DI KOTA MALANG
Hana Arifiana, Mohamad Nasrul Fuad, Nimatul Khoiriyah, Nabilah Febrianti Hasan dan
Bapak Dr. Sueb, M. Kes*
*Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Malang
Jalan Semarang 5 Malang 64145
E-mail: sueb.fmipa@um.ac.id
Abstrak: Sumber daya air merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk
keberlanjutan kehidupan makhluk hidup terutama manusia, selain merupakan sumber daya
alam, air juga merupakan komponen ekosistem yang yang dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Teknik pengolahan air minum di depo
air minum menggunakan 3 cara, yaitu Teknologi Ultraviolet (UV), Teknologi Ozonisasi, dan
Teknologi Reverse Osmosis (RO). Tujuan pembuatan makalah ini adalah mengetahui cara
pengolahan air minum di beberapa depo air minum di Kota Malang, mengetahui nilai derajat
keasaman (pH) dan kadar oksigen terlarut (DO), mengetahui hubungan cara pengolahan
sumber air bersih, derajat keasaman dan kadar oksigen terlarut dalam air minum kemasan.
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah dengan panduan
observasi untuk pengumpulan data secara kuantitatif. Uji statistik
menggunakan uji sperman dan uji pearson untuk mengolah data. Cara
pengolahan air minum kemasan di Depo isi ulang tidak berhubungan
dengan pH dan berkaitan dengan kadar oksigen terlarut.
Kata Kunci: Air Minum Isi Ulang, Depo Isi Ulang, pengolahan air, pH dan
DO.
Abstract:Water resources is the one element that is essential for the sustainability of
life living things other than human, is primarily natural resources, water is also a component
of the ecosystem which governed by State and theis used for the prosperity of the
people. Drinking water treatment technique in refill Depot using 3 ways, Ultraviolet
(UV) technology, Ozone technology, and Reverse Osmosis (RO) technology. The purpose
of this paper is to know drinking water treatment on refill Depot in Malang, knowing the
value of the degree of acidity (pH) and the levels of dissolved oxygen (DO), knowing the
drinking water treatment relation with the degree of acidity and the levels of dissolved oxygen in refill Depot. The methods in this paper using the observation guide lines for data
collection in quantitative. Statistical calculation using Spearman test and Pearson test to
process data. The processing of drinking water on refill Depot not related to pH
but dissolved oxygen levels associated with.
Keyword: refill drinking water, refill Depot, water treatment, pH and DO.
1. Pendahuluan
Sumber daya air merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk keberlanjutan
kehidupan makhluk hidup terutama manusia. Keberadaan air dapat berperan multiguna, dapat
digunakan sebagai air minum dan MCK (mandi, cuci, kakus), mengairi lahan pertanian,
religius (mendukung pelaksanaan ibadah), dan ekonomi. Maka diperlukan adanya suatu
Pengolahan terhadap sumber daya air agar keberadaannya tetap bermanfaat dan berkelanjutan
untuk kepentingan jangka panjang (Aulia&Dharmawan, 2010).
Adanya air di bumi merupakan kekayaan alam yang memberikan timbal balik pada
berbagai proses kehidupan. Selain merupakan sumber daya alam, air juga merupakan
komponen ekosistem yang sangat penting yang dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat. Hal ini tertuang dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (JDIH Ristek RI, 1999).
Pengolahan air yang menyeimbangkan penggunannya adalah hal umum dalam sistem
sumber daya air modern. Sistem air berkelanjutan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan air sekarang dan masa depan, dengan tetap menjaga berbagai variasi hidrologi
diperlukan untuk menjaga integritas ekologi, mengingat pentingnya kebutuhan air bersih,
maka wajar apabila sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena
menyangkut kehidupan orang banyak (Solis & McKinney, 2012).
Menurut penelitian Marpaung dan Marsono (2013), teknik pengolahan air minum di
depo air minum menggunakan 3 cara, yaitu Teknologi Ultraviolet (UV), Teknologi Ozonisasi,
danTeknologi Reverse Osmosis (RO). Kebanyakan Depo air minum isi ulang menggunakan
teknologi ozonisasi dan Reserve Osmosis. Ozonisasi adalah proses desinfeksi yang bertujuan
untuk membunuh dan menghilangkan bakteri penyebab penyakit yang dilakukan
menggunakan ozon. Selain ozonisasi, proses desinfeksi juga dilakukan dengan sterilisasi atau
teknologi UV dengan melakukan penyinaran pada lampu ultraviolet (AMDK Airolas, 2009).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/Menkes/Per/IV/20120, air minum yang layak untuk dikonsumsi harus memiliki pH
antara 6,5 8,5. Jika pH berada di bawah 6,5 maka air akan memiliki sifat asam. Akibat yang
timbul dalam tubuh jika meminum air yang bersifat asam antara lain gangguan pencernaan,
kekurangan energi, dan sakit pada persendian (Alegantina, dkk., 2004). Selain pH pada air
mengandung oksigen terlarut yang berasal dari udara dan hasil fotosintesis tumbuhan air.
Nilai DO normal pada air minum adalah diatas atau sama dengan 5 ppm (Slamet, 2007).
Berdasarkan hal di atas penulis ingin meneliti mengenai nilai pH dan kadar oksigen terlarut
(DO) pada depo air minum di Kota Malang, dengan cara Pengolahan air minum adalah teknik
yang digunakan untuk mengubah susunan kimia, fisika, dan biologis air sehingga layak
digunakan untuk umum (Suripin, 2002).
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan quesioner tertutup sebagai bagian dari penelitian kuantitatif
yang akan diberikan kepada pengelola depo air minum isi ulang di Kota Malang. Untuk
mendapatkan data nilai pH dan kadar oksigen terlarut dalam air minum, peneliti menggunaan
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Pengolahan air
minum di Depo
ini
menggunakan
teknologi
Reverse
Osmosis
Membran fiber
digunakan untuk
menyaring pasir
kecil dan kerikil
di air
Bau dan warna
air dinormalkan
dengan
penyaringan
menggunakan
pre-karbonaktif
Penyaring Air
Poly Amide TFC
digunakan untuk
membunuh
bakteri di air
minum
Hasil
pengolahan air
dimaksimalkan
dengan
penyaringan
post-karbonaktif
Pengolahan air
minum di Depo
ini
menggunakan
teknologi
Ozonisasi
Nilai keasaman
air minum diatur
pada tahap
penetralan air
Air minum harus
bersih dari
kandungan
logam setelah
tahap aerasi
Zat berbahaya
dalam air
diendapkan pada
tahap koagulasi
17
30
16
30
27
30
27
30
28
30
10
16
30
25
30
11
15
30
17
30
15.
Endapan zat
berbahaya
disaring terlebih
9
0
4
0
17
30
dahulu pada
tahap
penyaringan
16. Bakteri dan
kuman dibasmi
11
0
3
0
16
30
melalui tahap
ozonisasi
Cara pengolahan air minum kemasan di Depo air isi ulang umumnya
menggunakan 3 teknologi utama, yaitu Ozonisasi, Reserve Osmosis (RO) atau
penyaringan, dan Ultraviolet (UV). Setiap sampel menggunakan teknologi Ultraviolet
sebagai cara pengolahan baku. Semua tahap pada teknologi Ultraviolet diterapkan sebagai
pengolahan air yang wajib digunakan. Sehingga Depo isi ulang yang menggunakan teknologi
Ultaviolet dengan tahapan desinfeksi, pengontrolan kandungan zat organik,destruksi ozon,
dan destruksi klor masing-masing sebanyak 100% dari 30 Depo. Kedua tahap yang lainnya,
dapat diterapkan bersamaan dengan teknologi Ultraviolet, dan atau dapat dirangkai
sedemikian rupa sehingga dalam satu depo menggunakan 3 teknologi sekaligus.
Teknologi Reserve Osmosis digunakan oleh 9 Depo atau 30% dari 30 Depo. Terdapat
4 Depo yang kadang menggunakan teknologi RO atau 13,33% dari 30 Depo. Sebanyak 17
tidak menggunakan RO sebagai teknologi pengolahan air atau 56,67% dari 30 Depo. Tahapan
penyaringan dengan membran fiber selalu digunakan di8 Depo atau 26,67% dari 30 Depo, 1
Depo sering menggunakan atau 3,33% dari 30 Depo, 5 Depo terkadang menerapkan
penyaringan dengan fiber atau 16,67% dari 30 Depo, dan 16 Depo tidak menggunakannya
atau 53,3% dari 30 Depo. Penggunaan pre-karbon aktif pada 27 Depo atau 90% dari 30 Depo,
1 Depo sering menggunakannya atau 3,33% dari 30 Depo, dan 2 Depo kadang
menggunakannya atau 6,67% dari 30 Depo. Penyaringan dengan Poly Amide TFC digunakan
1 dari 30 Depo atau 3,33%, 2 Depo sering menggunakannya atau 6,67% dari 30 Depo, dan 27
Depo lainnya tidak menggunakan Poly Amide TFC atau 90% dari 30 Depo. Penyaringan
dengan Post-Karbon Aktif digunakan di 28 Depo atau 93,33% dan 2 lain tidak
menggunakannya 6,67% dari 30 Depo.
Penggunaan teknologi Ozonisasi diterapkan di 10 Depo atau 33,33%, 4 depo
terkadang menggunakannya atau 13,33%, dan sisanya 16 Depo tidak menggunakan 53,33%
dari 30 Depo. Tahap penetralan air dilakukan di 25 Depo atau 83,33%, 1 Depo sering
menggunakannya atau 3,33%, dan 4 Depo tidak menerapkan tahap penetralan atau 13,33%
dari 30 Depo. Tahap aerasi diterapkan di 11 Depo dari 30 Depo atau 36,67%, 1 Depo sering
menggunakannya atau 3,33%,3 Depo kadang melakukan tahap aerasi atau 10%, dan sisanya
15 Depo tidak melakukan tahap aerasi atau 50% dari 30 Depo. 8 Depo melakukan tahap
koagulasi atau 26,67%, 1 Depo sering melakukannya atau 3,33%, 4 Depo
menggunakanterkadang melakukan tahap koagulasi atau 13,33%, dan 17 Depo tidak
menggunakannya atau 56,67% dari 30 Depo. Penyaringan endapan dari koagulasi dilakukan
di 9 Depo dari 30 Depo atau 30%, 4 Depo terkadang melakukannya atau 13,33%, dan 17
Depo tidak menggunakannya 56,67% dari 30 Depo. Tahap ozonisasi dilakukan di 11 Depo
atau 36,67%, 3 Depo terkadang melakukannya atau 10%, dan 16 Depo tidak melakukan tahap
ini atau 53,33% dari 30 Depo.
Tabel 1.2 Data Nilai pH dan Kadar Oksigen Terlarut pada Air
Minum Kemasan di Depo
No.
Nama Depo
pH
Oksigen Terlarut
1.
Depo Puncak
7,12
10,3
2.
Depo Kalibaru
7,34
10,6
3.
7,12
11,4
4.
Depo Biru
7,23
10,6
5.
Depo Salwa
7,20
11,5
6.
Depo 19
7,12
11,9
7.
Depo Amgua
7,15
10,2
8.
Depo Alga
6,95
11,6
9.
Depo Cak No
7,19
11,2
10.
Depo Mawar
7,50
10,9
11.
Depo Puncak
7,13
11,5
12.
Depo Amanah
7,20
10,3
13.
Depo Biru
7,23
10,1
14.
Depo Segar
7,12
10,1
15.
Depo KOS
7,27
11,9
16.
Depo Assalam
7,12
10,7
17.
Depo Estube
7,25
11,6
18.
Depo Bio-Therapy
7,50
10,8
19.
7,32
10,2
20.
Depo B-Fresh
7,12
10,6
21.
7,20
11,7
22.
7,31
11,6
23.
Depo Fresh
6,48
10,9
24.
7,05
11,2
25.
Depo Gravity
7,24
12,6
26.
Depo TokoTugu
7,25
11,8
27.
Depo Aljabar
7,25
10,5
28.
7,50
10,0
29.
Depo Aquario
7,13
10,0
30.
Depo TirtaSehat
7,23
11,2
7,50 dari air minum kemasan di Depo Mawar, Depo Bio-Therapy, dan Tirta
Nadi. pH air minum terendah adalah 6,48 yang diperoleh dari Depo Fresh.
pH air minum lain terdapat dalam rentang pH normal dengan selisih
terhitung jauh. Data pH air minum kemasan tidak teristribusi normal,
sehingga pada uji normalitas menunjukkan nilai signifikansi dibawah ..
Tabel
1.3Hasil
UjiKorelasi
Cara
Pengolahan
Air
Nilai pH
Correlation
1.000
.055
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.
.772
N
30
30
Spearman's
rho
Correlation
.055
1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed)
.772
.
N
30
30
Hasil dari kolerasi Spearman menunjukkan nilai signifikansi (2tailed) 0,772 lebih besar dari 0,05. Maka, disimpulkan jika tidak ada
hubungan antara cara pengolahan air minum kemasan di Depo isi ulang
dengan nilai pH.
Tabel 1.4 HasilUjiKorelasi Cara Pengolahan Air MinumKemasandan
Cara
Pengolahan
Air Minum
Kemasan
Nilai pH
Cara
Pengolahan
Air Minum
Kemasan
Kadar
Oksigen
Terlarut
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Cara Pengolahan
Air Minum
Kemasan
Kadar Oksigen
Terlarut
-.011
30
.954
30
-.011
.954
30
30
Tahapan teknologi RO yang digunakan oleh beberapa depo antara lain tahapan penyaringan
dengan membran fiber, penyaringan dengan pre-karbon aktif, penyaringan dengan Poly
Amide TFC, dan penyaringan dengan post-karbon aktif. Tahapan penyaringan dengan
membran fiber selalu digunakan pada 8 dari 30 depo, sering digunakan pada satu depo,
kadang digunakan pada 5 depo, dan sebanyak 16 depo tidak menggunakan tahapan tersebut.
Tahapan penyaringan dengan membran fiberberfungsi menyaring bahan dalam air seperti
karat, pasir, kapur yang menyebabkan penyakit hati, perut, batu dan disfungsi pada organ
tubuh, dan mikroba seperti bakteri dan jamuryang menyebabkan penyakit membran mukus
pada perut dan hati(Said, 2008).
Tahapan penyaringan dengan pre-karbon aktif selalu digunakan pada 27 dari 30
depo, sering digunakan pada 1 dari 30 depo depo, dan kadang digunakan pada 2 dari 30 depo.
Tahapan penyaringan dengan pre-karbon aktif berfungsi menyaring bahan dalam air seperti
bahan organik, bau, warna, bahan pencuci, klorin bahan penyebab kanker triklorometana,
acid amino, proteolipid (minyak busuk), racun, pembunuh kuman, fosfororganik bahan
penyebab kanker, keracunan, sakit perut, muntah dan hepatitis(Said, 2008). Tahapan
penyaringan dengan Poly Amide TFC selalu digunakan hanya 1 dari 30 depo, sering
digunakan pada 2 depo, dan 27 lainnya tidak menggunakan tahap penyaringan dengan Poly
Amide TFC. Tahapan penyaringan dengan Poly Amide TFCberfungsi menyaring bahan dalam
air seperti karbon, bakteri, desinfektan penyebab iritasi pada rongga mulut, zat peluntur
seperti xenon perokside, sodium percarbonat, sodium perborat, oxalate yang menyebabkan
inflamasi rongga mulut dan gangguan pencernaan, senyawa kimia beracun dan zat
pewarna(Said, 2008). Tahapan penyaringan dengan post-karbon aktif digunakan oleh 28 dari
30 depo, sedangkan 2 lainnya tidak menggunakan tahap penyaringan post-karbon aktif. Tahap
penyaringan dengan post-karbon aktif berfungsi menyaring bahan dalam air seperti menyerap
sisa bahan organik, bau, menjamin rasa dan kualitas air yang bermutu (Said, 2008).
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa teknologi ozonisasi digunakan oleh 10
dari 30 depo selain menggunakan teknologi UV. 4 depo terkadang menggunakan teknologi
ozonisasi dan 16 lainnya tidak menggunakan teknologi ozonisasi dalam pengolahan air
minum. Ozonisasi merupakanadvanceoxidation proses yang digunakan sebagai
desinfektan,menghilangkan bau, warna dan rasa. Ozon dapat mengoksidasi besi dan mangan
menjaditerpresipitasi dari sumber air, selain itu dapat pula mengkoagulasi partikulat,
mengontrolpertumbuhan alga, dan mampu menghancurkan beberapa jenis pestisida. Ozon
juga dapatdigunakan untuk mengontrol sisa produk dari desinfektan, misalnya dari
penggunaanklorin dan juga dapat pula digunakan pada proses stabilisasi biologi(Gottschalket
al., 2009). Pada penelitian Can & Gurol (2010) diamati bahwa pemberian ozon pada dosis
konstan, formaldehida awalnya terakumulasi dalam larutan, mencapai konsentrasi puncak,
dan kemudian mulai menurun oleh ozonisasi berkepanjangan. Waktu kontak yang lebih lama
akhirnya bisa menghilangkan formalin. Oleh karena itu, untuk penerapan dosis ozon konstan,
waktu kontak adalah salah satu parameter yang paling penting diamati untuk menentukan
konsentrasi formaldehida pada air hasil pengolahan.
Tahapan teknologi ozonisasi yang digunakan pada beberapa depo antara lain tahap
netralisasi, aerasi, koagulasi, filtrasi, dan ozonisasi. Tahap netralisasi dilakukan pada 25dari
30 depo, 1 depo sering menggunakan, dan 4 depo lainnya tidak menggunakan tahap
netralisasi. Tahap netralisasi berfungsi mengatur keasaman air agar menjadi netral (pH 7-8).
Untuk air yang bersifat asam diberi kapur untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga
untuk membantu efektifitas proses selanjutnya(Gottschalket al., 2009). Tahap aerasi
dilakukan pada 11 dari 30 depo, 1 depo sering menggunakan, 3 depo kadang menggunakan,
dan 15 depo lainnya tidak menggunakan tahap aerasi. Tahap aerasi berfungsi agar kandungan
zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam udara
membentuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat diendapkan.Disamping itu proses
aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan gas beracun yang tak diinginkan misalnya gas
H2S, CH4, CO2 dan gas-gas racun lainnya (Gottschalk, et al., 2009).
Tahap koagulasi dilakukan pada 8 dari 30 depo, 1 depo sering menggunakan, 4 depo
kadang menggunakan, dan 17 depo tidak menggunakan tahap koagulasi. Tahap koagulasi
merupakan penambahan bahan kimia ke dalam air agar kotoran dalam air yang berupa
padatan tersuspensi rnisalnya zat warna organik, lumpur halus, bakteri dan lain-lain dapat
menggumpal dan cepat rnengendap(Gottschalket al., 2009). Tahap filtrasi setelah melalui
tahap koagulasi dilakukan pada 9 dari 30 depo 4 depo kadang melakukan, dan 17 depo
lainnya tidak melakukan tahap filtrasi. Tahap filtrasi dilakukan karena tidak semua gumpalan
kotoran dapat diendapkan secara sempurna. Gumpalan yang berukuran kecil dan ringan
masih melayang-layang dalam air sehingga untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih
harus dilakukan pengolahan air tahap proses penyaringan menggunakan filter air yang
dilakukan dengan mengalirkan air yang kotorannya telah diendapkan ke bak penyaring yang
berisikan saringan pasir(Gottschalket al., 2009). Tahap ozonisasi dilakukan pada 11 dari 30
depo, 3 depo kadang melakukan, dan 16 depo lainnya tidak melakukan tahap ozonisasi.
Tahap ozonisasi merupakan tahap terakhir dari pengolahan dengan teknologi Ozonisasi.Air
hasil penyaringan yang telah cukup jernih diozonisasi untuk menghilangkan bakteri-bakteri
patogen dan senyawa-senyawa organik sehingga air hasil pengolahan dapat langsung
dikonsumsi(Gottschalk, et al., 2009).
3 teknologi utama tersebut yang paling umum digunakan di Depo isi ulang. Terdapat
tambahan alat pengolah air minum kemasan yang memberikan tambahan bahan pada air
minum sehingga berdampak pada rasa dan bau air minum. Pada Depo Tirta Nadi, terdapat 3
pilihan air minum yang tersedia untuk konsumen, yaitu bioterapi, mineral, extra reserve
osmosis. Pengolahan bioterapi mneggunakan alat bioenergy dan extra reserve osmosis
menggunakan penyaring dengan ketelitian 0,0001 mikron. Ketiga pilihan air minum tersebut
melewati tahap pengolahan pada 3 teknologi utama, namun pada akhir tahap pengolahan
melewati alat yang berbeda sesuai dengan pilihan konsumen.
Derajat keasaman atau pH merupakan nilai yang menunjukkan aktifitas ion hydrogen
dalam air. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain kandungan oksigen dan
ion-ion (Marganof, 2007). Nilai pH pada tabel 1.2menunjukkan dari 30 depo yang diteliti,
semua air minum masih berada pada kisaran baku mutu yaitu (6,5 8,5). Hasil uji parameter
pendukung air minum dalam kemasan (AMDK) hasilnya ialah hampir semua parmeter
memenuhi syarat mutu air dalam kemasan, yaitu pH berkisar antara 6,0-8,5 (Pradana &
Marsono, 2013).
Kadar oksigen terlarut di Seluruh depo berbeda, tergantung dari teknologi yang
digunakan. Depo yang menggunakan teknologi tambahan sepertibioenergymemiliki kadar
oksigen terlarut yang tinggi. DO atau kadar oksigen terlarut menyatakan kandungan oksigen
di dalam air. Kemampuan air dalam melarutkan oksigen sangat tergantung pada suhu air,
tekanan gas oksigen dan kemurnian air. Oksigen dapat larut dalam air karena molekul
oksigen menempati ruang di antara molekul air. Kandungan oksigen di dalam air dipengaruhi
berbagai faktor seperti suhu, tekanan dan jumlah zat yang terlarut di dalam air. Umumnya air
mengandung 4-6 ppm oksigen, air pegunungan dapat mengandung sampai 8 ppm oksigen.
Dengan kemajuan teknologi memungkinkan untuk meningkatkan kandungan oksigen di air
sampai dengan 80 ppm (Tanck, 2009).
SIMPULAN
Cara pengolahan air minum kemasan di Depo isi ulang di Kota Malang
menggunakan 3 teknologi utama yaitu Ultraviolet, Reserve Osmosis, dan
Ozonisasi. Pada beberapa Depo menggunakan alat tambahan berupa filter
ozon dan bioenergy. Nilai pH semua air minum kemasan di Depo terdapat
Lampiran
1.1
No
.
Pernyataan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Selalu
Sering
Jarang
Tidak
12.
13.
14.
15.
16.
teknologi Ozonisasi
Nilai keasaman air
minum diatur pada tahap
penetralan air
Air minum harus bersih
dari kandungan logam
setelah tahap aerasi
Zat berbahaya dalam air
diendapkan pada tahap
koagulasi
Endapan zat berbahaya
disaring terlebih dahulu
pada tahap penyaringan
Bakteri dan kuman
dibasmi melalui tahap
ozonisasi
1.2
No.
Nama Depo
Alamat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Depo Puncak
Depo Kalibaru
Depo Pangeran Tirta
Depo Biru
Depo Salwa
Depo 19
Depo Amgua
DepoAlga
Depo Cak No
Depo Mawar
Depo Puncak
Depo Amanah
Depo Biru 2
Depo Segar
Depo KOS
Depo Assalam
Depo Estube
DepoBio-Therapy
Depo Aqua Fafa
Depo B-Fresh
Depo Fresh Tirta
Depo Ken Zhi
Depo Fresh
Depo Gravity
Depo Tugu
Depo Aljabar
Depo Tirta Nadi
Depo Aquario
29.
30.
1.3
Foto-foto Observasi
1. Menentukan Nilai pH Air Minum Kemasan
2. Menentukan Kadar Oksigen Terlarut Air Minum Kemasan
3. Observasi di Depo Isi Ulang di Kota Malang