PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan berisi latar belakang, pertanyaan, tujuan, manfaat dan
metode penelitian serta sistematika penulisan dari laporan Peran Ruang
Terbuka Hijau Untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan Kecamatan Depok
Wilayah Selatan Kabupaten Sleman Yogyakarta.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab Tinjauan Teoritis berisi bahan pustaka berupa teori-teori yang
mendukung pembuatan laporan Peran Ruang Terbuka Hijau Untuk
Meningkatkan Kualitas Lingkungan Kecamatan Depok Wilayah Selatan
Kabupaten Sleman Yogyakarta. Teori-teori yang mendukung berupa teori
mengenai pemanasan global dan Ruang Terbuka Hijau yang didalamnya
terdapat pengertian, klasifikasi, tujuan, peranan dan manfaat Ruang Terbuka
Hijau serta. Selain itu akan dipaparkan grand theory sebagai landasan
pemikiran yaitu kesimpulan dari seluruh teori pendukung yang telah
dijelaskan.
BAB III TINJAUAN OBJEK STUDI
Bab Tinjauan Objek Studi berisi hasil observasi objek studi secara
langsung di lapangan terkait laporan Taman Vertikal sebagai Upaya
Menambah Ruang Terbuka Hijau di Sleman khususnya kecamatan Depok.
Dalam hal ini objek studi yang dipaparkan adalah Kecamatan Depok ,
Yogyakarta.
BAB IV ANALISIS
Bab Analisis berisi pengolahan data tinjauan pustaka dan data observasi
objek studi. Hasil olahan data tinjauan pustaka dan data observasi objek studi
menghasilkan Strategi solusi untuk laporan Peran Ruang Terbuka Hijau
Untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan Kecamatan Depok Wilayah Selatan
Kabupaten Sleman Yogyakarta.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab Kesimpulan dan Saran berisi kesimpulan dari analisis laporan Peran
Ruang Terbuka Hijau Untuk Meningkatkan Kualitas Lingkungan Kecamatan
Depok Wilayah Selatan Kabupaten Sleman Yogyakarta .
BAB II
TINJUAN TEORITIS
1.
Pemanasan Global
Pemanasan global atau global warming
merupakan suatu
fenomena dunia yang saat ini masih menjadi masalah serius , berbagai
hal terjadi akibat fenomena yang disebabkan oleh aktivitas manusia ini.
Dampak yang dapat dirasakan adalah meningkatnya suhu udara tiap
tahun nya dan pergeseran iklim yang terjadi khususnya di Indonesia.
Fenomena ini selalu menjadi problem di setiap generasi ke
generasi yang sampai saat ini belum menemukan solusinya. Karena itu,
penting untuk menyajikan bukti secara sadar untuk membahas dengan
jelas bahwa hal ini harus segera diatasi.
1.2
Sumber: http://nasimfauzi.blogspot.co.id/2013/03/pemanasan-global.html
Sektor industri merupakan penyumbang emisi karbon terbesar,
sedangkan sektor transportasi menempati posisi kedua. Menurut
Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (2003), konsumsi energi
bahan bakar fosil memakan sebanyak 70% dari total konsumsi energi,
sedangkan listrik menempati posisi kedua dengan memakan 10% dari
total konsumsi energi. Dengan demikian, peningkatan emisi karbon yang
di buang ke atmosfer dihasilkan dari gaya hidup dan jumlah penduduk.
1.3
Sumber:http://nasimfauzi.blogspot.co.id/2013/03/pemanasan-global.html
Efek rumah kaca disebut demikian karena kemiripannya dengan
apa yang terjadi dalam sebuah rumah kaca ketika matahari bersinar.
Panas Sinar matahari yang masuk kedalam ruangan dan terperangakap
sehingga suhu menjadi lebih tinggi dari pada di luar. Hal ini disebabkan
kaca menghambat sebagian panas yang keluar . Dengan kata lain kaca
berfungsi sebagai perangkap panas.
Di bumi ,efek rumah kaca dihasilkan oleh gas gas tertentu dalam
jumlah kecil di atmosfer. Gas tersebut disebut gas rumah kaca . Titik titik
air dan es di dalam awan dan partikel kecil lain juga menangkap panas.
Dengan demikian, partikel tersebut dapat berlaku seperti kaca dari
sebuah rumah kaca.
Dengan banyaknya pembangunan gedung berpelingkup kaca ini
akan berpeluang mendukung kerja efek rumah kaca ini. Sehingga bumi
ini seperti berada di antara dua cermin yang saling memantulkan sinar
matahari , sehingga panas yang seharusnya dilepaskan ke udara , akan
dibalikan ke permukaan dan seterusnya , sehingga suhu rata rata bumi
akan meningkat seiring berjalannya waktu.
1.4
Variabilitas Iklim
2.1
Pengertian
Variabilitas Iklim merupakan fluktuasi unsur iklim yang terjadi
secara tiba-tiba namun tidak berlangsung lama. Dimana Indonesia
terdapat variasi iklim musiman dan non-musiman . Variasi musiman di
Indonesia yang mempengaruhi curah hujan ialah sirkulasi muson, dimana
matahari berada pada bumi bagian selatan sehingga udara bergerak dari
tekanan tinggi(benua Asia) ke ketekanan terendah (Benua Australia) atau
biasa disebut muson barat laut, ini biasanya terjadi dibulan Oktober
sampai April.Sehingga Indonesia terjadi musim penghujan. Dimusim inilah
kota-kota besar di Indonesia biasanya mendapatkan ancaman rawan
bencana banjir.Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya bencana
ini , salah satunya berkurangnya ruang terbuka .Apa peran ruang
terbuka? Ruang terbuka berperan sebagai daerah resapan air ,tapi yang
terjadi adalah hampir tiap tahunnya diahli fungsikan menjadi bangunan
dengan pengerasan,sehingga jumlah air yang jatuh tidak sebanding
dengan kemampuan suatu daerah menyerap air menjadi salah satu faktor
penyebab banjir.
Sedangkan muson timur terjadi pada bulan April sampai Oktober ,
Angin ini akan memberikan dampak kemarau bagi Indonesia dikarenakan
matahari berada di bumi bagian utara , sehingga angin bergerak dari
8
Nama Pohon
Trembesi
Cassia
Kenanga
Pingku
Flamboyan
Beringin
Sawo kecik
Krey
payung
Tanjung
Matoa
Bunga merak
Mahoni
Sempur
Saga
Khaya
Bungur
Merbau pantai
Jati
Akasia
Nangka
Angsana
Johar kranji
Asam
Sirsak
Saputangan
Puspa
Dadap merah
Akasia
Rambutan
Nama Latin
Samanea saman
Cassia sp
Canangium odoratum
Dyxoxylum
excelsum
Delonix regia
Ficus
benyamina
Maniilkara kauki
Fellicium
Mimusopsdecipiens
elengi
Pometia
pinnata
Caesalpinia
pulcherrima
Swettiana
mahagoni
Dilenia retusa
Adenanthera
pavoniana
Khaya anthotheca
Lagerstroemia
Intsia bijuga speciosa
Tectona
grandis
Acacia mangium
Arthocarpus
Pterocarpus heterophyllus
indicus
Cassia
grandisdulce
Pithecelobium
Annona
Maniltoamuricata
grandiflora
10
Schima
Erythrinawallichii
cristagalli
Acacia
auriculiformis
Nephelium
lappaceum
Daya Serap
28.488,39 kg/tahun
5.295,47 kg/tahun
756,59 kg/tahun
720,49
kg/tahun
42,20 kg/tahun
535,90
kg/tahun
36,19 kg/tahun
404,83
kg/tahun
34,29 kg/tahun
329,76
kg/tahun
30,95 kg/tahun
295,73
kg/tahun
24,24 kg/tahun
221,18
kg/tahun
21,90 kg/tahun
160,14
kg/tahun
19,25 kg/tahun
135,27
kg/tahun
19,25 kg/tahun
126,51
kg/tahun
15,19 kg/tahun
116,25
kg/tahun
8,48 kg/tahun
75,29
kg/tahun
8,26 kg/tahun
63,31
kg/tahun
4,55 kg/tahun
48,68
kg/tahun
2,19 kg/tahun
30
31
Asam
Kempas
Tamarindus indica
Coompasia excelsa
1,49 kg/tahun
0,20 kg/tahun
11
4.
Ruang Terbuka
Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat
baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak
langsung dalam kurun waktu tidak tertentu. Dalam bahasa arsitektur,
12
ruang terbuka yang telah berwujud fisik ini sering juga disebut sebagai
ruang publik, sebutan yang sekali lagi menekankan aspek
aksesibilitasnya.
Stephen Carr dalam bukunya Public Space, ruang publik harus
bersifat responsif, demokratis, dan bermakna. Ruang publik yang
responsive artinya dapat digunakan untuk beberapa macam kegiatan .
Secara demokratis berarti dapat dimanfaatkan masyarakat umum tanpa
adanya pengkotak kotakan social, ekonomi, budaya dan usia.
Sebagai wahana interaksi sosial, ruang terbuka diharapkan dapat
berfungsi sebagai ruang berkumpul seluruh anggota masyarakat tanpa
membedakan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya. Sehingga
secara gamblang dapat mengurangi kesenjangan sosial di kota kota
besar akibat salah satunya wilayah selatan Sleman yang diketahui
merupakan sector perekonomian berdirinya bangunan seperti mall , hotel,
perkantoran,dsb membuat adanya kesenjangan soisal yang sangat tinggi.
Ruang terbuka atau ruang-ruang publik dilihat dari bentuk fisiknya
dapat berupa Ruang Terbuka Hijau.
13
4.1
4.2
14
4.3
16
permukaan tanah akibat tidak adanya resapan air yang baik , serta
suasana kota yang menjadigersang akibat tidak adanya penghijauan.
Banyak bentuk dan cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
hadirnya RTH di Sleman, seperti :
Taman Kota
Menurut Laurie (1986:9), dalam bukunya mengenai arsitektur
Pertamanan, taman adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan
untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan.
Kota adalah tempat berlangsungnya proses hidup dan kehidupan
atau sebagai tempat berlangsungnya aktifitas manusia (Setiyaningrum,
Diyah,2002:4).
Dari pengertian diatas , maka Taman kota adalah ruang terbuka
yang hadir di lingkungan perkotaan dalam skala besar dimana terdapat
vegetasi didalam ruang sebagai pembentuk ruang dan terjadi sebuah
aktivitas sosial.
Gambar 2.4.1Taman Denggung Kota Sleman
o
o
17
Sumber : https://sagacitymedan.wordpress.com/2011/08/02/greenspace-in-town/
Peran jalur hijau di perkotaan adalah sebagai payung peneduh ,
penghijauan, penyaring kebisingan dan sebagai penangkap emisi
gas karbon dioksida.
Halam Rumah
Perumahan yang terletak di kota besar biasanya tidak memiliki
ruang untuk membentuk sebuah taman , salah satunya adalah
pemukiman di kota sleman. Salah satu cara agar penghijauan
tetap ada dan terealisasikan dihunian atau bangunan bertingkat
adalah dengan membuat sebuah roof top garden atau urban roof
top garden atau tanaman yang ditempatkan di pot pot
18
19
Urban roof top garden memiliki kesamaan dengan roof top garden
pada umumnya, perbedaannya hanyalah pada tempat tanaman itu
tumbuh . Metode ini dilakukan pada bangunan tinggi yang struktur
atasnya tidak sesuai standard , sehingga cara ini efesien untuk
menghadirkan RTH.
20
21
22
BAB 3
TINJAUAN OBYEK STUDI
1. Kabupaten Sleman
Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33
00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang
Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten
Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan
dengan Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung
Kidul, Propinsi D.I.Yogyakarta.
Laju perkembangan suatu daerah biasanya dipengaruhi oleh
pertambahan penduduk sebagai akibat daya tarik atau nilai jual daerah
tersebut. Pertumbuhan penduduk yang pesat juga akan diikuti dengan
pertumbuhan infrastruktur yang tinggi pula untuk mengakomodasi semua
kebutuhan. Salah satu dampak yang timbul adalah terjadinya perubahan
fisik, khususnya penggunaan lahan, sosial dan ekonomi, sebagai jawaban
atas tuntutan kebutuhan permukiman, sarana dan prasarana
usaha/perekonomian. Begitu pula yang terjadi di Sleman. Kabupaten
yang terletak di utara DIY ini memiliki intensitas kegiatan ekonomi,
pendidikan, dan perumahan yang tinggi. Tanpa pengaturan ruang yang
sistematis perubahan tersebut akan memunculkan kesenjangan sosial.
Untuk itu Kabupaten Sleman menerbitkan Perda No12 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.Tujuan Perda ini adalah untuk
mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Sleman yang memenuhi
kebutuhan pembangunan berwawasan lingkungan, dan sebagai
pengontrol pertumbuhan pembangunan..
4. Wilayah Barat
Meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan, dan Moyudan,
merupakan daerah pertanian lahan basah yang tersedia cukup air dan
sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong, bambu, serta
gerabah.
24
Wilayah
Selatan
Sumber: http://sleman-yogyakarta.blogspot.co.id/p/peta-peta.html
25
2.
Banyaknya
Luas
(Ha)
Desa Dusun
Jml
Penduduk
Kepadatan
(jiwa)
(Km2)
No
Kecamatan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Moyudan
65
2.762
33.595
1,216
Godean
57
2.684
57.245
2,133
Minggir
68
2.727
34.562
1,267
Gamping
59
2.925
65.789
2,249
Seyegan
67
2.663
42.151
1,583
Sleman
83
3.132
55.549
1,774
Ngaglik
87
3.852
65.927
1,712
Mlati
74
2.852
67.037
2,351
Tempel
98
3.249
46.386
1,428
10
Turi
54
4.309
32.544
0,755
11
Prambanan
68
4.135
44.003
1,064
12
Kalasan
80
3.584
54.621
1,524
13
Berbah
58
2.299
40.226
1,750
14
Ngemplak
82
3.571
44.382
1,243
15
Pakem
61
4.384
30.713
0,701
16
Depok
58
3.555
109.092
3,069
17
Cangkringan
73
4.799
26.354
0,549
Jumlah
86
1.212
57.482
850.176
1,479
Sumber : http://www.slemankab.go.id/profil-kabupatensleman/geografi/letak-dan-luas-wilayah
26
27
BAB IV
ANALISIS
Laju perkembangan suatu daerah biasanya dipengaruhi oleh
pertambahan penduduk sebagai akibat daya tarik atau nilai jual daerah tersebut.
Pertumbuhan penduduk yang pesat juga akan diikuti dengan pertumbuhan
infrastruktur yang tinggi pula untuk mengakomodasi semua kebutuhan. Salah
satu dampak yang timbul adalah terjadinya perubahan fisik, khususnya
penggunaan lahan, sosial dan ekonomi. Begitu pula yang terjadi di kabupaten
Sleman yang merupakan daerah perekonomian.
Wilayah selatan kabupaten Sleman merupakan sektor berdirinya kegiatan
perekonomian yang mencakup Kecamatan Depok, beberapa bagian Kecamatan
Gamping, Godean, Mlati, Ngaglik dan Kecamatan Ngemplak . Dimana diwilayah
ini merupakan Kawasan permukiman perkotaan, kepadatan penduduk diarahkan
untuk tinggi. Hal ini menyembabkan terjadi pembangunan besar besaran ,
sebagai contoh Hartono mall, Sahid Jogja Life Style, Lippo Mall dsb yang
sebagian besar berada di Kecamatan Depok. Hal ini dikhawatir timbulnya
masalah lingkungan dan cuaca ekstrim yang disebabkan oleh pemanasan global
seperti, meningkatnya suhu udara dan banjir khususnya.
Menanggapi masalah yang timbul , solusi strategi mengoptimalkan
potensi ruang terbuka hijau yang dapat ditawarkan adalah memberikan jalur hijau
di depan bangunan pinggir jalan raya atau di jalur utama yang kapasitas
kendaraannya tinggi atau pemberian tanaman vertikal di fasad bangunan,
pemberian pengerasan sebisa mungkin memiliki pori pori yang berguna untuk
meresapnya air ke bawah tanah (biopori) Dan membangun taman kota yang
terletak sedekat mungkin dengan pusat kota yang tersebar secara merata, selain
sebagai pemecah masalah pemanasan global , ruang terbuka ini juga sebagai
tempat berkumpulnya masyarakat Sleman.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
29
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Sri Sutarni. "Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Kota
Tengah Gorontalo." Jurnal Radial STITEK Bina Taruna Gorontalo, 2014:
1-7.
Foley, Gerald. Pemanasan Global. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993.
Frick, Heinz. Arsitektur Ekologis Konsep Arsitektur Ekologis Pada Iklim Tropis,
Penghijauan Kota dan Kota Ekologis, Serta Energi Terbarukan.
Yogyakarta: Kanisius, 2006.
Hakim, Rustam. Ruang Terbuka dan Ruang Terbuka Hijau. July 4, 2013.
Rustam2000.wordpress.com (accessed Oktober 26, 2015).
Karyono, Tri Harso. Green Architecture : Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau
di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Laurie, Michael. Arsitektur Pertamanan. Bandung: Intermatra, 1986.
Madanipour, Ali. Designof Urban Space. Chichester: John & Sons Ltd, 1996.
Nazaruddin. Penghijauan kota. Jakarta: Penebar Swadaya, 1994.
Persada, Gading. Ruang Terbuka Hijau Kota Jogja Masih di Bawah Standar.
November 2014, 6 . berita.suaramerdeka.com (accessed Oktober 2015,
26).
Rahayu, Sungkawati Budi . Kependudukan KB dan Masyarakat. Mei 24, 2013.
https://sungkablog.wordpress.com/2013/05/24/jurnal-proyeksi-penduduksebagai-informasi-perencanaan-pembangunan-di-masa-mendatang-dikabupaten-sleman/ (accessed Desember 5, 2015).
Salim, Emil. Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Jakarta: C.V Mutiara, 1979.
Setiyaningrum, Diyah. Pola Penyebaran Taman Kota di Semarang. Semarang:
Perpustakaan UNNES., 2002.
Sunaryo, Rony Gunawan. "Penataan Ruang Publik Yang Memadukan Pola
Aktivitas Dengan Perbuabahan Fisik Kawasan ." Bandung: Program
Magister Arsitektur, 2002: 1-18.
30