Anda di halaman 1dari 2

Obama wanna be

Obama telah mengukir sejarah baru Amerika!. Kalau dulu di California ada Bradleys
effect yang nyata-nyata tidak terbukti dalam pilpres Amerika sekarang ini, kini bisa
dipastikan yang akan mewabah ke seantero jagad, termasuk Indonesia adalah
Obamas effect. Sebuah efek yang dipaksakan hadir ditengah-tengah kita, seolaholah negeri ini butuh Obama baru. Celakanya, banyak orang yang akan pula
mengklaim bahwa merekalah sang Obama versi Indonesia, hanya karena dalam
slogannya membawa kata perubahan atau karena usia mereka masih muda.
Memang euforia Obama ini sangat luar biasa karena seluruh dunia menyambut
kemenangannya dengan suka cita. Tapi, jangan lupa bahwa kemenangan besar ini
adalah hasil dari sebuah kerja keras yang sangat panjang. Dimulai dengan
mempersiapkan modal dasar utama yaitu sosok Obama itu sendiri, hingga
pendekatan jenius dalam hal pemasarannya. Kenapa jenius?
Sebagai sesorang sosok, lulusan Harvard Law School dengan Magna Cum Laude ini
tentulah figur istimewa. Tetapi saya yakin, Obama pasti bukanlah orang terbaik
yang ada di bumi Amerika. Pastilah tidak terlampau sulit untuk mencari orang
dengan latar belakang pendidikan dan prestasi kerja yang lebih baik dari Obama di
Amerika. Bedanya, Obama terbukti bisa merangkum semua unsur marketing mix
secara berbarengan: Product, Place, Price dan Promotion. Artinya Obama mampu
tampil disaat yang tepat, dengan kemampuan yang (dipersepsikan) mumpuni dan
dengan kemasan yang super jitu. Jadi, disinilah kehebatan Obama dan tim
suksesnya. Membaca timing, memoles kandidat, melihat momentum dan
menggenjot peluang.
Bagaimana dengan di Indonesia? Sayangnya kebanyakan dari kandidat kita masih
berada ditatanan kulit luar (baca: kosmetik). Kombinasi antara tidak mau sekaligus
tidak mampu untuk dapat benar-benar tampil all out. Apalagi memang tidak mudah
dan tidak murah.
Yang paling utama tentu saja pemahaman akan konsep produk itu sendiri. Jarang
sekali dari tokoh-tokoh kita yang sadar image dan benar-benar mau mendesain
pencitraan secara komprehensif. Baik itu memperbanyak prestasi demi menjaga
rekam jejak, memperdalam knowledge, mendesain positioning, hingga rela diatur
oleh para konsultan dalam gerak gerik, bersikap, bertutur dan lain sebagainya.
Setelah itu barulah dibuat grand desain komunikasi terpadu. Dalam kampanye
Obama, paling tidak ada 4 hal utama yang menjadi fokus tim
mereka: Advertising (termasuk iklan TV, iklan cetak, radio ad, internet, dan
beragam atribut); Public Relation (termasuk membuka jaringan endorser yang
dapat membantu dukungan opini dll), Publicity (termasuk didalamnya pemberitaan
media dan talkshow) dan Events (dari pertemuan kecil hingga kampanye terbuka
besar-besaran). Semua hal tersebut tentunya saling terkait satu dan lainnya.

Nah, bila kesemuanya digabung bersama, tak heran bila biaya kampanye Obama
mencapai hampir 500 juta US$ atau lebih dari Rp 5 Triliun.
Kelihatannya itulah kenapa Obama wanna be lebih menarik dari menjadi the real
Obama.

Anda mungkin juga menyukai