Anda di halaman 1dari 9

RESUME

INSTRUMENTASI TEKNIK
HEMI MANDIBULEKTOMY D + REKRONTRUKSI PADA Ny I
DENGAN AMILOBLASTOMA MANDIBULA D.
DI OK 11 (ONKOLOGI)

Oleh:
DIAN SUSANTO

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN PERIOPERATIF
2016

TEKNIK INSTRUMENTASI HEMIMANDIBULEKTOMY


Dx: Ameloblastoma Mandibula D
A. DEFINISI
Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak menjalani
diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat oleh Robinson bahwa tumor
ini biasanya unisentrik, nonfungsional, pertumbuhannya bersifat intermiten, secara anatomis jinak
dan secara klinis bersifat persisten.
Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik. Ameloblastoma
biasanya pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan sebagian besar tumor ini bersifat jinak.
Hemimandibulektomy adalah suatu proses pembedahan untuk pengangkatan seluruh tumor
beserta seluruh rahang bawah yang terkena. (Ananto Sidohutomo, 2008)
Dalam penegasan tumor diperlukan pemeriksaan Patologo Anatomi, yaitu pemeriksaan
medis yang berurusan dengan diagnosa penyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar,
mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan dan sel. Biasanya digunaan untuk penegasan
tumor apakah ganas atau tidak dalam kurun waktu beberapa hari atau minggu.
B. ETIOLOGI
Tumor ini dapat berasal dari:

Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa
spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan
berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta
menyerupai retikulum stelata

Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada membran
periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang mungkin
menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista odontogenik

Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma. Pada kasus
yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957) mengenai ameloblastoma
yang berkembang dari kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal ini sangat jarang
terjadi. Setelah perawatan dari kista odontogenik, terjadi perkembangan dan rekurensi
menjadi ameloblastoma.

Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber (1926) pada
beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan dengan epiteluim oral

C. Tipe Ameloblastoma
Ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan perawatan antara lain tipe solid/multikistik, tipe
unikistik, dan tipe ekstraosseus/periferal.

Gambar 2. Ameloblastoma subtipe klinis A. Tipe multikistik B. Tipe Unikistik C. Tipe Periferal

D. PATOFISIOLOGI

E. MENIFISTASI KLINIS
Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat
meyebabkan deformitas wajah.

Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak

Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual

Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya

Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila
massa tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis

Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita


dengan benjolan disertai rasa nyeri.

Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang


terdapat ulserasi oleh karena penekanan gigi apabilah tumor sudah
mencapai ukuran besar.

Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan

Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.


TAHAPAN INSTEK

F. PETUGAS
1. Operator
2. Asisten operator
3. Dokter anastesi dan perawat anastesi
4. Perawat instrument
5. Peserta pelatihan instrumen ok
6. Perawat circuler
G. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Kondisi luka operasi
3. Kondisi fisik dan psikis
4. Kelengkapan dari instrumen
5. Surat persetujuan
6. Riwayat alergi
H. PERSIAPAN PASIEN
1. Posisi pasien

2. Cuci area operasi


I. PERSIAPAN ALAT
1. ALAT ON STERIL
Meja operasi
Lampu operasi
Mesin coutter, Mesin suction
Tempat sampah
Lampu foto radiologi
Mesin anestesi
Meja operasi
Standart infus
2. ALAT STERIL
1. Di Meja Instrumen
Duk besar

: 3 buah

Duk sedang

: 4 buah

Duk kecil

: 4 buah

Baju steril / scort

: 6 buah

Handuk steril

: 6 buah

Sarung meja mayo

: 1 buah

Instrumen set struma

: 1 set

Bengkok besar / kecil

: 1/1 buah

Kom/cucing

: 1 / 1 buah

Pemegang lampu
Metilene blue

: 1 buah

Selang suction/couter

: 1/1

2. Di Meja Mayo
Disinfeksi klem (washing and dressing forcep)

: 1 buah

Duk klem (towel klem)

: 5 buah

Pinset anatomis (Tissue forceps)

:2 buah

Pinset cirurgis (Dissecting forceps)

: 2 buah

Spatel lidah

: 1 buah

Hand fat mess no 3 (Handle mess)

: 1 buah

Gunting Metzenbaum/jaringan

: 1/1 buah

Pinset cirurgis manis

: 2 buah

Klem mosquito (Baby mosquito klem pean)

: 2 buah

pean bengkok sedang (Forcep pean curve)

: 3 buah

Pean panjang manis

: 1 buah

Bending

: 1 buah

Tang pemotong plat

: 1 buah

Knabel tang

: 1 buah

Gigli saw

: 1 buah

Handle gigli

: 2 buah

Kokher bengkok (Forcep kocher curve)

: 4 buah

Hak tajam/langenbeck (Rectractor US army)

: 2/2 buah

Alise klem (Allies calmp)

: 1 buah

Needle holder/gunting benang (lurus)

: 2/1 buah

3. BAHAN HABIS PAKAI


Handscone Steril / Mess no 15

: secukupnya /1

Aquadest /alkohol 70%

: 1 ltr/25 cc

U pad on / spratule / hipavik 15x30cm

: 1/1/1

Urobag / cateter no 16 / spuit 10 cc

: 1/1/1

savlon

: 25 cc

Kassa / deepers / premeline 4-0

: 6/5/3

Vicryl 3-0 / mersilk/ vicryl 2-0 cutting

: 3/1

J. TEKNIK INSTRUMENTASI
1. Sign In Identitas pasien, area operasi, tindakan

operasi, lembar persetujuan,

penandaan area operasi,kesiapan mesin, obat-obatan


riwayat alergi serta penyulit airway atau resiko operasi)

anastesi, pulse oksimetri,

2. Setelah pasien mendapat general anestesi dan terpasang under pad on di bawah
kepala lalu diposisikan supinasi beri ganjal bantal cincin sehingga kepala semi
ekstensi dan pasang tampon.
3. Pasang cateter no 16 dan lakukan pencucian pada lap operasi dengan savlon dan
keringkan dengan kassa kering steril, dilakukan oleh perawat sirkuler.
4. Perawat instrumen melakukan surgical scrub, gowning dan gloving, kemudian
membantu operator dan asisten untuk memakai handuk, baju steril dan sarung
tangan steril.
5. Berikan disinfeksi klem, savlon dan deepers kepada asisten untuk melakukan
antisepsis pada area operai.
6. Lakukan drapping :
bawah kepala : Duk kecil (2) dan undrepad steril kemudian fiksasi dengan duk klem,
dan duk panjang (1) melingkar kemudian difiksasi dengan duk klem , badan dan
dada: Duk besar (1), kaki: Duk panjang (1)
7. Pasang suction dan couter dan difiksasi dengan duk klem, kemudian dekatkan meja
mayo dan instrumen.
8. Time Out
9. Beri kassa basah (1) dan kassa kering (1) unuk membersihkan lap operasi.
10. Beri pen marker kepada operator untuk menandai daerah insisi.
11. Beri Hanvat mess no 15 kepada operator dan pinset sirugis (1) dan kassa kering
kepada asisten lalu mulai dilakukan insisi, rawat perdarahan dengan coutter dan
suction.
12. Beri hak kombinasi kepada operator dan pean panjang manis (1) untuk memperluas
lap operasi.
13. Berikan couter dan pinset cirugis manis untuk memperdalam insisi sampai mukosa
mulut dan tapak tulang mandibula.
14. Berikan kokher untuk mengklem mukosa mulut untuk memperlebar area operasi.
15. Bebaskan tumor yang ada di tulang mandibula dekstra dengan memberikan pinset
sirugis, dan couter perlahan-lahan sampai tumor terbebas. Rawat perdarahan dengan
couter, suction dan dep dengan kasa steril
16. Setelah tumor terbebas berikan pean panjang manis untuk membuat lubang dibawah
tulang mandibula dibawah dagu.
17. Siapkan gligi saw, ujung gligi saw pegang dengan pean dan ganti dengan pemegang
saw. Gergaji tulang mandibula sampai putus. Setelah itu angkat tumor.

18. Tumor diangkat dan diukur, setelah itu rawat perdaraan dengan couter dan saction
19. Cuci dengan aquadest lalu suction cairannya. Berikan plat untuk diukur sesuai
dengan rahang yang diambil tadi. Ptotong plat sesuai dengan ukuran dengan tang
potong.
20. Plat dibending disedsuikan dengan anatomi rahang, setelah itu beri silk 2-0 untuk
memfiksasi plat pada rahang bawah pada bagian geraham.
21. Berikan bor untuk melubangi ujung plat pada daaerah dagu, sambil spul dengan
spuit 10cc. Berikan scrwe driver, ulangi sebanyak tiga kali.
22. Setelah plat terfiksasi, berikan drain no. 14 dan fiksasi drain dengan silk 2-0,
23. Setelah itu berikan needel holder, pinset sirugis dan benang silk 3-0 untuk menjahit
mukosa dengan mukosa, fasia dengan fasia.
24. Berikan benang premeline 4-0 untuk menjahit kulit
25. Setelah selesai dijahit bersihkan luka dengan kassa basah dan kassa kering,
kemudian tutup luka dengan proxi strip.
26. Operasi selesai dan rapikan pasien.
27. Perawat instrumen menginventaris alat alat dan bahan habis pakai pada depo
farmasi, kemudian mencuci dan menata kembali alat alat pada instrumen set (yang
akan disteril) serta merapikan kembali ruangan.

Pembimbing OK 11

(.)

DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:
Jakarta.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai