Anda di halaman 1dari 24

Oleh :

Ferdian Mei Sandra


G1A 213088

Pembimbing:
dr. H. Mustarim, Sp.A.,Msi.Med
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS JAMBI
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Asfiksia pada BBL menjadi penyebab
kematian 19% dari 5 juta kematian BBL
setiap tahun.
Di Indonesia, angka kejadian asfiksia di
rumah sakit provinsi Jawa Barat adalah 25,2
%,
angka kematian karena asfiksia : 41,94% di
rumah sakit pusat rujukan propvinsi
10% BBL membutuhkan bantuan untuk
mulai bernafas,. Antara 1% sampai 10%
BBL> perlu ventilasi

IDENTITAS
Nama
: By. Ny. D
Tanggal Lahir
: 31 Mei 2015
Jenis Kelamin: Laki laki
Agama
: Kristen
Orang Tua
Nama Ayah : Tn. J
Umur
: 32 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Ny. D
Umur
: 30 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. RM
: 799979
MRS: 31 Mei 2015

ANAMNESIS
Alloanamnesis dilakukan pada orang
tua bayi, pada tanggal 2 juni 2015
Keluhan utama : lahir tidak segera
menangis.

Riwayat penyakit sekarang


Tanggal 31 Mei 2015 pukul 19.00 WIB Ny.D, ibu
G1P1A0, usia 30 tahun hamil 28 minggu, melahirkan
seorang bayi Laki laki di rumahnya,
Pervaginam, ditolong bidan , tidak segera menangis,
sianosis bibir dan esktremitas, apgar score 4-5, berat
badan lahir 1400 gram, panjang badan 39 sentimeter.
Tanda vital, SPO2 95%, HR 141 kali/menit, RR 88
kali/menit
ANC (+) lengkap
ibu : Riw. DM (+)

Riwayat penyakit dahulu


Ibu dengan riwayat DM tipe II (+)
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami hal
seperti ini
Riwayat sosial ekonomi
Ayah bayi bekerja sebagai wiraswasta, ibu
bayi bekerja sebagai IRT. Penghasilan ratarata tidak menentu, namun menurut ibu
bayi penghasilan tersebut sudah
mencukupi kebutuhan sehari-hari.

PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 31 Mei 2015
Bayi Laki laki, umur 0 hari, BB 1400 gram, PB 39 cm
Kesan umum
: hipoaktif, merintih, kebiruan
(sianosis)
Tanda vital : Nadi= 141 x/menit
RR = 88 x/menit
T
= 35,7 oC
SpO2
= 95 %
Kepala
: normocephal
Rambut
: penyebaran rambut merata, rambut
berwarna hitam
Kulit
: biru kemerahan

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Telinga


: simetris kanan dan kiri, daun telinga
lunak,
lubang (+)
Hidung
: simetris, nafas cuping hidung (+)
Mulut : simetris, tampak sianosis, tidak ada kelainan
Leher : pembesaran KGB (-), tortikolis (-)
Dada : gerakan dada simetris, retraksi (+), areola
jelas
menonjol, bunyi vesikuler +/+, rhonki -/-,
wheezing -/Abdomen : supel, benjolan -/-, bising usus (+)
Ekstremitas: simetris, kebiruan, akral hangat
Genitalia
: bersih, labia mayora minora jelas
Anus : (+)
Kelainan lain
: (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
31 Mei 2015: GDS 54 mg/dl
Hb
Ht
RBC
WBC
PLT
MCH
MCV
MCHC

: 16,0 g/dl
: 49,2 %
: 4,98 106/mm3
: 10,0 103/mm3
: 294 103/mm3
: 32,1
: 99
: 32,6 g/dl

DIAGNOSIS
Neonatus kurang bulan, Kecil masa
kehamilan asfiksia sedang + RDS

PENATALAKSANAAN
Di IGD :
Membebaskan jalan nafas, suction lendir, rangsang taktil.
Menjaga kehangatan bayi.
O2 Headbox 8 L/m
Memberikan injeksi neo K 1 mg IM.
IVFD D10% + 2 amp Ca Gluconas
Observasi TTV.
Saran CPAP : CPAP Penuh keluarga menerima dirawat di IGD tanpa
CPAP
Masuk PRT jam 23.30 wib tgl 31 Mei 2015
Terapi
Terpasang CPAP F1O2 30%, PEEP 6, Flow 8
IVFD D10% + 2 amp Ca Gluconas 4,6 cc /jam
Injeksi ampicilin 2x70 mg
Injeksi gentamicin 8 mg/36 jam
Injeksi aminophiylin 0,3 cc selanjutnya 2x0,15cc
Pasang OGT -> coba diit TF 0,5 cc/ 12 jam

Asfiksia adalah suatu keadaan gawat bayi


berupa kegagalan bernafas secara spontan
dan teratur segera lahir

DIAGNOSIS
Pada
bayi
yang
mengalami
asfiksia
neonatorum
bisa
didapatkan
riwayat
gangguan lahir, lahir tidak bernafas dengan
adekuat,
riwayat
ketuban
bercampur
mekonium.
MK : lahir tidak bernafas, denyut jantung <
100 x/menit, kulit sianosis atau pucat, tonus
otot lemah.

Tanda Apgar
Denyut jantung
Pernapasan

2
Normal
(diatas
100x/menit
Normal, tanpa usaha
bernapas
yang
berlebih, menangis
kuat

Refleks rangsangan Batuk,


bersin,
menangis
Aktivitas otot
Aktif,
pergerakan
spontan
Tampilan (warna Seluruhnya merah
kulit)

1
Dibawah 100x/menit

0
Tidak ada

Pelan, tidak teratur, Tidak bernapas


menangis lemah

Sedikit

Tidak ada respon

Sedikit fleksi

Lemas

Kemerahan, biru pada Biru atau pucat


ekstremitas

Nilai APGAR 7 10 (bayi dinyatakan baik)


Nilai APGAR 4 6 (asfiksia ringan sedang)
Nilai APGAR 0 3 (asfiksia berat)

Respiratory Distress Syndrome


Distres respirasi atau gangguan nafas adalah suatu
keadaan meningkatnya kerja pernafasan yang
ditandai dengan:
Takipnea: frekuensi nafas 60 80 kali/menit.
Retraksi
Nafas cupig hidung
Merintih atau grunting: terdengar merintih atau
menangis saat inspirasi.
Sianosis: sianosis sentral atau warna kebiruan pada
bibir

RDS neonatorum : pembentukan paru-paru


nya belum sempurna.
karena gangguan pembentukan surfaktan,
yang
mana
memiliki
fungsi
untuk
mempertahankan alveoli agar tidak kolaps.
Menyebabkan : ateletaksis, ketidaksesuaian
ventilasi-perfusi dan hipoventilasi yang
menghasilkan hipoksemia dan hiperkarbia

MANAJEMEN

Lakukan ventilasi : Balon resusitasi dan sungkup, ETT Jk nasafs


tdk adekuat
Beri oksigen > sianoisis dan hipoksemia
Pemantauan diperlukan dengan mengambil analisis gas darah
serial dan pulse oxymeter untuk memantau saturasi O 2.
Oksigen merupakan terapi utama RDS sebelum pengenalan
CPAP
Oksigen melalui headbox masih digunakan untuk mengelola
bayi dengan RDS.
Untuk mengurangi kebutuhan O2 dapat dilakukan:

Jaga kehangatan suhu tubuh bayi


Hangatkan dan lembabkan O2 yang dihirup dengan menggunakan
pemcampur udara
Kurangi minum per oral. Hidrasi atau pemberian cairan dan
kebutuhan kalori dapat dipenuhi dengan cairan parenteral

CPAP
Continuos Positive Airway Pressure
(CPAP) adalah merupakan suatu alat
untuk mempertahankan tekanan positif
pada saluran napas neonatus selama
pernafasan spontan. CPAP merupakan
suatu alat yang sederhana dan efektif
untuk tatalaksana respiratory distress
pada neonatus

Beberapa efek fisiologis dari CPAP antara lain :


1. Mencegah kolapsnya alveoli paru dan atelektasis
2. Mendapatkan volume yang lebih baik dengan
meningkatkan kapasitas residu fungsional
3. Memberikan kesesuaian perfusi, ventilasi yang lebih baik
dengan menurunkan pirau intra pulmonar
4. Mempertahankan surfaktan
5. Mempertahankan jalan nafas dan meningkatkan diameternya
6. Mempertahankan diafragma.

INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI


Ada beberapa kriteria terjadinya respiratory distress
pada neonatus yang merupakan indikasi
penggunaan CPAP. Kriteria tersebut meliputi :
Frekuansi nafas > 60 kali permenit
Merintih ( Grunting) dalam derajat sedang sampai
parah
Retraksi nafas
Saturasi oksigen < 93%
Kebutuhan oksigen > 60%
Sering mengalami apneu

Adapun beberapa kondisi respiratory distress pada neonatus, tetapi


merupakan kontraindikasi pemasangan CPAP antara lain :
Respirasi yang irregular
Adanya anomali congenital
Hernia diafragmatika
Atresia choana
Fistula tracheo-oeshophageal
Gastroschisis
Pneumothorax tanpa chest drain
Trauma pada nasal,
Instabilitas cardiovaskuler, yang akan lebih baik apabila
mendapatkan support ventilator
Bayi yang lahir besar, yang biasanya tidak dapat mentoleransi
penggunaan CPAP, sehingga menimbulkan kelelahan bernafas, dan
meningkatkan kebutuhan oksigen

Anda mungkin juga menyukai