DISUSUN OLEH :
TIAZ BELLINDA
03031281320012
03031281320012
RIZA NOVELLIN
03031381320004
03031381320029
WITRI ASRIYANI
03031381320051
NAMA ASISTEN:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selama ini masyarakat Indonesia hanya menggantungkan kebutuhan energi
dari bahan bakar yang berbasis fosil. Padahal, cadangan bahan pembuat minyak
ini semakin menipis dan akan segera habis dalam beberapa tahun. Konsumsi
minyak global sebesar 1,2 juta barel per hari, cadangan minyak di dunia
berkurang dengan sangat cepat. Bahkan, produksi minyak dunia telah mencapai
puncaknya pada tahun 2005 dan sejak saat itu tidak ada lagi peningkatan yang
melebihi produksi maksimal tersebut. Jika kita lihat kenyataan yang terjadi bahwa
kebutuhan akan minyak merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari lagi
mengingat semakin banyaknya industri industri yang berkembang.
Saat ini pengembangan bahan bakar nabati untuk menggantikan bahan
bakar fosil terus dilakukan. Biofuel akan menggantikan premium, solar, maupun
kerosin atau minyak tanah. Pemerintah mentargetkan antara tahun 2009-2010
komposisi biofuel dan bahan bakar fosil mencapai 15 persen berbanding 85
persen. Kebutuhan nasional untuk bahan bakar nabati sedikitnya 18 miliar liter per
tahun. Akan tetapi keterbatasan bahan baku menjadi kendala utama karena harus
berbagi dengan berbagai industri lain.
Biodiesel adalah sebuah alternatif untuk bahan bakar diesel berbasis
minyak bumi yang terbuat dari sumber daya terbarukan seperti minyak nabati,
lemak hewan, atau alga. Biodiesel memiliki sifat pembakaran yang sangat mirip
dengan diesel petroleum, dan dapat menggantikannya dalam menggunakan saat
ini. Semakin banyak stasiun bahan bakar yang membuat biodiesel tersedia bagi
konsumen, dan semakin banyak armada transportasi yang besar menggunakan
beberapa proporsi biodiesel dalam bahan bakar mereka.
Biodiesel terdiri dari asam lemak rantai panjang dengan alkohol terpasang,
sering berasal dari minyak nabati. Hal ini dihasilkan melalui reaksi minyak nabati
dengan alkohol metil atau etil alkohol dengan adanya katalis. Lemak hewani
adalah sumber potensial. Umumnya katalis digunakan adalah kalium hidroksida
(KOH)
atau
sodium
hidroksida
(NaOH).
Proses
kimia
yang
disebut
terhadap
1.3. Permasalahan
Adapun permasalahan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :
1) Bagaimanakah cara menghasilkan metil ester yang baik?
2) Bagaimakah pengaruh katalis H2SO4 dan KOH dalam pembuatan metil ester?
3) Bagaimanakah pengaruh dari pengadukan dalam pembuatan metil ester?
1.4. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaan ini adalah :
1) Sebagai
referensi
informasi
kondisi
operasi
yang
optimal
seperti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Metil Ester
Metil ester lemak merupakan senyawa ester alkil yang berasal dari minyak
nabati dengan alkohol yang dihasilkan melalui proses esterifikasi/transesterifikasi
dan mempunyai sifat fisika mendekati minyak solar diesel. Secara umum, metil
ester dibuat dari reaksi transesterifikasi, yakni reaksi alkohol dengan trigliserida
membentuk metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa. Namun, reaksi
tersebut sangat dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam
trigliserida. Reaksi esterifkasi merupakan merupakan suatu reaksi antara asam
karboksilat dan alkohol membentuk ester dengan bantuan katalis asam.
Pembuatan metil ester ada empat macam cara, yaitu pencampuran dan
penggunaan
langsung,
mikroemulsi,
pirolisis
(thermal
cracking),
dan
ini bukanlah gliserol murni, melainkan gliserol mentah (crude glycerol), biasanya
memiliki kemurnian kira-kira 95%. Metil ester yang diperoleh dari reaksi
transesterifikasi dapat dimurnikan dan ditetapkan kadarnya. Ada tiga metode
analisis untuk menetapkan kadar metil ester yaitu kromatografi gas, kromatografi
cair kinerja tinggi, dan kromatografi lapis tipis.
Minyak jelantah merupakan minyak nabati yang telah mengalami
degradasi kimia dan/atau mengandung akumulasi kontaminan-kontaminan di
dalamnya. Minyak ini dapat didaur ulang menjadi metil ester dengan reaksi
transesterifikasi, sehingga minyak jelantah yang sebelumnya merupakan limbah
yang berbahaya jika langsung dibuang ke lingkungan dapat menjadi suatu produk
yang mempunyai nilai ekonomis dan juga dapat mengurangi jumlah limbah
minyak jelantah yang ada. Keuntungan penggunaan minyak jelantah dalam
pembuatan metil ester adalah dapat direduksinya biaya operasional, karena harga
minyak jelantah pasti lebih murah daripada minyak bersih atau minyak baru.
Kekurangannya adalah komposisi asam lemak yang terkandung di dalam minyak
dapat berubah akibat pemanasan dan terikat dengan bahan makanan yang
digunakan pada proses penggorengan.
Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu
formulasi kosmetika, salah satu contohnya yaitu caprylic atau caprylic
triglyceride yang telah digunakan dalam formulasi kosmetika sebagai emolien.
Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan bahwa senyawa metil ester lainnya
juga dapat digunakan sebagai zat tambahan, baik sebagai emolien maupun fungsi
lainnya. Metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi dapat dimurnikan
dan ditetapkan kadarnya. Ada tiga metode analisis untuk menetapkan kadar metil
ester yaitu kromatografi gas, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi
lapis tipis. Indonesia kaya akan bahan baku penghasil metil ester. Tanaman
tanaman penghasil minyak di Indonesia beserta kandungan minyak disajikan pada
tabel. Tanaman jarak, kelapa, dan kelapa sawit mengandung minyak yang tinggi,
yaitu diatas 1.600 liter tiap hektarnya. Ketiga tanaman tersebut sangat potensial
untuk dikembangkan dan digunakan sebagai bahan baku metil ester karena
kandungan minyak yang tinggi dan tersedia dalam jumlah cukup melimpah.
Jenis Tumbuhan
Produktivitas
Jagung
(liter minyak/Ha/Thn)
172
Biji Kapas
325
Jerami
363
Kacang kedelai
446
Wijen
696
Biji matahari
925
Kacang tanah
1.059
Biji opium
1.163
Jojoba
1.818
Jatropa
1.892
Kelapa
2.689
Kelapa sawit
5.950
Metil ester adalah nama untuk jenis fatty ester, umumnya merupakan
monoalkil ester yang terbuat dari minyak tumbuh-tumbuhan (minyak nabati).
Minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku metil ester dapat berasal
dari kacang kedelai, kelapa, kelapa sawit, padi, jagung, jarak, papaya dan banyak
lagi melalui proses transesterifikasi sederhana. (Mardiah, Agus Widodo, Efi
Trisningwati, dan Aries Purijatmiko, 2006)
Metil ester dapat dicampur dengan bahan bakar diesel minyak bumi dalam
berbagai rasio. Jika 0,4 5 % biodiesel dicampur dengan bahan bakar diesel
minyak bumi, otomatis akan meningkatkan daya lumas bahan bakar. Rasio
keseimbangan energi metil ester minimum 1-2,5. Artinya, untuk setiap satu unit
energi yang digunakan pada pupuk, pestisida, bahan bakar, pemurnian, proses, dan
transportasi, minimum terdapat 2,5 unit energi dalam metil ester. Campuran 20 %
biodiesel dan 80 % bahan bakar diesel minyak bumi disebut dengan B20.
Campuran B20 merupakan bahan bakar alternatif yang terkenal di Amerika
Serikat, terutama untuk bis dan truk. B20 mengurangi emisi, harganya relatif
murah, dan tidak memerlukan modifikasi mesin. (Andi Nur Alam Syah, 2006).
Keuntungan dari metil ester :
1) Campuran dari 20 % biodisel dengan 80 % petroleum diesel dapat
digunakan pada unmodified diesel engine.
2) Sekitar setengah dari industri metil ester dapat menggunakan lemak atau
minyak daur ulang.
3) Metil ester tidak beracun.
4) Metil ester memiliki cetane number yang tinggi ( di atas 100, bandingkan
dengan bahan bakar diesel yang hanya 40).
5) Penggunaan metil ester dapat memperpanjang umur mesin diesel karena
biodiesel lebih licin.
6) Metil ester menggantikan bau petroleum dengan bau yang lebih enak
Emisi metil ester jauh lebih rendah daripada emisi diesel minyak bumi.
Oleh karena itu Metil Ester lebih menguntungkan. Metil ester mempunyai
karakteristik emisi seperti berikut :
1)
esters dan gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk
pembuatan metil ester antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak
bekas/lemak daur ulang. Semua bahan baku ini mengandung trigliserida, asam
lemak bebas (ALB) dan zat-pencemar dimana tergantung pada pengolahan
pendahuluan dari bahan baku tersebut, sedangkan sebagai bahan baku penunjang
yaitu alkohol.
Pada pembuatan metil ester ini
proses
produksi, lamanya
harus dinetralkan dengan penambahan asam mineral kuat. Setelah metil ester
dicuci proses netralisasi juga dapat dilakukan dengan penambahan air pencuci,
HCl juga dapat dipakai untuk proses netralisasi katalis basa, bila digunakan asam
phosphate akan menghasil pupuk phosphat (K3PO4).
2.2. Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Metil Ester
Pada pembentukan produk biodiesel terdapat beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi antara lain :
1) Waktu Reaksi
Makin panjang waktu reaksi, maka kesempatan zat zat yang bereaksi
makin banyak, sehingga konversi makin besar. Jika keseimbangan reaksi
telah tercapai, bertambahnya waktu reaksi tidak akan memperbesar hasil.
2) Konsentrasi
Kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan (Groggin, 1958).
Makin tinggi konsentrasi reaktan, makin semakin banyak kesempatan
molekul untuk saling bertumbukan yang mengakibatkan semakin tinggi
pula kecepatan reaksinya.
3) Katalisator
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan
energi aktivasi reaksi, namun tidak mempengaruhi letak keseimbangan.
4) Suhu
Semakin tinggi suhu maka semakin cepat kecepatan reaksinya. Pada
proses alkoholisis pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi dipengaruhi
katalisator yang dipakai.
5) Pengadukan
Agar reaksi berjalan dengan baik diperlukan pencampuran sebaikbaiknya dengan cara pengadukan. Pencampuran yang baik dapat
menurunkan tahanan perpindahan massa. Untuk reaksi heterogen dengan
berkurangnya tahanan perpindahan massa makin banyak molekul molekul
reaktan yang dapat mencapai fase reaksi, sehingga meningkatkan
kemungkinan terjadinya reaksi.
6) Perbandingan pereaksi
Reaksi alkoholisis pada umumnya memerlukan alkohol yang
berlebihan agar reaksi berjalan sempurna.
2.3.
Proses
esterifikasi
dilanjutkan
dengan
proses
esterifikasi
alkalin
dilakukan pada
temperatur 70oC.
2.4.2. Transesterifikasi
Transesterifiaksi merupakan suatu proses penggantian alkohol dari suatu
gugus ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asam asam lemak ke
dalam bentuk ester sehingga menghasilkan alkyl ester. Proses tersebut dikenal
sebagai proses alkoholisis. Proses alkoholisis ini merupakan reaksi biasanya
berjalan lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis. Katalis
yang biasa dipergunakan adalah katalis asam seperti HCl dan H 2SO4 dan katalis
basa seperti NaOH dan KOH. (www.beritaiptek.com)
Proses ini dapat dijalankan secara batch maupun sinambung, dimana pada
proses batch menggunakan labu leher tiga atau autoclave. Selain itu dalam
autoclave proses dapat berjalan pada suhu tinggi dalam fase cair, sehingga akan
bisa berlangsung lebih cepat. Proses sinambung dilaksanakan dalam reaktor
CSTR dengan alat pencampur yang berupa pengaduk atau gas inert. Proses ini
lebih sulit dikarenakan perlu bahan baku yang lebih banyak dan waktu yang lebih
panjang.
Metanolisis
merupakan
reaksi
pembentukan
metil
ester
dengan
dipanaskan
transesterifikasi dilengkapi
hingga
suhu
yang
telah
ditentukan.
Reaktor
metanol dan KOH dimasukkan ke dalam reaktor dan waktu reaksi mulai dihitung
pada saat itu.
Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94%.
Selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan
gliserol dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di lapisan bawah karena
berat jenisnya lebih besar daripada metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari
reaktor agar tidak mengganggu proses transesterifikasi II. Selanjutnya dilakukan
transesterifikasi II pada metil ester.Setelah proses transesterifikasi II selesai,
dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar gliserol terpisah dari metil
ester. Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek daripada pengendapan I
karena gliserol yang terbentuk relatif
pencucian.
Minyak nabati dengan kadar asam lemak bebas (ALB)-nya rendah (< 1%),
bila lebih, maka perlu pretreatment karena berakibat pada rendahnya kinerja
efisiensi. Padahal standar perdagangan dunia kadar ALB yang diijinkan hingga
5%. Jadi untuk minyak nabati dengan kadar ALB >1%, perlu dilakukan
deasidifikasi dengan reaksi metanolisis atau dengan gliserol kasar. Secara
sederhana reaksi transesterifikasi dapat digambar sebagai berikut :
katalis
Minyak Nabati + 3 Methanol
CH2 C O OR1
CH C O OR2
CH2 OH
+ 3 CH3OH
CH2 C O OR3
Trigliserida
Biodiesel + 3 gliserol
CH OH
+ 3 R COOCH3
CH2 - OH
Metanol
Gliserol
FAME
R1, R2, dan R3 adalah alkil dari ester. Selama proses esterifikasi, trigliserin
bereaksi dengan alkohol dengan katalisator alkalin kuat (NaOH, KOH atau
sodium silikat). Jumlah katalisator yang digunakan dalam proses titrasi ini adalah
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
1) Heatingmantle
2) Magnetic stirrer
3) Labu leher tiga
4) Thermometer
5) Condenser
6) Pipet hisap
7) Pompa
8) Ember
9) Erlenmeyer
10) Corong pemisah
11) Spatula
3.1.2. Bahan
1) Minyak; yang digunakan dapat berupa minyak goreng, minyak jelantah,
minyak CPO
2) Methanol
3) Katalis NaOH
3.2. Prosedur Percobaan
3.2.1. Reaksi Esterifikasi
1) Cairkan bahan baku terlebih dahulu bila bahan baku berwujud padat hingga
mencapai ukuran 100 ml.
2) Setelah minyak berwujud liquid, masukkan minyak ke dalam labu leher tiga
yang telah dilengkapi dengan thermometer, pemanas, dan condenser.
Kemudian dipanaskan sampai suhu mencapai 700C. Reaksi ini berlangsung
secara batch.
3) Campurkan methanol dan katalis dalam jumlah tertentu ke dalam minyak
yang telah dipanaskan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
DepanI.[Online]
http://agungsoni.blogspot.com/2013/10/21/melirik--potensi--minyak-jelantah--sebagai--energi--biodiesel--masa--depan-html.
September 2014).
(Diakses
16