Anda di halaman 1dari 33

Identitas Pasien

Nama : An.N (Perempuan)


Usia : 2 tahun 5 bulan
Tanggal lahir : 29 Juli 2011
Alamat : Cigentur
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 16-10-2013
Tanggal Pemeriksaan : 17 s/d 23 Oktober 2013
Identitas Orang Tua
AYAH
Nama

: Tn. R

Usia

: 24 tahun

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Cigentur

Pendidikan terakhir

: D3

IBU
Nama

: Ny.N

Usia

: 23 tahun

Pekerjaan

: ibu rumah tangga

Alamat

: Cigentur

Pendidikan terakhir

: SMA

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Kejang
Pasien datang dengan keluhan kejang 5 menit SMRS. Kejang yang
dialami pasien kurang lebih sebanyak 10 kali dan hampir setiap 2 jam
sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Menurut ibu pasien setiap
kejang terjadi selalu didahului dengan demam yang sangat tinggi, setiap
kejang terjadi selama 1 menit dan kejang terjadi pada seluruh tubuh.
Setelah kejang pasien terdiam sampai tidak sadar setelah itu pasien
kembali sadar tetapi seperti mengigau dan terlihat lemas.
Kejang didahului dengan adanya demam, demam ini terjadi 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Menurut ibu pasien demam pada awalnya
tidak terlalu tinggi, tetapi keesokan harinya demam menjadi sangat tinggi
dengan suhu 40 derajat saat diperiksa dengan termometer dan setelah itu
terjadi kejang. Ibu pasien mengatakan adanya batuk pilek pada saat
demam.
Ibu pasien menyangkal adanya kebiruan saat demam, tidak ada
mual dan muntah, mencret, BAB dengan darah ataupun konstipasi.
Menurut ibu pasien, buang air kecil pada pasien tersebut masih normal
dan tidak mengeluhkan sakit saat BAK. Ibunya menyangkal adanya
penurunan nafsu makan pada pasien, tidak ada bintik kemerahan pada
kulit, sesak nafas, tidak ada kontak dengan pasien riwayat TB, menggigil,
dan riwayat berpergian ke daerah pantai.

Sebelumnya pasien dibawa ke dokter dan diberikan obat penurun


panas, demam turun dan kembali tinggi. Sebelumnya pasien pernah
menerima pengobatan di RSUD Al Ihsan untuk kejang demam. Riwayat
keluarga ayah pasien pernah mengalami hal yang sama ketika kecil.

Riwayat persalinan dan kehamilan :


Pasien dilahirkan dari ibu dengan P2A0, cukup bulan lahir spontan di
bidan, langsung menangis dengan air ketuban jernih, berat bayi lahir 2800
gram, panjang badan bayi lahir ibu mangatakan lupa.
Riwayat imunisasi dasar :
Ibu pasien mengaku riwayat imunisasi pasien lengkap (BCG,
hepatitis I/II/III, DTP I/II/III, polio 0, I, II, III, campak)
Riwayat makanan :
0 6 bln
6 bln-12 bln

: ASI
: ASI + bubur saring + bubur sus

12 bln- sekarang : ASI,nasi + makanan keluarga


Riwayat tumbuh dan kembang :

Tengkurap

Duduk

: 8 bulan

Memegang benda

: 8 bulan

: 4 bulan

Bicara 2 kata dan berjalan

: 1 tahun

Riwayat penyakit sebelumnya :


pasien sebelumnya pernah mengalami kejang demam pada umur 7
bulan, kejang berlangsung 1 hari dan selama 1 menit.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Tanda Vital

Keadaan umum

: Sakit sedang, terlihat lemah

Suhu

: 36,4 0C

Nadi

: 112x/ min regular dan isi cukup

Respirasi

: 36 x/min

Status Gizi :
BB

: 10 kg

TB

: 82 cm

LK

: 43 cm

BMI

: 14,9

BB/U : 0 s/d -1 ( Normal )


TB/U : -1 s/d -2 (Normal )

BMI/U : 0 s/d -1 ( Normal )


Kesimpulan status gizi : status gizi baik

Kulit Sianosis (-)Jaundice (-) Ptechiae (-)


Kepala
-

Bentuk : rambut tidak rontok, bentuk normal, fontanel tertutup

dan tidak cekung.


Mata : palpebra edema (-/-),conjuctiva anemik (-/-), sklera
ikterik(-/-), pendarahan conjuctiva (-/-), pupil bulat isokor dan

mata tidak cekung.


Hidung : simetris, deviasi (-), sekret (+/+), PCH (-)
Telinga : simteris, bentuk normal, sekret (-/-)
Mulut : bibir tidak kering, mukosa lembab, lidah bersih tidak
tremor, tonsil tidak ada pembesaran dan sedikit hiperemis.

Leher
KGB

: tidak ada pembasaran KGB

Kelenjar tiroid

: tidak ada pembesaran

Retraksi suprasternal (-)


Thorax

Cardio
- Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
- Palpasi : tidak ada thrill
- Perkusi : ukuran jantung normal dengan apex jantung pada ics 4
garis mid clavikula.
- Auskultasi : suara jantung pada katup mitral, trikuspid, pulmonal
dan aorta normal tanpa suara tambahan

Pulmo
-

Inspeksi : bentuk & pergerakan simetris, sela iga tidak tampak,

retraksi intercostalis (-)


Palpasi : sela iga tidak membesar.
Perkusi : Sonor kanan /kiri
Auskultasi : VBS kanan dan kiri, wheezing (-), crackle (-)

Abdomen
-

Inspeksi : datar , retraksi epigastrik (-)


Palpasi : hepar tidak terjadi pembesaran, spleen tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+), frekuensi 8x/menit

Ekstrmitas
-

Edema (-/-)

Sianosis (-/-)

Akral hangat

Ptechiae (-/-)

Capillary refill < 2 detik, simetris

Status neurologis
-

Refleks fisologis : KPR (+/+) APR (+/+)

Refleks patologi : babinski (-/-), chaddock (-/-)

Saraf otak : tidak diperiksa

Rangsang meningen

Kaku kuduk : (-)

Brudzinski I/II/III : (-)

Laseq : (-)

Kerniq : (-)

RESUME
Seorang anak perempuan, status gizi baik, datang dengan
keluhan kejang sebanyak 10 kali dalam waktu sehari, selama 1 menit
setiap kejang sejak 1 hari SMRS. Kejang didahului dengan demam tinggi,
kejang terjadi pada seluruh badan, setelah mengalami kejang pasien
mengalami penurunan kesadaran, setelah itu pasien kembali sadar seperti
mengigau.
Demam terjadi 2 hari sebelum masuk rumah sakit pada
awalnya tidak terlalu tinggi tetapi menjadi sangat tinggi keesokan harinya,
suhu

diukur

dengan

termometer

mengeluhkan batuk dan pilek.


Pemeriksaan Fisik :
KU :
kesadaran : composmentis

menunjukan

40

derajat.

Pasien

Nadi

: 112 x/menit regular, equal, isi cukup

Suhu

: 36,4 0C

Ekstremitas : akral hangat CRT < 2 dtk


Kaku kuduk (-)
Usulan Pemeriksaan Penunjang
Complete blood count (Hb,leukosit,Ht,trombosit)
EEG
Elektrolit darah
Lumbal pungsi
Diagnosis Kerja
Kejang demam kompleks
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (17-12-13)
Hb

: 11,4 gr/dL

Ht

: 34%

Leukosit

: 6.100

Trombosit

: 208.000

PENATALAKSANAAN RUMAH SAKIT


Cefotaxime

3x500 mg

Micasin

2x60 mg

Sanmol

3x1 cth/ NGT

Diazepam iv (bila kejang)


Diazepam pulv 3x1,8 mg

16/12/2013
Follow up :
Kejang 2 hari yang
lalu, lama kejang 1
menit, lemas, panas
badan sejak 2 hari
yang lalu, batuk
pilek

17/12/2013

TTV:
N : 120x
S : 36,2
Ekstremitas :hangat, CTR ,
2dtk,
BB : 10 kg
Pemeriksaan fisik :
Ku : CM
Kepala : KK (-)
Abdomen : lebut NT(-)
BU (-)

Hasil
pemeriksaan
:

Cefotaxim 3x500 mg
Micasin 2x60 mg
Sanmol 3x1 cth / NGT
Diazepam iv (bila
kejang)
Diazepam pulv 3x1,8
mg
Jika ada penurunan
kesadaran lapor

Follow up :
Ku CM
Kejang tidak ada,
panas (-) pilek (+)
batuk (+)

TTV:
N : 136x/m
S : 36.2
Ekstremitas :Hangat,
CTR ,2dtk.
BB : 10kg
Neurologis :
kaku kuduk (-)
clonus (-)
babinski -/chaddok -/-

Hasil
pemeriksaan
:
Hb: 11,4
Ht:34
Leukosit:810
0
Trombosit:2
08.000

Penatalaksanaan:
Infus RL 10 cc/kg
Turunkan 7 cc/kg
Cefotaxim 3x500 mg
Micasin 2x60 mg
Sanmol 3x1 cth / NGT
Diazepam iv (bila
kejang)
Diazepam pulv 3x1,8
mg
Diet ML
Serial 12 jam

TTV:
S : 36,4
N : 112
Ekstremitas :hangat ,
CTR ,2dtk.
BB : 10 kg

Hasil
pemeriksaan
:
Hb: 11.5
Ht:35
Leukosit:310
0
Trombosit:2
67.000

Penatalaksanaan:
Infuse RL
4cc/kgBB/jam
Terapi lanjutkan
Pindah ruangan
Serial stop
Diet ML 3x

TTV;
S : 36,4
N : 112
Ekstremitas :hangat ,
CTR ,2dtk.
BB : 10 kg

Hasil
pemeriksaan
:
Hb: 11.5
Ht:35
Leukosit:310
0
Trombosit:2
67.000

Penatalaksanaan:
Terapi antibiotik 14
kali

18/12/2013
Follow up :
Pasien tidak ada
demam, kejang,
lemas. Tidak ada
mencret, mual,
muntah
Batuk pilek (+)

19/12/2013
Follow up :
Pasien tidak ada
demam, kejang,
lemas. Tidak ada
mencret, mual,
muntah
Batuk pilek (+)

20/12/2013

Follow up :
Pasien tidak ada
demam, kejang,
lemas. Tidak ada
mencret, mual,
muntah
Batuk pilek (+)

TTV :
S : 36,7
N : 110

Terapi lanjutkan

21/12/2013
Pasien tidak ada
demam, kejang,
lemas. Tidak ada
mencret, mual,
muntah
Batuk pilek (+)

TTV :
S : 36,8
N : 110

Terapi lanjutkan
Mucous syr 3x1 cth

22/12/2013
Follow up :

TTV;

Demam (-), kejang


(-), muntah (-)

S : 36,8

Batuk pilek (+)

N : 110
Ekstremitas :hangat
, CTR ,2dtk.
BB : 10 kg

23/12/2013

Penatalaksanaa
n:
Terapi lanjut
Diazepam stop

Follow up :

TTV :

Demam (-), kejang

S : 36,7

(-), muntah (-)


Batuk pilek (+)

Terapi
lanjutkan

N : 112
Ekstremitas :hangat
, CTR ,2dtk.

PEMBAHASAN
Diagnosis pasien mengalami kejang demam kompleks karena berdasarkan
:
1. Anamnesis

Pasien mengalami kejang dengan kejang bersifat kejang umum,


pasien berusia 2,5

tahun, masih termasuk ke dalam kriteria usia

kejang demam.

Pasien mengalami kejang yang didahului oleh demam sebelumnya.

Kejang terjadi selama 1 menit, terjadi lebih dari 10 x dalam waktu


24 jam.

Setelah kejang pasien tertidur kemudian beberapa saat kemudian


pasien sadar kembali.

Keluarga pasien yaitu ayah pasien memiliki riwayat kejang demam.

2. Pemeriksaan

Kesadaran : komposmentis (setelah sebelumnya tertidur setelah

kejang)
Kepala : ubun-ubun datar
Mata : papil edema -/Hidung : sekret +/+
Tidak ada tanda-tanda meningeal maupun kelainan neurologis
lainnya

3. Lab

Tidak ada keabnormalan pada pemeriksaan hematologi rutin

Etiologi :

Ekstrakranial

Infeksi

Gangguan metabolic : tidak ada tanda hipoglikemia

Gangguan keseimbangan asam-basa pada pasien tidak ada


mual muntah atau Diare

Kejang demam

Intrakranial

Infeksi : meningitis, encephalitis pada pasien terdapat


penurunan kesadaran,

dan pada pemeriksaan neurologis

tidak ditemukan meningeal sign. Untuk meningitis TB pasien


tidak mencukup skor minamal diagnosis TB.

Neoplasma

Trauma pasien tidak ada riwayat trauma

Epilepsi - pada pasien, tidak terdapat riwayat kejang, atau


kejang tanpa demam.

Apakah diagnosis kerja pada pasien ini ?

Diagnosis kerja pada pasien ini adalah Kejang Demam


Kompleks

Mengapa Pasien di diagnosa Kejang Demam Kompleks

Kejang Demam :

Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikkan suhu tubuh


> 38C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
(tanpa disertai adanya infeksi Susunan Saraf Pusat).

Kejang demam dapat terjadi pada 2,5 % anak dan biasanya


terjadi pada usia 6 bulan 5 tahun.

Kejang disertai demam pada anak yang pernah mengalami


kejang tanpa demam tidak termasuk ke dalam kejang demam.

Kejang demam secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis:

Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)


berlangsung singkat, kurang dari 15 menit
kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa
gerakan fokal
kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam

Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)


Kejang lama > 15 menit
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum
didahului kejang parsial
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Dari anamnesa didapatkan demam dan Kejang yang muncul tibatiba, Selama + 2 jam kejang terjadi 10 kali, dengan lama kejang + 1
menit. Ini merupakan kejang yang kedua, kejang pertama terjadi
saat usia 7 bulan berlangsung 1 hari dan selama 1 menit
Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)

PEMBAHASAN
KEJANG DEMAM
Definisi
Kejang

demam

adalah

bangkitan

kejang

yang

terjadi

pada

kenaikkan suhu tubuh >38C yang disebabkan oleh suatu proses


ekstrakranium (tanpa disertai adanya infeksi Susunan Saraf Pusat).
Klasifikasi
Kejang demam secara umum dapat dibagi menjadi dua jenis:

Kejang demam sederhana (Simple febrile seizure)


1. Berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan
berhenti sendiri.
2. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan
fokal.
3. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.

Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)


1. Kejang lama > 15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Etiologi

infeksi saluran penapasan atas


otitis media
pneumonia
roseola (menyebabkan kelopak mata membengkak dan bercakbercak di tubuh)
Gastroenteritis

Patofisiologi Kejang Demam

Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak membutuhkan energi yaitu senyawa glukosa yang
didapat dari proses metabolisme. Sel-sel otak dikelilingi oleh membran yang dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat
sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lain kecuali Clorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi ion K di dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na rendah. Keadaan

sebaliknya terjadi di luar sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel tersebut maka terjadi beda potensial yang disebut Potensial Membran Sel
Neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran sel diperlukan energi dan enzim
Na-K-ATP ase yang terdapat di permukaan sel. Keseimbangan potensial membran sel
dipengaruhi oleh:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak baik rangsangan mekanis, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membran karena penyakit atau faktor keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1 C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal
10-15% dan peningkatan kebutuhan oksigen sampai 20%.
Jadi pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion Kalium dan Natrium melalui membran sel,
dengan akibat lepasnya muatan listrik yang demikian besar sehingga dapat meluas ke seluruh
sel maupun ke membran sel sekitar dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah kenaikan suhu sampai 38 C sudah
terjadi kejang, namun pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada

suhu diatas 40 C. Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang
kejang rendah.
Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya
disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skelet yang mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea, dan asidosis laktat.
Hipotensi arterial disertai dengan aritmia jantung dan kenaikan suhu tubuh disebabkan
meningkatnya aktivitas berakibat meningkatnya metabolisme otak. Rangkaian kejadian di
atas adalah faktor penyebab terjadinya kerusakan neuron otak pada kejang yang lama.
Faktor yang terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga berakibat meningkatnya permeabilitas vaskular dan edema otak serta
kerusakan sel neuron. Kerusakan anatomi dan fisiologi yang bersifat menetap bisa terjadi di
daerah medial lobus temporalis setelah ada serangan kejang yang berlangsung lama. Hal ini
diduga kuat sebagai faktor yang bertanggung jawab terhadap terjadinya epilepsy.

Faktor Risiko
Faktor risiko utama kejang demam adalah usia, demam, dan genetik. Kejang demam
jarang terjadi pada usia diatas 5-7 tahun, tetapi kejang demam pada usia <6 bulan sering
dapat dibuktikan bukan kejang demam, melainkan meningitis.
Sebagian besar kejang demam muncul pada 24 jam pertama panas, biasanya terjadi
saat akselerasi panas badan meningkat. 75% anak mengalami kejang demam saat suhu tubuh
mencapai 390C, dan 25% saat suhu tubuh 400C. Anak yang mengalami kejang demam pada
suhu relative rendah mempunyai risiko mengalami kejang demam multiple dan harus
mendapatkan pengawasan.

Frekuensi kejang demam meningkat pada keluarga dengan riwayat kejang demam,
anak yang mempunyai saudara kandung kejang demam mempunyai risiko kejang demam 2-3
kali lebih besar. Telah ditemukan beberapa lokus pada kromosom 8q, 2q22-23, 9p sebagai
penyebab kejang demam.

Pemeriksaan dan Diagnosis


Anamnesis:
o Biasanya didapatkan riwayat kejang deman pada anggota keluarga lainnya (ayah, ibu
atau saudara kandung).
o Kriteria diagnosis kejang demam:

Kejang didahului oleh demam.

Pasca-kejang anak sadar kecuali kejang lebih dari 15 menit.

Pemeriksaan cairan serebrospinalis dalam batas normal.

Pemeriksaan neurologis:
o Tidak didapatkan kelainan.
Pemeriksaan laboratorium:
o Pemeriksaan lab darah rutin, elektrolit, gula darah dilakukan atas indikasi untuk
mencari penyebab lain seperti ISPA, otitis media, diare, gangguan elektrolit.
Pemeriksaan radiologi:
o Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti CT-scan atau MRI jarang sekali dikerjakan,
tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti:

Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis).

Paresis nervus VI.

Papiledema.

Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS):


o Tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis.
o Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan
dengan ketentuan sebagai berikut:

Bayi < 12 bulan: diharuskan.

Bayi antara 12-18 bulan: dianjurkan.

Bayi > 18 bulan: tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG):


o Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi berulangnya
kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang
demam. Oleh karena itu tidak direkomendasikan.
Diagnostik Banding

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan pencegahan
kejang.

1. Penanganan Pada Saat Kejang


Tempatkan pasien di tempat tidur, longgarkan pakaian, serta dimiringkan untuk
mencegah aspirasi.
Bebaskan jalan nafas.
Berikan O2.
Menghentikan kejang: Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV
(perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit) atau 0,5-0,75 mg/KgBB/dosis
rektal suppositoria atau diazepam rektal 5 mg untuk anak < 10 kg dan 10 mg
untuk anak > 10 kg, atau diazepam rektal dosis 5 mg untuk usia < 3 tahun atau
dosis 7,5 mg untuk anak > 3 tahun.
Kejang yang belum berhenti dengan diazepam rektal dapat diulangilagi dengan
cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.
Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang, dianjurkan ke RS untuk
diberikan diazepam IV.
Bila kejang masih belum berhenti diberikan fenitoin IV dengan dosis awal 10-20
mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, yaitu 12 jam setelah
dosis awal.
Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang
rawat intensif.

Setelah

kejang

berhenti,

tentukan

termasuk
demam

apakah
dalam

anak
kejang

yang

memerlukan pengobatan rumat atau pengobatan intermitten.


2. Pencegahan Kejang
Terdapat dua cara pengobatan untuk pencegahan kejang yaitu dengan pengobatan
rumatan dan pengobatan intermitten.
Pengobatan Rumatan
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri-ciri
sebagai berikut (salah satu):
Kejang lama > 15 menit.
Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,
misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,
hidrosefalus.
Kejang fokal.
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan.
Kejang demam > 4 kali per tahun.

Lamanya pengobatan rumat adalah 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 tahun.
Obat yang diberikan adalah fenobarbital atau asam valproat setiap hari.
Fenobarbital diberikan dengan dosis 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis, sedangkan
asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis.
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan
kesulitan belajar. Sedangkan asam valproat pada usia < 2 tahun dapat menyebabkan
gangguan fungsi hati.
Pengobatan Intermitten
Pengobatan intermitten adalah pengobatan yang diberikan pada saat anak
mengalami demam untuk mencegah terjadinya kejang demam, dengan diberikan
antipiretik dan antikonvulsan.
Antipiretik: parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali
sehari dan tidak boleh lebih dari 5 kali, atau ibuprofen 5-10 mg/kg/kali
diberikan 3-4 kali sehari.asetaminofen dapat menyebabkan sindrom Reye
terutama pada anak < 18 bulan.
Antikonvulsan: diazepam oral dosis 0,3 mg/kg/8jam atau diazepam rektal
dosis 0,5 mg/kg/8jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan
menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat.
3. Pengobatan Lainnya
Pengobatan penyebab: antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit
dasarnya.

Komplikasi
Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi:
Kejang demam berulang.
Epilepsi.

Kelainan motorik.
Gangguan mental dan belajar.

Edukasi Pada Orang Tua


Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian
orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi
dengan cara diantaranya:

Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik.

Memberitahukan cara penanganan kejang.

Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.

Pemberian obat untuk pencegahan rekurensi memang efektif tetapi harus diingat
adanya efek samping obat.

Hal yang Harus Dikerjakan Bila Anak Kejang


1. Tetap tenang dan tidak panik.
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.
3. Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
atau lendir di mulut atau hidung.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang.
6. Berikan diazepam rektal, dan jang diberikan bila kejang telah terhenti.
7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.

Prognosis
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah:

Riwayat kejang demam dalam keluarga.

Usia kurang dari 15 bulan.

Temperatur yang rendah saat kejang.

Cepatnya kejang setelah demam.

Bila ada 3 faktor, kemungkinan kejang demam berulang kembali adalah 80%. Namun,
bila sama sekali tidak terdapat faktor tersebut, risiko kejang demam kembali adalah 10-15%.
Kelainan neurologis atau kecacatan dan kematian tidak pernah dilaporkan untuk
kejang demam.

ANALISIS
Pada pasien anak perempuan berumur 2,5 tahun dengan berat badan 10 kg, dari hasil
anamnesa didapatkan keluhan kejang 5 menit sebeum masuk rumah sakit, Kejang yang
dialami pasien kurang lebih sebanyak 10 kali dan hampir setiap 2 jam
sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi selalu didahului
dengan demam yang sangat tinggi, setiap kejang terjadi selama 1 menit
dan kejang terjadi pada seluruh tubuh. Setelah kejang pasien terdiam

sampai tidak sadar setelah itu pasien kembali sadar tetapi seperti
mengigau dan terlihat lemas. Kejang didahului dengan adanya demam,
demam ini terjadi 2 hari sebelum masuk rumah sakit, demam pada
awalnya tidak terlalu tinggi, tetapi keesokan harinya demam menjadi
sangat tinggi dengan suhu 40 derajat saat diperiksa dengan termometer
dan setelah itu terjadi kejang. Ibu pasien mengatakan adanya batuk pilek
kemungkinan pasien telah terjangkit infeksi saluran nafas dan ini telah memicu terjadinya
demam.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran komposmentis setelah sebelumnya
sempat tidak sadar setelah (tertidur) setelah kejang. Kepala pasien ubun-ubun datar, tetapi
bentuk kepala mikrosefal, dan pada pemeriksaan hidung nampak terlihat adanya sekret.
Pemeriksaan reflex meningeal menunjukkan hasil yang negatif. Ubun-ubun yang datar dan
hasil pemeriksaan reflex meningeal yang negatif, menunjukkan bahwa tidak terdapat infeksi
pada otak dan meningen.
Dari pemeriksaan laboratorium pada 17 Desember 2013, didapatkan bahwa hasil
pemeriksaan hematologi rutin pasien ini dalam batas normal.
Pada kasus ini, diagnosis banding kejang demam kompleks adalah ensefalitis dan
meningitis.
Adapun perbedaan kedua penyakit tersebut dengan kejang demam adalah :
1. Ensefalitis
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme. Penyebab yang tersering dan terpenting ialah virus. Berbagai jenis virus
dapat menimbulkan ensefalitis dengan gejala yang sama.

Langkah diagnostik :

Anamnesis
Ensefalitis mempunyai berbagai penyebab, namun gejala klinis ensefalitis lebih
kurang sama dan khas, sehingga gejala klinis tersebut dapat digunakan sebagai

penegak diagnosis.
Gejala berupa suhu mendadak naik ; seringkali ditemukan hiperpireksia.
Kesadaran dengan cepat menurun. Anak agak besar sering mengeluh nyeri kepala

sebelum kesadarannya menurun.


Kejang dapat bersifat umum, fokal atau hanya twitching saja.

Pada pasien terdapat kejang tetapi suhu badan tidak mendadak naik tinggi dan tidak disertai
sakit kepala

Pemeriksaan fisis

Seringkali ditemukan hiperpireksia, kesadaran menurun dan kejang. Kejang dapat


berlangsung berjam-jam. Gejala serebral lain dapat beraneka raga, dapat timbul terpisah atau
bersama-sama, misalnya paresis, afasia dan sebagainya.
Pada pasien terdapat hiperpireksia, penurunan kesadaran, dan kejang. Tetapi tidak disertai
gejala serebral lainnya, seperti paresis.
Pemeriksaan penunjang
-

Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah


Pungsi lumbal ; cairan jernih, elektrolit darah, jumlah sel di atas normal, hitung jenis

didominasi sel limfosit, protein dan glukosa normal atau meningkat


Pemeriksaan CT atau MRI kepala menunjukkan gambaran edema otak. Pada
ensefalitis herpes simpleks, pemeriksaan CT scan hari sakit ketiga menunjukkan

gambaran hipodens pada daerah frontotemporal.


Pada pemeriksaan EEG didapatkan penurunan aktifitas atau perlambatan
Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang berupa LP, CT-scan, dan EEG.,
tetapi hasil dari pemeriksaan hematologi rutin pasien tidak mengalami kelainan.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik maupun penunjang, pada pasien ini tidak
mengalami kecocokan dengan diagnosa ensefalitis. Seperti keterangan yang telah
tercantum diatas, diagnosis banding ensefalitis dapat disingkirkan.

2. Meningitis
Meningitis adalah suatu infeksi yang mengenai arakhnoid, piameter, dan cairan
serebrospinal di dalam sistem ventrikel yang dapat terjadi secara akut ataupun kronis.
Penyakit ini menyebabkan angka kesakitan dan kematian yang signifikan di seluruh dunia.
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan serebrospinal yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta. Meningitis serosa
adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai cairan serebrospinalis yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa, dan disebut juga sebagai
meningitis tuberkulosis. Penyebab lain seperti lues, virus, Toxoplasma gondii, Ricketsia,
maupun jamur. Meningitis purulenta adalah radang bernanah arachnoid dan piamater yang
meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain: Neisseria meningitidis,
Streptococcus

pneumoniae,

Haemophilus

influenza,

Streptococcus

haemolyticus,

Staphylococcus aureus, E. coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.


Langkah diagnostik :

Anamnesis =

Seringkali didahului infeksi pada saluran nafas atas atau saluran cerna, seperti demam, batuk,
pilek, diare, dan muntah. Demam, nyeri kepala, dan meningismus dengan atau tanpa
penurunan kesadaran merupakan hal yang sangat sugestif meningitis, tetapi tidak ada satu
gejalapun yang khas. Banyak gejala meningitis yang berkaitan dengan usia, misalnya anak
kurang dari 3 tahun jarang mengeluh nyeri kepala.
Pada pasien didahului oleh ISPA, tetapi pasien tidak pernah mengeluh sakit kepala dan
tidak terdapat meningeal sign

Pemeriksaan fisis =

Gangguan kesadaran dapat berupa penurunan kesadaran atau iritabilitas. Dapat juga
ditemukan ubun-ubun yang menonjol, kaku kuduk atau tanda rangsang meningeal lain,
kejang, dan deficit neurologic fokal. Tanda rangsang meningeal mungkin tidak ditemukan
pada anak berusia kurang dari 1 tahun.
Pada pasien disertai penurunan kesadaran tetapi hanya beberapa saat setelah kejang, pada
pasien tidak ditemukan adanya deficit neurologis.

Pemeriksaan penunjang =
Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah, biakan darah
Lumbal pungsi (LP) : jumlah sel 100-10.000/mm 3 dengan hitung jenis predominan sel
polimorfonuklear, protein 200-500 mg.dl, glukosa <40 mg/dl, pewarnaan gram,

biakan dan uji resistensi, identifikasi antigen (aglutinasi lateks).


Pada kasus berat, LP harus ditunda (penundaan 2-3 hari tidak mengubah nilai

diagnostik kecuali untuk identifikasi kuman, itu pun jika antibiotiknya sensitive)
Pemeriksaan CT atau MRI kepala (pada kasus berat)
Pemeriksaan EEG bila ada indikasi

Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang berupa LP, CT-scan, dan EEG., tetapi
hasil dari pemeriksaan hematologi rutin pasien tidak mengalami kelainan.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik maupun penunjang, pada pasien ini tidak
mengalami kecocokan dengan diagnosa meningitis. Seperti keterangan yang telah tercantum
diatas, diagnosis banding meningitis dapat disingkirkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatric, 17 th edition.
2003. Pennsylvania: Saunders.
2. Garna Herry, Melinda Heda, Rahayuningsih Endah Sri. Pedoman Diagnosis dan
Terapi. Edisi ke-3. Bandung : RS. Hasan Sadikin Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran Bandung.

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Case Efusi Pleura
    Case Efusi Pleura
    Dokumen25 halaman
    Case Efusi Pleura
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Dengue
    Dengue
    Dokumen5 halaman
    Dengue
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • CRS VeR Korban Hidup
    CRS VeR Korban Hidup
    Dokumen11 halaman
    CRS VeR Korban Hidup
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Crs Ver Korban Hidup (Hasil)
    Crs Ver Korban Hidup (Hasil)
    Dokumen2 halaman
    Crs Ver Korban Hidup (Hasil)
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Hepatitis A
    Portofolio Hepatitis A
    Dokumen9 halaman
    Portofolio Hepatitis A
    Yosi Permana
    Belum ada peringkat
  • 14 Arti
    14 Arti
    Dokumen2 halaman
    14 Arti
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus: Rizka Utami, DR
    Laporan Kasus: Rizka Utami, DR
    Dokumen21 halaman
    Laporan Kasus: Rizka Utami, DR
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • BAB I Fix
    BAB I Fix
    Dokumen4 halaman
    BAB I Fix
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • 13 Arti
    13 Arti
    Dokumen1 halaman
    13 Arti
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Portofolio Elsa Campak Revisi
    Portofolio Elsa Campak Revisi
    Dokumen20 halaman
    Portofolio Elsa Campak Revisi
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Scabies Novian
    Scabies Novian
    Dokumen14 halaman
    Scabies Novian
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • NAPZA1
    NAPZA1
    Dokumen18 halaman
    NAPZA1
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • NAPZA1
    NAPZA1
    Dokumen18 halaman
    NAPZA1
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Vesicolithiasis
    Vesicolithiasis
    Dokumen14 halaman
    Vesicolithiasis
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Bahaya Merokok Terhadap Tubuh
    Bahaya Merokok Terhadap Tubuh
    Dokumen8 halaman
    Bahaya Merokok Terhadap Tubuh
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus Vesikolithiasis
    Presentasi Kasus Vesikolithiasis
    Dokumen7 halaman
    Presentasi Kasus Vesikolithiasis
    Hariz Al-khairid
    100% (1)
  • NAPZA1
    NAPZA1
    Dokumen18 halaman
    NAPZA1
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Preskas Morbili
    Preskas Morbili
    Dokumen28 halaman
    Preskas Morbili
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Stroke Infark
    Stroke Infark
    Dokumen24 halaman
    Stroke Infark
    liemclau
    Belum ada peringkat
  • Appedencitis Novian
    Appedencitis Novian
    Dokumen21 halaman
    Appedencitis Novian
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Demam Berdarah Dengue DBD
    Demam Berdarah Dengue DBD
    Dokumen21 halaman
    Demam Berdarah Dengue DBD
    Risky Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Upaya Program P2PM Fix
    Upaya Program P2PM Fix
    Dokumen23 halaman
    Upaya Program P2PM Fix
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Kulup
    Kulup
    Dokumen22 halaman
    Kulup
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Cover Sale - Buat Gabung
    Cover Sale - Buat Gabung
    Dokumen1 halaman
    Cover Sale - Buat Gabung
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat
  • Circumcision
    Circumcision
    Dokumen8 halaman
    Circumcision
    Indra Hadiandite
    Belum ada peringkat
  • Nyeri Abdomen
    Nyeri Abdomen
    Dokumen28 halaman
    Nyeri Abdomen
    Novian Adi Saputra
    Belum ada peringkat