Disusun Oleh :
1. Awali Sir Kautsar Harivram
NIM 21030115410004
NIM 21030115410006
3. Nita Indriyani
NIM 21030115410001
4. Setiarto Pratigto
NIM 21030114420009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai.Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
NIM 2103011541000
NIM 21030115410006
3.Nita Indriyani
NIM 21030115410001
4.Setiarto Pratigto
NIM 21030114420009
Mata Kuliah
: Kebijakan Energi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1. Sejarah Petrokimia Gresik ......................................................................................1
BAB II ISI ..................................................................................................................3
2 Proses Pembuatan Amonia. ....................................................................................3
2.1 Proses Pembuatan Gas Sintesis ........................................................................3
2.1.1 Desulfurisasi................................................................................................3
2.1.2 Primary dab Secondary Reformer...............................................................3
2.1.3 Low and High Temperatur Shift Conventer................................................4
2.2 Pemurnian Gas Sintesis.....................................................................................5
2.2.1 CO2 Absorber.............................................................................................6
2.2.2 CO2 Strippper.............................................................................................6
2.2.3 Methanator.................................................................................................7
2.3 Sintesis Amonia................................................................................................7
2.4 Proses Pendinginan............................................................................................8
2.5 Purge Gas Recovery Unit...................................................................................9
3.Penyediaan Listrik dan Steam..................................................................................9
BAB 3 Kesimpulan dan Saran ..................................................................................10
A. Kesimpulan ..........................................................................................................10
B. Saran ....................................................................................................................10
Daftar Pustaka ...........................................................................................................11
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1. Sejarah Petrokimia Gresik
PT. Petrokimia Gresik merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam lingkup
koordinasi Departemen Perindustrian Dan Perdagangan. BUMN ini bergerak di bidang produksi
pupuk dan bahan-bahan kimia serta bidang jasa baik konstruksi, engineering maupun jasa-jasa
lainnya. Sebagai pabrik pupuk kedua di Indonesia, pemerintah telah merancang keberadaannya
sejak tahun 1956 melalui Biro Perancangan Negara (BPN). Perusahaan ini terdiri dari tiga unit
produksi utama dan beberapa anak perusahaan patungan.
Secara kronologis, sejarah singkat perkembangan PT. Petrokimia Gresik adalah
sebagai berikut:
1. Tahun 1960
PT. Petrokimia Gresik didirikan dengan dasar hukum :
a.Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960
b.Keputusan Presiden RI No. 260 Tahun 1960
2. Tahun 1962
Badan Persiapan Proyek-Proyek Industri (BP3I) yang bernaung di bawah
Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan melakukan survei lokasi untuk
proyek di Jawa Timur yaitu di daerah Tuban, Pasuruan dan Gresik. Dan akhirnya daerah
Gresik yang ditetapkan sebagai lokasi yang paling sesuai dengan hasil studi kelayakan
pada tahun 1962.
3.Tahun 1964
Pembangunan pabrik pupuk ZA (Zwavelzuur Ammonia) atau Ammonium
Sulfat dilaksanakan berdasarkan instruksi Presiden No. 01/Insr/1963 dan dinyatakan
sebagai.Proyek vital sesuai dengan Surat Keputusan Presiden No. 225 tahun 1963
tanggal 4 November 1964. Kontrak pembangunan proyek yang menggunakan fasilitas
kredit dari pemerintah
mulai
Desember 1964
dan
sebagai
pelaksananya Considit SpA, kontraktor dari Italia. Pembangunan fisiknya dimulai pada
awal tahun 1966 dengan berbagai hambatan yang dialami, terutama masalah kesulitan
pembiayaan sehingga menyebabkan pembangunan proyek tertunda.
4.Tahun 1968
Pada masa ini pembangunan terhenti dikarenakan krisis ekonomi yang
berkepanjangan, sehingga jalannya produksi harus terhenti. Melalui Surat Keputusan
Presidium Kabinet Ampera No. B/891/Preskab/4/1967 diputuskan untuk melanjutkan
kembali pembangunan proyek ini dan pada bulan Februari 1968 pekerjaan lapangan
kembali dilanjutkan sampai percobaan pertama operasional pabrik pada Maret 1970.
5. Tahun 1971
Status badan usaha dari Projek Petrokimia Surabaja telah diubah menjadi
Perusahaan Umum (Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 1971.
6. Tahun 1972
Pabrik yang memproduksi pupuk ZA berkapasitas 150.000 ton/tahun dan pupuk
Urea sebanyak
61.700
Soeharto
pada
ton/tahun
ini diresmikan
penggunaannya oleh
Presiden
Perusahaan
BAB II
ISI
2. Proses Pembuatan Amoniak
Desulfulizer
Absorber
(larutan
benfield)
Udar
a
Stea
m
Gas
alam
Primary
reformer
Secondary
reformer
Shift
converter
Waste heat
boiler
BF
W
NH3 cair
refrigerator
CO2
removal
Methanator
Ammonia
converter
Compressor
Purge gas
recovery unit
Gambar 1
2.1.2
mengasilkan H2, CO dan CO2 (syngas). Pada Primary Reformer, gas dan steam dicampur,
dipanaskan dan dilewatkan katalis untuk mengasilkan H2. Mixed feed ini memerlukan pemanasan
awal sampai temperatur 621oC. Hal ini dilakukan agar reaksi lebih mudah terjadi, apabila tanpa
pemanasan awal reaksi akan membutuhkan panas reaksi yang lebih besar. Reaksi yang terjadi
adalah endotermik dan eksotermik :
CH4 + H2O + panas CO + 3H2
CO + H2O CO2 + H2 + panas
Reaksi overall adalah endotermik yang memerlukan panas. Gas yang bereaksi akan keluar
dialirkan dalam sebuah pipa besar yang disebut riser dan dikirim ke Secondary Reformer.
Pada Primary Reformer terdapat forced dan induced draft fans. Forced draft fans
diperlukan untuk menyediakan udara untuk pembakaran fuel gas. Induced draft fans diperlukan
untuk menghilangkan produk pembakaran atau flue gas. Udara luar dihisap oleh blower dan
dialirkan ke daerah pembakaran. Udara pembakaran dari forced draft dipanaskan terlebih dahulu
dalam air preheater. Flue gas panas mengalir ke bawah melalui radiant section box. Flue gas
memberikan kenaikkan panas pada coil yang dapat digunakan untuk heater aliran feed gas. Flue
gas dingin meninggalkan convection section lalu dibuang ke atmosfer dengan Induced Draft
Fans. (Penerapan Waste Heat Recovery)
Selajutnya proses terjadi dalam Secondary Reformer dengan penambahan udara pada
proses reaksi gas. Hal ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan N 2 untuk produksi ammonia.
Oksigen yang ditambahkan bereaksi dengan hidrogen dan menyediakan panas yang dibutuhkan
pada reaksi reforming dengan bantuan katalis nikel.
Temperatur gas inlet adalah 824oC, masuk secondary reformer. Udara masuk pada top
chamber pada suhu 610oC, udara yang masuk secondary reformer disesuaikan dengan N2 yang
dibutuhkan, temperatur daerah pembakaran adalah 1252oC , temperatur gas outlet 1005oC
meninggalkan bottom secondary reformer dan melewati Waste Heat Boiler. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut :
2H2 + O2 2H2O + panas
CH4 + H2O + panas CO + 3H2
CO + H2O CO2 + H2 + panas
Sistem ini dilakukan dengan melewatkannya pada lima exchanger secara seri dan
sebuah gas separator. (Penerapan Waste Heat Recovery)
-
Exchanger yang pertama adalah LTS Effluent Exchanger, mendinginkan gas keluar
LTS sampai 213oC dengan menukar panasnya ke BFW, gas mengalir disisi shell dan
BFW pada tube.
CO2 Stripper Ejector, mendinginkan aliran gas keluar LTS sampai 158 oC dengan
memberikan panasnya ke kondensat stripper refluk yang mengalir disisi shell,
menghasilkan LPS untuk operasi semilean solution flash tank ejector.
CO2 Stripper Process Gas Reboiler, mendinginkan aliran gas keluar LTS sampai
132oC dengan memberikan panasnya kepada larutan benfield yang mengalir dalam
shell. Exchanger ini merupakan reboiler utama untuk CO2 Stripper.
CO2 Stripper Condensate Reboiler, mendinginkan aliran gas keluar LTS sampai
125oC dengan memberikan panasnya kepada kondensat stripper refluks di shell yang
menghasilkan LPS untuk CO2 Stripper.
Gas lalu masuk separation drum menuju proses kondensat sistem. Setelah itu gas baru masuk ke
CO2 Absorber pada temperatur 70oC.
2.2 Pemurnian Gas Sintesis (Penghilangan CO2)
2.2.1 CO2 absorber
Proses penyerapan CO2 dilakukan dalam Absorber. Gas CO2 harus dihilangkan untuk
mencegah pencemaran katalis conventer. Pemisahan sejumlah besar CO2 dari raw synthesis gas
dilakukan dengan absorbsi secara counter current dengan larutan benfield. Larutan disirkulasikan
secara terus-menerus dengan sedikit make up jika diperlukan.
Proses penyerapan CO2 dikerjakan di Absorber, yang reaksinya sebagai berikut :
K2CO3 + CO2 + H2O 2KHCO3 + panas
K2CO3 menyerap CO2 , mengatur target operasi 0,06-0,1 % CO2 pada gas yang keluar CO2
Absorber. V2O5 membentuk lapisan pelindung pada dinding dalam absorber dan dapat
menurunkan korosi pada pipa-pipa, vessel-vessel dan pompa-pompa.
Aliran gas yang sebagian besar CO 2 sudah terserap akan terus naik ke atas melalui bed
paling atas sedangkan larutan benfield yang kaya CO2 tersebut terkumpul di bagian bottom CO2
Absorber. Kemudian larutan yang kaya CO2 dialirkan ke Stripper Feed Flash Drum untuk
menghilangkan CH4, H2, dan hidrokarbon lainnya. Gas-gas yang diserap tersebut mengalir ke
Fuel Gas System.
2.2.2
CO2 stripper
Rich solution masuk ke Stripper pada temperatur 107oC. Stripping CO2 adalah
menghilangkan CO2 yang telah terserap larutan benfield dengan cara : stripping steam,
penambahan panas, penurunan tekanan. Larutan benfield yang jenuh dengan CO2 diregenerasi
oleh panas dan stripping steam, sehingga potasium bikarbonat (KHCO3) berubah kembali
menjadi potasium karbonat (K2CO3). Reaksi regenerasi adalah sebagai berikut :
2KHCO3 + panas K2CO3 + H2O + CO2
Setelah terpisah dari larutan benfield, steam yang kaya CO2 didinginkan oleh kontak
langsung dengan air pencuci. Sedangkan larutan benfield akan disirkulasikan ke Absorber.
2.2.3
Methanator
Gas proses keluar dari pada CO2 Absorber masih mengandung CO2 dan CO. Kandungan
ini perlu dihilangkan karena merupakan racun bagi katalis pada Ammonia Converter. Oleh
karena itu, CO dan CO2 perlu diubah menjadi methana (CH4) di Methanator dengan katalis Ni,
alasannya karena CH4 tidak mempengaruhi reaksi pembentukan NH3 di Ammonia Converter,
CH4 hanya menjadi inert.
Sebelumnya gas dipanaskan di heat exchanger sehingga temperaturnya menjadi 290oC.
Gas masuk Methanator pada temperatur 315oC dan tekanan 36,2 kg/cm2. Reaksi di dalam
methanator sangat eksotermis. Reaksi methanasi :
CO + 3H2 CH4 + H2O + panas
CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O + panas
Kedua reaksi di atas sangat eksotermis, maka panas dalam vessel harus dijaga maksimum
300-330oC. Temperatur reaksi yang tinggi akan mengurangi umur dari katalis tetapi akan
meningkatkan rate reaksi. Pada umumnya temperatur operasi harus serendah mungkin tetapi
cukup tinggi untuk mempertahankan CO2 yang keluar Methanator lebih kecil dari 10 ppm. Gas
keluar pada temperatur 344oC dan didinginkan menjadi 37oC dengan mengalirkan secara seri
melalui tiga buah Heat Exchanger (penerapan Waste Heat Recovery) sebelum masuk ke
Synthesis Gas Compresor Suction Drum. Sebelum gas masuk ke Heat Exchanger preheater, gas
ditambah dengan H2 dari unit PGRU. Total carbon oksida yang meninggalkan methanator harus
lebih kecil dari 10 ppm karena CO dan CO2 racun bagi katalis ammonia conventer dan dapat
membentuk carbonate.
2.3 Sintesis Ammonia
Gas sintesis dari preheater masuk ke Knock Out Drum, fungsinya untuk mencegah
terikutnya liquid dalam gas pada suction compressor tingkat pertama. H2O akan terkondensasi
dan secara otomatis dibuang. Kemudian gas sintesa menuju ke Synthesis Gas Compressor yang
digunakan untuk menaikkan tekanan gas sintesis dari 30,5 kg/cm 2 menjadi 179 kg/cm2. Hal ini
dilakukan untuk memenuhi tekanan operasi pembentukan NH3 di Ammonia Conventer yaitu 173177 kg/cm2. Lalu gas sintesis dilewatkan pada Molecular Sieve Dryer untuk memisahkan kadar
air dan sisa CO2 dari gas sintesis menjadi sekitar 1 ppm. Selanjutnya gas sintesis melewati Heat
Exchanger dan dipanaskan sampai pada suhu 232oC sebelum memasuki unit converter sebagai
pemanasnya adalah produk keluaran ammonia converter itu sendiri. (Penerapan Waste Heat
Recovery)
Desain operasi Ammonia Conventer adalah pada suhu 454-482oC dan tekanan 173-177
kg/cm2. Kadar NH3 yang dihasilkan sebesar 17% , gas yang tidak terkonversi dikembalikan ke
reaktor sebagai recycle. Reaksi yang terjadi :
N2 + 3H2 2NH3 + panas
Karena reaksinya berjalan eksotermis maka temperatur terbaik untuk operasi ini adalah
temperatur terendah yang memberikan yield produk NH3 yang maksimum. Temperatur yang
berlebih akan mempercepat penuaan katalis dan aktifitas katalis berkurang cepat. Apabila terjadi
kenaikkan suhu diatas 482oC akan menyebabkan kerusakan katalis, cracking pada dinding
peralatan, dan bergesernya kesetimbangan ke kiri sehingga konversi pembentukan NH3 tidak
optimum.
2.4
Kemudian gas didinginkan oleh 5 exchanger berturut-turut dan 2 drum pemisah. Maksud dari
pendinginan adalah mendinginkan dan mengkondensasikan gas ammonia.
-
Ammonia Unitized Chiller. Dengan menukarkan panasnya dengan gas dingin dari
Ammonia Separator melewati center tube dan ammonia dingin dari refrigerant system,
aliran gas dari cooler 124-C melalui annulus secara berlawanan.
Ammonia
Separator
merupakan
drum
pemisah
horisontal,
ammonia
cair
meninggalkan bottom dan gas yang terpisahkan keluar lewat bagian atas melalui demister
pad. Overhead gas dari Ammonia Separator kembali ke syngas compressor sebagai
recycle melalui Ammonia Unitized Chiller dimana akan didinginkan menjadi 28oC,
-
Let down drum, ammonia cair dari setelah mengalami penurunan tekanan yang besar
dari 172 kg/cm2 menjadi 16,9 kg/cm2 dikirim ke Refrigerant System. Overhead gas-gas
dari Let down drum masuk ke Ammonia Scrubber.
Pada Ammonia Unitized Chiller, terdiri dari 4 buah kompartement chiller (120-CF1, 120-
CF2, 120-CF3, 120-CF4) yang berisi ammonia cair sebagai refrigerant dari Ammonia
Refrigerant. Suhu operasi keempat kompartement dengan refrigerant secara berturut-turut adalah
13,3oC, -0,6oC, -11,7oC dan -33oC. Setiap kompartement berisi demister pad untuk menangkap
uap yang keluar dan vortex breaker pada bagian cairan yang keluar.
Sebagian besar gas-gas yang tidak mengembun terikut di flash out untuk dikirim ke
ammonia recovery system. Refrigerasi ammonia menggunakan Ammonia Refrigeration
Compressor. Ammonia Refrigeration Compressor terdiri dari dua case (LP case dan HP case)
dengan interstage cooler, digerakkan dengan steam turbine. Refrigerasi ini bertujuan untuk
mendapatkan tekanan yang diinginkan pada tingkat satu, dua, tiga dan empat. Hal ini akan
mempengaruhi panas gas dan pemisahan inert dalam gas dan untuk menaikkan tekanan
ammonia sehingga mengkondensasi di Ammonia Condenser. Amoniak cair disimpan dalam
spherical tank.
2.5 Purge Gas Recovery Unit (PGRU)
Purge gas dari daur sintesis ammonia masih mengandung gas H2 dengan kadar yang
cukup tinggi. PGRU bertugas untuk memisahkan H2 dari gas-gas lain untuk dimanfaatkan
kembali di daur sintesis ammonia. Proses pemisahan hidrogen di PGRU PT Petrokimia Gresik
menggunakan proses membran separator, atau yang lebih dikenal dengan prisma separator.
Sistem ini terdiri dari High Pressure Ammonia Scrubber, Low Presure Ammonia Scrubber,
Ammonia Stripper, Hydrogen Recovery Unit.
Prisma separator berbentuk seperti shell and tube Heat Exchanger dengan serat membran
hollow fiber. Serat ini berupa silinder berlubang yang terbuat dari polimer Polysulfone. Gas
dengan permeabilitas tinggi akan berdifusi ke dalam serat dan masuk ke sisi dalam (pore) lalu
mengalir berlawanan arah dengan gas dari sisi luar (shell). Unit pemisah diletakkan vertikal
sehingga gas non permeabel akan mengalir ke atas sedangkan gas yang kaya H 2 dengan tekanan
rendah akan mengalir ke bawah.
3. Penyediaan Listrik dan Steam
Pembangkit tenaga listrik di service unit yang digunakan untuk keperluan pabrik dipenuhi
oleh gas turbine generator (GTG). GTG adalah unit pembangkit listrik yang digunakan untuk
memenuhi semua kebutuhan listrik di PKG. Bahan bakar yang digunakan dalam GTG adalah gas
dan solar. Alasan penggunaan solar adalah untuk menutupi kurangnya pasokan gas ke PKG
akibat kelangkaan gas di pasaran. Konsekuensi yang harus ditanggung adalah biaya produksi
yang lebih besar karena harga solar saat ini cukup mahal.
Udara
Gas Alam
Gas Buang ke WHB
REDUCTION
GEAR
KOMPRESOR
TURBIN
GENERATOR
LISTRIK
13.8 KV
3 phase
RUANG PEMBAKARAN
dan
temperatur 465oC sebanyak 70 ton/jam untuk keperluan start up ammonia. Bila pabrik ammonia
berada pada normal operasi, steam produk WHB dipakai untuk unit urea. Steam yang dihasilkan
dari pemanfaatan panas gas buang hanya sekitar 40 ton/jam. Untuk memenuhi kebutuhan steam,
sebesar 70 ton/jam, maka dilakukan pemanasan tambahan mengunakan furnace yang
menggunakan bahan bakar gas. Dengan pemanfaatan panas buang sendiri dapat dihitung secara
kasar penghematan energi yang dilakukan dengan menggunakan rasio steam yang bisa
dibangkitkan dengan total steam yang dibutuhkan. Berdasarkan data yang kami peroleh
penghematan yang dilakukan lebih dari 50%.
Penghematan/efisiensi juga diterapkan pada boiler utilitas. Untuk mengetahui pemanfaatan
panas buang dapat diketahui dari bagian-bagian boiler berupa:
1. Economizer, pemanas BFW dengan memanfaatkan panas buangan boiler yang menuju
bagian stack. Pada kompartemen inilah prinsip co-generation heat diterapkan.
2. Deaerator, berfungsi untuk mencuci BFW dari kandungan oksigen terlarutnya
menggunakan steam.
3. Drum atas (Steam Drum), tempat menampung steam jenuh sebelum masuk ke alat
superheater.
4. Drum bawah, tempat menampung kondensat sirkulasi.
5. Water tube, buluh-buluh air sirkulasi.
6. Force draft fan, penghisap udara luar untuk udara pembakar.
7. Furnace, tempat pembakaran gas alam dengan udara.
8. Tingkat pemanas lanjut steam, yaitu superheater.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. PT. Petrokimia Gresik merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam
lingkup koordinasi Departemen Perindustrian Dan Perdagangan. BUMN ini bergerak
di bidang produksi pupuk dan bahan-bahan kimia serta bidang jasa baik konstruksi,
engineering maupun jasa-jasa lainnya.
2. Proses pembuatan ammonia melalui beberapa tahap yaitu proses pembuatan gas,
pemurnian gas, sintesis ammonia ,proses pendinginan, purge gas recovery unit.
3. Pembangkit tenaga listrik di service unit yang digunakan untuk keperluan pabrik
dipenuhi oleh gas turbine generator (GTG). Bahan bakar yang digunakan dalam
GTG adalah gas dan solar
4. Sistem pemanfaatan panas buang dari generator/pembangkit ini sering disebut dengan
co-generation panas yang berupa combined heat and power (CHP). Sistem tersebut
dapat mengefisiensi energi panas sekitar 50-75%.
5. Dengan pemanfaatan panas buang sendiri dapat dihitung secara kasar penghematan
energi yang dilakukan dengan menggunakan rasio steam yang bisa dibangkitkan
dengan total steam yang dibutuhkan. Berdasarkan data yang kami peroleh
penghematan yang dilakukan lebih dari 50%.
3.2 Saran
Perlu penggunaan bahan bakar gas untuk mendapatkan jumlah steam yang lebih
besar,dibanding dengan menggunakan bahan solar.Dilakukan optimasi pada boiler
dan Waste Heat Boiler kembali agar hasil steam yang dihasilkan lebih banyak dan
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Mela., Tugas Khusus Departemen Produksi I unit Pabrik Amoniak PT.Petrokimia
Gresik, Laporan Kerja Praktek, Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya, 2005.
Dwihastuti, Erwin dan Farisni,. Departemen Produksi I PT.Petrokimia gresik. Laporan Kerja
Praktek, Teknik Kimia Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, 2007.
Gaspersz, Vincent., Production Planning and Inventory Control, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2004.
Greene, James H., Production and Inventory Handbook, Mc Grawhill, 1992
Salina, Rosalia dan Sunarwin,. Pabrik Moniak Departemen Produksi I, Laporan Praktek Kerja
Nyata Teknik Kimia Universitas Tribuwana Tunggadewi, Malang, 2006.
Sulistiawan, Eko dan Thomy Eko Saputro,. Penentuan Jumlah Produksi Pupuk ZA III dan Urea
dengan Menggunakan Teknik Forecasting. Laporan Kerja Praktek, Teknik Industri
Universutas Muhammadiyah Malang, malang, 2009.
LAMPIRAN
1. HASIL WAWANCARA
TOPIK : Efisiensi Energi Pada Proses Produksi Pupuk
NARASUMBER: Bapak Edi
Dimana,
M: Mahasiswa
N : Narasumber
M : Proses-Proses untuk pembuatan pupuk amoniak meliputi apa saja pak?
N : Proses Pembuatan gas sintesis, pemurnian gas sintesis, sintesis ammonia, proses
pendinginan, dan purge gas recovery unit.
M : Pak, dalam pembuatan amoniak dibutuhkan alat untuk menghilangkan zat
pengotor/impuritas itu contohnya berupa ?
N : untuk pembuatan gas sintesis memakai alat desulfurisasi, primary secondary, low
and high temperature, dan shif conventer.Kalo untuk
pemurnian
gas sendiri
LAMPIRAN
2. FOTO