KELOMPOK: A-7
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Asam dan Basa
LO.1.1. Definisi Asam dan Basa
Asam adalah sekelompok zat yang mengandung hidrogen yang
mengalami disosiasi atau terpisah dalam larutan untuk menghasilkan H bebas
dan anion.
Basa adalah bahan yang dapat berikatan dengan H bebas dan menarik
ion tersebut dari larutan.
Menurut Bronsted Lowry:
- asam adalah zat yang dapat memberikan ion (H +) ke zat lain sebagai
donor proton.Contohnya : asam asetat (CH 3COOH), cendrung untuk
melepaskan proton (H+) yang ada pada gugus karboksilatnya, dimana :
CH3COOH
CH3COO- + H+
basa adalah zat yang dapat menerima ion (H +) dari zat lain akseptor
proton dari asam konjugatnya.
Menurut Lewis :
- asam adalah akseptor electron.
-
basa adalah molekul atau ion yang memiliki tendensi untuk mendonorkan
PEBnya.
F
F
:N
H
H
asam lewis
F
F
H
B
basa lewis
Menurut Arrhenius :
- Asam adalah zat yang terdisosiasi dalam air membentuk ion hidrogen [
+
H ].Contoh :HCl dalam air akan membentuk ion H+ dan Cl-, oleh
karena itu HCl merupakan suatu asam.
HCl
H+ + Cl-
H
H
Basa adalah zat yang terdisosiasi dalam air membentuk ion hidroksida [
OH ]. Contoh: NaOH dalam air akan membentuk ion Na+ dan OH-,
oleh
karena
itu
NaOH
NaOH Na+ + OH-
merupakan
suatu
basa.
(Sjafiruddin,2008)
Sifat-sifat asam :
- Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air.
- Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, dan dapat merusak kulit,
terutama bila asamnya asam pekat.
- Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam , yaitu
korosif terhadap logam.
- Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan
cairan elektrolit.
Sifat-sifat basa :
- Kaustik
- Rasanya pahit
- Licin seperti sabun
- Nilai pH lebih dari 7
- Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
- Dapat menghantarkan arus listrik
- Menetralkan asam
LO.1.2. Klasifikasi Asam dan Basa
Berdasarkan Kekuatannya
Klasifikasi asam basa ini digolongkan berdasarkan kekuatannya dan ukuran
terionisasi, dibagi menjadi 2 , yaitu:
1. Asam kuat adalah senyawa yang terurai secara keseluruhan saat di larutkan dalam
air dan menghasilkan jumlah ion semaksimum mungkin. Contoh asam kuat :
Nama
Asam klorida
Asam nitrat
Asam sulfat
Asam bromida
Asam iodida
Asam klorat
Asam perklorat
Asam klorit
Asam Kuat
HCl
HNO3
H2SO4
HBr
HI
HClO3
HClO4
HClO3
Asam bromit
Asam perbromat
Asam iodit
Asam periodat
HBrO3
HBrO4
HIO3
HIO4
Basa kuat adalah senyawa yang terurai secara keseluruhan saat dilarutkan dalam
air dan bereaksi dengan asam.Contoh basa kuat :
Nama
Litium hidroksida
Atrium hidroksida
Kalium hidroksida
Kalsium hidroksida
Rubidium hidroksida
Stronsium hidroksida
Secium hidroksida
Barium hidroksida
Basa Kuat
LiOH
NaOH
KOH
Ca(OH)2
RbOH
Sr(OH)2
CsOH
Ba(OH)2
2. Asam lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat dilarutkan didalam air
kurang bereaksi kuat dengan asam. Contoh asam lemah
Nama
Asam asetat
Asam askorbat
Asam benzoat
Asam borat
Asam karbonat
Asam sitrat
Asam format
Asam hidrazida
Asam sianida
Asam fluorida
Hidrogen peroksida
Asam hipoklorit
Asam laktat
Asam nitrit
Asam oksalat
Fenol
Asam propanoat
Asam sulfit
Asam urat
Asam fosfat
Asam sulfida
Asam arsenat
Asam butanoat
Asam heptanoat
Asam Lemah
CH3COOH
H2C6H6O6
C7H5O2H
H3BO3
H2CO3
H3C6H5O7
CHCOOH
HN3
HCN
HF
H2O2
HClO
HC3H5O3
HNO2
C2H2O4
C6H5OH
CH3CH2COOH
H2SO3
C5H3N4O3H
H3PO4
H2S
H3AsO4
C3H7COOH
C4H9COOH
Asam heksanoat
C5H11COOH
Asam oktanoat
C7H15COOH
Asam pentanoat
C6H13COOH
Basa lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat dilarutkan dalam
air. Contoh basa lemah
Nama
Basa Lemah
gas amoniak
besi(II) hidroksida
Hydroxylamine
Aluminium hydroxide
Iron (III) hydroxide
Ammonium hydroxide
Metilamin hydroxide
Etilamin hydroxide
NH3
Fe(OH)2
NH2OH
Al(OH)3
Fe(OH)3
NH4OH
CH3NH3OH
C2H5NH3OH
N4
Contoh : Cl, C N
Contoh : Na+
Berdasarkan kemampuan ionisasi asam dan basa
-
Asam dan basa monoprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan
satu ion H atau ion OH (dikenal juga dengan ionisasi primer)
Contoh : asam monoprotik [HCl, HN
O3
,C
H3
COOH]
H2
O ,
Contoh : asam diprotik [
S 4 H2S]
Asam dan basa poliprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan 3
atau lebih ion H atau ion OH (dikenal juga dengan ionisasi tersier)
H3
O4
Asam volatil adalah asam yang mudah menguap, dapat berubah bentuk
menjadi bentuk cair maupun gas. Asam volatil merupakan hasil akhir dari
metabolisme asam amino, lemak dan karbohidrat.
Contoh : karbondioksida, asam karbonat
Asam nonvolatil adalah asam yang tidak mudah menguap, tidak dapat
berubah bentuk menjadi gas untuk diekskresi oleh paru-paru, tapi harus
dieksresikan oleh ginjal.
Contoh : asam organik, asam nonorganik
(Sukmariah, 1990)
Produksi karbondioksida (C
O2
O2
berikatan
dengan air (terutama sel darah merah) untuk membentuk asam karbonat (
H2
O
C 3 ) yang terurai menjadi ion-ion hidrogen.
-
Indikator Kertas (Indikator Stick). Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap
kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta warna. Penggunaannya
sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur
pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia
- Indikator universal, substansi yang dapat berubah warna diantara berbagai ukuran
pH. Indikator tidak memberikan gambaran lebih spesifik terhadap nilai pH
dibandingkandengan kertas lakmus. Indikator universal merupakan gabungan
berbagai indikator yang diikuti dengan perubahan warna dari pH 2 10. Berbagai
macam indikator universal, yaitu :
Larutan Indikator
Trayek pH
Perubahan Warna
Metil Ungu
Metil Kuning
Metil Jingga
Brom Kresol Hijau
Metil Merah
Brom Timol Biru
Fenolftalein
Alizarin Kuning
0,5 1,5
2,0 3,0
3,1 4,4
3,8 5,4
4,2 6,3
6,0 7,6
8,0 9,6
10,1 12,0
Kuning Ungu
Merah Kuning
Merah Kuning
Kuning Biru
Merah Kuning
Kuning Biru
Tidak Berwarna Merah
Tidak Berwarna Ungu
Menggunakan alat pH meter yaitu alat yang digunakan di lab untuk menentukan
pH dari suatu larutan dan nilainya tertera sangat jelas. pH meter bekerja
berdasarkan prinsip elektrolit atau konduktivitas suatu larutan.
Timol biru
Rentang
pH
1,2-2,8
Pentametoksi merah
1,2-2,3
Tropeolin OO
1,3-3,2
2,4-Dinitrofenol
2,4-4,0
Metil kuning
2,9-4,0
Metil oranye
3,1-4,4
Indikator
Basa
Kuning
tak berwarna
Kuning
Kuning
Kuning
Oranye
Bromfenol biru
Tetrabromfenol biru
Alizarin natrium
sulfonat
3,0-4,6
3,0-4,6
kuning
kuning
biru-ungu
Biru
3,7-5,2
kuning
Ungu
-Naftil merah
3,7-5,0
merah
Kuning
p-Etoksikrisoidin
Bromkresol hijau
Metil merah
Bromkresol ungu
Klorfenol merah
Bromfenol biru
3,5-5,5
4,0-5,6
4,4-6,2
5,2-6,8
5,4-6,8
6,2-7,6
Kuning
Biru
Kuning
Ungu
Merah
Biru
p-Nitrofenol
5,0-7,0
Azolitmin
Fenol merah
5,0-8,0
6,4-8,0
merah
kuning
merah
kuning
kuning
kuning
tak
berwarna
merah
kuning
Neutral merah
6,8-8,0
Rosolik acid
6,8-8,0
Kresol merah
7,2-8,8
-Naftolftalein
7,3-8,7
Tropeolin OOO
7,6-8,9
Timol biru
8,0-9,6
Fenolftalein (pp)
8,0-10,0
-Naftolbenzein
9,0-11,0
Timolftalein
9,4-10,6
Nile biru
Alizarin kuning
10,1-11,1
10,0-12,0
Salisil kuning
10,0-12,0
Diazo ungu
10,1-12,0
Tropeolin O
11,0-13,0
Nitramin
11,0-13,0
Poirrier's biru
11,0-13,0
kuning
kuning
Kuning
Biru
Merah
Kuning
Merah
Merah
Hijau
merah
mawar
Biru
Merah
biru
Biru
Merah
Lilac
oranyecoklat
Ungu
oranyecoklat
oranyecoklat
ungu-pink
oranyemerah
Senyawa alam banyak yang digunakan sebagai indikator asam basa alami. Beberapa
tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan indikator asam basa alami antara
lain adalah kubis ungu, sirih, kunyit, dan bunga yang mempunyai warna (anggrek, kamboja
jepang, bunga sepatu, asoka, bunga kertas). Cara membuat indikator asam basa alami adalah:
1
Menambahkan sedikit akuades pada hasil tumbukan sehingga didapatkan ekstrak cair.
Ekstrak diambil dengan pipet tetes dan dan diteteskan dalam keramik.
Menguji dengan meneteskan larutan asam dan basa pada ekstrak, sehingga ekstrak
dapat berubah warna.
Nama Bunga
Warna Air
Bunga
Merah
Kembang
sepatu
Ungu muda
Merah
Hijau tua
Kuning
Terompet
Emas muda
Emas tua
Ungu
Merah
Kuning
Ungu
Anggrek
Asoka
Kunyit
Bougenville
Pink tua
Oranye muda
Oranye cerah
Pink muda
Hijau kemerahan
Coklat
Coklat kehitaman
Coklat the
Pink
Euphorbia
Pink muda
Hijau lumut
Merah
Kamboja
Coklat oranye
Coklat kehitaman
Kuning
keemasan
Ungu tua
Coklat muda
Oranye
Pink tua
Pink keputihputihan
Coklat tua
Perhitungan
Asam
Perhitungan
Basa
(6 Reaksi-reaksi Asam Bas.pdf)
Perhitungan Asam Kuat dan Basa Kuat
Dapat menyesuaikan kadar enzim untuk terapi suatu penyakit pada organ tertentu,
contoh: Enzim A memiliki sifat spesifik akan rusak pada pH tertentu, maka harus
disesuaikan dengan pH organ yang akan diterapi
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Aspek Biokimia dan Fisiologi Keseimbangan Asam
Basa
LO.3.1. Definisi Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam-basa adalah keseimbangan ion [H+].Suatu keadaan
dimana konsentrasi ion H yang diproduksi setara dengan kosentrasi ion Hyang di
keluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat
molekular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula
pada tingkat kosentrasinya ion H atau ion OH yang sangat lemah.
+
H
antara ion [
] bebas dan [HC O 3 ] dalam cairan tubuh sehingga pH darah 7,35
+
7,45 atau keseimbangan tubuh yang harus dijaga kadar ion [ H ] bebas dalam
batas normal maupun pembentukan asam maupun basa terus berlangsung dalam
kehidupan.
Cairan tubuh harus dilindungi dari perubahan pH karena sebagian besar enzim
sangat peka terhadap perubahan pH. Mekanisme protektif harus berlangsung aktif dan
secara terus menerus karena proses metabolisme juga menyebabkan terbentuknya
asam dan basa secara terus menerus (asam karbonat, asam sulfat, asam fosfat, asam
laktat, asam sitrat, asam asetoasetat, ion ammonium, -hidroksibutirat).
+
Karena ion [ H ] berpengaruh besar dalam keseimbangan asam-basa, maka
+
faktor yang mempengaruhi [ H ] juga mempengaruhi keseimbangan asam basa,
yaitu :
+
a) Lebihnya kadar [ H ] yang ada dalam cairan tubuh, berasal dari
H2
O3
Pembentukan
O3
1. Sistem buffer
Sistem buffer disebut juga sistem penahan atau sistem penyangga, karena dapat
menahan perubahan pH.Sistem buffermerupakan larutan yang mengandung asam dan
basa konjugasinya.
Sistem buffer kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam basa sementara.
Jika dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru paru yang merespon secara cepat terhadap perubahan ion H + dalam
darah karena rangsangan kemoreseptor dan pusat pernafasan mempertahankan kadar [H+]
sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut, ginjal mampu meregulasi
+
+
ketidakseimbangan ion H dengan mensekresikan ion H dan menambahkan HC O 3
baru dalam darah karena memiliki dapar fosfat.
Didalam tubuh terdapat beberapa sistem buffer, yaitu :
- Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat
-
Fungsi utama sistem buffer ini adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam fixed dan asam organik pada cairan ekstraseluler. Sistem ini memiliki
keterbatasan, yaitu :
- Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan
karena peningkatan CO2
-
Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem
pernafasan bekerja normal.
sistem buffer tetap merupakan sistem buffer terbaik pada pH 7.4 walaupun Pka nya
6.1, karena dapat mengeluarkan CO2 melalui paru dan jumlahnya banyak. Tubuh
mempertahankan sistem buffer bikarbonat ini dengan pengaturan kadar
karbondioksida di paru dan bikarbonat di ginjal.
H2O + CO2 H2CO3
CO2 bereaksi dengan H2O membentuk
H+ + HCO3H2
CO3 yang kemudian berdisosiasi
menjadi ion hidrogen dan ion bikarbonat melalui reaksi reversibel. Bila terjadi
peningkatan ion hidrogen, terjadi interaksi dengan ion bikarbonat sehingga terbentuk
asam karbonat.Berarti dalam hal ini ion bikarbonat bertindak sebagai basa lemah yang
menerima kelebihan ion hidrogen. Asam karbonat yang terbentuk akan mengalami
disosiasi menjadi CO2 dan air, dan CO2 yang dihasilkan akan dikeluarkan melalui
paru.
Sistem buffer hemoglobin
Buffer hemoglobin (Hb) merupakan buffer intraseluler yang bekerja di dalam sel
darah merah.Hb dapat berfungsi sebagai buffer karena mengandung residu histidin,
yaitu asam amino yang dapat berikatan secara reversibelion hidrogen, menghasilkan
Hb bentuk berproton dan tidak berproton.
Na+ + HCO3 NaHCO3
Hb- + H+ HHb (PK 7-8)
Pada sel darah merah, Hb dapat mengikat karbondioksida dan mengubahnya menjadi
karbonat karena didalam sitoplasma terkandung anhidrase karbonat, dan proses
pengikatan terjadi dengan cepat karena CO 2 berdifusi cepat melintasi membran sel
darah merah tanpa memerlukan mekanisme transport aktif membran sel. Kemampuan
pengaturan ini dikenal sebagai sistem buffer hemoglobin.
Buffer utama cairan ekstraseluler adalah sistem bikarbonat dan hemoglobin. Hb
penting untuk pengangkutan oksigen ke jaringan, pengangkut CO2 dan sebagai sistem
buffer yang kuat.
Sistem buffer protein
Sistem buffer protein berfungsi mengatur pH cairan ekstraserselular dan
interstitial.Protein sebagai buffer berinteraksi secara ekstentif dengan sistem buffer
lainnya. Protein tersusun oleh asam amino yang mempunyai sifat amfoter, yaitu asam
amino akan bersifat sebagai kation pada suasana asam dan bersifat sebagai anion pada
suasana basa.
-
Cairan interstitium yang mengandung protein dan asam amino terdisosiasi ikut
berperan mengatur pH. Protein mengandung asam amino histidin yang mempunyai
cincin imitazol dengan Pka = 6.0. Pada kebanyakan protein Pk sekitar 7.0-7.4. Proses
pengaturan melalui sistem buffer protein berjalan lambat karena ion hidrogen harus
melalui proses difusi membran sel yang dipengaruhi oleh pompa natrium.
Sistem buffer Fosfat
Sistem dapar ini berperan penting dalam pendaparan cairan tubulus ginjal dan cairan
intrasel
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam
mengatur pH darah.Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H 2PO4-)
dengan monohidrogen fosfat (HPO32-).Sistem penyangga fosfat bekerja dalam cara
yang serupa untuk mengubah asam kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjadi
Na 2 P O4
basa lemah. Natrium hidrogen fosfat (
) adalah basa lemah dan natrium
dihidrogen fosfat ( Na
H2
O4
O2
O2
O2
. Bila pembentukanC
juga meningkat.
O2
Jika konsentrasi
+
H meningkat, pusat pernapasan di batang otak secara refleks
O2
kedalaman nafas meningkat sehingga lebih banyak yang dikeluarkan sehingga jumlah
H 2 CO 3
O
yang ditambahkan ke dalam cairan tubuh berkurang. Karena C 2
membentuk asam, pengeluaran C
O2
+
H
+
H
plasma. Setiap
+
Sistem pernapasan juga dapat menyesuaikan jumlah H yang ditambahkan ke
cairan tubuh dari sumber sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan pH ke arah
+
normal apabila terjadi fluktuasi konsentrasi H
dari sumber-sumber asam nonkarbonat.
Pengaturan oleh sistem pernapasan bekerja dengan kecepatan sedang dan hanya aktif
berperan jika sistem penyangga kimiawi saja tidak mampu meminimalkan perubahan
+
+
konsentrasi H . Jika kelainan non-respiratorik mengubah konsentrasi H ,
sistem pernapasan hanya akan dapat mengembalikan pH 50-75% dari normal karena
gaya pendorong yang mengatur respon ventilasi kompensatorik lenyap apabila pH
bergeser ke arah normal.
+
O2
H , terjadi akibat fluktuasi konsentrasi C
yang
timbul dari gangguan pernapasan, mekanisme pernapasan sama sekali tidak dapat
berperan mengontrol pH.
+
H , tetapi juga dapat
+
H
Besarnya sekresi
+
H bergantung pada status asam basa pada sel tubulus
+
O
H berawal di sel-sel tubulus dengan C 2
Proses sekresi
O2
membentuk
O2
dan
+
H
O2
yang datang
H 2 CO 3
O membentuk
yang akan berdisosiasi
+
H
+
Na
yang berasal
dari filtrat glomerulus ke arah yang berlawanan. Karena reaksi ini diawali
dengan C
O2
konsentrasi C
-
O2
, jika
+
Jika konsentrasi H di plasma tinggi, sel-sel tubulus akan berespon dengan
+
mensekresikan H dalam jumlah yang lebih untuk disekresikan ke dalam
urin, begitu pula sebaliknya. Ginjal tidak dapat meningkatkan konsentrasi
+
plasma dengan mereabsorpsi H yang sudah difiltrasi karena tidak terdapat
mekanisme tersebut di dalam ginjal.
b. Ekskresi bikarbonat
-
+
H
H2
HC O3 yang difiltrasi untuk membentuk
C O3 . Lalu di
H2
O danC
O2
H2
. Lalu C
O2
C O 3 tersebut teruari
O2
masuk kembali ke
+
H2
membentuk
C O3 yang akan terurai menjadi H danHC
2. Penambahan HC O3
+
H
, HC O3
sebagaiHC O 3
H2
yang
+
H yang dihasilkan bergabung dengan
+
H di urin sehingga kelebihan
+
+
H dapat dieliminasi dan konsentrasi H di plasma menurun.
-
c. Sekresi amonia
-
Terdapat dua penyangga urin yang penting yaitu penyangga fosfat (yang difiltrasi)
dan amonia (NH3) yang disekresi.
Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan, pertama disangga oleh sistem
penyangga fosfat, yang berada di dalam lumen tubulus karena kelebihan ingesti fosfat
telah difiltrasi tetapi tidak direabsorpsi. Jika sekresi ion hidrogen meningkat, kapasitas
fosfat urin untuk menyangga akan terlampaui,tetapi ginjal tidak dapat mengeluarkan
lebih banyak fosfat basa, maka semua ion fosfat basa akan diekskresikan agar
berikatan dengan ion hidrogen.
H3
penyangga fosfat urin menjadi jenuh. Lalu, ion Hidrogen akan terus berikatan dengan
H3
N
untuk membentuk ion amonium (N H 4 )
-
Ion amonium akan keluar melalui urin setiap ia mengangkut ion hidrogen.
H3
sengaja disintesis dari asam amino glutamin (setiap satu molekul glutamin
+
menghasilkan dua ion N H yang akan dieksresikan melalui urin dan ion bikarbonat
yang akan dikembalikan ke darah) di dalam sel tubulus kemudian berdifusi mengikuti
penurunan gradien konsentrasike dalam lumen tubulus. Kecepatannya diatur oleh
jumlah kelebihan ion hidrogen yang akan diangkut di urin.
+
Untuk setiap N H 4
Sekresi N
H3
di dalam lumen tubulus, sehingga ion hidrogen dapat disekresikan dalam jumlah besar
ke dalam urin sebelum pH semakin menurun sampai batas 4,5.
(Sherwood, 2004)
Pemeriksaan gas darah di arteri dapat menunjukkan kondisi asam basa di dalam tubuh,
dengan menggunakan 3 indikator : pH, PaCO2 dan HCO3.
1. pH netral di dalam cairan ekstra seluler : 7,35 7,45
pH < 7,35
: asidosis
pH > 7,45
: alkalosis
2. PaCO2, merupakan komponen respirasi : normal 35 45 mmHg
PaCO2 > 45 mmHg : asidosis respirasi
PaCO2 < 45 mmHg : alkalosis respirasi
3. HCO3, merupakan ginjal atau metabolik : normal 24 28 mEq/L
HCO3 > 28 mmHg
: alkalosis metabolik
HCO3 < 24 mmHg
: asidosis metabolik
4. Base Excess, nilai normalnya 2 s/d +2 berkaitan dengan nilai bikarbonat 24 28
mEq/L ( 2 = 24 mEq/L dan + 2 = 28 mEq/L)
LO. 4.2 Klasifikasi Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1. Asidosis Metabolik
+
penurunan pH (peningkatan [ H ]). [HC O3 ] ECF adalah kurang dari 22 mEq/L dan
pH-nya kurang dari 7.35.Kompensasi pernapasan kemudian segera dimulai untuk
O
menurunkan PaC 3 melalui hiperventilasi sehingga asidosis metabolik jarang terjadi
secara akut.
O2
adalah
O3
sebesar
Kadar ion HC
O3
O2
O2
O2
Gabungan asidosis metabolik dengan asidosis respiratorik atau dapat disebut sebagai
O
partly compensated metabolic acidosis; penurunan kadar ion- HC 3 sebesar 1
mEq/L diikuti penurunan pC
O2
Asidosis hiperkloremik
Disebabkan oleh kehilangan natrium bikarbonat terlalu banyak dari tubuh, biasanya
karena diare berat.
Asidosis laktit
Penumpukan asam laktat yang mungkin disebabkan oleh alkohol, kanker, olahraga
berat, dan lain-lain
LO. 4.3 Etiologi, Manifestasi Klinik, Tatalaksa Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1
Asidosis metabolik
1.1. Etiologi
Asidosis metabolik ini merupakan jenis gangguan asam-basa yang sering
terjadi. Penyebab umunya yaitu berupa :
- Diare berat
Pada keadaan normal, getah pencernaan kaya asam bikarbonat ini
biasanya di sekresikan ke dalam saluran cerna dan kemudia di serap kembali
ke dalam plasma ketika pencernaan selesai.Tetapi saat diare, asam bikarbonat
ini hilang dari tubuh dan tidak direabsorpsi, karena bikarbonatnya berkurang
maka bikarbonat yang tersedia untuk mendapar ion hidrogen berkurang
sehinnga lebih banyak ion hidrogen bebas yang ada di cairan tubuh.
- Diabetes melitus
Kelainan metabolisme lemak akibat ketidak sel menggunakan glukosa
karena kurangnya efek insulin menyebabkan pembentukan asam keto secara
berlebihan. Penguraian asam keto ini akan meningkatkan hidrogen plasma.
- Olahraga berat
Ketika otot mengandalkan glikolisis anaerob sewaktu olah raga berat,
terjadi peningkatan produksi asam laktat, yang meningkatkan hidrogen
plasma.
- Asidosis urenik
Pada gagal ginjal berat (uremia), ginjal tidak dapat menyingkirkan bahkan
hidrogen dalam jumlah normal yang dihasilkan dari asam-asam nonkarbonat
dari proses-proses metabolik sehingga hidrogen mulai menumpuk di cairan
tubuh.Gagal ginjal jga dapat menahan bikarbonat dalam jumlah memadai
untuk menyangga beban asam yang normal.
( Sherwood, 2012)
Anion-gap dalam plasma
Dalam keadaan normal, jumlah anion dan kation di dalam tubuh adalah
sama besar. Selisih antara Na dengan HNO3 dan Cl atau selisih dari anion lain
dan kation lain di sebut sebagai anion-gap. Pada kelompok pembentukan asam
organik yang berlebihan sebagai penyebab asidosis metabolik, besar anion-gap
akan meningkat oleh karena adanya penambahan anion lain yang berasal dari
asam organik antara lain asam hidroksi butirat pada ketoadosis diabetik, asam
laktat pada asidosis laktat, asam salisilat pada intoksikasi salisilat. Jumlah
normal anion-gap dalam plasma 123 meq.
Anion-gap dalam plasma [Na+] [Cl-] + [HCO3]
Asidosis metabolik dengan anion-gap yang normal selalu disertai
dengan peningkatan ion-Cl dalam plasma sehingga disebut juga sebagai
asidosis metabolik hiperkloremik.
Anion-gap dalam urin
Pada keadaan asidosis metabolik dengan anion gap normal, ion
Cl yang berlebihan akan di sekresikan oleh sel interkaled duktus
kolingentes bersama dengan sekresi ion H+. Terganggu atau normalnya
ekskresi ion NH3 dalam bentuk NH4Cl dapat dinilai dengan menghitung
anion gap di dalam urin.
Anion-gap dalam urin [Na- urin + K-urin] [Cl-urin]
Bila hasilnya positif, terdapat gangguan pada ekskresi ion-NH 3
sehingga NH4Cl tidak terbentuk akibat adanya gangguan sekresi ion H +
di tubulus distal misalnya pada renal tubular asidosis. Hasil yang negatif,
menunjukkan keadaan asidosis metabolik anion-gap normal dimana
ekskresi ion Cl dalam bentuk NH4Cl sebanding dengan sekresi ion H+ di
tubulus distal yang terjadi akibat adanya asidosis metabolik, misalnya
pada keadaan diare.
(Sudoyo,ddk, 2009)
Selisih Anion Normal
(Hiperkloremik)
Kehilangan Bikarbonat
Kehilangan melalui saluran cerna:
Diare
lleostomi; fistula pancreas,
biliaris, atau usus halus
Kehilangan melalui ginjal:
Asidosis tubulus proksimal
ginjal (RTA)
Inhibitor karbonik anhidrase
Hipoaldosteronisme
Peningkatan beban asam
Ammonium klorida
Cairan-cairan hiperalimentasi
Pemberian IV larutan salin secara cepat
format
Gagal ginjal akut atau kronis
1.2. Gejala
Gejala yang timbul pada penderita asidosis metabolik berupa :
- Asidosis metabolik ringan tidak timbul gejala. Namun penderita biasanya
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam
atau sedikit lebih cepat.
-
1.3. Pengobatan
Penanganan untuk asidosis metabolik ini dapat dicegah tergantung dengan
penyebab dan keparahan asidosis metabolik itu.Contohnya seperti pada gagal
ginjal kronik, apabila asidosis metabolik yang terjadi itu ringan atau sedang
maka tidak perlu dilakukan penanganan atau pengobatan. Namun apabila
kadar bikarbonat plasma turun hingga dibawah 15 mmol/L, logis untuk
melakukan pegobatan dengan pemberian basa oral, seperti natrium bikarbonat
atau natrium sitrat.
Ketoasidosis diabetik respon terhadap pemberian insulin, dan kebanyakan
pasien tidak memerlukan pemberian basa.Tetapi, apabila asidosis sangat berat,
pemberian basa perl dibenarkan.
Pada asidosis laktat, jika gangguan dasarnya dapat diatasi, asidosis akan
terkoreksi oleh metabolisme laktat yang menghasilkan bikarbonat. Karena
asidosis laktat biasanya menyertai gagal pernafasan atau sirkulasi yang berat,
sehingga angka mortalitasnya (kematiannya) tinggi.
Asidosis karena diare atau kehilangan basa akibat sekresi bagian
atas, biasanya disertai kehilangan volume dan defisiensi kalium
(hipokalemia).Dengan ada hubungannya dengan gangguan elektrolit ini,
mungkin diperlukan pemberian infus intravena yang sesuai dengan kelainan
pasien yang spesifik.
(Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam by Harrison)
1.4. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Asidosis
karena diare yatu dengan cara mencegah terjadinya diare seperti mencuci
tangan dengan sabun, menjauhi makanan yang mungkin sudah terkontaminasi
(seperti makanan di pinggir jalan yang sudah terkena udara tidak sehat
disekitarnya atau makanan yang tidak steril), penyediaan air bersih, menjaga
tubuh agar tidak terjadi gizi buruk, dan juga imunisasi untuk anak-anak.
2. Alkalosis metabolik
2.1Etiologi
- muntah. Pengeluaran abnormal H+ dari tubuh akibat hilangnya getah
lambung. H+ menurun dan tidak ladi terjadi reabsorbsi H+ untuk menetralkan
[HCO3] plasma
- ingesti obat alkali misalnya soda kue [NaHCO3] sebagai terapi hiperasiditas
lambung, jika berlebihan maka kelebihan HCO3 akan diserap dan
menimbulkan kelebihan [HCO3] plasma
2.2Gejala
Pernapasan lambat merupakan gejala utama dari alkalosis metabolik.
Pernapasan lambat berpotensi menyebabkan Apnea, yaitu tidak bernapas sama
sekali untuk interval waktu tertentu.
Kondisi ini memicu perubahan warna pada kulit sehingga menjadi
kebiruan atau keunguan.
Detak jantung juga akan berlangsung lebih cepat yang disertai penurunan
tekanan darah.
Gejala lain alkalosis metabolik meliputi mati rasa dan kesemutan,
berkedut, kejang otot, mual, muntah, dan diare.
Penderita juga mengalami kebingungan dan pusing, sedang pada kasus
berat mengakibatkan koma dan kejang.
2.3 Pengobatan
Pengobatan alkalosis metabolik akan tergantung dari penyebabnya.
Pengobatan terutama ditujukan untuk mengembalikan keseimbangan
pH dalam tubuh. Untuk itu, tubuh harus terhidrasi dengan baik terlebih dahulu.
2.4 Kompensasi
- system dapar kimiawi segera membebaskan H+
- ventilasi berkurang sehingga CO2 penghasil H+ tertahan dicairan tubuh
- jika keadaan menetap beberapa hari maka ginjal akan menahan H+ dan
mengekskresikan lebih banyak HCO3 di urin
3. Asidosis respiratorik
3.1 Etiologi
Penyakit paru, depresi pusat pernafasan oleh obat atau penyakit, gangguan
syaraf atau otot yang mengurangi kemampuan bernapas dan menahan napas.
Pada asidosis respiratorik tidak terkompensasi CO2 meningkat dimana
HCO3- normal, sehingga rasio menjadi 20/2 dan pH berkurang.Obesitas berat
sehingga membuat seseorang kesulitan bernapas
3.2 Gejala
Gejala-gejala asidosis meliputi kebingungan, lesu, sesak napas,
mengantuk, dan mudah lelah.Beberapa gejala lain termasuk kulit hangat,
hipertensi paru, denyut jantung tidak teratur, refleks tendon berkurang, batuk,
mengi, mudah marah,
3.3 Pengobatan
Pengobatan masalah ini harus difokuskan pada akar penyebab yang
mendasarinya.Untuk asidosis respiratorik yang dipicu oleh penyakit paru-paru,