Anda di halaman 1dari 29

NAMA: FAJAR PAMBUDI

KELOMPOK: A-7
LI.1. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Asam dan Basa
LO.1.1. Definisi Asam dan Basa
Asam adalah sekelompok zat yang mengandung hidrogen yang
mengalami disosiasi atau terpisah dalam larutan untuk menghasilkan H bebas
dan anion.
Basa adalah bahan yang dapat berikatan dengan H bebas dan menarik
ion tersebut dari larutan.
Menurut Bronsted Lowry:
- asam adalah zat yang dapat memberikan ion (H +) ke zat lain sebagai
donor proton.Contohnya : asam asetat (CH 3COOH), cendrung untuk
melepaskan proton (H+) yang ada pada gugus karboksilatnya, dimana :
CH3COOH

CH3COO- + H+

basa adalah zat yang dapat menerima ion (H +) dari zat lain akseptor
proton dari asam konjugatnya.

Menurut Lewis :
- asam adalah akseptor electron.
-

basa adalah molekul atau ion yang memiliki tendensi untuk mendonorkan
PEBnya.

F
F

:N

H
H

asam lewis

F
F

H
B

basa lewis

Menurut Arrhenius :
- Asam adalah zat yang terdisosiasi dalam air membentuk ion hidrogen [
+
H ].Contoh :HCl dalam air akan membentuk ion H+ dan Cl-, oleh
karena itu HCl merupakan suatu asam.
HCl

H+ + Cl-

H
H

Basa adalah zat yang terdisosiasi dalam air membentuk ion hidroksida [

OH ]. Contoh: NaOH dalam air akan membentuk ion Na+ dan OH-,
oleh

karena
itu
NaOH
NaOH Na+ + OH-

merupakan

suatu

basa.

(Sjafiruddin,2008)
Sifat-sifat asam :
- Rasa: masam ketika dilarutkan dalam air.
- Sentuhan: asam terasa menyengat bila disentuh, dan dapat merusak kulit,
terutama bila asamnya asam pekat.
- Kereaktifan: asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam , yaitu
korosif terhadap logam.
- Hantaran listrik: asam, walaupun tidak selalu ionik, merupakan
cairan elektrolit.
Sifat-sifat basa :
- Kaustik
- Rasanya pahit
- Licin seperti sabun
- Nilai pH lebih dari 7
- Mengubah warna lakmus merah menjadi biru
- Dapat menghantarkan arus listrik
- Menetralkan asam
LO.1.2. Klasifikasi Asam dan Basa
Berdasarkan Kekuatannya
Klasifikasi asam basa ini digolongkan berdasarkan kekuatannya dan ukuran
terionisasi, dibagi menjadi 2 , yaitu:
1. Asam kuat adalah senyawa yang terurai secara keseluruhan saat di larutkan dalam
air dan menghasilkan jumlah ion semaksimum mungkin. Contoh asam kuat :
Nama
Asam klorida
Asam nitrat
Asam sulfat
Asam bromida
Asam iodida
Asam klorat
Asam perklorat
Asam klorit

Asam Kuat
HCl
HNO3
H2SO4
HBr
HI
HClO3
HClO4
HClO3

Asam bromit
Asam perbromat
Asam iodit
Asam periodat

HBrO3
HBrO4
HIO3
HIO4

Basa kuat adalah senyawa yang terurai secara keseluruhan saat dilarutkan dalam
air dan bereaksi dengan asam.Contoh basa kuat :
Nama
Litium hidroksida
Atrium hidroksida
Kalium hidroksida
Kalsium hidroksida
Rubidium hidroksida
Stronsium hidroksida
Secium hidroksida
Barium hidroksida

Basa Kuat
LiOH
NaOH
KOH
Ca(OH)2
RbOH
Sr(OH)2
CsOH
Ba(OH)2

2. Asam lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat dilarutkan didalam air
kurang bereaksi kuat dengan asam. Contoh asam lemah
Nama
Asam asetat
Asam askorbat
Asam benzoat
Asam borat
Asam karbonat
Asam sitrat
Asam format
Asam hidrazida
Asam sianida
Asam fluorida
Hidrogen peroksida
Asam hipoklorit
Asam laktat
Asam nitrit
Asam oksalat
Fenol
Asam propanoat
Asam sulfit
Asam urat
Asam fosfat
Asam sulfida
Asam arsenat
Asam butanoat
Asam heptanoat

Asam Lemah
CH3COOH
H2C6H6O6
C7H5O2H
H3BO3
H2CO3
H3C6H5O7
CHCOOH
HN3
HCN
HF
H2O2
HClO
HC3H5O3
HNO2
C2H2O4
C6H5OH
CH3CH2COOH
H2SO3
C5H3N4O3H
H3PO4
H2S
H3AsO4
C3H7COOH
C4H9COOH

Asam heksanoat
C5H11COOH
Asam oktanoat
C7H15COOH
Asam pentanoat
C6H13COOH
Basa lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat dilarutkan dalam
air. Contoh basa lemah
Nama
Basa Lemah
gas amoniak
besi(II) hidroksida
Hydroxylamine
Aluminium hydroxide
Iron (III) hydroxide
Ammonium hydroxide
Metilamin hydroxide
Etilamin hydroxide

NH3
Fe(OH)2
NH2OH
Al(OH)3
Fe(OH)3
NH4OH
CH3NH3OH
C2H5NH3OH

Berdasarkan Bentuk Ion


-

Asam anion adalah asam yang mempunyai muatan negatif.

Contoh : SO3Asam kation adalah asam yang mempunyai muatan positif.


Contoh : N

N4

Basa anion adalah basa yang mempunyai muatan negatif.

Contoh : Cl, C N

Basa kation adalah basa yang mempunyai muatan positif.

Contoh : Na+
Berdasarkan kemampuan ionisasi asam dan basa
-

Asam dan basa monoprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan
satu ion H atau ion OH (dikenal juga dengan ionisasi primer)
Contoh : asam monoprotik [HCl, HN

O3

,C

H3

COOH]

basa monoprotik [NaOH, KOH]


Asam dan basa diprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan 2
ion H atau ion OH (dikenal dengan ionisasi sekunder)

H2
O ,
Contoh : asam diprotik [
S 4 H2S]

basa diprotik [Mg(OH 2 , Ca(OH)2, Ba(OH)2]


-

Asam dan basa poliprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan 3
atau lebih ion H atau ion OH (dikenal juga dengan ionisasi tersier)

Contoh : asam poliprotik [

H3

O4

basa poliprotik [Al(OH)3]


Asam-asam yang berasal dari proses metabolisme
-

Asam volatil adalah asam yang mudah menguap, dapat berubah bentuk
menjadi bentuk cair maupun gas. Asam volatil merupakan hasil akhir dari
metabolisme asam amino, lemak dan karbohidrat.
Contoh : karbondioksida, asam karbonat
Asam nonvolatil adalah asam yang tidak mudah menguap, tidak dapat
berubah bentuk menjadi gas untuk diekskresi oleh paru-paru, tapi harus
dieksresikan oleh ginjal.
Contoh : asam organik, asam nonorganik
(Sukmariah, 1990)

LO.1.3. Sumber Asam dan Basa


Asam dan basa bersumber dari:
-

Produksi karbondioksida (C

O2

) oleh sel-sel jaringan. C

O2

berikatan

dengan air (terutama sel darah merah) untuk membentuk asam karbonat (
H2
O
C 3 ) yang terurai menjadi ion-ion hidrogen.
-

Asam anorganik yang dihasilkan selama penguraian hidrogen.

Asam hidrogen yang dihasilkan dari metabolisme perantara.

Sebagian besar ion hidrogen yang dihasilkan merupakan produk


sampingan atau produk akhir dari proses katabolisme sempurna
karbohidrat, lemak dan protein.

LI.2. Memahami dan Menjelaskan pH


LO.2.1. Definisi pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan nilai keasaman
atau kebasaan yang dimiliki suatu larutan.Unit pH diukur pada skala 0 14. Istilah pH
berasal dari p, lambang matematika dari negatif logaritma dan H lambang kimia
untuk unsur hidrogen.
pH dibentuk dari informasi kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat derajat
keasaman atau basa yang berkaitan dengan aktivitas ion hidrogen. Nilai pH dari suatu
unsur adalah perbandingan antara konsentrasi ion hidrogen [H+] dengan konsentrasi ion
hidroksil [OH-].Jika konsentrasi H+ lebih besar dari OH-, material disebut asam.Yaitu
nilai pH adalah kurang dari 7.Jika konsentrasi OH- lebih besar dari H+, material disebut
basa dengan suatu nilai pH lebih besar dari 7.
(Guyton, 2008)
LO.2.2. Cara Menentukan pH

Yang digunakan untuk mengukur pH suatu larutan adalah:


- Kertas lakmus, kertas lakmus berubah menjadi merah bila keasaman larutan naik
(asam), sedangkan berubah menjadi warna biru bila jika tingkat keasamaan larutan
turun (basa). Penggunaan kertas lakmus ini adalah pengukuran yang paling sederhana,
tetapi tidak dapat menentukan nilai pasti pH tersebut, hanya menunjukkan asam atau
basa.
-

Indikator Kertas (Indikator Stick). Indikator kertas berupa kertas serap dan tiap
kotak kemasan indikator jenis ini dilengkapi dengan peta warna. Penggunaannya
sangat sederhana, sehelai indikator dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur
pH-nya. Kemudian dibandingkan dengan peta warna yang tersedia

- Indikator universal, substansi yang dapat berubah warna diantara berbagai ukuran
pH. Indikator tidak memberikan gambaran lebih spesifik terhadap nilai pH
dibandingkandengan kertas lakmus. Indikator universal merupakan gabungan
berbagai indikator yang diikuti dengan perubahan warna dari pH 2 10. Berbagai
macam indikator universal, yaitu :
Larutan Indikator

Trayek pH

Perubahan Warna

Metil Ungu
Metil Kuning
Metil Jingga
Brom Kresol Hijau
Metil Merah
Brom Timol Biru
Fenolftalein
Alizarin Kuning

0,5 1,5
2,0 3,0
3,1 4,4
3,8 5,4
4,2 6,3
6,0 7,6
8,0 9,6
10,1 12,0

Kuning Ungu
Merah Kuning
Merah Kuning
Kuning Biru
Merah Kuning
Kuning Biru
Tidak Berwarna Merah
Tidak Berwarna Ungu

Menggunakan alat pH meter yaitu alat yang digunakan di lab untuk menentukan
pH dari suatu larutan dan nilainya tertera sangat jelas. pH meter bekerja
berdasarkan prinsip elektrolit atau konduktivitas suatu larutan.

Daftar indikator asam basa lengkap

Timol biru

Rentang
pH
1,2-2,8

Pentametoksi merah

1,2-2,3

Tropeolin OO

1,3-3,2

2,4-Dinitrofenol

2,4-4,0

Metil kuning

2,9-4,0

Metil oranye

3,1-4,4

Indikator

Kuantitas penggunaan per 10


Asam
ml
1-2 tetes 0,1% larutan
merah
1 tetes 0,1% dlm larutan 0%
merah-ungu
alcohol
1 tetes 1% larutan
merah
1-2 tetes 0,1% larutan dlm 50% tak
alcohol
berwarna
1 tetes 0,1% larutan dlm 90%
merah
alcohol
1 tetes 0,1% larutan
merah

Basa
Kuning
tak berwarna
Kuning
Kuning
Kuning
Oranye

Bromfenol biru
Tetrabromfenol biru
Alizarin natrium
sulfonat

3,0-4,6
3,0-4,6

1 tetes 0,1% larutan


1 tetes 0,1% larutan

kuning
kuning

biru-ungu
Biru

3,7-5,2

1 tetes 0,1% larutan

kuning

Ungu

-Naftil merah

3,7-5,0

merah

Kuning

p-Etoksikrisoidin
Bromkresol hijau
Metil merah
Bromkresol ungu
Klorfenol merah
Bromfenol biru

3,5-5,5
4,0-5,6
4,4-6,2
5,2-6,8
5,4-6,8
6,2-7,6

1 tetes 0,1% larutan dlm 70%


alcohol
1 tetes 0,1% larutan
1 tetes 0,1% larutan
1 tetes 0,1% larutan
1 tetes 0,1% larutan
1 tetes 0,1% larutan
1 tetes 0,1% larutan

Kuning
Biru
Kuning
Ungu
Merah
Biru

p-Nitrofenol

5,0-7,0

1-5 tetes 0,1% larutan

Azolitmin
Fenol merah

5,0-8,0
6,4-8,0

merah
kuning
merah
kuning
kuning
kuning
tak
berwarna
merah
kuning

Neutral merah

6,8-8,0

Rosolik acid

6,8-8,0

Kresol merah

7,2-8,8

-Naftolftalein

7,3-8,7

5 tetes 0,5% larutan


1 tetes 0,1% larutan
1 tetes 0,1% larutan dlm 70%
merah
alcohol
1 tetes 0,1% larutan dlm 90%
kuning
alcohol
1 tetes 0,1% larutan
kuning
1-5 tetes 0,1% larutan dlm 70% merah
alcohol
mawar

Tropeolin OOO

7,6-8,9

1 tetes 0,1% larutan

Timol biru

8,0-9,6

Fenolftalein (pp)

8,0-10,0

-Naftolbenzein

9,0-11,0

Timolftalein

9,4-10,6

Nile biru
Alizarin kuning

10,1-11,1
10,0-12,0

Salisil kuning

10,0-12,0

Diazo ungu

10,1-12,0

1-5 tetes 0,1% larutan


kuning
1-5 tetes 0,1% larutan dlm 70% tak
alcohol
berwarna
1-5 tetes 0,1% larutan dlm 90%
kuning
alcohol
1 tetes 0,1% larutan dlm 90% tak
alcohol
berwarna
1 tetes 0,1% larutan
biru
1 tetes 0,1% larutan
kuning
1-5 tetes 0,1% larutan dlm 90%
kuning
alcohol
1 tetes 0,1% larutan
kuning

Tropeolin O

11,0-13,0

1 tetes 0,1% larutan

Nitramin

11,0-13,0

Poirrier's biru

11,0-13,0

Asam trinitrobenzoat 12,0-13,4


Indikator Asam Basa Alami

kuning

kuning

1-2 tetes 0,1% larutan dlm 70% tak


alcohol
berwarna
1 tetes 0,1% larutan
biru
tak
1 tetes 0,1% larutan
berwarna

Kuning
Biru
Merah
Kuning
Merah
Merah
Hijau
merah
mawar
Biru
Merah
biru
Biru
Merah
Lilac
oranyecoklat
Ungu
oranyecoklat
oranyecoklat
ungu-pink
oranyemerah

Senyawa alam banyak yang digunakan sebagai indikator asam basa alami. Beberapa
tumbuhan yang bisa dijadikan sebagai bahan pembuatan indikator asam basa alami antara
lain adalah kubis ungu, sirih, kunyit, dan bunga yang mempunyai warna (anggrek, kamboja
jepang, bunga sepatu, asoka, bunga kertas). Cara membuat indikator asam basa alami adalah:
1

Menumbuk bagian bunga yang berwarna pada mortar.

Menambahkan sedikit akuades pada hasil tumbukan sehingga didapatkan ekstrak cair.

Ekstrak diambil dengan pipet tetes dan dan diteteskan dalam keramik.

Menguji dengan meneteskan larutan asam dan basa pada ekstrak, sehingga ekstrak
dapat berubah warna.

Inilah hasil pengamatan beberapa indikator asam basa alami.


Warna
Bunga

Nama Bunga

Warna Air
Bunga

Warna Air Bunga


Keadaan Asam

Warna Air Bunga


Keadaan Basa

Merah

Kembang
sepatu

Ungu muda

Merah

Hijau tua

Kuning

Terompet

Emas muda

Emas tua

Ungu
Merah
Kuning
Ungu

Anggrek
Asoka
Kunyit
Bougenville

Pink tua
Oranye muda
Oranye cerah
Pink muda

Hijau kemerahan
Coklat
Coklat kehitaman
Coklat the

Pink

Euphorbia

Pink muda

Hijau lumut

Merah

Kamboja

Coklat oranye

Coklat kehitaman

Kuning
keemasan
Ungu tua
Coklat muda
Oranye
Pink tua
Pink keputihputihan
Coklat tua

LO.2.3. Perhitungan pH larutan

Perhitungan
Asam
Perhitungan
Basa
(6 Reaksi-reaksi Asam Bas.pdf)
Perhitungan Asam Kuat dan Basa Kuat

Untuk Asam Kuat :

dan kalau [H+] sudah diketahui,


Masuk ke rumus pHAsam = -log[H+]
Untuk Basa Kuat :

dan kalau [OH-] sudah diketahui,


Masuk ke rumus pOH basa = -log[OH-]
Dan terakhir, masuk ke rumus pH basa = 14-pOH basa
(Prinsip-prinsip kimia modern by Oxtoby)
Perhitungan Asam Lemah dan Basa Lemah
Untuk Asam Lemah :

Setelah menemukan [H+], lalu akan masuk ke rumus


Masuk ke rumus pHAsam = -log[H+]

Untuk Basa Lemah :

Setelah menemukan [OH-],


Masuk ke rumus pOH basa = -log[OH-]
Dan terakhir, masuk ke rumus pH basa = 14-pOH basa
(Prinsip-prinsip kimia modern by Oxtoby)
LO.2.3. Manfaat Pengukuran pH
Aplikasi dalam bidang kesehatan, biologi, kimia dan lain lain.
-

Dapat mengetahui pH berbagai substansi dalam tubuh

o Cairan getah lambung


pH 1,0 2,0
o Urine
pH 4,8 7,5
o Saliva (air liur)
pH 6,5 6,9
o Darah
pH 7,35 7,45
Dapat lebih mudah untuk menunjang teori terapi

Dapat menyesuaikan kadar enzim untuk terapi suatu penyakit pada organ tertentu,
contoh: Enzim A memiliki sifat spesifik akan rusak pada pH tertentu, maka harus
disesuaikan dengan pH organ yang akan diterapi

Dapat mengetahui segala kemungkinan dari gangguan keseimbangan asam-basa jika


memakan makanan yang asam seperti jeruk limo, cuka, orange juice.

Menentukan derajat keasaman dari suatu larutan

Menyatakan konsentrasi ion hidrogen

Menentukan suatu kondisi asidosis atau alkalosis

Mengatur mekanisme ion-ion di cairan ekstraselular

LI.3. Memahami dan Menjelaskan Aspek Biokimia dan Fisiologi Keseimbangan Asam
Basa
LO.3.1. Definisi Keseimbangan Asam Basa
Keseimbangan asam-basa adalah keseimbangan ion [H+].Suatu keadaan
dimana konsentrasi ion H yang diproduksi setara dengan kosentrasi ion Hyang di
keluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada tingkat
molekular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah, begitu pula
pada tingkat kosentrasinya ion H atau ion OH yang sangat lemah.

Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari


tiga sistem, yaitu sistem buffer, sistem paru dan sistem ginjal.Prinsip pengaturan
keseimbangan asam-basa oleh sistem buffer adalah menetralisir kelebihan ion H +,
bersifat temporer, dan tidak melakukan eliminasi. Proses eliminasi dilakukan oleh
paru dan ginjal. Mekanisme paru dan ginjal dalam menunjang sekresi, ekskresi, dan
absorpsi ion hidrogen dan bikarbonat serta membentuk buffer tambahan (fosfat,
ammonia)
Untuk jangka panjang, kelebihan asam atau basa dikeluarkan melalui ginjal
dan paru, sedangkan untuk jangka pendek, tubuh dilindungi dari perubahan pH
dengan sistem buffer.Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk mempertahankan pH
darah antara 7.35-7.45.
(Sjarifuddin, 2008)
LO.3.2. Mekanisme Biokimia dan Fisiologi pada Asidosis Metabolik
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen, keseimbangan

+
H
antara ion [
] bebas dan [HC O 3 ] dalam cairan tubuh sehingga pH darah 7,35
+
7,45 atau keseimbangan tubuh yang harus dijaga kadar ion [ H ] bebas dalam
batas normal maupun pembentukan asam maupun basa terus berlangsung dalam
kehidupan.
Cairan tubuh harus dilindungi dari perubahan pH karena sebagian besar enzim
sangat peka terhadap perubahan pH. Mekanisme protektif harus berlangsung aktif dan
secara terus menerus karena proses metabolisme juga menyebabkan terbentuknya
asam dan basa secara terus menerus (asam karbonat, asam sulfat, asam fosfat, asam
laktat, asam sitrat, asam asetoasetat, ion ammonium, -hidroksibutirat).
+
Karena ion [ H ] berpengaruh besar dalam keseimbangan asam-basa, maka
+
faktor yang mempengaruhi [ H ] juga mempengaruhi keseimbangan asam basa,
yaitu :

+
a) Lebihnya kadar [ H ] yang ada dalam cairan tubuh, berasal dari
H2

O3

yang sebagian berdisosiasi menjadi H+ dan HC

Pembentukan

O3

Katabolisme zat organik

Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedik, contoh pada metabolik


lemak terbentuk asam lemak dan laktat yaitu melepaskan [H+]

b) Keseimbangan intake dan output ion [H+] tubuh


Bervariasi tergantung dari:

Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari tiga


sistem,yaitu :
1. Sistem buffer
2. Sistem respiratorik (sistem paru)
3. Sistem metabolik (sistem ginjal)

1. Sistem buffer
Sistem buffer disebut juga sistem penahan atau sistem penyangga, karena dapat
menahan perubahan pH.Sistem buffermerupakan larutan yang mengandung asam dan
basa konjugasinya.
Sistem buffer kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam basa sementara.
Jika dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru paru yang merespon secara cepat terhadap perubahan ion H + dalam
darah karena rangsangan kemoreseptor dan pusat pernafasan mempertahankan kadar [H+]
sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut, ginjal mampu meregulasi

+
+
ketidakseimbangan ion H dengan mensekresikan ion H dan menambahkan HC O 3
baru dalam darah karena memiliki dapar fosfat.
Didalam tubuh terdapat beberapa sistem buffer, yaitu :
- Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat
-

Sistem buffer hemoglobin

Sistem buffer protein

Sistem buffer fosfat

Fungsi utama sistem buffer ini adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh
pengaruh asam fixed dan asam organik pada cairan ekstraseluler. Sistem ini memiliki
keterbatasan, yaitu :
- Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan
karena peningkatan CO2
-

Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistem
pernafasan bekerja normal.

Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ion


bikarbonat.

Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat


Sistem buffer ini merupakan suatu komponen yang paling penting pada pengaturan
pH cairan ekstraseluler.Sistem buffer bikarbonat merupakan sistem buffer istimewa,

sistem buffer tetap merupakan sistem buffer terbaik pada pH 7.4 walaupun Pka nya
6.1, karena dapat mengeluarkan CO2 melalui paru dan jumlahnya banyak. Tubuh
mempertahankan sistem buffer bikarbonat ini dengan pengaturan kadar
karbondioksida di paru dan bikarbonat di ginjal.
H2O + CO2 H2CO3
CO2 bereaksi dengan H2O membentuk

H+ + HCO3H2
CO3 yang kemudian berdisosiasi

menjadi ion hidrogen dan ion bikarbonat melalui reaksi reversibel. Bila terjadi
peningkatan ion hidrogen, terjadi interaksi dengan ion bikarbonat sehingga terbentuk
asam karbonat.Berarti dalam hal ini ion bikarbonat bertindak sebagai basa lemah yang
menerima kelebihan ion hidrogen. Asam karbonat yang terbentuk akan mengalami
disosiasi menjadi CO2 dan air, dan CO2 yang dihasilkan akan dikeluarkan melalui
paru.
Sistem buffer hemoglobin
Buffer hemoglobin (Hb) merupakan buffer intraseluler yang bekerja di dalam sel
darah merah.Hb dapat berfungsi sebagai buffer karena mengandung residu histidin,
yaitu asam amino yang dapat berikatan secara reversibelion hidrogen, menghasilkan
Hb bentuk berproton dan tidak berproton.
Na+ + HCO3 NaHCO3
Hb- + H+ HHb (PK 7-8)
Pada sel darah merah, Hb dapat mengikat karbondioksida dan mengubahnya menjadi
karbonat karena didalam sitoplasma terkandung anhidrase karbonat, dan proses
pengikatan terjadi dengan cepat karena CO 2 berdifusi cepat melintasi membran sel
darah merah tanpa memerlukan mekanisme transport aktif membran sel. Kemampuan
pengaturan ini dikenal sebagai sistem buffer hemoglobin.
Buffer utama cairan ekstraseluler adalah sistem bikarbonat dan hemoglobin. Hb
penting untuk pengangkutan oksigen ke jaringan, pengangkut CO2 dan sebagai sistem
buffer yang kuat.
Sistem buffer protein
Sistem buffer protein berfungsi mengatur pH cairan ekstraserselular dan
interstitial.Protein sebagai buffer berinteraksi secara ekstentif dengan sistem buffer
lainnya. Protein tersusun oleh asam amino yang mempunyai sifat amfoter, yaitu asam
amino akan bersifat sebagai kation pada suasana asam dan bersifat sebagai anion pada
suasana basa.
-

Fungsi pengaturan buffer protein:


Bila terjadi penurunan pH, gugus amino (-NH 2) dari asam amino akan bertindak
sebagai basa lemah dengan mengikat ion hidrogen dan membentuk ion amonium.
Gugus amino bertindak sebagai akseptor proton.
Bila terjadi peningkatan pH, gugus karboksil (-COOH) dari asam amino mengalami
disosiasi dan berubah menjadi ion karboksil dan ion H +. Gugus karboksil bertindak
sebagai donor proton.

Cairan interstitium yang mengandung protein dan asam amino terdisosiasi ikut
berperan mengatur pH. Protein mengandung asam amino histidin yang mempunyai
cincin imitazol dengan Pka = 6.0. Pada kebanyakan protein Pk sekitar 7.0-7.4. Proses
pengaturan melalui sistem buffer protein berjalan lambat karena ion hidrogen harus
melalui proses difusi membran sel yang dipengaruhi oleh pompa natrium.
Sistem buffer Fosfat
Sistem dapar ini berperan penting dalam pendaparan cairan tubulus ginjal dan cairan
intrasel
Pada cairan intra sel, kehadiran penyangga fosfat sangat penting dalam
mengatur pH darah.Penyangga ini berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H 2PO4-)
dengan monohidrogen fosfat (HPO32-).Sistem penyangga fosfat bekerja dalam cara
yang serupa untuk mengubah asam kuat menjadi asam lemah dan basa kuat menjadi
Na 2 P O4
basa lemah. Natrium hidrogen fosfat (
) adalah basa lemah dan natrium
dihidrogen fosfat ( Na

H2

O4

) adalah asam lemah

HCl + Na2HPO4 NaH2PO4 + NaCl


NaOH + NaH2PO4 Na2HPO4 + H2O
H2PO4-(aq) + H +(aq)H 2 PO 4(aq)
H2PO4 - (aq) + OH -(aq) --> HPO42-(aq)) + H2O (aq)
Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanya
sedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.
(Guyton, 2008)
2.

Sistem respiratorik (sistem paru)

Sistem pernapasan berperan penting bagi keseimbangan asam-basa karena


kemampuannya mengubah ventilasi paru-paru sehingga dapat mengubah kecepatan
+
+
O
ekskresi C 2 penghasil H yang diatur oleh konsentrasi H arteri.

Pengaturan pernapasan terhadap keseimbangan asam basa merupakan tipe sistem


penyangga fisiologis. Seluruh tenaga penyangga sistem pernapasan adalah 1 atau 2
kali lebih besar daripada tenaga penyangga kimia.

Rata-rata secara normal terdapat sekitar 1,2 mmol/liter C


cairan ekstraseluler yang sama dengan 40mmHg PC
metabolik meningkat, cairan ekstraselulerPC

O2

O2

O2

yang terlarut dalam

. Bila pembentukanC

juga meningkat.

O2

Jika konsentrasi

+
H meningkat, pusat pernapasan di batang otak secara refleks
O2

terangsang untuk meningkatkanC

ventilasi paru-paru yang mengakibatkan

kedalaman nafas meningkat sehingga lebih banyak yang dikeluarkan sehingga jumlah
H 2 CO 3
O
yang ditambahkan ke dalam cairan tubuh berkurang. Karena C 2
membentuk asam, pengeluaran C

O2

pada dasarnya adalah pengeluaran asam dari

tubuh. Jadi, pH tubuh dapat kembali ke pH normal. Jadi, peningkatan ventilasi


alveolus menurunkan konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan meningkatkan
pH. Begitu pula sebaliknya.
-

Konsentrasi ion hidrogen juga berpengaruh terhadap kecepatan ventilasi alveolus.


Sewaktu kecepatan alveolus menurun karena disebabkan oleh peningktan pH dan
penurunan konsentrasi hidrogen, jumlah oksigen yang ditambahkan ke dalam darah
menurun dan tekanan parsial oksigen di dalam darah juga menurun sehingga
memberikan efek merangsang kecepatan ventilasi.

Paru-paru sangat penting dalam mempertahankan konsentrasi


hari, paru-paru mengeluarkan

+
H

+
H

plasma. Setiap

yang berasal dari asam karbonat dari cairan

tubuh , lebih banyak daripada jumlah yang dikeluarkan oleh ginjal.


-

+
Sistem pernapasan juga dapat menyesuaikan jumlah H yang ditambahkan ke
cairan tubuh dari sumber sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan pH ke arah
+
normal apabila terjadi fluktuasi konsentrasi H
dari sumber-sumber asam nonkarbonat.

Pengaturan oleh sistem pernapasan bekerja dengan kecepatan sedang dan hanya aktif
berperan jika sistem penyangga kimiawi saja tidak mampu meminimalkan perubahan
+
+
konsentrasi H . Jika kelainan non-respiratorik mengubah konsentrasi H ,
sistem pernapasan hanya akan dapat mengembalikan pH 50-75% dari normal karena
gaya pendorong yang mengatur respon ventilasi kompensatorik lenyap apabila pH
bergeser ke arah normal.

Jika perubahan konsentrasi

+
O2
H , terjadi akibat fluktuasi konsentrasi C
yang

timbul dari gangguan pernapasan, mekanisme pernapasan sama sekali tidak dapat
berperan mengontrol pH.

3. Sistem metabolik (sistem ginjal)

+
H , tetapi juga dapat

Ginjal tidak saja dapat mengubah-ubah pengeluaran

menahan atau mengeliminasi HC O 3

Ginjal mampu memulihkan pH hampir tepat ke normal walaupun membutuhkan yang


lebih lama.

Ginjal mengontrol pH cairan tubuh dengan menyesuaikan 3 faktor yaitu :

a. Ekskresi ion hidrogen


-

Paru-paru hanya mampu mengeluarkan asam karbonat melalui eliminasiC


+
O2
. Tugas untuk mengeliminasi H
yang berasal dari asam sulfat,
fosfat, laktat dan asam lain terletak di dalam ginjal.

Ginjal tidak saja secara kontinu mengeluarkan

+
H

dalam jumlah normal

yang terus menerus dihasilkan dari sumber-sumber asamnon-karbonat, tetapi,


juga mengubah-ubah kecepatan sekresinyauntuk mengkompensasi perubahan
+
konsentrasi H yang timbul dari kelainan konsentrasi asam karbonat.

Besarnya sekresi

+
H bergantung pada status asam basa pada sel tubulus

ginjal dan tidak dipengaruhi oleh pengaruh hormonal.


-

+
O
H berawal di sel-sel tubulus dengan C 2

Proses sekresi

dari 3 sumber yaitu C


tubulus atau C
LaluC

O2

membentuk

O2

dan
+
H

O2

yang datang

yang berdifusi dari plasma atau dari cairan

yang diproduksi secara metabolis di dalam sel tubulus.


H2

H 2 CO 3
O membentuk
yang akan berdisosiasi

danHC O3 . Suatu pembawa yang bergantung energi di

membran luminal kemudian mengangkut

+
H

keluar sel ke dalam lumen

tubulus. Di bagian nefron, pembawa ini mengangkut

+
Na

yang berasal

dari filtrat glomerulus ke arah yang berlawanan. Karena reaksi ini diawali

dengan C

O2

konsentrasi C
-

jadi kecepatannya bergantung pada konsentrasi C


O2

O2

, jika

meningkat, maka reaksi akan berlangsung cepat.

+
Jika konsentrasi H di plasma tinggi, sel-sel tubulus akan berespon dengan
+
mensekresikan H dalam jumlah yang lebih untuk disekresikan ke dalam
urin, begitu pula sebaliknya. Ginjal tidak dapat meningkatkan konsentrasi
+
plasma dengan mereabsorpsi H yang sudah difiltrasi karena tidak terdapat
mekanisme tersebut di dalam ginjal.

b. Ekskresi bikarbonat
-

Sebelum dibuang oleh ginjal,

+
H

yang dihasilkan dari asam non-karbonat

disangga olehHC O 3 plasma.

Ginjal mengatur konsentrasi HC O3

plasma melalui 2 mekanisme yaitu :

1. Reabsorpsi HC O 3 yang difiltrasi kembali ke plasma


-

Ion bikarbonat tidak mudah menembus membran luminal sel-sel


tubulus ginjal sehingga tidak dapat difiltrasi dan direabsorpsi secara
langsung.

Ion hidrogen yang disekresikan ke luar sel tubulus berikatan dengan

H2
HC O3 yang difiltrasi untuk membentuk
C O3 . Lalu di

bawah pengaruh karbonat anhidrase,


menjadi

H2

O danC

O2

dalam sel tubulus karenaC

H2

. Lalu C

O2

C O 3 tersebut teruari

O2

masuk kembali ke

mampu dengan mudah menembus

membran sel tubulus. Di dalam sel, di bawah pengaruh karbonat


O
anhidrase intrasel, C 2 bergabung kembali dengan H2O

+
H2
membentuk
C O3 yang akan terurai menjadi H danHC

O 3 . Karena dapat menembus membran basolateral sel tubulus,

HC O3 secara pasif berdifusi keluar sel masuk ke dalam plasma

kapiler-peritubulus. HC O 3 ini seolah-olah direabsorpsi padahal


sebenarnya tidak.
-

Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan ke dalam


lumen tubulus lebih banyak dibandingkan dengan ion bikarbonat
yang difiltrasi. Sehingga semua ion bikarbonat yang difiltrasi
+
biasanya direabsorpsi karena tersedia H di lumen tubulus untuk
berikatan dengannya.

2. Penambahan HC O3

yang baru ke dalam plasma

Pada saat semuaHC O 3 yang difiltrasi telah direabsorpsi dan


sekresi
O3

+
H

tambahan telah dihasilkan oleh disosiasi

, HC O3

sebagaiHC O 3

H2

yang dihasilkan berdifusi ke dalam plasma


yang baru. Disebut baru karena kemunculannya di

dalam plasma tidak berikatan dengan reabsorpsiHC O3


difiltrasi. Sementara itu,

yang

+
H yang dihasilkan bergabung dengan

penyangga fosfat basa dan kemudian dieksresi di urin.

Selama asidosis, ginjal melakukan kompensasi sebagai berikut :


-

Meningkatkan sekresi dan ekskresi

+
H di urin sehingga kelebihan

+
+
H dapat dieliminasi dan konsentrasi H di plasma menurun.
-

Mereabsorpsi semua ion bikarbonat yang difiltrasi disertai dengan


penambahan ion bikarbonat baru ke plasma sehingga konsentrasi ion
bikarbonat plasma meningkat.

Begitu pula sebaliknya pada alkalosis.

c. Sekresi amonia
-

Terdapat dua penyangga urin yang penting yaitu penyangga fosfat (yang difiltrasi)
dan amonia (NH3) yang disekresi.

Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan, pertama disangga oleh sistem
penyangga fosfat, yang berada di dalam lumen tubulus karena kelebihan ingesti fosfat
telah difiltrasi tetapi tidak direabsorpsi. Jika sekresi ion hidrogen meningkat, kapasitas
fosfat urin untuk menyangga akan terlampaui,tetapi ginjal tidak dapat mengeluarkan
lebih banyak fosfat basa, maka semua ion fosfat basa akan diekskresikan agar
berikatan dengan ion hidrogen.

Lalu sel-sel tubulus mensekresikan N

H3

ke dalam lumen tubulus setelah

penyangga fosfat urin menjadi jenuh. Lalu, ion Hidrogen akan terus berikatan dengan

H3
N
untuk membentuk ion amonium (N H 4 )
-

Ion amonium akan keluar melalui urin setiap ia mengangkut ion hidrogen.

H3

sengaja disintesis dari asam amino glutamin (setiap satu molekul glutamin
+
menghasilkan dua ion N H yang akan dieksresikan melalui urin dan ion bikarbonat
yang akan dikembalikan ke darah) di dalam sel tubulus kemudian berdifusi mengikuti
penurunan gradien konsentrasike dalam lumen tubulus. Kecepatannya diatur oleh
jumlah kelebihan ion hidrogen yang akan diangkut di urin.

+
Untuk setiap N H 4

yang dieksresikan, dihasilkanHC O 3

yang baru untuk

ditambahkan ke dalam darah.


-

Sekresi N

H3

selama asidosis berfungsi untuk menyangga kelebihan ion hidrogen

di dalam lumen tubulus, sehingga ion hidrogen dapat disekresikan dalam jumlah besar
ke dalam urin sebelum pH semakin menurun sampai batas 4,5.
(Sherwood, 2004)

LI.4. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Keseimbangan Asam Basa


LO.4.1 Definisi Gangguan Keseimbangan Asam Basa
Gangguan Keseimbangan Asam basa
Penyimpangan status asam-basa normal dibagi menjadi empat kategori umum,
bergantung pada sumber dan arah perubahan abnormal [H +].Kategori-kategori tersebut adalah
asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik, asidosis metabolik, dan asidosis respiratorik.

Pemeriksaan gas darah di arteri dapat menunjukkan kondisi asam basa di dalam tubuh,
dengan menggunakan 3 indikator : pH, PaCO2 dan HCO3.
1. pH netral di dalam cairan ekstra seluler : 7,35 7,45
pH < 7,35
: asidosis
pH > 7,45
: alkalosis
2. PaCO2, merupakan komponen respirasi : normal 35 45 mmHg
PaCO2 > 45 mmHg : asidosis respirasi
PaCO2 < 45 mmHg : alkalosis respirasi
3. HCO3, merupakan ginjal atau metabolik : normal 24 28 mEq/L
HCO3 > 28 mmHg
: alkalosis metabolik
HCO3 < 24 mmHg
: asidosis metabolik
4. Base Excess, nilai normalnya 2 s/d +2 berkaitan dengan nilai bikarbonat 24 28
mEq/L ( 2 = 24 mEq/L dan + 2 = 28 mEq/L)
LO. 4.2 Klasifikasi Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1. Asidosis Metabolik

Asidosis metabolik (kekurangan HC O 3 ) adalah gangguan sistemik yang ditandai


dengan penurunan primer kadar bikarbonat plasma, sehingga menyebabkan terjadinya

+
penurunan pH (peningkatan [ H ]). [HC O3 ] ECF adalah kurang dari 22 mEq/L dan
pH-nya kurang dari 7.35.Kompensasi pernapasan kemudian segera dimulai untuk
O
menurunkan PaC 3 melalui hiperventilasi sehingga asidosis metabolik jarang terjadi
secara akut.

normal adalah sebesar 24mEq/L dan kadar normal pC

O2

adalah

40 mmHg dengan kadar ion-H sebesar 40 nanomol/L. Penurunan kadar ion-HC

O3

sebesar

Kadar ion HC

O3

1 mEq/L akan diikuti oleh penurunan pC

O2

sebesar 1.2 mmHg

Kompensasi paru dengan cara hiperventilasi yang menyebabkan penurunan tekanan


O
parsial C 2 , dapat bersifat lengkap, sebagian atau berlebihan. Berdasarkan kompensasi
ini, asidosis metabolik dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
- Asidosis metabolik sederhana (simple atau compensated metabolic acidosis);
O
O
penurunan kadar ion- HC 3 sebesar 1 mEq/L diikuti penurunan pC 2 sebesar
1.2 mmHg.
-

Gabungan asidosis metabolik dengan asidosis respiratorik dapat juga disebut


O
uncompensated metabolic acidosis; penurunan kadar ion- HC 3 sebesar 1 mEq/L
diikuti penurunan pC

O2

kurang dari 1.2 mmHg (pC

rendah atau sama atau lebih tinggi dari normal)

O2

dapat sedikit lebih

Gabungan asidosis metabolik dengan asidosis respiratorik atau dapat disebut sebagai
O
partly compensated metabolic acidosis; penurunan kadar ion- HC 3 sebesar 1
mEq/L diikuti penurunan pC

O2

sebesar lebih dari 1.2 mmHg (pH dapat sedikit

rendah atau sama lebih tinggi dari normal)

Ada beberapa jenis asidosis metabolik, diantaranya :


a
Asidosis diabetic
Terjadi ketika zat bersifat asam yang disebut keton menumpuk dalam darah karena
diabetes yang tidak terkontrol.
b

Asidosis hiperkloremik
Disebabkan oleh kehilangan natrium bikarbonat terlalu banyak dari tubuh, biasanya
karena diare berat.

Asidosis laktit
Penumpukan asam laktat yang mungkin disebabkan oleh alkohol, kanker, olahraga
berat, dan lain-lain

Asidosis tubulus renalis


Terjadi karena adanya penyakit ginjal

Asidosis metabolik akut


Biasanya disebabkan oleh produksi berlebihan suatu asam yang tidak dapat
menguap.Pada asidosis metabolik akut, hiperventilasi umumnya terjadi dan
seringkali berat (pernafasan kussmaul).Namun demikian, biasanya tidak mungkin
untuk mendeteksi peningkatan respirasi melalui penerimaan fisis saja pada pasien
asidosis metabolik kronik, kendatipun ada penurunan PCO2 yang cukup besar.

f Asidosis metabolik kronik


Paling sering disebabkan oleh gangguan fungsi ginjal.Asidosis metabolik kronik
dapat pula tidak menimbulkan gejala atau mungkin disertai perasaan lesu dan
anoreksia, meskipun biasanya sulit untuk menentukan apakah gejala-gejala
mencerminkan asidosis itu sendiri, atau berkaitan dengan penyakit yang
mendasarinya.
2. Asidosis Repiratorik
Asidosis Respiratorik adalah akibat dari retensi abnormal CO2 karena hipoventilasi.
Karena CO2 yang keluar dari paru lebih sedikit daripada normal maka peningkatan
pembentukan dan penguraian H2CO3 yang terjadi menyebabkan peningkatan [H+].
3. Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik (kelebihan HCO3-) adalah suatu gangguan sistemik yang
dicirikan dengan adanya peningkatan primer kadar HCO3- plasma, sehingga

menyebabkan peningkatan pH (penurunan [H+]. [HCO3-] ECF lebih besar dari 26


mEq/L dan pH lebih besar dari 7.45.Alkalosis metabolik sering disertai dengan
berkurangnya volume ECF dan hipokalemia.
4. Alkalosis respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah pengeluaran berlebihan CO2 dari tubuh akibat
hiperventilasi. Jika ventilasi paru meningkat melebihi laju produksi CO2 maka CO2
yang keluar akan terlalu banyak. Akibatnya H2CO3 yang terbentuk berkurang dan
[H+] menurun.

LO. 4.3 Etiologi, Manifestasi Klinik, Tatalaksa Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1

Asidosis metabolik

1.1. Etiologi
Asidosis metabolik ini merupakan jenis gangguan asam-basa yang sering
terjadi. Penyebab umunya yaitu berupa :
- Diare berat
Pada keadaan normal, getah pencernaan kaya asam bikarbonat ini
biasanya di sekresikan ke dalam saluran cerna dan kemudia di serap kembali
ke dalam plasma ketika pencernaan selesai.Tetapi saat diare, asam bikarbonat
ini hilang dari tubuh dan tidak direabsorpsi, karena bikarbonatnya berkurang
maka bikarbonat yang tersedia untuk mendapar ion hidrogen berkurang
sehinnga lebih banyak ion hidrogen bebas yang ada di cairan tubuh.
- Diabetes melitus
Kelainan metabolisme lemak akibat ketidak sel menggunakan glukosa
karena kurangnya efek insulin menyebabkan pembentukan asam keto secara
berlebihan. Penguraian asam keto ini akan meningkatkan hidrogen plasma.
- Olahraga berat
Ketika otot mengandalkan glikolisis anaerob sewaktu olah raga berat,
terjadi peningkatan produksi asam laktat, yang meningkatkan hidrogen
plasma.
- Asidosis urenik
Pada gagal ginjal berat (uremia), ginjal tidak dapat menyingkirkan bahkan
hidrogen dalam jumlah normal yang dihasilkan dari asam-asam nonkarbonat
dari proses-proses metabolik sehingga hidrogen mulai menumpuk di cairan
tubuh.Gagal ginjal jga dapat menahan bikarbonat dalam jumlah memadai
untuk menyangga beban asam yang normal.
( Sherwood, 2012)
Anion-gap dalam plasma

Dalam keadaan normal, jumlah anion dan kation di dalam tubuh adalah
sama besar. Selisih antara Na dengan HNO3 dan Cl atau selisih dari anion lain
dan kation lain di sebut sebagai anion-gap. Pada kelompok pembentukan asam
organik yang berlebihan sebagai penyebab asidosis metabolik, besar anion-gap
akan meningkat oleh karena adanya penambahan anion lain yang berasal dari
asam organik antara lain asam hidroksi butirat pada ketoadosis diabetik, asam
laktat pada asidosis laktat, asam salisilat pada intoksikasi salisilat. Jumlah
normal anion-gap dalam plasma 123 meq.
Anion-gap dalam plasma [Na+] [Cl-] + [HCO3]
Asidosis metabolik dengan anion-gap yang normal selalu disertai
dengan peningkatan ion-Cl dalam plasma sehingga disebut juga sebagai
asidosis metabolik hiperkloremik.
Anion-gap dalam urin
Pada keadaan asidosis metabolik dengan anion gap normal, ion
Cl yang berlebihan akan di sekresikan oleh sel interkaled duktus
kolingentes bersama dengan sekresi ion H+. Terganggu atau normalnya
ekskresi ion NH3 dalam bentuk NH4Cl dapat dinilai dengan menghitung
anion gap di dalam urin.
Anion-gap dalam urin [Na- urin + K-urin] [Cl-urin]
Bila hasilnya positif, terdapat gangguan pada ekskresi ion-NH 3
sehingga NH4Cl tidak terbentuk akibat adanya gangguan sekresi ion H +
di tubulus distal misalnya pada renal tubular asidosis. Hasil yang negatif,
menunjukkan keadaan asidosis metabolik anion-gap normal dimana
ekskresi ion Cl dalam bentuk NH4Cl sebanding dengan sekresi ion H+ di
tubulus distal yang terjadi akibat adanya asidosis metabolik, misalnya
pada keadaan diare.
(Sudoyo,ddk, 2009)
Selisih Anion Normal
(Hiperkloremik)
Kehilangan Bikarbonat
Kehilangan melalui saluran cerna:
Diare
lleostomi; fistula pancreas,
biliaris, atau usus halus
Kehilangan melalui ginjal:
Asidosis tubulus proksimal
ginjal (RTA)
Inhibitor karbonik anhidrase
Hipoaldosteronisme
Peningkatan beban asam
Ammonium klorida
Cairan-cairan hiperalimentasi
Pemberian IV larutan salin secara cepat

Selisih Anion Meningkat


Peningkatan produksi asam
Asidosis
laktat:
laktat
(perfusi
jaringan
atau
oksigenasi
yang
tidak
memadai seperti pada syok
atau henti kardiopulmor)
Ketoasidosis metabolik
Kelaparan : peningkatan
asam-asam keto
Intoksilasi alcohol :
peningkatan asam-asam keto
Menelan substansi toksik
Overdosis salisilat : salisilat,
laktat, keton
Metanol atau formaldehid:

format
Gagal ginjal akut atau kronis
1.2. Gejala
Gejala yang timbul pada penderita asidosis metabolik berupa :
- Asidosis metabolik ringan tidak timbul gejala. Namun penderita biasanya
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam
atau sedikit lebih cepat.
-

Untuk asidosis metabolik yang memburuk, penderita mulai merasakan


kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami
kebingungan. Tekanan darah pun dapat menurun dan dapat
mengakibatkan syok, koma dan kematian apabila kondisi asidosis
metaboliknya semakin memburuk.

1.3. Pengobatan
Penanganan untuk asidosis metabolik ini dapat dicegah tergantung dengan
penyebab dan keparahan asidosis metabolik itu.Contohnya seperti pada gagal
ginjal kronik, apabila asidosis metabolik yang terjadi itu ringan atau sedang
maka tidak perlu dilakukan penanganan atau pengobatan. Namun apabila
kadar bikarbonat plasma turun hingga dibawah 15 mmol/L, logis untuk
melakukan pegobatan dengan pemberian basa oral, seperti natrium bikarbonat
atau natrium sitrat.
Ketoasidosis diabetik respon terhadap pemberian insulin, dan kebanyakan
pasien tidak memerlukan pemberian basa.Tetapi, apabila asidosis sangat berat,
pemberian basa perl dibenarkan.
Pada asidosis laktat, jika gangguan dasarnya dapat diatasi, asidosis akan
terkoreksi oleh metabolisme laktat yang menghasilkan bikarbonat. Karena
asidosis laktat biasanya menyertai gagal pernafasan atau sirkulasi yang berat,
sehingga angka mortalitasnya (kematiannya) tinggi.
Asidosis karena diare atau kehilangan basa akibat sekresi bagian
atas, biasanya disertai kehilangan volume dan defisiensi kalium
(hipokalemia).Dengan ada hubungannya dengan gangguan elektrolit ini,
mungkin diperlukan pemberian infus intravena yang sesuai dengan kelainan
pasien yang spesifik.
(Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam by Harrison)
1.4. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Asidosis
karena diare yatu dengan cara mencegah terjadinya diare seperti mencuci
tangan dengan sabun, menjauhi makanan yang mungkin sudah terkontaminasi
(seperti makanan di pinggir jalan yang sudah terkena udara tidak sehat
disekitarnya atau makanan yang tidak steril), penyediaan air bersih, menjaga
tubuh agar tidak terjadi gizi buruk, dan juga imunisasi untuk anak-anak.
2. Alkalosis metabolik

2.1Etiologi
- muntah. Pengeluaran abnormal H+ dari tubuh akibat hilangnya getah
lambung. H+ menurun dan tidak ladi terjadi reabsorbsi H+ untuk menetralkan
[HCO3] plasma
- ingesti obat alkali misalnya soda kue [NaHCO3] sebagai terapi hiperasiditas
lambung, jika berlebihan maka kelebihan HCO3 akan diserap dan
menimbulkan kelebihan [HCO3] plasma
2.2Gejala
Pernapasan lambat merupakan gejala utama dari alkalosis metabolik.
Pernapasan lambat berpotensi menyebabkan Apnea, yaitu tidak bernapas sama
sekali untuk interval waktu tertentu.
Kondisi ini memicu perubahan warna pada kulit sehingga menjadi
kebiruan atau keunguan.
Detak jantung juga akan berlangsung lebih cepat yang disertai penurunan
tekanan darah.
Gejala lain alkalosis metabolik meliputi mati rasa dan kesemutan,
berkedut, kejang otot, mual, muntah, dan diare.
Penderita juga mengalami kebingungan dan pusing, sedang pada kasus
berat mengakibatkan koma dan kejang.
2.3 Pengobatan
Pengobatan alkalosis metabolik akan tergantung dari penyebabnya.
Pengobatan terutama ditujukan untuk mengembalikan keseimbangan
pH dalam tubuh. Untuk itu, tubuh harus terhidrasi dengan baik terlebih dahulu.
2.4 Kompensasi
- system dapar kimiawi segera membebaskan H+
- ventilasi berkurang sehingga CO2 penghasil H+ tertahan dicairan tubuh
- jika keadaan menetap beberapa hari maka ginjal akan menahan H+ dan
mengekskresikan lebih banyak HCO3 di urin
3. Asidosis respiratorik
3.1 Etiologi
Penyakit paru, depresi pusat pernafasan oleh obat atau penyakit, gangguan
syaraf atau otot yang mengurangi kemampuan bernapas dan menahan napas.
Pada asidosis respiratorik tidak terkompensasi CO2 meningkat dimana
HCO3- normal, sehingga rasio menjadi 20/2 dan pH berkurang.Obesitas berat
sehingga membuat seseorang kesulitan bernapas
3.2 Gejala
Gejala-gejala asidosis meliputi kebingungan, lesu, sesak napas,
mengantuk, dan mudah lelah.Beberapa gejala lain termasuk kulit hangat,
hipertensi paru, denyut jantung tidak teratur, refleks tendon berkurang, batuk,
mengi, mudah marah,
3.3 Pengobatan
Pengobatan masalah ini harus difokuskan pada akar penyebab yang
mendasarinya.Untuk asidosis respiratorik yang dipicu oleh penyakit paru-paru,

pengobatan akan mencakup obat broncho-dilator untuk memperbaiki ganggaun


jalan napas.
3.4 Kompensasi
Tindakan kompensasi untuk memulihkan pH ke kadar normal
- dapar kimiawi segera menyerap kelebihan H+
- mekanisme pernafasan biasanya tidak dapat berespons dengan meningkatkan
ventilasi karena masalah respirasi menjadi penyebab
- ginjal menahan HCO3 yang difiltrasi dan menambahkan HCO3 baru ke
plasma dan sembari bersamaan mensekresi dan mengekskresi banyak H+.
4. Alkalosis respiratorik
4.1 Etiologi
Demam, rasa cemas, keracunan aspirin yang merangsang ventilasi
berlebih.Terjadi juga karena mekanisme fisiologik di tempat yang tinggi,
konsentrasi O2 rendah dalam arteri darah merangsang perolehan O2 dan
pengeluaran CO2 berlebih.
4.2 Gejala
Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah.Jika keadaannya makin
memburuk, bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
4.4Pengobatan
Memperlambat pernapasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan,
memperlambat pernapasan .Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat
pereda nyeri.Menghembuskan napas dalam kantung kertas (bukan kantung
plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita
menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya adalah
mengajarkan penderita untuk menahan napasnya selama mungkin, kemudian
menarik napas dangkal dan menahan kembali napasnya selama mungkin.Hal ini
dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
4.5 Kompensasi
- dapar kimiawi segera membebaskan H+
- saat CO2 dan H+ plasma menurun akibat ventilasi berlebihan,dua dari
perangsang kuat untuk mendorong ventilasi lenyap. Efek ini cenderung
mengerem dorongan yang ditimbulkan oleh faktor nonrespirasi
- ginjal menahan H+ dan mengekskresi HCO3- lebih banyak.

Daf tar Pustaka


Price, Sylvia Anderson (2006), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
edisi6,ab. Huriawati Hartanto, Jakarta, EGC.
Sherwood, Lauralee (2012), Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6, Jakarta,
EGC.
Sudoyo, W Aru, Bambang setiyohadi, Idrus Alwi (2009),Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Ed.5, Jakarta, Interna Publishing.
Sukmariah M,
Jakarta.

Karmiati A (1990), Kimia Kedokteran edisi 2, Binarupa Aksara,

Ganong, WF, (2007),Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 21,ab. M. Djauhari


Widjajakusumah, Jakarta, EGC.
Saifuddin, M, dkk.(2008), Gangguan Kesimbangan air-elektrolit dan asam-basa
edisi II. Jakarta, FKUI.
Guyton,Arthur c, dkk. (2008), Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta, EGC
(http//medicastore.com/diambil pada selasa, 25Febuary 2010)
(http//belajarkimia.com/oleh Harthadinajha, diambil pada selasa, 25Febuary
2010)
(http //chem-is-try.org/pengukurankeasaaman/oleh Jim Clark/diambil pada
selasa, 25Febuary 2012)

Anda mungkin juga menyukai