Anda di halaman 1dari 10

Luka Bakar

Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api, air panas,
listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah (frost bite). Luka
bakar ini dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi
maupun estetik.

Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SlRS (systemic
inflammatory response syndrome), infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan kontraktur.

Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan
luka bakar; dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang
terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan sulit dalam perawatannya, antara
lain karena mudah mengalami kontraktur.

Patofisiologi
Cedera termis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sampai syok, yang
dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut, dan disfungsi serebral. Kondisi- kondisi ini
dapat dijumpai pada fase awal/akut/syok yang biasanya berlangsung sampai 72 jam pertama.

Dengan kehilangan kulit yang memiliki fungsi sebagai barier (sawar), luka sangat mudah
terinfeksi. Selain itu, dengan kehilangan kulit luas, terjadi penguapan cairan tubuh yang
berlebihan. Penguapan cairan ini disertai pengeluaran protein dan energi, sehingga terjadi
gangguan metabolisme.

Jaringan nekrosis yang ada melepas toksin (burn toxin, suatu lipid protein kompleks) yang dapat
menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang menyebabkan disfungsi dan kegagalan fungsi organorgan tubuh seperti hepar dan paru (ARDS); yang berakhir dengan kematian.

Reaksi inflamasi yang berkepanjangan akibat luka bakar menyebabkan kerapuhan jaringan dan
struktur-struktur fungsional. Kondisi ini menyebabkan timbulnya parut yang tidak beraturan
(hipertrofik), kontraktur, deformitas sendi dan sebagainya.
Kedalaman Luka Bakar
1. Derajat 1 (luka bakar superfisial)
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis. Luka bakar derajat ini ditandai dengan
kemerahan yang biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam waktu 5 7 hari.
2. Derajat 2 (luka bakar dermis)
Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel yang tersisa,
seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Dengan adanya
sisa sel epitel yang sehat ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 10 21 hari. Oleh karena
kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka derajat ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri
dibandingkan luka bakar superfisial, karena adanya iritasi ujung saraf sensorik. Juga timbul bula
berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi.
Luka bakar derajat 2 dibedakan menjadi:

Derajat 2 dangkal, di mana kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan
penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10 14 hari

Derajat 2 dalam, di mana kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Bila
kerusakan lebih dalam mengenai dermis, subyektif dirasakan nyeri. Penyembuhan terjadi
lebih lama tergantung bagian dari dermis yang memiliki kemampuan reproduksi sel-sel
kulit (biji epitel, stratum germinativum, kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dsb.) yang
tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari 1 bulan.

3. Derajat 3
Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit, mungkin subkutis, atau organ yang
lebih dalam. Oleh karena tidak ada lagi elemen epitel yang hidup maka untuk mendapatkan
kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Koagulasi protein yang terjadi memberikan
gambaran luka bakar berwarna keputihan, tidak ada bula, dan tidak nyeri.
Klasifikasi Luka Bakar
1. Berat/kritis bila:

Derajat 2 dengan luas lebih dari 25 %

Derajat 3 dengan luas lebih dari 10 %, atau terdapat di muka, kaki, dan tangan

Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas, ataufraktur

Luka bakar akibat listrik.

2. Sedang bila:

Derajat 2 dengan luas 15-25 %

Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 %, kecuali muka, kaki, dan tangan.

3. Ringan bila:

Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 %.

Derajat 3 kurang dari 2 %

Luas Luka Bakar


1. Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan rule of nine dari Wallace, yaitu :

Kepala dan leher: 9 %

Ekstremitas atas: 2 x 9 % (kiri dan kanan)

Paha dan betis-kaki: 4 x 9 % (kiri dan kanan)

Dada, perut, punggung, bokong: 4 x 9 %

Perineum dan genitalia:1 %.

2. Rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif permukaan kepala anak
jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan rumus 10
untuk bayi dan rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder untuk anak (lihat gambar di bawah ini ).
Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus-rumus tersebut di atas adalah luas telapat tangan
dianggap = 1 %.

Penatalaksanaan
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi
mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di
dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut.

Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban dan
sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Pada trauma bahan
kimia, siram kulit dengan air mengalir. Proses koagulasi protein sel dijaringan yang terpajan
suhu tinggi berlangsung terus walau api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas.
Proses tersebut dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan
mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu, merendam bagian yang
terbakar selama lima belas menit pertama sangat bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan pada
luka bakar > 10%, karena akan terjadi hipotermia yang menyebabkan cardiac arrest.

Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut:


1. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi, yaitu:

Periksa jalan napas

Bila dijumpai obstruksi jalan napas, buka jalan napas dengan pembersihan jalan
napas (suction, dsb), bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi

Berikan oksigen

Pasang iv line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok

Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis

Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik

Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressurel/CVP) untuk pemantauan
sirkulasi darah, pada luka bakar ektensif (> 40%)

2. Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh secara sistimatis untuk menentukan adanya cedera
inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan
untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3
dengan luas > 25 %, atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan oral
dapat menggantikan parenteral. Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan
cairan pada penderita luka bakar, yaitu:
1.

Cara Evans. Untuk menghitung kebutuhan cairan pada hari pertama hitunglah:

o Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc NaCl (1)


o Berat badan (kg) x % luka bakar x 1 cc larutan koloid (2)
o 2.000 cc glukosa 5% (3)
Separuh dari jumlah (1), (2), dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian cairan lakukan
penghitungan diuresis.
1.

Cara Baxter. Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah
kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar x BB (kg) x 4
cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam
16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan Ringer laktat karena
terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah darijumlah pemberian hari
pertama.

3. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin, diberikan secara
intravena. Hati-hati dengan pemberian intramuskular karena dengan sirkulasi yang terganggu
akan terjadi penimbunan di dalam otot.
4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan
melakukan debridement dan memandikan pasien menggunakan cairan steril dalam bak khusus
yang mengandung larutan antiseptik. Antiseptik lokal yang dapat dipakai yaitu Betadine atau
nitras argenti 0,5%.
5. Berikan antibiotik topikal pascapencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi
infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim lebih bermanfaat daripada bentuk salep atau
ointment. Yang dapat digunakan adalah silver nitrate 0,5%, mafenide acetate 10%, silver
sulfadiazin 1%, atau gentamisin sulfat.
Kompres nitras argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua
kuman. Obat lain yang banyak dipakai adalah silversulfadiazin dalam bentuk krim 1%. Krim ini
sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif
terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman.
6. Balut luka dengan menggunakan kassa gulung kering dan steril.
7. Berikan serum anti-tetanus/toksoid yaitu ATS 3.000 unit pada orang dewasa dan separuhnya
pada anak-anak.
Indikasi Rawat Inap
1. Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar > 10% pada anak atau > 15% pada
orang dewasa.
2. Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara hangat.
3. Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat, seperti pada wajah, mata, tangan,
kaki, atau perineum.

Perawatan
a. Nutrisi diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang
negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500 3.000 kalori sehari dengan kadar protein
tinggi.
b. Perawatan lokal dapat secara terbuka atau tertutup.
c. Antibiotik topikal diganti satu kali dalam satu hari, didahului hidroterapi untuk mengangkat
sisa-sisa krim antibiotik sebelumnya. Bila kondisi luka sangat kotor atau dijumpai banyak krusta
dan atau eksudat, pemberian dapat diulang sampai dengan 2 3 kali sehari.
d. Rehabilitasi termasuk latihan pernapasan dan pergerakan otot dan sendi.
e. Usahakan tak ada gangguan dalam penyembuhan; penyembuhan bisa dicapai secepatnya
dengan:

Perawatan luka bakar yang baik

Penilaian segera daerah-daerah luka bakar derajat 3 atau 2 dalam. Kalau memungkinkan
buang kulit yang non vital dan menambalnya secepat mungkin.

f. Usahakan mempertahankan fungsi sendi-sendi. Latihan gerakan atau bidai dalam posisi baik.
g. Aturlah proses maturasi sehingga tercapai tanpa ada proses kontraksi yang akan mengganggu
fungsi. Bilamana luka bakar sembuh per sekundam dalam 3 minggu atau lebih selalu ada
kemungkinan timbul parut hipertrofidan kemungkinan kontraktur pada waktu proses maturasi.
Sebaiknya dipasang perban menekan, bidai yang sesuai dan anjuran untuk mengurangi edema
dengan elevasi daerah yang bersangkutan.
h. Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Infeksi dapat
memperburuk derajat luka bakar dan mempersulit penyembuhan. Yang banyak dipakai adalah
golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas.

i. Suplementasi vitamin yamg dapat diberikan yaitu vitamin A 10.000 unit per minggu, vitamin C
500 mg dan sulfas ferosus 500 mg.

Tindakan Bedah
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau
tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari
eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada
ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka
eskar sampai penjepitan bebas.

Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan


jalan eksisi tangensial.
Trauma Kimia
Trauma akibat bahan kimia diperlakukan sebagai luka bakar karena sama-sama menimbulkan
efek panas seperti luka bakar.
Penatalaksanaan
Yang paling penting adalah penanganan harus segera dilakukan begitu terjadi trauma, meliputi
perawatan luka lokal dan perawatan sistemik untuk menunjang kesembuhan . Urutan tindakan
yang harus dilakukan:
1. Melepaskan pakaian dan irigasi dengan air dalam jumlah banyak. Pengenceran tersebut akan
menghilangkan zat kimia dari tubuh sekaligus mengurangi reaksi antara zat kimia dengan
jaringan tubuh.
2. Irigasi dilanjutkan selama 2 jam pada trauma asam dan 12 jam padatrauma basa.
3. Rehidrasi, karena trauma kimia dan luka bakar sama-sama menyebabkan keadaaan
hipovolemia

Catatan:
Bahan kimia yang berupa asam/basa kuat menimbulkan reaksi tubuh, menyebabkan kerusakan
jaringan yang hebat dan penyembuhan yang lama, sehingga menimbulkan deformitas bagian
tubuh terkena. Hal yang perlu dicatat pada pertolongan; jangan memberikan antidotum (asam
diberi basa atau sebaliknya) karena akan menimbulkan reaksi yang akan memperberat kerusakan
yang terjadi.
Trauma Listrik
Kerusakan akibat listrik pada struktur yang lebih dalam tergantung pada resistensi jaringan,
dengan urutan paling resisten adalah berturut-turut tulang, lemak, tendon, kulit, otot, pembuluh
darah, dan syaraf.

Penatalaksanaan
1. Lakukan ABC traumatologi.
2. Perhatikan khusus pada kelainan yang merupakan dampak aliran listrik pada tubuh, antara
lain:

Ensefalopati

Kardiomiopati

Gagal ginjal akut

Rabdomiolisis

3. Penatalaksanaan lainnya sebagaimana penanganan luka bakar pada umumnya. Namun karena
kerusakan jaringan yang terjadi pada luka bakar listrik memiliki kekhususan maka penanganan
luka tidak terlalu agresif.
4. Evaluasi status neurologis berulang selama masa penyembuhan, karenatrauma listrik dapat
disertai trauma tumpul dan trauma kepala.

5. Terapi cairan. Kerusakan jaringan yang luas akan menyebabkan hilangnya cairan (hipovolemi)
dan asidosis metabolik maka diperlukan cairan kristaloid untuk rehidrasi dan natrium bikarbonat
sebanyak 200- 400 mmol untuk mengoreksi asidosis.

Komplikasi
1. Neurologis
Trauma listrik dengan arus rendah akan menyebabkan satu atau lebih gejala neurologis pada
separuh kasus, sementara arus tinggi akan menyebabkan defisit neurologis pada dua pertiga
kasus.
1.

Trauma susunan saraf pusat

Gejala bervariasi mulai dari gangguan kesadaran, kejang, penurunan daya ingat, kelabilan emosi,
gangguan belajar, dan sakit kepala.
1.

Trauma susunan saraf tepi

Hilangnya daya sensoris dan motoris, parestesi, paralisis, paresis, disestesia, caus algia, dan
distrofi refleks simpatis. Separuh kasus dengan neuropati perifer tidak akan mencapai
kesembuhan sempurna.
2. Kerusakan pleura: efusi dan pneumonitis.
3. Trauma jantung, dapat terjadi aritmia namun tidak terlalu berbahaya pada pasien nor mal.
4. Trauma abdomen dapat menyebabkan nekrosis atau perforasisaluran cerna.
5. Mata, hanya terjadi perubahan jaringan pada arus yang lebih dari 100 volt, paling sering
berupa kekeruhan lensa.

Anda mungkin juga menyukai