Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE OPERASI

KOLOSTOMI
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
KELAS II NON REGULER B
ASTRID PUTERI NOVIANTI
ENDANG SITI AFIFA
MAULIDIYAH NUR FITHRI
MELDA BEDRID
NERRIS MARISA
NOVI PUTRI HANIFAH
SISCA SEPTIANI
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN

Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar
kolostomi dan asuhan keperawatan
pada klien pre operasi kolostomi.

PENGERTIAN KOLOSTOMI

Kolostomi adalah suatu tindakan


pembedahan untuk membentuk suatu
hubungan buatan antara kolon dengan
permukaan kulit pada dinding perut yang
berguna untuk mengeluarkan feses.
Hubungan ini dapat bersifat sementara
atau menetap selamanya.

INDIKASI KOLOSTOMI

Indikasi kolostomi ialah dekompresi usus pada obstruksi, stoma


sementara untuk bedah reseksi usus pada radang, atau perforasi,
dan sebagai anus setelah reseksi usus distal untuk melindungi
anastomosis distal.
Indikasi kolostomi yang permanen yaitu pada penyakit usus
yang ganas seperti karsinoma pada usus dan kondisi infeksi
tertentu pada kolon:
1.
2.
3.
4.

Trauma kolon dan sigmoid


Diversi pada anus malformasi
Diversi pada penyakit Hirschsprung
Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal
kanal

JENIS KOLOSTOMI
Kolostomi Permanen
Kolostomi ada yang berupa single-barreled atau double barreled. Ketika
hanya ada satu ujung loop usus yang dibuka pada permukaan perut,
disebut dengan single barreled atau kolostomi akhir, dimana klien hanya
mempunyai satu stoma. Kolostomi akhir ini bersifat permanen apabila
usus yang terletak di distal daristoma ini telah di reseksi (Black, 2014).
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah
tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya
keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum
sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus.

TUJUAN DILAKUKANNYA KOLOSTOMI


Kolostomi permanen dibuat untuk menggantikan fungsi anus bila anus dan rectum harus
diangkat. Sedangkan kolostomi sementara bertujuan untuk :
1.

Mengatasi obstruksi pada operasi elektif maupun tindakan darurat. Kolostomi dilakukan
untuk mencegah obstruksi komplit usus besar bagian distal yang menyebabkan dilatasi
bagian proksimal.

2.

Melakukan proteksi terhadap anastomosis kolon setelah reseksi. Kolostomi sementara


dibuat, misalnya pada penderita gawat abdomen dengan peritonitis yang telah dilakukan
reseksi sebagian kolon. Pada keadaan demikian, membebani anastomosis baru dengan
pasase feses merupakan tindakan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu,
untuk pengamanan anastomosis, aliran feses dialihkan sementara melalui kolostomi dua
stoma yang disebut stoma double barrel. Dengan cara Hartman, pembuatan anastomosis
ditunda sampai radang di perut telah reda.

3.

Kolostomi sementara dapat berguna untuk mengistirahatkan segmen usus bagian distal yang
terlibat pada proses inflamasi misalnya abses perikolik, fistula anorektal.

KOMPLIKASI KOLOSTOMI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Infeksi
Nekrosis Kolostomi
Kolostomi retraksi
Parastomal Hernia
Prolaps
Obstruksi
Iritasi Kulit

KONTRAINDIKASI
Kondisi apapun yang memberikan resiko bedah yang buruk
bagi klien merupakan kontraindikasi bagi prosedur kolostomi
( Black, 2014).
HASIL :
Klien dapat kembali pada aktivitas biasa dalam 4 hingga 6
minggu dan dapat merawat kolostomi sendiri, jika diperlukan
dapat juga dilakukan readiasi dan kemoterapi (Black, 2014).

Persiapan Klien Pre Operatif

Status kesehatan fisik secara umum


a.

identitas klien,

b.

Riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,

c.

Pemeriksaan

fisik

lengkap,

antara

lain

status

hemodinamika,

status

kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin,


fungsi imunologi, dan lain-lain.

Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang
cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi
pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi
pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.

Status Nutrisi :
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit
trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan
nitrogen.
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit :
Balance cairan erat kaitannya dengan input dan output cairan. Kadar elektrolit yang biasanya
dilakukan pemeriksaan diantaranya adalah kadar natrium serum (normal : 135 145
mmol/L), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/L) dan kadar kreatinin serum (0,70
1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana
ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi.
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi
harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.

Pencukuran daerah operasi


Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah
yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan
luka.
Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat
merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.
Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk
pengongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.

Latihan Pra Operasi


1.

Latihan napas dalam : berguna untuk mengatasi nyeri setelah operasi dan meningkatkan relaksasi
sehingga pasien dapat meningkatkan kulatas tidur. Selain itu teksik ini juga mampu meningkatkan
ventilasi paru dan oksigenasi darahsetelah anastesi umum. Dengan melakukan latihan teknik napas dalm
pasien dapat segera mempraktikkan teknik ini setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a.

Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut
tidak boleh tegang.

b.

Letakkan tangan diatas perut

c.

Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup rapat.

d.

Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi
sedikit melalui mulut.

e.

Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)

f.

Lakukan latihan dua kali sehari pre opeartif.

Latihan batuk efektif


Pasien yang mengalami anastesi general akan dipasang alat bantu nafas selama dalam kondisi
teranastesi. Ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan karena
terasa banyak lendir kental. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi
untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Yaitu dengan cara :
Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan
melintang diatas incisi sebagai bebat ketika batuk. Kemudian pasien nafas dalam (3-5 kali).
Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk
dengan mengandalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi. Ulangi
lagi sesuai kebutuhan. Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa
menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk
menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat
batuk.

Latihan Gerak Sendi


Latihan gerak sendi berguna untuk menghindarkan penumpukan lendir pada
saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus.
Tujuannya adalah memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan
menunjang fungsi pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi
tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini
pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian seiring dengan
bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien diminta melakukan secara mandiri.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto abdomen, USG (Ultra Sono
Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan), MRI (Magnrtic Resonance
Imagine),
Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka leukosit,
limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan
globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN,
dll.

Biopsi,

yaitu

tindakan

sebelum

operasi

berupa

pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan


penyakit
dilakukan

pasien
untuk

sebelum

operasi. Biopsi biasanya

memastikan

apakah

ada

tumor

ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.


Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah
kadar gula darah pasien dalam rentang normal atau
tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam
(puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi)

Pememriksaan Status Anastesi


Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode
ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini dilakukan karena obat
dan teknik anastesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran
darah dan sistem saraf.
Inform Consent
Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan
mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum
menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan
kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena
jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan
operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.

Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai
cara:
1.

Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien


sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal
yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjukkan tempat kamar
operasi, dll.

2.

Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi


sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas.
Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan
samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu
diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll.

3.

Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang


segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk
berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar operasi.

4. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain
karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium
dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien
dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya terpenuhi.

Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas
kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih
tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn
untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk
menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.

Kasus
Tn.D, 40 tahun masuk ke ruang rawat RS tanggal 28 April 2015 dengan keluhan nyeri abdomen
kronis dengan skala nyeri 8. Satu bulan yang lalu dinyatakan menderita kanker usus stadium 2a.
Klien tidak dapat BAB sudah hampir 3 minggu. Hasil pemeriksaan fisik RR 24x/menit, TD
100/60 mmHg, S 38,5C, N 100x/menit, Sat O2 90%. Distensi abdomen, turgor kulit kurang.
Klien akan menjalani tindakan pembedahan kolostomi pada tanggal 30 April 2015 pukul 12.00
WIB. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 28 April 2015 menunjukkan Hb 11,5 d/dL,
Ht/PVC 42%, Leukosit 7ribu/uL, Trombosit 253ribu/uL, dan masa protombin 13.0 detik. Klien
tampak lemas, dan gelisah. Klien terpasang IVFD RL 20 tetes/menit. Klien mengatakan tidak
nafsu makan, berat badannya turun drastis selama satu bulan menjadi 55 Kg. Klien mengatakan
dirinya belum siap untuk operasi yang akan dijalaninya besok, klien takut mati saat operasi.
Klien mengatakan tidak mempunyai gambaran bagaimana operasi yang akan dijalaninya besok.
Klien tampak cemas, klien tampak bingung, klien juga sering bertanya tentang apakah
penyakitnya harus dioperasi. BB klien sebelum sakit 60 kg, TB 175 cm

Asuhan Keperawatan

Pengkajian
Hari/tanggal
: Selasa, 28 April 2015
Jam
: 09.00 WIB
Identitas pasien
Nama
: Tn.D
No. RM
: 249744
Umur
: 40 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jl.Cipinang Kebembem, Rawamangun, Jakarta
timur
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status
: Menikah
Diagnosa Medis : Ca. Colon
Tgl. Masuk
: Selasa, 28 April 2015

Riwayat Kesehatan : Keluhan utama


Klien mengeluh nyeri abdomen kronis dengan skala nyeri 8.
Riwayat penyakit sekarang
Klien masuk ke Rumah Sakit tanggal 28 April 2015 akibat mengalami penyakit Ca
Colon stadium 2a. Klien datang ke RSUD Pringsewu diantar oleh keluarganya melalui
IGD, pada tanggal 28 April 2015, dengan keluhan nyeri abdomen kronis dengan skala
nyeri 8, tidak nafsu makan, penurunan berat badan, dan cepat letih. Klien mengeluh
tidak dapat BAB sudah hampir 3 minggu.
Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan, hanya
saja tidak terlalu suka sayuran. + 4 tahun yang lalu klien pernah terkena penyakit
thypoid sampai diopname. Klien pernah mengalami kecelakaan motor namun tidak
fatal. Keluarga klien mengatakan bahwa klien hampir setiap hari mengkonsumsi daging
hewan, jarang makan sayur, dan klien mempunyai riwayat peminum / alkoholic.

Riwayat penyakit keluarga


Klien mengatakan tidak ada satupun keluarganya yang mengalami penyakit yang
diderita klien.
Fokus pengkajian fungsional menurut Virnia Handersoon
Kebutuhan bernafas dengan normal : RR 24x/menit, napas cuping hidung.
Kebutuhan nutrisi
Sebelum sakit, frekuensi makan Tn. A tidak teratur dikarenakan kesibukan jam kerja
yang mengakibatkan sering telat makan. Berat badan klien 60 kg. Berat badan dalam 1
bulan terakhir turun drastis menjadi 55 kg. Jenis makanan yang paling sering
dikonsumsi klien yaitu daging hewan dan makanan cepat saji (sate & gulai). Klien tidak
suka sayuran, dan tidak memiliki pantangan terhadap makanan apapun. Klien tidak
pernah mengalami operasi gastrointestinal. Saat sakit, klien hanya mengkonsumsi nasi
lembek, sayuran hijau, buah tapi jarang habis karena klien mual, tidak nafsu makan, &
klien tidak makan yang pedas & berminyak. Diet di rumah sakit adalah diet rendah
lemak hewani dan tinggi serat. Kebutuhan pemenuhan nutrisi dibantu oleh keluarganya.

Kebutuhan eliminasi
Frekuensi BAB klien sebelum sakit 1x sehari di pagi hari. Feses berwani kuning, konsistensi
padat, berbau khas, warna kuning kecoklatan, dan tidak ada keluhan. Saat sakit, klien
kesulitan BAB, mengalami sembelit, baru 1x selama dirawat di RS, feses berwarna
kehitaman, konsistensi keras, kadang disertai darah merah segar, berbau anyir. Frekuensi
BAK klien 2x sehari. Klien tidak mengalami perubahan pola berkemih. Klien tidak
menggunakan kateter, kebutuhan pemenuhan ADL dengan bantuan keluarga.

Kebutuhan istirahat dan tidur


Klien mengatakan sering terbangun tidurnya apabila merasakan nyeri pada perutnya

Kebutuhan rasa aman dan nyaman


Klien mengatakan nyeri yang dirasakan dan perubahan pada perutnya membuat cemas
terhadap kondisi fisik tubuhnya.

Keadaan umum
Suhu

: 38,5 C

Nadi

: 100 kali/menit

Tekanan darah

: 100/60 mmHg

RR : 24 kali/menit
Berat badan : 60 kg
Pemeriksaan fisik
KU : cukup
Kesadaran

: Compos mentis (E4,V5,M6)

Cepalo caudal :
Kepala : mesochepal, konjungtiva ananemis, skelera anikterik
Leher
JVP,

: tidak terdapat pembesaaran kelenjar getah bening, tidak terdapat peningkatan

Thoraks:
Inspeksi : pengembangan dada simetris.
Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri.
Perkusi : pulmo kanan dan kiri sonor.
Auskultasi : vesikuler pada pulmo kanan dan kiri
Abdomen
Inspeksi

Auskultasi

: peristaltic (+) 15 x/m

Palpasi

: tidak terdapat pembesaran hepar maupun limpa, nyeri tekan

Perkusi

: timpani (+).

Inguinalis : tidak ada pembesaran inguinalis

Pemeriksaan Penunjang
Ekstremitas
Atas
: Kekuatan otot ka/ki : 6/6, ROM ka/ki : aktif/aktif
Bawah : Kekuatan otot ka/ki: 6/6, ROM ka/ki : aktif/ak
Hasil colonoscopy: berbentuk sirkuler dan anuler dan penyempitan
lumen usus dan striktura menonjol dan mengisi.
Hematologi

Hasil

Nilai Normal

Interpretasi

Hb

11,5

12-18 g/dL

Turun

Ht/PVC

42

40-52%

Normal

Leukosit

7.000

4.000-10.000 /uL

Normal

Trombosit

253.000

150.000-450.000 /uL

Normal

Masa protrombin

13.0

11.0-17.0 detik

Normal

Analisa Data
Nama Klien : Tn. D

No. Register : 249744

Umur

Diagnosa Medis : Ca Colon

: 40 tahun

TGL
28/04/15

DATA FOKUS

DS :

PROBLEM

Nyeri akut

ETIOLOGI

Obstruksi tumor pada usus

- Klien mengeluh nyeri abdomen

dengan

kronis dengan skala nyeri 8.

menekan organ yang lain

DO :
- Klien tampak meringis kesakitan
- Klien tampak gelisah
- TTV RR 24x/menit, TD 100/60
mmHg, S 38,5C, N 100x/menit
- Klien tampak lemas, dan gelisah

kemungkinan

28/04/15

DS

Kurang Pengetahuan

Kurangnya paparan informasi

Ansietas

Kurang Pengetahuan

- Klien mengatakan tidak mempunyai


gambaran bagaimana operasi yang
akan dijalaninya besok
DO :
-

Klien tampak bingung

Klien bertanya tentang apakah


penyakitnya harus dioperasi

28/04/15

DS :

Klien mengatakan dirinya belum siap untuk


operasi yang akan dijalaninya besok

Klien mengatakan takut mati saat operasi.

Klien

mengatakan

tidak

mempunyai

gambaran bagaimana operasi yang akan


dijalaninya besok
DO :

Klien tampak cemas,

Klien tampak bingung,

Klien juga sering bertanya tentang apakah


penyakitnya harus dioperasi

Klien tampak lemas, dan gelisah

Klien mengatakan tidak nafsu makan

TTV RR 24x/menit, TD 100/60 mmHg, S


38,5C, N 100x/menit

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul dari masalah diatas adalah :
1.

Nyeri kronis berhubungan dengan obstruksi tumor pada usus dengan


kemungkinan menekan organ yang lain

2.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi

3.

Ansietas sedang berhubungan dengan kurang pengetahuan.

maulidiyah\matkul persab\semester 4\KMB 3\Intervensi Keperawatan dan evauasi ko


lostomi.docx

KESIMPULAN
Kolostomi merupakan sebuah tindakan operatif untuk membuat lubang buatan yang
dibuat oleh dokter ahlibedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.
Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini.

Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk
kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini
akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi
pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008.Perawatan Kolostomi:http://athearobiansyah.blogspot.com, diakses


tanggaL 30 April 2015, jam 09:42 WIB.

Black, J.M. & Hawks, J.H (2009). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen
Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8. Buku 2. Indonesia : Elsevier

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai