ukuran, mobilitas, suhu, kekerasan.
4) Submaksilaris: tundukkan kepala sedikit kebawah
5) Servikal: tengadahkan kepala sedikit keatas
6) Aksila: rilekskan lengan disamping tapi sedikit terabduksi
7) Inguinalis: tempatkan anak pada posisi terlentan
8) Normalnya nodus limfe tidak dapat dipalpasi atau sangat kecil,
tidak ada nyeri tekan, dapat digerakkan.
G. Kepala
1) Perhaikan bentuk dan kesimetrisan
2) Perhatikan kontrol kepala (terutama pada bayi) dan postur kepala
Wajah simetris, kepala pada garis tengah.
3) Evaluasi rentang gerak: gerakan kepala keatas, kebawah, kanan,
dan kiri
4) Palpasi

tengkorak

akan

adanya

fontanel,

nodus,

atau

pembengkakan yang nyata.


Fontanel posterior menutup pada usia 2 bulan, fontanel anterior
menutup pada usia 12-18 bulan. Periksa higiene kulit kepala akan
adanya lesi, infestasi, trauma, kehilangan rambut, perubahan warna.
H. Leher
1) Inspeksi ukuran leher

2) Trakhea: palpasi adanya deviasi, letakkan ibu jari dan jari telunjuk
pada setiap sisi dan gerakkan jari kedepan dan kebelakang
3) Tiroid: palpasi ukuran, bentuk, kesimetrisan, nyeri tekan.
Tempatkan bantalan jari telunjuk dan jari tengah dibawah kartilago
krikoid, rasakan ismus (jaringan penyambung lobus) naik ketika
menelan.
4) Arteri karotis: palpasi di kedua sisi.

I. Mata
1) Inspeksi penempatan dan kesejajaran antar kedua mata
2) Bila abnormalitas dicurigasi, ukur jarak kedua kantus bagian dalam
(+ 3 cm)
3) Observasi adanya kelebihan lipatan epikantus dari atap hidung
sampai terminasi dalam alis mata (sering pada anak asia)
4) Observasi penempatan, gerakan dan warna kelopak mata
5) Inspeksi konjungtiva palpebra.
J. Telinga
1) Pinna : inspeksi penempatan dan kesejajaran
2) Ukur tinggi pinna dengn menarik garis imajiner dari orbit luar mata
ke oksipital tengkorak
3) Ukur sudut pinna dengan menarik garis horisontal imajiner dan
sejajarkan pinna setelah tanda ini ( berada dalam sudut 100 dari
garis vertikal.
4) Perhatikan adanya lubang abnormal, penebalan kulit, atau sinus.
5) Inspeksi higiene telinga (bau, rabas, warna)
K. Hidung

1) Vestibula Anterior: tengadahkan kepala kebelakang, dorong ujung


telinga keatas, dan sinari lubang didung dengan sinar kilat untuk
mendeteksi perforasi septum
2) Inspeksi struktur eksternal dan internal hidung
3) Inspeksi adanya discharge (sekret, warna)
L. Mulut
1. Bibir: perhatikan warna, tekstur dan lesi sebelumnya
2. Minta anak untuk membuka mulut, dengan tangan diangkat keatas
disamping kepala, minta keliarga menjaga tangan anak dan
immobilisasi kepala
3. Dapat dilakuakn didepancermin, dan libatkan anak dalam
pemeriksaan
4. Hindarkan penggunaan spatel lidah bila tidak diperlukan.
5. Gunakan lampu senter untuk mendapatkan penyinaran yang baik
6. Observasi membran mukosa: merah muda terang, berkulaiu, halus,
sama, dan lembab
7. Ginggiva: kuat, merah muda, kekuningan, berbintik-bintik.
8. Gigi: jumlah sesuai dengan usia, putih, oklusi rahang atas dan
bawah baik
9. Lidah: tekstur kasar, dapat bergerak bebas, ujung dapat mencapai
bibir, tidak ada lesi atau massa dibawah lidah.
M. Dada
1) Inspeksi ukuran, bentuk,kesimetrisan, gerakan dan perkembangan
payudara
2) Lokalisasi ruang intercista
3) Puting biasanya pada intercosta ke-4
4) Ujung igi ke-11 teraba pada lateral
5) Ujung igi ke-12 teraba pada posterior
6) Ujung skapula pada iga atau intercosta ke-8

N. Paru
1) Kaji gerakan pernapasan: frekuesi, irama, kedalaman, kulaitas, dan
karakter
2) Dengan anak pada posisi duduk, tempatkan kedua tang datar apd
punggung dan dada engan ibu jari digaris tengah sepanjang tepi
kostal bawah
3) Taktil fremitus: palpasi pada rongga torak dan minta anak untuk
emngatakan 777 atau eee.
4) Perkusi kedua sisi dada pada ruang intercosta
a. Pekak pada garis midklavikular kanan intercosta kelima (hepar)
b. Pekak dari intercosta kedua-kelima diatas batas strernum kiri
sampai garis midklavikular (jantung)
c. Timpani pada intercosta kelia kiri bawah (lambung)
5) Auskultasi pernapasan dan bunyi suara: intensitas, nada, kualitas,
durasi relatis dari inspirasi dan ekspirasi. Anjurkan anak untuk
napas dalam dengan meminta anak meniup bola kapas yang berada
di telapak tangan
a. Bunyi napas vesikuler: dengarkan seluruh permukaan paru
kecuali area intraskapular atas dan manubrium bawah, inspirasi
lebih keras, lebih panjang, dan bernada lebih tinggi dari
ekspirasi
b. Bunyi

napas

Bronkovesikuler:

twerdengar

pada

area

intraskapular atas dan manubrium, inspirasi dan ekspirasi


hampir sama.
c. Bunyi napas Bronkhial: terdengar hanya diarea atas trakhea
dekat takik suprasternal, ekspirasi lebih panjang, lebih keras,
dan nada lebih tinggi dari pada inspirasi
O. Jantung

1) Mulai dengan inspeksi, diikuti dengan palpasi, kemudian


auskultasi
2) Perkusi tidak dilakuakn karena nilainya yang terbatas dalam
menggambarkan ukuran jantung
3) Inspeksi jantung dengna anak pada posisi semi fowler, observasi
dinding dada dari sebuah sudut. Dinding dada simetris
4) Palpasi untuk menentukan lokasi impuls apikal (ictus kordis) yaitu
impuls jantung paling lateral. Ictus cordis berada di lateral
midklavikula sinistra dan intercosta ke-4 pada anak < 7 tahun. Pada
anak 7 tahun ictus cordis teraba pada garis midklavikula sinistra
intercosta ke-5.
5) Palpasi kulit untuk waktu pengisian kapiler
6) Auskultasi bunyi jantung
a. Dengarkan dengan anak dalam posisi duduk dan bersandar
b. Gunakan stetoskop bagian diafragma dan bel dada
c. Kaji kualitas (jelas dan jernih), intensitas (kuat tetapi tidak
mantap), frekuensi (sama dengan nadi radialis), irama (teratur
dan datar).
d. Area aortik: ruang intercosta ke-2 dekstra para sternal. S2
terdengar lebih keras daripada S1
e. Area pulmonik: ruang intercosta ke-2 snistra para sternal.
Pemecahan dari S2 yang terdengar paling baik (normalnya
melebar pada inspirasi)
f. Titik Erb: ruang intercosta ke-3 dan ke-2 sinistra para sternal.
Daerah murmur fungsional yang paling sering
g. Area apikal atau mitral: ruang intercosta ke-5, garis
midklavikula sinistra 9 ruang itercosta ke-3 sampaike-4 dan
lateral pada garis midklavikula sinistra pada bayi). S1 terdengar
paling keras, pemecahan S1 dapat didengarkan.
P. Abdomen

1) Inspeksi diikuti dengan auskultasi, perkusi, dan palpasi yang dapat


merubah bunyi abnormal normal.
2) Bentuk silinder dan menonjol pada posisi tegak dan datar bila
terlentang pada bayi.
3) Palpasi mungkin tidak nyaman untuk anak. Tempatkan anak pada
posisi terlentang dengan kaki fleksi pada panggul dan lutut.alihkan
perhatian anak dengan pernyataan seperti saya akan menebak apa
yang kamu makan dengan memegang perutmu. Minta anak
mempalpasi dengan menempatkan tangannya sendiri diatas tangan
perawat yang memeriksa.
4) Minta anak menempatkan tangannya pada abdomen dengan jari
meregang dan palpasi diantara jari-jari.
5) Inspeksi kontur, ukuran, dan tonus (tinus kuat, muskular pada pria
remaja).
6) Kaji kondisi kulit (halus dan rapi)
7) Kaji gerakan abdomen. Pada anak dibawah 7-8 tahun meningkat
pada inspirasi dan selaras dengan gerakan dada. Pada anak yang
lebih besar gerakan pernapasan kurang.
8) Inspeksi umbilikus akan adanya herniasi, fistula, higiene, dan
rabas.
9) Kaji adanya hernia; inguinalis (urutkan jari kelingking ke cincin
inguinalis eksternal didasar skrotum, minta anak untuk batuk0,
femoralis (tempatkan jari diatas kanalis femoralis, cari dengan
meletakkan jari telunjuk diatas nadi femoralis dan jari tengah di
kulit menghadap garis tengah).
10) Auskultasi bisig usus pulsasi aortik
a. Bising usus: bunyi gemerincing logam pendek seperti kumurkumur, klik, atau terdengar menggeram setiap 10-30 detik
b. Pulsasi aortik: terdengar pada epigastrium, sedikit kekiri ke
garis tengah.
11) Perkusi abdomen

Timpani pada lambung pada sisi kiri dan seluruh abdomen, kecuali
untuk pekak atau datar tepat dibawah marjin kostal kanan (hepar)
12) Palpasi organ abdomen
a. Hepar: 1-2 jari dibawah marjin kostal kanan pada bayi dan
anak kesil
b. Limpa : 1-2 cm dibawah maerjin kostal kiri pada bayi dan anak
kecil
13) Palpasi nadi femoralis: tempatkan ujung 2-3 jari ditengah antara
puncak iliaka dan simpisis pubis
14) Timbulkan reflek abdomen: regangkan kulit dari samping ke garis
tengah pada setiap kuadran. Umbilikus bergerak kearah kuadran
yang ditekan.
Q. Genitalia
1) Pemriksaan genitalia sama seperti pemeriksaan organ sebelumnya,
jelaskan prosedur dan maknanya
2) Hargai privasi klien.
3) Bila ada kontak dengan substansi tubuh, gunakan sarung tangan.
4) Penis: inspeksi ukuran
a. Glans dan batang: inspeksi adanya tanda-tanda pembengkakan,
lesi, inflamasi
b. Prepsium: inspeksi lokasi dan perhatikan adanya rabas
c. Meatus uretra: inspeksi lokasi dan perhatikan adanya rabas
d. Skrotum: inspeksi ukuran, lokasi, kulit, dan distribusi rambut.
Mungkin tampak besar pada bayi, tergantung bebas dari
peinium dibelakang penis, satu kantung tergantung lebih
rendah dari yang lain, kulit kendur keriput, biasanya merah dan
kasar pada remaja.
e. Testis: palpasi kantung skrotum dengan menggunakan ibu jari
dan ajri telunjuk. Badan ovoid kecil panjangnya kira2 1,5-2 cm,
berukuran ganda selama pubertas.

5) Genitalia eksterna: inspeksi struktur, tempatkan anak pada posisi


setengah bersandar pada orang tua dengan lutut fleksi dan telapak
kaki saling bersebelahan
a. Mons pubis: bantalan lemak diatas simpisis pubis, pada remaja
tertutup rambut, distribusi rambut biasanya adalah triangular
b. Klitoris: terletak pada ujung anterior labia minora tertutup oleh
lipatan kecil kulit (prepusium)
6) Labia: palpasi adanya massa
a. Labia mayora: dua lipatan tebal kulit membentuk mons pada
komisura posterior, permukaan dalam merah muda dan lembab
b. Labia minora: dua lipatan kulit interior pada labia mayora,
biasanya dapat dilihat sampai pubertas, menonjol pada bayi
baru lahir.
7) Metus uretra: inspeksi terhadap lokasi, seperti bentuk V dengan
meregangkan kearah bawah dari litoris ke perinium
8) Orifisium vaginalis: pemeriksaan interna biasanya tidak dilakukan,
inspeksi terhadap lubang sebelumnya. Terletak apada posterior
meatus uretra, dapat tertutup oleh memran berbentuk sabit atau
sirkuler (himen), rabas biasanya jernih atau sirkuler.
9) Anus
a. Inspeksi penampilan umum, kondisi kulit
b. Bokong: lipatan padat, lipatan gluteal simetris
c. Reflek

anal:

munculkan

dengan

mengerutkan

atau

meregangkan area perianal dengan perlahan. Kontraksi cepat


sfingter anal eksterna, tidak ada protusi rekstum.
R. Punggung dan Ekstremitas
1) Inspeksi kurvatura dan kesimetrisan tulang belakang. Pada bayi
baru lahir berbentuk C atau bulat. Kurva sekunder servikal
terbentuk kira-kira pada usia 3 bulan. Lordosis merupakan hal yang
normal pada anak kecil tapi berkurang sesuai usia.

2) Uji adanya skoliosis. Bahu, skapula, dan puncak iliaka simetris


3) Observasi mobilitas tulang belakang. Fleksibel, rentang gerak
penuuh, tidak ada nyeri atau kekakuan.
4) Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk kesimetrisan, ukuran
(sama), suhu, warna, nyeri tekan, mobilitas, jumlah jari tepat, kuku
merah muda.
5) Inspeksi posisi telapak kaki, uji apakah ada deformitas kaki apd
saat lahir merupakan akibat dari posisi fetal atau perkembangan leh
peegangan keluar
6) Inspeksi cara berjalan. Minta anak berjalan pada garis lurus
7) Kaji reflek plantar: usap telapak kai lateral dari tumit kedepan ke
ibu jari kaki melewati haluks. Fleksi ibu jari kaki pada anak diatas
usia 1 tahun.
8) Kaji kekuatan otot:
a. Lengan: minta anak mengangkat tangan sambil melawan
tekanan dari tangan anda
b. Kaki: minta anak duduk dengan kaki menggantung, lanjutkan
seperti pada tangan.
c. Telapak tangan: Minta anak meremas jari anda sekencang
mungkin.
d. Telapak kaki: minta anak memfleksikan plantar, dorong telapak
kai kearah lantai sambil menekan telapak kaki.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap perawat perlu memahami tentang perkembangan keperawatan anak,
filososi keperawatan anak, dan peran perawat anak sehingga mereka dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada anak dengan benar.
3.2 Saran
Sebaiknya para perawat harus memahami tentang persfektif keperawatan anak
agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang benar terhadap anak.

DAFTAR PUSTAKA
Bates, Barbara. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi 2.
Jakarta: EGC. 2007
Hidayat. Aziz Alimul A. Pengantar ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika. 2008
Wong Donna L. Hockenberry Marilyn. Wilson David. Winkelstein L Morilyn.
Schwartz Patricia. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta:
EGC. 2008
Engel, Joyce. Pengkajian Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2008

Anda mungkin juga menyukai