HEmimandibulektomy
HEmimandibulektomy
INSTRUMENTASI TEKNIK
HEMI MANDIBULEKTOMY D + REKRONTRUKSI PADA Ny I
DENGAN AMILOBLASTOMA MANDIBULA D.
DI OK 11 (ONKOLOGI)
Oleh:
DIAN SUSANTO
Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari beberapa
spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan
berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta
menyerupai retikulum stelata
Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya terdapat pada membran
periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada tulang spongiosa yang mungkin
menyebabkan pergeseran gigi dan menstimulasi terbentuknya kista odontogenik
Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan odontoma. Pada kasus
yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958), Hodson (1957) mengenai ameloblastoma
yang berkembang dari kista periodontal atau kista dentigerous tapi hal ini sangat jarang
terjadi. Setelah perawatan dari kista odontogenik, terjadi perkembangan dan rekurensi
menjadi ameloblastoma.
Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan Weber (1926) pada
beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya hubungan dengan epiteluim oral
C. Tipe Ameloblastoma
Ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan perawatan antara lain tipe solid/multikistik, tipe
unikistik, dan tipe ekstraosseus/periferal.
Gambar 2. Ameloblastoma subtipe klinis A. Tipe multikistik B. Tipe Unikistik C. Tipe Periferal
D. PATOFISIOLOGI
E. MENIFISTASI KLINIS
Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat
meyebabkan deformitas wajah.
Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak
Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya
Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila
massa tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis
F. PETUGAS
1. Operator
2. Asisten operator
3. Dokter anastesi dan perawat anastesi
4. Perawat instrument
5. Peserta pelatihan instrumen ok
6. Perawat circuler
G. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Kondisi luka operasi
3. Kondisi fisik dan psikis
4. Kelengkapan dari instrumen
5. Surat persetujuan
6. Riwayat alergi
H. PERSIAPAN PASIEN
1. Posisi pasien
: 3 buah
Duk sedang
: 4 buah
Duk kecil
: 4 buah
: 6 buah
Handuk steril
: 6 buah
: 1 buah
: 1 set
: 1/1 buah
Kom/cucing
: 1 / 1 buah
Pemegang lampu
Metilene blue
: 1 buah
Selang suction/couter
: 1/1
2. Di Meja Mayo
Disinfeksi klem (washing and dressing forcep)
: 1 buah
: 5 buah
:2 buah
: 2 buah
Spatel lidah
: 1 buah
: 1 buah
Gunting Metzenbaum/jaringan
: 1/1 buah
: 2 buah
: 2 buah
: 3 buah
: 1 buah
Bending
: 1 buah
: 1 buah
Knabel tang
: 1 buah
Gigli saw
: 1 buah
Handle gigli
: 2 buah
: 4 buah
: 2/2 buah
: 1 buah
: 2/1 buah
: secukupnya /1
: 1 ltr/25 cc
: 1/1/1
: 1/1/1
savlon
: 25 cc
: 6/5/3
: 3/1
J. TEKNIK INSTRUMENTASI
1. Sign In Identitas pasien, area operasi, tindakan
2. Setelah pasien mendapat general anestesi dan terpasang under pad on di bawah
kepala lalu diposisikan supinasi beri ganjal bantal cincin sehingga kepala semi
ekstensi dan pasang tampon.
3. Pasang cateter no 16 dan lakukan pencucian pada lap operasi dengan savlon dan
keringkan dengan kassa kering steril, dilakukan oleh perawat sirkuler.
4. Perawat instrumen melakukan surgical scrub, gowning dan gloving, kemudian
membantu operator dan asisten untuk memakai handuk, baju steril dan sarung
tangan steril.
5. Berikan disinfeksi klem, savlon dan deepers kepada asisten untuk melakukan
antisepsis pada area operai.
6. Lakukan drapping :
bawah kepala : Duk kecil (2) dan undrepad steril kemudian fiksasi dengan duk klem,
dan duk panjang (1) melingkar kemudian difiksasi dengan duk klem , badan dan
dada: Duk besar (1), kaki: Duk panjang (1)
7. Pasang suction dan couter dan difiksasi dengan duk klem, kemudian dekatkan meja
mayo dan instrumen.
8. Time Out
9. Beri kassa basah (1) dan kassa kering (1) unuk membersihkan lap operasi.
10. Beri pen marker kepada operator untuk menandai daerah insisi.
11. Beri Hanvat mess no 15 kepada operator dan pinset sirugis (1) dan kassa kering
kepada asisten lalu mulai dilakukan insisi, rawat perdarahan dengan coutter dan
suction.
12. Beri hak kombinasi kepada operator dan pean panjang manis (1) untuk memperluas
lap operasi.
13. Berikan couter dan pinset cirugis manis untuk memperdalam insisi sampai mukosa
mulut dan tapak tulang mandibula.
14. Berikan kokher untuk mengklem mukosa mulut untuk memperlebar area operasi.
15. Bebaskan tumor yang ada di tulang mandibula dekstra dengan memberikan pinset
sirugis, dan couter perlahan-lahan sampai tumor terbebas. Rawat perdarahan dengan
couter, suction dan dep dengan kasa steril
16. Setelah tumor terbebas berikan pean panjang manis untuk membuat lubang dibawah
tulang mandibula dibawah dagu.
17. Siapkan gligi saw, ujung gligi saw pegang dengan pean dan ganti dengan pemegang
saw. Gergaji tulang mandibula sampai putus. Setelah itu angkat tumor.
18. Tumor diangkat dan diukur, setelah itu rawat perdaraan dengan couter dan saction
19. Cuci dengan aquadest lalu suction cairannya. Berikan plat untuk diukur sesuai
dengan rahang yang diambil tadi. Ptotong plat sesuai dengan ukuran dengan tang
potong.
20. Plat dibending disedsuikan dengan anatomi rahang, setelah itu beri silk 2-0 untuk
memfiksasi plat pada rahang bawah pada bagian geraham.
21. Berikan bor untuk melubangi ujung plat pada daaerah dagu, sambil spul dengan
spuit 10cc. Berikan scrwe driver, ulangi sebanyak tiga kali.
22. Setelah plat terfiksasi, berikan drain no. 14 dan fiksasi drain dengan silk 2-0,
23. Setelah itu berikan needel holder, pinset sirugis dan benang silk 3-0 untuk menjahit
mukosa dengan mukosa, fasia dengan fasia.
24. Berikan benang premeline 4-0 untuk menjahit kulit
25. Setelah selesai dijahit bersihkan luka dengan kassa basah dan kassa kering,
kemudian tutup luka dengan proxi strip.
26. Operasi selesai dan rapikan pasien.
27. Perawat instrumen menginventaris alat alat dan bahan habis pakai pada depo
farmasi, kemudian mencuci dan menata kembali alat alat pada instrumen set (yang
akan disteril) serta merapikan kembali ruangan.
Pembimbing OK 11
(.)
DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. EGC:
Jakarta.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC