Anda di halaman 1dari 2

HAJATAN besar Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014 memasuki

episode pamungkas, hari ini. Di tangan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi,


hasil final kontestasi akan diketukpalukan. Di tangan majelis yang mulia itu pula
keadilan rakyat disandarkan.
Lewat pemungutan suara 9 Juli lalu, rakyat sebenarnya telah memberikan
kepercayaan kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk menakhodai
kapal besar bernama Indonesia selama lima tahun mendatang. Kepercayaan
itulah yang kemudian disahkan Komisi Pemilihan Umum lewat sidang pleno
secara terbuka pada 22 Juli silam.
Namun, hasil sah tersebut tak serta-merta mengikat lantaran kompetitor JokowiJK, yakni pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, menolaknya dan lantas
mengajukan gugatan ke MK. Artinya, di meja persidangan MK-lah kemenangan
pamungkas presiden dan wakil presiden periode 2014-2019 dikukuhkan.
Kita percaya, amat percaya, Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi ialah orangorang pilihan yang amat paham hukum dan keadilan. Kita sangat percaya Majelis
Hakim Mahkamah Konstitusi ialah orang-orang yang berintegritas dan imun dari
segala tekanan. Karena itu, kita percaya putusan yang mereka ambil selaras
dengan rasa keadilan masyarakat.
Persidangan perselisihan hasil pilpres pun secara gamblang bisa disaksikan
rakyat. Persidangan yang dilakukan secara maraton itu digelar terbuka, bahkan
tanpa sensor disiarkan langsung oleh televisi. Dengan begitu, ada gambaran
nyata posisi para pihak, baik itu Prabowo-Hatta sebagai pemohon, KPU sebagai
termohon, maupun Jokowi-JK sebagai pihak terkait.
Kita sangat yakin Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi tidak akan asal-asalan
membuat putusan. Mereka pasti berpijak pada fakta-fakta hukum, keterangan

puluhan saksi, seabrek bukti, keterangan saksi ahli, dan tentu saja
mengedepankan keyakinan hati nurani.
Di persidangan, rakyat menjadi saksi betapa sejumlah saksi yang diajukan kubu
pemohon memberikan keterangan tidak jelas, mengada-ada, dan tak selaras
dengan bukti. Sebagian lainnya malah menjadikan peradilan sebagai arena
curhat.
Tak berlebihan jika kemudian KPU dibalut optimisme bahwa MK akan menolak
gugatan Prabowo-Hatta. Mereka merasa mampu mementahkan semua dalil
pemohon bahwa telah terjadi kecurangan secara terstruktur, sistematis, dan
masif sehingga pilpres harus diulang.
Apa pun, putusan sepenuhnya di tangan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi.
Yang paling penting bagi kita ialah apa pun putusan itu wajib dihormati dan
dipatuhi. Sebagai satu-satunya lembaga yang oleh konstitusi diberi wewenang
memutus sengketa pemilu, putusan MK bersifat final dan mengikat.
Final berarti tidak ada lagi upaya hukum yang bisa ditempuh. Mengikat berarti
siapa pun wajib mematuhi putusan itu. Kita berharap putusan MK nanti benarbenar menjadi akhir dari proses pilpres sekaligus awal terbentuknya
pemerintahan baru yang sah dan legitimate.
Ketika Prabowo-Hatta mengajukan gugatan hasil pilpres ke MK, kita
menghormatinya karena langkah itu konstitusional. Kini, wajar jika rakyat
menuntut Prabowo-Hatta juga menghormati putusan MK sekalipun putusan itu
tak berpihak kepada mereka. Kalau toh mereka tetap tak mau legawa, putusan
MK tak lantas terdelegitimasi oleh sikap seperti itu.

Anda mungkin juga menyukai