Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Tujuan
1.1.1.

Uji Benedict

Untuk mengetahui adanya gula reduksi pada larutan


1.1.2.

Test Rothera (Nitroprusida)

Untuk mengetahui adanya zat-zat atau terbentuknya badan keton dalam urine
normal dan patologis
1.2.

Dasar Teori
1.2.1.

Karbohidrat
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa

Yunani skcharon, berarti "gula") adalah segolongan besar senyawa organik


yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam
tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa),
cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan),
dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan
dan jamur).
Nama karbohidrat dikemukakan pertama kali oleh para ahli kimia
perancis. Nama tersebut diberikan untuk golongan senyawa-senyawa organik
yang tersusun atas unsur karbon, hidrogen, dan oksigen yang mempunyai
rumus perbandingan Cn(H2O)m ; n = m atau kelipatan urutan bilangan bulat
seterunya, misalnya glukosa yang memiliki rumus senyawa C 6H12O6.
Akhirnya pada tahun 1880-an disadari bahwa anggapan "hidrat dan karbon"
merupakan anggapan yang keliru, dan karbohirat yang sebenarnya adalah
polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton atau turunan dari keduanya.
Sakarida atau zat gula adalah nama yang sering dipakai sebagai pengganti
nama karbohidrat. (Pengantar Kimia, Darmin)
Karbohidrat

dapat

digolongkan

berdasarkan

jumlah

monomer

penyusunnya. Ada 3 jenis karbohidrat berdasarkan penggolongan ini, yaitu,


Monosakarida, Disakarida (Oligosakarida) dan Polisakarida. Pada fungsi

karbohidrat, tersusun molekul dasar karbohidrat yang terbagi dari jenis gula
yang menyusunnya. Berikut ini jenis karbohidrat yang terdapat pada makanan
:

Monosakarida (C6H12O6)
Monosakarida merupakan jenis karbohidrat yang terdiri dari satu
gugus gula yang bersifat mudah larut dalam air dan memiliki rasa
yang manis. Contohnya : heksosa, glukosa, fruktosa, galaktosa,
monosa, ribosa (penyusun RNA) dan deoksiribosa (penyusun DNA).

Disakarida (C12H22O11)
Disakarida terdiri dari dua gugus gula, contoh gabunga dari
disakarida adalah laktosa (gabungan antara glukosa dan galaktosa),
sukrosa(gabungan

antara

glukosa

dan

fruktosa)

dan

maltosa(gabungan antara dua glukosa). Sifatnya mudah larut dan


masih terasa manis.

Polisakarida (C6H11O5)
Polisakarida mengandung banyak gugus gula diantaranya terdiri dari
10 gugus gula. Berbeda dengan jenis karbohidrat yang lain,
polisakarida tidak berasa atau pahit dan sifatnya sulit larut dalam air.
Contohnya adalah amilum ( terdiri dari 60-300 gugus gula berupa
glukosa,glikogen atau gula otot yang tersusun dari 12-16 gugus gula)
dan selulosa,pektin,lignin,serta kitin yang tersusun dari ratusan
bahkan ribuan gugus gula dan senyawa lain.

1.2.2.

Badan Keton
Keton bisa berarti gugus fungsi yang dikarakterisasikan oleh sebuah

gugus karbonil (O=C) yang terhubung dengan dua atom karbon ataupun
senyawa kimia yang mengandung gugus karbonil. Keton memiliki rumus
umum: R1(CO)R2.
Senyawa karbonil yang berikatan dengan dua karbon membedakan keton dari
Asam Karboksilat, aldehida, ester, amida, dan senyawa-senyawa beroksigen

lainnya. Ikatan ganda gugus karbonil membedakan keton dari alkohol dan
eter. Keton yang paling sederhana adalah aseton (secara sistematis dinamakan
2-propanon).
Badan keton merupakan tiga senyawa yang diproduksi ketika asam lemak
dipecah untuk energi dalam hati dan ginjal, larut dalam air. Dua dari tiga
digunakan sebagai sumber energi di jantung dan otak sementara yang ketiga
adalah produk limbah yang dikeluarkan dari tubuh. Di otak, badan keton
adalah sumber penting dari energi selama berpuasa. Meskipun disebut
"badan", mereka zat terlarut, bukan partikel. Ketiga badan keton endogen
adalah aseton, asam asetoasetat, dan asam beta-hidroksibutirat, meskipun
asam beta-hidroksibutirat secara teknis bukan keton melainkan asam
karboksilat.
Kehadiran keton dalam darah atau urine tidak hanya sinyal dari masalah
metabolisme. Keton sendiri dapat berbahaya pada tingkat tinggi. Tanpa
pengobatan, tingkat yang sangat tinggi keton dalam darah dan urin dapat
menurunkan pH darah dan menyebabkan kondisi yang disebut ketoasidosis.
Hal ini terjadi paling sering pada orang dengan diabetes mellitus yang tidak
terkontrol dan diperburuk ketika kadar glukosa darah tinggi, yang disebabkan
oleh kekurangan insulin yang tersedia, lebih lanjut mengasamkan darah.
Ketoasidosis dapat menyebabkan ketoacidic koma atau kematian.
1.2.3.

Uji Benedict
Uji Benedict berdasarkan pada reduksi dari Cu+2 menjadi Cu+ oleh

karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau ketom bebas. Pereaksi


Benedict mengandung CuSO4, Na2CO3 dan Na-sitrat. Pada proses reduksi
dalam dalam ssuasana basa biasanya di tambah zat pengompleks, seperti sitrat
untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3 dalam larutan natrium
bikarbonat. Larutan tembaga alkalis dapat di reduksi oleh karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid bebas atau monoketo bebas.
Disakarida seperti maltosa dan laktisa dapat mereduksi larutan Benedict
karena mempunyai gugus keto bebas. Uji Benedict dapat pula dipakai untuk

memperkirakan konsentrasi karbohidrat bebas karena berbagai konsentrasi


karbohidrat akan membetikan intensitas warna yang berlainan.
Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan
glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya
penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test
lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang
terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit
diabetes.
Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas mereduksi ion
kupri dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida yang tidak larut dan
berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai dengan
kadar gula yang terdapat di dalam urin. Reaksi :

Warna Biru
CuSO4 + 2NaOH ---> Cu(OH)2 + Na2SO4

Warna Hijau Kekuningan


Cu(OH)2 ----> 2CuOH + H2O + O

Warna Merah Bata


2CuOH ----> Cu2O + H2O

Hasil dari pengujian benedict ini dapat dilihat dari warnanya, yang terdiri
dari :
1. Warna biru/hijau keruh (normal)
2. Warna hijau tua (DM tipe I)
3. Warna hijau kekuningan (DM tipe II)
4. Warna jingga (DM tipe III)
5. Warna merah bata (DM tipe IV)
1.2.4.

Uji Rothera
Keton bodies (asam -hidroksibutirat, asam asetoasetat & aseton) tidak

ditemukan padaurin normal, tetapi didapatkan pada urine penderita DM,


alkoholisme dan kelaparan panjang sehingga terjadi gangguan metabolisme

karbohidrat disertai dengan peningkatanmetabolisme lipid. Keton bodies diuji


dengan metode Rothera akan memberikan warna ungu
Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga
dapat menghabiskan cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan
menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat
hingga mencapai lebih dari 50 mg/dl.
Keton memilikistruktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin.
Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atu serum,
kemudian baru urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis.
Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam
asetoasetat.

BAB II
ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA
2.1.

Test Benedict
2.1.1.

Alat dan Bahan

Pereaksi benedict

Urin normal

Urin patologis

Tabung reaksi

Waterbath

Rak tabung

Pipet tetes

Gelas ukur

2.1.2.
2.2.

Cara Kerja

Test Rothera (Nitroprusida)


2.2.1.

Alat dan Bahan

Urine Normal

Urine Patologis

Larutan natrium nitroprusida

Kristal ammonium sulfat

Larutan ammonium hidroksida pekat

2.2.2.

Cara Kerja

BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1.

Uji Benedict

3.2.

Uji Rothera
BAB IV
KESIMPULAN

4.1.

Uji Benedict

4.2.

Uji Rothera

BAB V
LAMPIRAN

REFERENSI
Ciptadi. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Penerbit : Universitan palangkaraya.
Biokimia Harper

Anda mungkin juga menyukai