Berbagai mekanisme patofisiologi yang terjadi pada solusio plasenta sudah
diusulkan, termasuk trauma vaskuler setempat yang menyebabkan gangguan pembuluh darah desidua basalis, peningkatan mendadak tekanan vena uteri yang menyebabkan pembesaran dan pemisahan ruang intervilosa, factor-faktor mekanisme (misal, tali pusat pendek, trauma, kehilangan mendadak cairan amnion) dan kemungkinan permulaan ekstrinsik kaskade ( missal, trauma dengan pelepasan tromboplastin jaringan). (Benson, 2008) Perdarahan dapat terjadi kedalam desidua basalis atau langsung retroplasenta dari arteri spiralis yang ruptur. Pada kedua kasus ini terjadi perdarahan, terbentuk bekuan darah, dan permukaan plasenta tidak memungkinkan terjadinya pertukaran antara ibu dan plasenta. Bekuan darah akan menekan plasenta yang berdekatan dan darah yang tidak membeku mengalir dari tempat tersebut. Pada perdarahan tersembunyi ataupun tampak (eksternal), darah dapat keluar melalui selaput ketuban atau plasenta. Keadaan inimemberikan makna penting karena mungkin menunjukkan perdarahan ibi-jani, perdarahan fetomaternal, perdarahan ibu kedalam cairan amnion atau emboli cairan amnion. Kadang-kadang perdarahan hebat dalam miometrium menyebabkan uterus berwarna keunguan, ekimotik dan berindurasi
(apopleksi
uretoplasenta,
uterus
couvelaire)
dan
kehilangan
kontraktilitas. (Benson, 2008)
Pada pelepasan plasenta berat mungkin terjadi DIC. Secara klinis, diatesis perdarahan terjadi atas petekie meluas, perdarahan aktif, syok hipovolemik dan kegagalan mekanisme pembekuan darah. Meskipun tidak dapat diamati secara langsung, fibrin tertumpuk dalam kapiler kecil. Menyebabkan komplikasi yang menakutkan, misalnya: nekrosis tubular dan korteks ginjal, kor pulmonale akut dan nekrosis hipofisis anterior (sindrom Sheehan). (Benson, 2008)