Anda di halaman 1dari 3

My Dear Rio

miaaauuu....anak kucing di sampingku terus mengeong, tubuhnya mengitari kakiku.


Seperti biasa setiap sore bangun tidur siang aku selalu duduk di kursi di teras rumah
untuk menikmati majalah langgananku setiap minggu, dan anak kucing ini selalu
menghampiriku ia selalu ada di waktu yang tepat dimana aku selalu duduk disini, ibu bilang
anak kucing ini hanya ada di teras saat sore hari saja dimana aku sedang duduk diteras.
Anak kucing ini selalu mendekatiku, seperti biasa aku membaca majalah langganan,
dan anak kucing ini mengitari kakiku sambil mengeong-ngeong, kejadian ini sudah terjadi
lima kali, pada awalnya aku takut namun kini aku sudah terbiasa.
Tubuh anak kucing ini begitu mungil, tubuhnya bercorak orens dan sebagian besar
warna lainnya putih, beberapa minggu yang lalu induk kucing ini telah mati tertabrak motor,
sedangkan saudaranya yang lainnya hilang entah kemana.
miaaaaauuuuu anak kucing ini mengeong lagi sambil mengitari kakiku seakan-akan
berkata angkat aku.
Entah apa yang merasukiku, tiba-tiba terlintas di benakku ingin memeliharanya, aku
merasa kucing ini ingin mendapatkan kasih sayang, dan aku harap ibu mengizinkan aku
memeliharanya.
kucing manis, siapa namamu??? kataku seraya mengangkat tubuh mungilnya,
bulunya halus tidak seperti kucing jalanan lainnya.
Aku melihat matanya begitu bulat, dan berwarna coklat keemasan, tatapannya begitu
hangat dan menggemaskan.
kalau kamu belum mempunyai nama, bagaimana kalau kuberi kamu nama Mia??
Aku rasa nama Mia cocok denganmu karena nama Mia terdengar seperti lincah dan lemah
lembut kataku
Miaaauuuu..... anak kucing itu menjawab dengan mengeong seakan-akan dia setuju
dengan nama barunya yang baru saja kuberikan.
Aku merasa yakin pada diriku bahwa ibu akan memperbolehkan aku memeliharanya,
dan ternyata dugaanku benar, aku diizinkan memeliharanya walau ada beberapa syarat yang
harus aku lakukan, syaratnya adalah bahwa aku tidak boleh membawa mia masuk ke dalam
rumah dan harus merawatnya dengan benar.
Hari-hari berikutnya aku mulai merawat Mia dengan benar, Mia tidur di teras dengan
kandang kucing yang telah dibelikan oleh ibu, sedangkan makanannya aku membelikannya
Whiskas makanan khusus untuk kucing aku membelikannya, aku membelinya dengan
sebagian uang tabunganku yang kusisihkan dari sebagian uang jajanku, ibu bilang ini sudah
kewajibanku untuk memeliharanya, dan aku mengerti apa yang ibu maksud.
Setiap pulang sekolah aku selalu menghampiri kandang Mia untuk memberinya
makanan dan mengajaknya bermain, aku sangat menyayangi Mia, Mia adalah sahabatku
sekarang dan aku tak ingin kehilangan dia.

Namun, lama-kelamaan aku mengingkari janjiku pada diriku sendiri, lama-kelamaan


aku malas mengurus Mia, aku jarang memberinya makan, aku hanya membuka kandangnya
setiap hari dan mebiarkan dia pergih mencari makan sendiri, dan setiap dia balik ke
kandangnya aku berpikir mungkin dia sudah makan di luar sana.
Aku sudah mulai malas menyisihkan uang jajanku untuk membeli makanan untuk
Mia, hari demi hari aku sudah mulai tidak peduli dengan Mia, bahkan sudah lama aku tidak
bermain dengan Mia lagi.
Suatu hari aku seperti biasa pulang sekolah, dan aku menghampiri kandang Mia
hendak melepasnya lagi, namun kali ini aku terkejut karena aku mendapati kandang Mia
kosong dengan pintu kandang yang tertutup tak ada Mia.
Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri siapa yang sudah membuka pintu kandang
Mia??? Dan kenapa???
ibu yang buka pintu kandang Mia yah...??? tanyaku pada ibu
iya.. tadi ibu yang membuka pintu kandang Mia dan membiarkannya dia keluar, ibu
melakukannya karena selama ini ibu memerhatikan kamu tidak pernah memberinya makanan
dan hanya membuka kandangnya dan membiarkannya dia keluar jawab ibu.
oala.... aku sudah panik, aku takut Mia diculik
mungkin yang Mia lebih baik diculik, karena kalau ia diculik ia akan dirawat dengan
baik oleh si penculik ketus ibu.
Aku merasa malu pada ibu dan diriku sendiri saat ibu berkata seperti itu, karena aku
sadar bahwa aku tidak merawat Mia dengan baik.
Malamnya aku khawatir karena Mia tidak pulang juga, biasanya ia pulang tepat waktu
namun kini ia belum juga pulang, aku menggu Mia pulang hingga larut malam.
Titin, kamu belum tidur????? Ini sudah jam setengah sebelas malam lo... kata ibu
mengingatkan aku bahwa sudah waktunya tidur
belum bu... aku masih mau nungguin Mia..
jangan sudah larut malam, besok kamu sekolah lagi pula nggak baik perempuan tidur
malam-malam oceh ibu
Terpaksa aku menuruti perintahnya, dengan berat hati aku harus tidur terlebih dahulu.
Keesokannya aku bangun tidur aku mendapati Mia tak kunjung pulang, aku bertanya
pada diriku senidri kemana Mia??? Dan kemana dia pergih...???
Saat pulang sekolah aku juga tidak mendapati Mia ada dirumah, aku mulai panik, aku
khawatir aku takut terjadi apa-apa dengan Mia.
Saat sore harinya aku mendengar suara ngeong anak kucing, dan saat aku keluar
rumah aku mendapati Mia ada di depan kandangnya, aku merasa lega Mia sudah kembali.

Setelah Mia kembali ada beberapa hal yang perubahan dengan dirinya, dirinya sudah
tidak selincah dulu, sekarang dia juga lebih sering tidur, ia jarang makan makanan yang aku
berikan kepadanya.
Di sekolah aku sudah mulai tidak fokus dengan pelajaran di sekolah, pikiranku
sepenuhnya mengarah kepada Mia, aku sangat khawatir dengan Mia, pulang sekolah aku
memutuskan akan membeli whiskas untuk Mia, aku ingin merawatnya dengan baik mulai
sekarang.
Sepulang sekolah dengan kantong plastik berisi whiskas, aku langsung menghampiri
kandang Mia, aku membuka pintu kandangnya, namun tak ada respon dari Mia, ia tetap
tertidur pulas.
Saat kusentuh tubuh Mia, tetap tak ada respon dari Mia bahkan ia tetap tidak bangun,
begitu juga saat kuangkat tubuhnya, saat ku pegang detak jantungnya tak ada tanda-tanda
detak jantung, tubuhku langsung lemas aku menyadari Mia sudah tidak ada.
Aku merasa sangat terpukul saat aku mendapati tubuh Mia tidak bernyawa, aku
merasa begitu sedih hingga tak tahu harus berkata apa melihat jasad Mia di tanganku, aku
selimuti Mia dengan selembar kain yang tidak terpakai dan aku kubur dia di tanah kosong
yang letaknya tak jauh dari rumahku.
Aku menyesal pada diriku karena sudah bertindak tidak peduli pada Mia, aku sangat
sedih semenjak kehilangan dia, aku rindu dengan suara eongannya yang lemah lembut, aku
rindu dengan bulu halusnya, aku rindu dengan tubuhnya yang lincah, aku rindu dengan warna
matanya yang begitu indah, aku rindu saat saat dia mengitari kakiku, aku rindu segalanya
tentang dia.
Aku menyesal pernah mengabaikannya, aku sering menyalahkan diriku sendiri atas
kematian Mia, tak seharusnya aku mengabaikan seekor kucing kecil bertubuh mungil mencari
makan sendiri, sampai sekarang pun aku tidak tahu apa yang menyebabkan Mia mati, aku
sering bertanya pada diriku sendiri apa dia mati karena salah makan sesuatu?? Atau karena
hal lainnya yang tidak aku ketahui??? Tapi yang jelas aku berpendapat bahwa sepenuhnya itu
adalah salahku, Mia masih kecil dan aku membiarkan dirinya pegih mencari makan sendiri
mungkin karena Mia seekor anak kucing yang belum tau banyak mempelajari tentang
kehidupan cara makan atau makanan yang beracun, jadi ia tidak tahu apa yang ia lakukan ada
yang tidak benar.Andai aku benar-benar memelihara Mia dengan baik, mungkin Mia dapat
hidup dalam jangka yang lama bersamaku, aku menyesali waktu, waktu yang kupilih yang
kulakukan sepenuhnya salah.
Kehadiran Mia sangat berarti bagiku karena Mia mengajarkanku bahwa waktu sangat
berharga untuk diriku dan orang terdekat kita, andai lebih banyak waktu mungkin
kebersamaaanku dengan Mia akan lebih panjang, Mia juga menjarkanku jangan menyianyiakan orang yang ada di dekat kita karena kita tidak pernah tahu kapan orang atau hewan
yang kita sayang akan pergih dan tinggal lama bersama kita.
Aku sayang Mia, dan aku rasa Mia juga menyayangiku, buktinya adalah ia selalu
mendengarkan dengan seksama setiap aku curhat tentang temanku disekolah dan hal lainnya
yang menyangkut kepribadianku, ia selalu menjawab pertanyaanku dengan mengeong, aku
tahu Mia bukan manusia namun ia adalah sahabat yang baik.

Anda mungkin juga menyukai