KMB 3 Bu Ola Kelompok 4
KMB 3 Bu Ola Kelompok 4
KOLOSTOMI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
KELAS II NON REGULER B
ASTRID PUTERI NOVIANTI
ENDANG SITI AFIFA
MAULIDIYAH NUR FITHRI
MELDA BEDRID
NERRIS MARISA
NOVI PUTRI HANIFAH
SISCA SEPTIANI
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar
kolostomi dan asuhan keperawatan
pada klien pre operasi kolostomi.
PENGERTIAN KOLOSTOMI
INDIKASI KOLOSTOMI
JENIS KOLOSTOMI
Kolostomi Permanen
Kolostomi ada yang berupa single-barreled atau double barreled. Ketika
hanya ada satu ujung loop usus yang dibuka pada permukaan perut,
disebut dengan single barreled atau kolostomi akhir, dimana klien hanya
mempunyai satu stoma. Kolostomi akhir ini bersifat permanen apabila
usus yang terletak di distal daristoma ini telah di reseksi (Black, 2014).
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah
tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya
keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum
sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus.
Mengatasi obstruksi pada operasi elektif maupun tindakan darurat. Kolostomi dilakukan
untuk mencegah obstruksi komplit usus besar bagian distal yang menyebabkan dilatasi
bagian proksimal.
2.
3.
Kolostomi sementara dapat berguna untuk mengistirahatkan segmen usus bagian distal yang
terlibat pada proses inflamasi misalnya abses perikolik, fistula anorektal.
KOMPLIKASI KOLOSTOMI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Infeksi
Nekrosis Kolostomi
Kolostomi retraksi
Parastomal Hernia
Prolaps
Obstruksi
Iritasi Kulit
KONTRAINDIKASI
Kondisi apapun yang memberikan resiko bedah yang buruk
bagi klien merupakan kontraindikasi bagi prosedur kolostomi
( Black, 2014).
HASIL :
Klien dapat kembali pada aktivitas biasa dalam 4 hingga 6
minggu dan dapat merawat kolostomi sendiri, jika diperlukan
dapat juga dilakukan readiasi dan kemoterapi (Black, 2014).
identitas klien,
b.
c.
Pemeriksaan
fisik
lengkap,
antara
lain
status
hemodinamika,
status
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang
cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi
pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi
pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
Status Nutrisi :
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit
trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen.
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit :
Balance cairan erat kaitannya dengan input dan output cairan. Kadar elektrolit yang biasanya
dilakukan pemeriksaan diantaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 145
mmol/L), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/L) dan kadar kreatinin serum (0,70
1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi.
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi
harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.
Latihan napas dalam : berguna untuk mengatasi nyeri setelah operasi dan meningkatkan relaksasi
sehingga pasien dapat meningkatkan kulatas tidur. Selain itu teksik ini juga mampu meningkatkan
ventilasi paru dan oksigenasi darahsetelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan teknik napas dalm
pasien dapat segera mempraktikkan teknik ini setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.
Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut
tidak boleh tegang.
b.
c.
Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat.
d.
Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi
sedikit melalui mulut.
e.
f.
Biopsi,
yaitu
tindakan
sebelum
operasi
berupa
pasien
untuk
sebelum
memastikan
apakah
ada
tumor
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai
cara:
1.
2.
3.
4. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain
karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium
dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien
dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas
kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih
tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn
untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk
menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.
Kasus
Tn.D, 40 tahun masuk ke ruang rawat RS tanggal 28 April 2015 dengan keluhan nyeri abdomen
kronis dengan skala nyeri 8. Satu bulan yang lalu dinyatakan menderita kanker usus stadium 2a.
Klien tidak dapat BAB sudah hampir 3 minggu. Hasil pemeriksaan fisik RR 24x/menit, TD
100/60 mmHg, S 38,5C, N 100x/menit, Sat O2 90%. Distensi abdomen, turgor kulit kurang.
Klien akan menjalani tindakan pembedahan kolostomi pada tanggal 30 April 2015 pukul 12.00
WIB. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 28 April 2015 menunjukkan Hb 11,5 d/dL,
Ht/PVC 42%, Leukosit 7ribu/uL, Trombosit 253ribu/uL, dan masa protombin 13.0 detik. Klien
tampak lemas, dan gelisah. Klien terpasang IVFD RL 20 tetes/menit. Klien mengatakan tidak
nafsu makan, berat badannya turun drastis selama satu bulan menjadi 55 Kg. Klien mengatakan
dirinya belum siap untuk operasi yang akan dijalaninya besok, klien takut mati saat operasi.
Klien mengatakan tidak mempunyai gambaran bagaimana operasi yang akan dijalaninya besok.
Klien tampak cemas, klien tampak bingung, klien juga sering bertanya tentang apakah
penyakitnya harus dioperasi. BB klien sebelum sakit 60 kg, TB 175 cm
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Hari/tanggal
: Selasa, 28 April 2015
Jam
: 09.00 WIB
Identitas pasien
Nama
: Tn.D
No. RM
: 249744
Umur
: 40 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jl.Cipinang Kebembem, Rawamangun, Jakarta
timur
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status
: Menikah
Diagnosa Medis : Ca. Colon
Tgl. Masuk
: Selasa, 28 April 2015
Kebutuhan eliminasi
Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning, konsistensi
padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan. Saat sakit, klien
kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses berwarna
kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir. Frekuensi
BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak
menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan ADL dengan bantuan keluarga.
Keadaan umum
Suhu
: 38,5 C
Nadi
: 100 kali/menit
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
RR : 24 kali/menit
Berat badan : 60 kg
Pemeriksaan fisik
KU : cukup
Kesadaran
Cepalo caudal :
Kepala : mesochepal, konjungtiva ananemis, skelera anikterik
Leher
JVP,
Thoraks:
Inspeksi : pengembangan dada simetris.
Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri.
Perkusi : pulmo kanan dan kiri sonor.
Auskultasi : vesikuler pada pulmo kanan dan kiri
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: timpani (+).
Pemeriksaan Penunjang
Ekstremitas
Atas
: Kekuatan otot ka/ki : 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif
Bawah : Kekuatan otot ka/ki: 6/6, ROM ka/ki : aktif/ak
Hasil colonoscopy: berbentuk sirkuler dan anuler dan penyempitan
lumen usus dan striktura menonjol dan mengisi.
Hematologi
Hasil
Nilai Normal
Interpretasi
Hb
11,5
12-18 g/dL
Turun
Ht/PVC
42
40-52%
Normal
Leukosit
7.000
4.000-10.000 /uL
Normal
Trombosit
253.000
150.000-450.000 /uL
Normal
Masa protrombin
13.0
11.0-17.0 detik
Normal
Analisa Data
Nama Klien : Tn. D
Umur
: 40 tahun
TGL
28/04/15
DATA FOKUS
DS :
PROBLEM
Nyeri akut
ETIOLOGI
dengan
DO :
- Klien tampak meringis kesakitan
- Klien tampak gelisah
- TTV RR 24x/menit, TD 100/60
mmHg, S 38,5C, N 100x/menit
- Klien tampak lemas, dan gelisah
kemungkinan
28/04/15
DS
Kurang Pengetahuan
Ansietas
Kurang Pengetahuan
28/04/15
DS :
Klien
mengatakan
tidak
mempunyai
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul dari masalah diatas adalah :
1.
2.
3.
KESIMPULAN
Kolostomi merupakan sebuah tindakan operatif untuk membuat lubang buatan yang
dibuat oleh dokter ahlibedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini.
Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk
kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini
akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi
pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M. & Hawks, J.H (2009). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen
Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Buku 2. Indonesia : Elsevier
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC
TERIMA KASIH