Anda di halaman 1dari 3

KBRN, Jember : Para petani tembakau Na ogst di Kabupaten Jember Jawa Timur banyak yang tidak mengetahui informasi

pangsa pasar tembakau sehingga seringkali merugi ratusan juta rupiah dalm setiap tahun dan bahkan karena terlilit hutang
sampai
nekat
bunuh
diri.
Menurut Agus Warga Desa Bagon Kecamatan Puger Kabupaten Jember, hingga saat ini para petani tembakau dalam setiap
akan menanam tembakau tidak mendapatkan informasi yang cukup terutama informasi harga dan kebutuhan
tembakau. Kondisi demikian hendaknya menjadi perhatian serius Dinas Perkebunan dan kehutanan Kabupaten Jember untuk
memberikan sosialisasi yang memadai bagi petani tembakau Naogst karena jika tidak maka para petani akan terus merasakan
dampak
kerugian
yang
sangat
besar.
Pada umumnya para petani tidak bisa mengakses informasi pada umumnya para petani hanya pandai menanam dan selalu
berspekulasi sehingga banyak yang rugi dan tidak jarang ada yang merantau karena terlilit hutang ada petani yang
mengambil
jalan
pintas
meminum
racun
tembakau
sehingga
meninggal
dunia.
Pada umumnya para petani tidak bisa mengakses informasi apalagi mengenal tehnologi internet harusnya dinas terkait
yang perduli terhadap petani tembakau karena setiap tahun pada umumnya para petani hanya pandai menanam dan selalu
berspekulasi sehingga banyak yang rugi dan tidak jarang ada yang merantau karena terlilit hutang dan tidak bisa
membayarnya serta ada juga yang meminum racun tembakau sehingga meninggal dunia akibat tidak bisa membayar hutang
sehingga
memilih
jalan
pintas,
Minggu(05/04/2015).
Data yang berhasil dihimpun RRI, rencana pembelian tembakau oleh perusahaan di Jember akan turun drastic, bahkan
penurunan mencapai 40 persen. Karena itu, petani diminta untuk tidak menanam tembakau rakyat terlalu banyak karena bisa
tidak
terserap
perusahaan.
Hal ini diungkapkan Masykur, Kepala Dinas Perkebunan dan kehutanan Pemkab Jember. dari 20 perusahaan yang sudah
masuk, rencana pembelian tembakau tahun ini sekitar 3.100 ton saja. Padahal tahun lalu rencana pembelian tembakau
menembus
8.400
ton.
sehingga
rencana
pembelian
tahun
ini
merosot
hingga
40
persen.
Masykur mengakui tahun yang lau realisasi pembelian hanya sekitar 2450 ton, padahal produksi petani untuk tembakau
NaOogst Tanam Awal (NOTA) dan NaOogst tradisional mencapai 7896 ton. Sehingga membuat harga tembakau petani
jeblok.
"Selain itu juga ada beberapa faktor lain harga tembakau jeblok, diantaranya karena sebagian perusahaan masih memiliki
stok di gudang, selain itu permintaan pasar tembakau internsional juga menurun, Bahkan, bisa jadi karena banyaknya
perusahaan
yang
menanam
sendiri,Katanya.
Masykur juga menjamin penanaman tembakau yang bermitra dengan perusahaan akan aman. Dan akan terbeli sesuai dengan
kontrak.(KA/Ar3)
FACEBOOKTWITTERGOOGLE+LINKED IN

Sindonews.com - Setelah didemo ratusan petani tembakau menyusul harga tembakau


yang anjlok, Bupati MZA Djalal akhirnya bersedia turun tangan untuk ikut menentukan harga
tembakau.
Unjukrasa yang dilakukan asosiasi petani tembakau di Kantor Pemkab Jember itu berasal
dari 19 kecamatan se-Jember. Mereka menuntut agar ada perbaikan harga tembakau serta
desakan agar pabrikan bersedia melakukan pembelian tembakau sampai panen di tingkat
petani habis.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Kasturi (APTK) Jember Abdurrahman mengatakan, saat ini
harga tembakau kasturi hanya pihak dari PT Djarum yang berani membeli tembakau dengan
harga lumayan yakni sekitar Rp23 ribu terendah dan tertinggi sekitar Rp30 ribu per Kg.
Sementara pihak pabrikan lain seperti PT Gudang Garam dan PT Bentoel malah membeli
tembakau petani lebih rendah lagi. "Kita mendesak agar bupati ikut menentukan harga
tembakau petani yang dibeli pabrikan. Sebab harganya saat ini anjlok dan nampaknya
dipermainkan pabrikan," kata Abdurrahman, kemarin.
Dia juga mengatakan, dengan anjloknya harga tembakau saat ini sebenarnya tidak
sebanding dengan biaya perawatan tembakau. Tiap hektar, tahun lalu petani masih
membutuhkan biaya Rp28 juta dengan harga tembakau panen sekitar Rp47 ribu per Kg.
Namun saat ini petani merawat tembakau per hektar dengan biaya Rp38 juta dengan harga
panen tembakau kualitas bagus hanya Rp33 ribu per Kg.
"Kalau petani terus merugi seperti ini, maka warga Jember bisa lari keluar negeri jadi TKI
semua. Kalau harga tembakau anjlok, maka harga diri Jember dimana? Sebab Pemkab
Jember memakai lambang tembakau lho," katanya.
Hal yang sama juga disampaikan Wakil Ketua Asosiasi Petani Tembakau Kasturi Hendro
Handoko. Menurut dia, sebenarnya tembakau
yang ada saat ini nampaknya saja bertambah. Namun pertambahan tembakau itu justru
berada pada lahan swasta dan pengusaha tembakau yang mestinya tidak boleh menanam
lebih dari 5 hektar.
"Lahan tembakau milik petani sebenarnya tetap dan tidak bertambah. Data kami
menyebutkan, pengusaha seperti pak Wongso memiliki lahan sekitar seribu hektar
diatasnamakan belandangnya, ada juga Ah chen bahkan memiliki ratusan hektar ada di
Cumpedak dan Ledokombo," kata Hendro.
Dia mengatakan, saat ini banyak petani tembakau yang menjual tembakaunya dengan
harga murah karena ada ketakutan tidak terbeli. "Jadi kami minta penentuan harga oleh
Bupati jangan ditunda-tunda lagi, sebab ini menyangkut nasib perut petani. Kita juga minta
ada tranparansi penggunaan dana alokasi cukai di Jember seperti daerah lain," tandasnya.
Atas desakan itu, Bupati MZA Djalal kemudian menemui para perwakilan pendemo petani
tembakau di antaranya berasal dari asosiasi petani tembakau, HKTI maupun KTNA. "Saya
di belakang sampean para petani tembakau, jangan khawatir. Soal harga, memang saya
melihat ada yang tidak fair, tapi itu masih su'udhzon," kata Djalal.
Dari hasil dialog itu disepakati adanya dua keputusan yang akan dituangkan dalam surat
keputusan (SK) bupati. Pertama yakni SK penentuan harga tembakau yakni untuk kasturi

rata-rata kualitas bagus Rp40 ribu per Kg, sedangkan untuk tembakau rajang Rp35 ribu per
Kg.
Kedua, SK Bupati akan menentukan perombakan penentu harga yakni jika sebelumnya dari
pihak grider atau penentu harga dari pabrikan saja, maka sekarang penentu harga berasal
dari 3 perwakilan yakni pabrikan, pemerintah dan petani tembakau. "Secara teknis itu akan
diatur oleh Disperindag dan Dishutbun. Jadi, jurinya tembakau nanti akan ada 3 orang,"
katanya.

Anda mungkin juga menyukai