Anda di halaman 1dari 19

BAB III

PERSYARATAN TUMBUH JENIS

A. Daerah Sebaran
Sengon merupakan tanaman asli Indonesia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan
Australia (Soerianegara dan Lemmens 1993). Tegakan alam sengon di Indonesia ditemukan
tersebar di bagian timur (Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua) dan di perkebunan di Jawa
(Martawijaya dkk. 1989). Di Maluku, tegakan sengon alam dapat ditemukan di Pulau Taliabu,
Mangolle, Sasan, Obi, Bacan, Halmahera, Seram dan Buru. Di Papua, sengon alam ditemukan di
Sorong, Manokwari, Kebar, Biak, Serui, Nabire dan Wamena. Selain itu, sengon juga ditanam di
Jawa (Martawijaya dkk. 1989) (Gambar 5 dan 6). Saat ini, sengon sudah banyak ditanam di
negaranegara tropis termasuk Brunei, Kamboja, Kamerun Kepulauan Cook, Fiji, Polinesia
Perancis, Jepang, Kiribati, Laos, Malaysia, Kepulauan Marshall, Myanmar, Kaledonia Baru,
Pulau Norfolk, Filipina, Samoa, Thailand, Tonga, Amerika Serikat, Vanuatu dan Vietnam (Orwa
dkk. 2009).
B. Iklim
Kondisi iklim untuk tanaman Sengon, dimana Ketinggian tempat yang optimal untuk
tanaman sengon antara 0 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat
tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman
tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 27 C.
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat
nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan
pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah
hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak
terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 4000 mm.
Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap
kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan
kelembaban sekitar 50%-75%.
C. Tanah
Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) dapat tumbuh baik pada tanah regosol,
aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman
tanah sekitar pH 6-7. Sengon (Paraserianthes falcataria) termasuk jenis tanaman tropis.
D. Topografi
Kondisi lingkungan tapak tumbuh, ketinggian tempat untuk tanaman Sengon
(Paraserianthes falcataria) antara 0 800 m dpl. Walapun demikian tanaman Sengon
(Paraserianthes falcataria) ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas
permukaan laut.
BAB IV
KONDISI LAHAN PEMBANGUNAN HUTAN

3.1. Letak dan Luas Lokasi


Desa Batu Gajah merupakan Desa yang terletak pada wilayah Kecamatan Bunguran Timur
Kabupaten Natuna. Desa Batu Gajah memiliki luas 6.700 ha. Adapun batas-batas wilayah Desa
Batu Gajah adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sungai Ulu
1. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cemaga Utara
2. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sungai Ulu
3. Sebelah Timur berbatasan dengan pantai
Desa Batu Gajah merupakan desa yang terletak di Kecamatan Bunguran Timur merupakan
Desa hasil pemekaran dari Desa Sungai Ulu Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna.
3.2. Tofografi dan Tanah
Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan bergunung
batu. dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai. Ketinggian wilayah antara
kecamatan cukup beragam, yaitu berkisar antara 3 sampai dengan 959 meter dari permukaan laut
dengan kemiringan antara 2 sampai 5 meter. Pada umumnya struktur tanah terdiri dari tanah
podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit, dan alluvial
serta tanah organosol dan gley humus.
3.3. Iklim
Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Musim kemarau
biasanya terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. Curah hujan rata-rata berkisar 137,6
milimeter dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 83,17 persen dan temperatur berkisar 27,10
celcius.
Sumber : Data BPS Natuna 2009
BAB V
PENGADAAN BIBIT DAN PEMBANGUNAN PERSEMAIAN

A. Persyaratan Membuat Persemaian


Keberhasilan persemaian benih sengon (Paraserianthes falcataria) ditentukan
oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa
persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :
1.
Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan
maksimum 5 %
2.
Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh
sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
3.
Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh
tanah liat.

Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari


kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun
persemaian yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai,
antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi
tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan.
4.

B. Bahan-bahan dan Peralatan


Bahan-Bahan dan Peralatan Yang Diperlukan Dalam Pembuatan Pembangunan
Persemaian :
a. Bahan yang di perlukan antara lain :
1. Pasir yang baik dan telah distreilkan untuk medium penaburan benih
2. Bedengan/bak , diberi naungan (atap).
3. Bedengan sapih,diberi naungan,terutama untuk melindungi, semai-semai dari teriknya sinar
matahari di siang hari dan hujan yang deras.
4. Kantong plastik /container yang bagian bawah telah diberi lubang-lubang.
5. Tanah yang baik, yang artinya dicampur dengan pupuk TPS untuk pengisian kantong plastik
sebagai media sapih.
6. Pupuk TSP dan NPK.
7. Seng atau tripleks untuk label.
8. Fungisida dan Pestisida
9. Bahan untuk pemagaran persemaian, antara lain kawat berduri, dan kayu atau bambu, tali
serta bibit/semai/stek batang , jenis tanaman pagar.
b. Peralatan/bangunan yang disiapkn antara lain :
1. Peralatan/bangunan untuk pangairan antara lain : parit/saluran pangairan,bak penampung air
gembor( dan kemungkinan perlu pompa air lengkap dengan peralatannya).
2. Alat menyemprot fungisida/ dan pestisida yaitu spayer.
3. Alat-alat kerja : cangkul, sabit, ganco, gergaji, linggis.
4. Alat pengukuran : meteran/roll meter, kompas.
5. alat pencatat yang diperlukan
6. kantor, barak kerja, rumah jaga.
Tenaga kerja yang perlu disiapkan baik tenaga harian,borongan maupun tetap
yang jumlah disesuaikan setiap jenis kegiatan/pekerjaan. Tenaga kerja tetap/harian
tetap sebagai kegaiatan di persemaian sejak pekerjaan penaburan benih sampai
dengan pemeliharaan semai di bedengan sapih, terutama tenaga pengawasan
(mandor) perlu dipilih yang kualitasnya baik, yaitu berpengalaman dan trampil di bidang
persemaian.
C. Pengadaan Benih
1. Sumber dan Kualitas Benih
Benih yang diguanakan adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat
genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit
dengan ciri-ciri penampakan benih sengon sebagai berikut, Kulit bersih berwarna coklat tua , ukuran
benih maksimum, tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan bentuk benih masih utuh.

Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan
memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika
lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
Kebutuhan BenihJumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami adalah :
Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)
Jarak tanam 3 x 2 meter
Satu lubang satu bibit sengon
Satu kilogram benih berisi 40.000 butir
Daya tumbuh 60 %
Tingkat kematian selama di persemaian 15 %
Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan memperhitungkan
daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan
operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih
sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.

2. Penaburan Benih
Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal
dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan
bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat
membentuk tegakan yang berkualitas.
Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut :
1. Benih
2. Bedeng tabur/bedeng kecambah
3. Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1, Kemudian semprotkan media semai dengan larutan
pupuk hayati MiG-6PLUS (10ml MiG-6PLUS : 1 liter air) merata pada permukaan media semai. Biarkan
selama 3 hari, Kemudian benih siap di tabor. Peralatan penyiraman ,tersedianya air yang cukup.
Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia dengan ukuran
bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm.. kemudian bedeng tabur disi
dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk
menghindari timbulnya penyakit pada kecambah.
Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna
mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal. Penaburaan
dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan.

3. Penyapihan
Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah :
1. Siapkan kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 4 lubang pada bagian
sisi-sisinya.
2. Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).Jika tanah
cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.
3. Setelah media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasitk setinggi
bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong diberi satu batang kecambah.
4. Kemudian semprotkan media di polybag dengan larutan pupuk hayati MiG-6PLUS (10ml MiG-6PLUS : 1
liter air) merata pada permukaan. Biarkan selama 3 hari Kemudian tanam kecambah. Ulangi setiap 10
14 hari sekali sampai tanaman siap untuk di tanam di lahan (pada usia 6 bulan).

5. Kantong plastik yang telah berisi anakan, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap jerami atau
daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik matahari.
6. Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak untuk ditanam di lapangan
perlu dilakukan pemeliharaan secara intensip.
permudaan generatif diperoleh dari anakan alami yang cukup melimpah, sedangkan permudaan
vegetatif diperoleh dari trubusan pohon yang telah ditebang. Permudaan yang berasal dari anakan alami
yang berupa cabutan biasanya digunakan untuk menambah jumlah tanaman yang ditanam sebagai
kewajiban petani setelah menebang dan untuk menyulam tanaman yang gagal, sedangkan permudaan
yang berasal dari trubusan biasanya digunakan untuk mengganti pohon yang telah ditebang pada hutan
rakyat bentuk tumpangsari. Permudaan yang berasal dari cabutan tidak membutuhkan kriteria khusus,
dengan demikian bibit diambil dari anakan alami dengan ukuran kurang lebih 30 cm, kemudian langsung
ditanam pada lubang tanaman yang telah disiapkan

4. Pemeliharaan Bibit
Pembuatan Naungan

bahan naungan bergantung kepada biaya yang tersedia, kemudahan memperolah


bahan dan berat ringannya naungan yang dibutuhkan, dapat dipakai sebagai atap
antara lain :
1. Kasa plastik
2. Atap plastik/sarlon
3. Alang-alang
4. Daun kelapa atau daun sagu
Naungan yang dipakai adalah tanaman yang tumbuh atau ditanam terpancar di dalam
persemaian. Untuk mengurangi tingkat naungannya. Biasanya daun-daun atau cabangcabangnya dipangkas atau pohonnya beberapa ditebang. Tinggi atap naungan
biasanya 150 cm dari tanah atau bak untuk bagian yang rendah (sebalah barat) dan
175 cm untuk bagian yang tinggi (sebelah timur), agar orang lebih leluasa bekerja
dibawahnya. Agar atap naungan itu mudah dibuka dan ditutup lagi, sebaiknya atap tidak
dilekatkan mati pada tiang-tiang penyangga.
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut : Penyiraman,
penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada semai / bibit. Penyiraman
dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada
kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit
baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.
Pemupukan, pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Adapun pembuatan larutan "gir:
sebagai berikut :
Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang. Tambahkan air sampai volumenya
bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan setelah itu
digunakan untuk pemupukan.
Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70
125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.

Anakan di persemaian sering terkena lodoh yang disebabkan oleh Rhizoctonia, Sclerotium,
Fusarium, Pythium dan Phitophthora. Untuk mengatasinya, tanah disterilkan dan diberi fungisida
sebelum benih ditabur.

BAB VI
PEMBUATAN TANAMAN

A. Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan merupakan usaha petani dalam menyiapkan lokasi untuk
kegiatan penanaman. Kegiatan persiapan lahan ini biasanya bersamaan waktunya dengan
kegiatan persiapan lahan untuk tanaman pertanian. Kegiatan persiapan lahan biasanya dilakukan
pada bulan Agustus dan September, karena pada bulan-bulan tersebut belum turun hujan.
Lamanya kegiatan persiapan lahan tergantung pada kondisi masing-masing petani yaitu
berdasarkan luas kepemilikan lahan, dan ada/ tidaknya tenaga kerja yang cukup.
Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama dalam mekanisme kerja kelompok. Dengan
menggunakan mekanisme kerja kelompok kegiatan persiapan lahan tersebut dapat dikerjakan
dalam waktu 1-2 hari untuk tiap kepemilikan lahan. Kegiatan persiapan lahan terdiri atas
kegiatan pengolahan tanah, pemasangan acir, pembuatan lubang tanaman, dan pemberian pupuk.
Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul dan menggemburkan tanah dalam rangka
mempersiapkan lahan garapan untuk penanaman tanaman semusim. Penggemburan tanah
dilakukan dengan membalikkan tanah, pendangiran tanah dan pemberian pupuk. Biasanya pupuk
yang digunakan adalah pupuk kandang.
Jumlah pupuk kandang yang dicampurkan dengan tanah disesuaikan dengan kebutuhan.
Pengolahan tanah dan pemberian pupuk kandang biasanya dilakukan sebelum turun hujan agar
pekerjaan menjadi relatif lebih ringan karena kondisi pupuk kering sehingga mempermudah
pengangkutan ke lokasi penanaman.
Untuk penyiapan lahan tanaman berkayu dilakukan pemasangan acir, pembuatan lubang
tanaman dan pemberian pupuk kandang atau kompos. Pembuatan lubang tanaman dilakukan
dengan jarak tanam (4mx4m) atau 2m x lebar bidang olah teras untuk bentuk tumpangsari, dan
(2x2) m untuk lahan yang menggunakan bentuk hutan murni.
Pemasangan acir dilakukan dengan menggunakan acir yang terbuat dari bambu atau
ranting cabang yang dapat diperoleh di sekitar lahan yang sedang disiapkan. Panjang acir 1,5 m
dengan bagian yang ditanam sedalam 0,5 m. Untuk lubang tanaman dibuat dengan ukuran
(20x20x30) cm. Setelah lubang tanaman siap kemudian diberi pupuk kandang ke dalam setiap
lubang sebanyak 1-2 kg. Kegiatan ini juga membutuhkan waktu kurang lebih 1-3 hari jika

dikerjakan secara kelompok. Setelah semua kegiatan selesai, lahan dibiarkan sampai turun hujan,
baru lahan mulai ditanami.
B. Penanaman
Kegiatan penanaman tanaman tahunan biasanya dilakukan bersamaan dengan penanaman
tanaman semusim, yaitu pada saat hujan turun pertama kali sekitar awal bulan Oktober. Lama
kegiatan ini juga tergantung dari besarnya volume pekerjaan, akan tetapi biasanya kegiatan ini
dilakkan dalam bentuk kerja kelompok sehingga hanya membutuhkan waktu 1-2 hari untuk
menyelesaikannya. Kegiatan penanaman dilakukan pada awal musim penghujan dengan harapan
tanaman tahunan dan tanaman semusim mendapatkan air yang cukup. Penanaman pada hutan
rakyat sengon ini dilakukan pada sore hari bersama-sama dengan masyarakat yang terlibat dalam
HTR ini.
Selain ditanam tanaman sengon juga ditanam tanaman semusim tumpangsari yakni, Padi
(Gogo Rancah), Jagung, Kacang, Kedelai, Ketela Pohon, dan rumput-rumputan. Tanaman ini
ditanam dengan berbagi tujuan diantaranya (1) untuk menutup biaya pemeliharaan (upah penjaga
kebun dan Iama-lama), (2) tumpangsari intensif (dengan penyiraman sprinkle, pemupukan dan
penyiangan gulma secara teratur) sangat membantu pertumbuhan tanaman jati sehingga
mendekati jati yang ditanam pada areal yang memenuhi syarat tumbuh ideal (3) tanaman
tumpangsari bisa menghilangkan rasa jenuh bagi masyarakat yang terlibat dalam hutan rakyat (4)
memberi pendapatan jangka pendek kepada perusahaan (5) bisa memberi gaji bulanan kepada
penggarap.
Jarak tanam yang ideal untuk adalah jarak tanaman pokok (sengon) 4 x 1 m dan jarak 2 m
diantara tanaman pokok tersebut dapat ditanami tanaman sela. Penamam dilakukan dengan arah
larikan dari timur ke barat, hal tersebut dilakukan agar sinar matahari dapat menerobos masuk
sepanjang hari sesuai dengan arah peredaran matahari dari timur ke barat.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa tinggi dari tanaman sela tidak boleh lebih
tinggi dari tanaman pokok karena akan menghambat pertumbuhan tanaman pokok. Idealnya
penanaman tanaman sela sebaiknya ditanam setelah tanaman pokok berusia 1 tahun sehingga
tinggi tanaman pokok telah lebih dari 1 m. Ketersediaan nutrisi tanah juga mempunyai peranan
yang penting, sehingga pemupukan harus rutin dilakukan untuk menjamin tercukupinya
kebutuhan nutrisi dari tanaman pokok dan tanaman sela. Pemupukan untuk tanaman pokok
sebaiknya dilakukan mulai saat membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat 1 bulan sebelum
penanaman dengan ukuran lubang 40 x 40 x 40 cm. Aplikasi pupuk dilakukan dengan
mencampur 2 kg kompos dan 2 ons pupuk kimia (Urea, TSP, NPK, KCL) untuk tiap-tiap lubang
tanam. Pemupukan lanjutan dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
Selain pemupukan, tanaman pokok perlu dilakukan perawatan diantaranya prunning
(pemangkasan cabang). Pemangkasan ini harus rutin dilakukan agar batang tanaman pokok tidak
bercabang. Penanaman susulan untuk mengganti tanaman yang mati dapat dilakukan sampai
umur tanaman pokok berusia 2 tahun. Pada umur 3-4 tahun dilakukan tebang penjarangan sekitar
50% dari populasi. Hal tesebut dilakukan untuk menjaga kerapatan sehingga pertumbuhan
sengon dapat optimal. Tebang penjarangan dapat dilakukan secara selektif pada pohon yang
memiliki pertumbuhan kurang baik dan memiliki cacat batang. Pemanenan sengon dilakukan
saat umur sengon tersebut usia 6 tahun dengan estimasi diameter batang sebesar 30 cm.
Ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian
ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit

dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman. Agar bibit tidak rusak maka dalam
pengangkutan bibit menggunakan truk dengan di siapkan rak-rak dalam truck kemudian bibit di
masukan dalam rak tersebut untuk di angkut. Penanaman di lakukan dengan plances Penanaman
dengan plances dilakukan dengan membuka kantong plastiknya lebih dulu agar akar
tunggangnya tidak terganggu .
Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan kelapangan,
maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit

yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam
sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip
guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit
mempunyai kualitas bagus.
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan
benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman
sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak
menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik
sebagai berikut, Kulit bersih berwarna coklat tua, Ukuran benih maksimum, Tenggelam dalam
air ketika benih direndam, dan Bentuk benih masih utuh.
C. Pemeliharaan
Tujuan pemeliharaan ini adalah untuk mendapatkan hasil yang maksimal, cara-cara yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pemupukan
Kegiatan pemupukan dilakukan pada bulan Maret, bersamaan dengan kegiatan
penanaman tanaman palawija berupa kacang tanah. Pada saat penanaman kacang tanah tersebut
dilakukan pendangiran tanah yang dilanjutkan dengan pemupukan. Setelah pemupukan tanaman
kacang selesai kemudian dilakukan pemupukan terhadap tanaman tahunan dengan menggunakan
pupuk kandang atau dengan pupuk kompos yang berasal dari daun-daunan yang ada di lahan
tersebut. Jumlah pupuk kandang yang diberikan disesuaikan juga dengan kebutuhan. Lama
waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kegiatan pemupukan ini biasanya 1-2 hari untuk
tiap kepemilikan lahan, bila melalui mekanisme kerja kelompok.
Pemupukan untuk tanaman pokok sebaiknya dilakukan mulai saat membuat lubang
tanam. Lubang tanam dibuat 1 bulan sebelum penanaman dengan ukuran lubang 40 x 40 x 40
cm. Aplikasi pupuk dilakukan dengan mencampur 2 kg kompos dan 2 ons pupuk kimia (Urea,
TSP, NPK, KCL) untuk tiap-tiap lubang tanam. Pemupukan lanjutan dapat dilakukan sesuai
kebutuhan.
2. Kegiatan penjarangan
Kegiatan penjarangan juga bersifat kondisional karena penjarangan baru dilakukan bila
pemangkasan cabang ( Prunning ) dirasa tidak dapat mengatasi/mengurangi naungan. Di
samping itu kegiatan penjarangan berguna untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih baik
terhadap tegakan tinggal sehingga pertumbuhannya dapat optimal. Kegiatan penjarangan
dilakukan setelah tanaman tahunan berumur 5-10 tahun, di mana pada saat itu tanaman kayu
sudah menaungi tanaman pertanian. Kegiatan penjarangan dilakukan petani secara perorangan
(individual) dengan sepengetahuan kelompok tani, karena setiap penebangan pohon baik untuk
pemanenan maupun penjarangan harus sepengetahuan kelompok. Penjarangan yang dilakukan

adalah penjarangan bawah karena pohon yang dijarangi adalah pohon-pohon yang
pertumbuhannya jelek dan tertekan ( inferior ), sedangkan intensitas penjarangan disesuaikan
dengan kebutuhan. Kayu hasil kegiatan penjarangan juga dapat digunakan sebagai sumber
pendapatan antara bagi petani hutan rakyat.
3. Pemberantasan hama dan dan penyakit dan usaha pencegahan
4. Pengendalian api dan kebakaran
Sebagai upaya untuk menghindari terjadinya kebakaran hutan dapat dilaksanakan kegiatan
berikut :
Pembuatan sekat bakar, jalan pemeriksaan yang merupakan batas blok.
Pembuatan sekat bakar jalur hijau berupa tanaman yang tahan api yang mengelilingi batas petak
tanaman selebar 20 m.
Pembuatan sistem komunikasi yang mampu menjangkau selruh areal tanaman dan sekitarnya.
Penyuluhan kepala masyarakat tentang pencegahan kebakaran dan menjaga keamanan hutan.
Pembuatan papan pengumuman untuk mencegah tindakan tindakan yang tidak bertanggung
jawab
5. Penyiangan dan pendangiran
Kegiatan penyiangan dilakukan pada bulan Juni-Juli setelah kegiatan panen kacang tanah
dan ketela pohon. Penyiangan dilakukan dengan tujuan membersihkan lahan dari gulma, rumput
dan tanaman penggangu lainnya. Bersamaan dengan kegiatan itu, dilakukan pula pembersihan
lahan dari sisa-sisa hasil panenan. Hasil kegiatan itu merupakan sumber tambahan untuk
mendapatkan hijauan makanan ternak. Hasil kegiatan penyiangan berupa rumput-rumputan dan
batang tanaman kacang dapat digunakan untuk hijauan makanan ternak apalagi pada bulan JuniJuli adalah bulan-bulan kering dimana produksi rumput untuk pakan ternak sangat kurang. Bagi
tanaman tahunan kegiatan penyiangan dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman pengganggu
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengurangi kompetisi dengan tanaman
pengganggu dalam memperoleh air, unsur hara, dan cahaya matahari.Kegiatan penyiangan ini
dilakukan secara perorangan (individual) setiap hari pada bulan Juni-Juli, karena pada saat itu
petani tidak memiliki waktu yang relatif senggang. Kegiatan tersebut dapat juga dilakukan secara
kelompok jika memang volume pekerjaannya relatif besar.
Pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk
memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Kegiatan pendangiran
dilakukan pada saat petani tidak terlibat dalam kegiatan pengelolaan tanaman semusim. Lama
waktu pelaksanaan kagiatan ini biasanya 1-2 hari untuk tiap kepemilikan lahan. Pendangiran
tanah dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tercipta kondisi aerasi dan
drainase tanah yang baik.
6. Penyulaman
Penyulaman yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik,
penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan
pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan
bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai
pemeliharaan yang intensif.penyulaman tanaman dikerjakan sekitar bulan Desember-Januari,
pada saat hujan masih turun sehingga tanaman hasil sulaman memiliki kesempatan untuk
mendapatkan air. Bibit tanaman untuk penyulaman berasal dari cabutan anakan alami yang
terdapat di sekitar areal hutan rakyat.

7. Pemangkasan Cabang ( Prunning )


Kegiatan pemangkasan cabang biasanya bersifat kondisional karena tanaman tahunan sudah
cukup besar sehingga menaungi tanaman pertanian sehingga mengganggu produktivitas tanaman
pertanian. Kegiatan prunning dilakukan secara periodik pada bulan Juni-Juli, setelah tanaman
kayu berusia kurang lebih 5 tahun, sedangkan intensitasnya tergantung dari kebutuhan. Jika
naungan dirasa berat maka intensitasnya tinggi demikian pula sebaliknya. Jika naungan tidak
dapat dikurangi lagi dengan prunning maka perlu dilakukan penjarangan. Kegiatan prunning,
biasanya dilakukan secara perorangan (individual) oleh petani dan bersamaan dengan kegiatan
penyiangan. Jadi sambil mencari HMT petani juga mencari kayu bakar melalui kegiatan ini
untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dan kebutuhan energi rumah tangganya. Lama kegiatan
ini tidak bisa ditentukan biasanya tiap hari pada saat petani memiliki waktu luang. Hasil dari
kegiatan prunning yang berupa cabang dan ranting kayu digunakan oleh petani untuk memenuhi
kebutuhan energi berupa kayu bakar, sedangkan hasil kegiatan prunning yang berupa daundaunan terutama untuk jenis Mahoni dan Sengon Laut juga dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hijauan makanan ternak.
Esensi dari kegiatan prunning ini adalah mengurangi gangguan tanaman pertanian berupa
naungan dari tanaman tahunan, meningkatkan kualita batang dengan mengurangi cacat mata
kayu, memenuhi kebutuhan energi berupa kayu bakar, serta untuk memenuhi kebutuhan akan
hijauan makanan ternak.
8. Penjarangan
Kegiatan penjarangan juga bersifat kondisional karena penjarangan baru dilakukan bila
pemangkasan cabang ( Prunning ) dirasa tidak dapat mengatasi/mengurangi naungan. Di
samping itu kegiatan penjarangan berguna untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih baik
terhadap tegakan tinggal sehingga pertumbuhannya dapat optimal. Kegiatan penjarangan
dilakukan setelah tanaman tahunan berumur 5-10 tahun, di mana pada saat itu tanaman kayu
sudah menaungi tanaman pertanian. Kegiatan penjarangan dilakukan petani secara perorangan
(individual) dengan sepengetahuan kelompok tani, karena setiap penebangan pohon baik untuk
pemanenan maupun penjarangan harus sepengetahuan kelompok. Penjarangan yang dilakukan
adalah penjarangan bawah karena pohon yang dijarangi adalah pohon-pohon yang
pertumbuhannya jelek dan tertekan ( inferior ), sedangkan intensitas penjarangan disesuaikan
dengan kebutuhan. Kayu hasil kegiatan penjarangan juga dapat digunakan sebagai sumber
pendapatan antara bagi petani hutanrakyat.

BAB VII
PEMUNGUTAN HASIL

A. Pemanenan
Kegiatan pemanenan/penebangan kayu pada hutan rakyatdilakukan sesuai dengan
kebutuhan petani pemilik hutan rakyat. Kayu yang dipanen/ditebang adalah kayu yang sudah
cukup umur dan sudah laku di pasaran, sedangkan bentuk dan ukuran kayu dijadikan faktor
penentu harga, sehingga makin baik kualita kayu maka harga kayu makin mahal. Kayu dijual
oleh petani kepada pengumpul dalam keadaan kayu berdiri, sedangkan sistem penebangannya
didasarkan atas peraturan dan tata tertib kelompok tani yakni sistem tebang pilih. Sistem tebang
pilih tersebut didasarkan pada umur tanaman minimal yang boleh dipanen, sehingga diharapkan
kayu yang ditebang adalah kayu yang sudah cukup umur dan memiliki nilai ekonomis yang
tinggi.
Berdasarkan tata tertib kelompok tani, kegiatan penebangan umumnya ditetapkan dengan
sistem tebang pilih dengan menggunakan batas minimal umur. Untuk jenis Jati umur tebang
minimal 20 tahun, untuk Jenis Akasia umur tebang minimal 10 tahun, dan untuk jenis Mahoni
umur tebang minimal 15 tahun. Pada prakteknya umur tebang rata-rata untuk jenis Jati adalah 15
tahun, untuk jenis Mahoni 20 tahun, dan untuk jenis Akasia 10 tahun.
Pada umumnya kegiatan penebangan dilakukan oleh pembeli yang merupakan pedagang
pengumpul. Penebangan dilakukan secara manual dengan menggunakan gergaji tangan, dengan
komponen-komponen kegiatan sebagai berikut : perebahan pohon ( felling ), pembersihan

cabang ( limbing ) dan pembagian batang ( bucking ), serta kegiatan penyaradan ( skidding ) dan
pengangkutan ( haulling ). Kegiatan penebangan dilakukan oleh 1 regu tebang yang
beranggotakan 6 orang blandong, yang tugasnya melakukan penebangan, penyaradan dengan di
pikul dan loading/reloading kayu ke atas truk. Dalam kegiatan penebangan semua biaya
ditanggung oleh pembeli. Komponen biaya eksploatasi terdiri atas biaya upah blandong Rp
7000,-/hari/orang, biaya transportasi (truk) Rp 20.000,-/rit, dan biaya untuk pas angkutan kayu
Rp 50.000,- untuk sekali angkut.
Dalam kegiatan penebangan ini peranan kelompok tani dan perangkat desa sangat besar
dalam mengontrol pemanenan kayu karena setiap penebangan harus diketahui/ mendapat ijin
dari perangkat desa dan kelompok tani. Dengan demikian lembaga-lembaga di atas dapat
berfungsi sebagai pengawas dalam kegiatan penebangan agar asas kelestarian dapat terjamin.
Selesai kegiatan penebangan, kayu kemudian dibawa ke tempat penumpukan kayu (TPn).
Tempat itu dapat terletak di pinggir jalan atau di area khusus seperti di halaman pekarangan milik
pedagang kayu. Setelah melakukan penebangan petani diwajibkan untuk menanami lahan
mereka dengan permudaan baru sebanyak 5-10 batang untuk tiap pohon yang ditebang. Jumlah
tersebut diharapkan mampu mengganti jumlah pohon yang ditebang, dengan asumsi keberhasilan
tanaman rata-rata 70% (berdasarkan pengalaman) ditambah permudaan hasil trubusan jumlah
tersebut mampu menjamin kelestarian.
B. Penebangan
Perkiraan hasil hutan rakyat sengon bisa di panen berkisar antara 5-10 tahu, pada tahun
kelima tanaman sengon sudah bisa di panen namun tidak secara keseluruhan penebanganya.
Penebangan di lakukan secara kontinu dari tahun ke 5 sampai tahun ke 10. Pada dasarnya aspek
pengaturan hasil hutan rakyat tidak didefinisikan secara khusus oleh petani, karena petani
biasanya melakukan pemanenan kayu berdasarkan kebutuhan, dan belum direncanakan secara
baik. petani rata-rata memanen/menebang pohon miliknya secara periodik dan kontinyu, yaitu
rata-rata setahun 2 kali. Waktu penebangan biasanya menjelang hari raya dan pada tahun ajaran
sekolah dimulai, karena kedua kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang agak besar.
Kedua kebutuhan itu memerlukan biaya lebih, sehingga mereka perlu untuk melakukan
pemanenan kayu miliknya. Mengenai jenis, volume dan jumlahnya kurang diperhatikan, dalam
hal ini disesuaikan dengan kebutuhan. Hal tersebut dikuatkan dengan besarnya volume
perdagangan kayu pada waktu-waktu tersebut. Dari keterangan di atas dapat diasumsikan bahwa
petani rata-rata menebang kayu miliknya dua kali pertahun dengan jumlah batang dan volume
yang disesuaikan kebutuhan, yaitu jika kebutuhan kecil pohon yang ditebang jumlah dan
volumenya relatif kecil, sedangkan bila kebutuhan besar pohon yang ditebang jumlah dan
volumenya juga besar. Untuk menjamin kelestarian, petani yang menebang kayu diwajibkan
menanami lahannya dengan 2-5 batang untuk setiap batang pohon yang ditebang. Di samping
itu, kelestarian diperoleh dari hasil permudaan berupa trubusan tonggak sebanyak 2-4 batang.
Metode pengaturan hasil hutan rakyat, seperti digambarkan di atas sangat spesifik dan berbeda
dengan metode pengaturan hasil konvensional yang biasa diterapkan pada hutan negara, karena
mereka lebih menekankan pada pengelolaan individu pohon per pohon dan bukan pengelolaan
kawasan. Bagi masyarakat setempat yang penting adalah terjaminnya kelestarian baik kelestarian
produksi maupun kelestarian sumber dayahutan, sehingga mereka dapat secara kontinu memanen
produksi kayu miliknya.

Petani memiliki rutinitas dalam pemanenan kayu setiap tahunnya, dengan jumlah batang
dan volumenya disesuaikan kebutuhan. Kegiatan penebangan ini diimbangi dengan kewajiban
melakukan permudaan setiap kali mereka menebang pohon miliknya sehingga dapat tercipta
kelestarian baik kelestarian produksi maupun kelestarian sumber daya hutan. Hal tersebut
merupakan salah satu bentuk metode pengaturan hasil yang dipraktekkan oleh petani walaupun
metode tersebut belum merupakan model yang konseptual.

BAB VIII
ANALISA KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN HTR

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011. Manfaat
Tumpangsari
di
Hutan
Kebun
Jati
Dan
Sengon. http://bataviase.co.id/node/648831 ( diakses tanggal 20 desember 2011)
Fudin.

2011. Budidaya
Tanaman
Sengon
Dengan
Tumpangsari.http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2010/08/22/budidayasengon-dengan-sistem-tumpang-sari/ ( diakses tanggal 20 desember 2011)

Mugiyana.
2011. Budidaya
Sengon
Dengan
Sistem
Tumpangsari.http://muge2001.blogspot.com/2011/02/budidaya-sengon-dengan-sistemtumpang.html (diakses tanggal 20 desember 2011)
Anonim. 2010. Identifikasi Sengon.
http://erizco.wordpress.com/2010/04/15/identifikasi-sengon/(diakses
desember 2011)

tanggal

23

Anonim.
2012. Green
World. http://www.gogreen.web.id/2008/10/cara-teknis-budidayatanaman-sengon.html (diakses tanggal 15 januari 2012)

BPDAS. 2010. Sengon. http://www.bpdas pemalijratun.net/index.php?


option=com_content&view=article&id=62:sengon&catid=18:tanamanberkayu&Itemid=31 (diakses tanggal 25 januari 2011).
Kabayan. 2011. Teknis Budidaya Tanaman Sengon.
http://www.kabayan.web.id/2010/12/teknis-budidaya-tanaman-sengon.html (diakses
tanggal 25 januari 2011)
Anonim. 2009. Penggunaan dan Manfaat Kayu
Sengon.http://kebunpaktani.blogspot.com/2009/05/penggunaan-dan-manfaat-kayusengon.html ( diakses tanggal 30 desember 2011).
Anonim. 2011. Budidaya Sengon.www.migroplus.com/brosur/Budidaya%20Sengon.pdf
(diakses tanggal 30 desember 2011)

EFISIENSI PEMASARAN KAYU JENIS SENGON


(Paraserianthes falcataria)
Penulis : fendy Cess on Friday, October 30, 2015 | 10:19 AM

Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria)Budi (1992;10) menyatakan bahwa sengon merupakan


salah satu jenis tanaman yang tumbuh dengan cepat di daerah tropis. Untuk pertama kalinya pada
tahun 1871, Teysmann menemukan tanaman sengon di pedalaman Pulau Banda, yang kemudian
dibawa ke Kebun Raya Bogor. Dari kebun inilah kemudian sengon tersebar ke berbagai daerah dari
mulai pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, sampai Irian Jaya. Pada saat ini sengon juga
dijumpai di Negara Filipina, Malaysia, Srilanka, India. Dengan nama biasa atau nama ilmiah apapun
yang dikenal, kayu sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) merupakan pohon serbaguna
yang berharga untuk daerah tropis beriklim lembab. Spesies ini juga merupakan salah satu species
yang dapat digunakan sebagai kayu pulp, kayu bakar, pohon hias, naungan (kopi, teh, dan ternak
sapi)
dan
produk
kayu
lainnya.
Pemanfaatan potensial yang sedang diuji coba dalam penanaman hutan adalah dengan sistem
tumpang sari.
Botani
dan
Ekologi
Paraserianthes falcataria termasuk keluarga Leguminose (sub-keluarga Mimosoideae). Jenis ini
sudah dikenal luas dengan nama yang lamanya, Albizia falcataria, atau juga pernah disebut A.
moluccana dan A. Falcata Falcate artinya melengkung seperti sabit sesuai dengan bentuk
daunnya. Ranting daun berpasang-pasangan, panjangnya antara 23-30 cm. bunganya berwarna
putih gading, polongnya tipis, rata, panjang 10-13 cmm dengan lebar 2 cm. Falcataria termasuk
pohon besar sehingga mencapai ketinggian 24-30 m, dengan diameter 80 cm. jika di tempat terbuka
akan membentuk tajuk yang besar berbentuk payung. Pada penanaman sebanyak 1000-2000
pohon/ha, tajuk akan menyempit, karena membutuhkan cahaya. Setelah berumur 3-4 tahun akan

memproduksi biji secara teratur dalam jumlah banyak. sengon tumbuh secara alami di Indonesia,
Papua Nugini dan Kepulauan Solomon dari 10LS-30LU. Dalam habitat alamiahnya bisa tumbuh
dari permukaan laut sampai 1200 m. dengan curah hujan 2000-4000 mm, serta musim kemarau
kurang dari dua bulan dengan suhu antara 22C-34C. meski lebih menyukai tanah basa (NAS 1983
dalam Budi 1992), namun dapat pula tumbuh dengan baik di tanah yang masam.
Akar sengon relatif menguntungkan dibandingkan akar pohon lainnya. Akar tunggangnya cukup kuat
menembus ke dalam tanah sementara itu akar rambutnya tidak terlalu besar, dan tidak semrawut.
Akar rambut tersebut akan dimanfaatkan oleh pohon induknya untuk menyimpan zat nitrogen, oleh
sebab itu tanah di sekitar pohon sengon akan menjadi subur (Budi 1992;12)
Penanaman
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan biji. Biji tersebut dapat dibeli di penangkar
benih, kios-kios pertanian, ataupun dicari dibawah pohon induk. Jumlah biji sengon sebanyak 42000
per kg dengan perkecambahan biji mudah dan hanya membutuhkan perendaman air semalam. Agar
perkecambahan seragam, biji-biji tersebut dapat dimasukan dalam air panas atau dalam masam
belerang pekat (H2SO4) selama 10 menit, dilanjutkan dengan perendaman dalam air selama 15
menit. Anakan sengon ditanam setelah tiga bulan dipersemaian dan akan tumbuh dengan cepat di
lahan (NAS, 1983 dalam NFTA World Education. 1991;31)
Penanaman sengon diawali dengan pengaturan jarak tanam dan pembuatan lubang tanam. Jarak
tanam untuk produksi kayu pulp dengan waktu rotasi antara 6-8 tahun adalah 3m x 3m. jika
diinginkan kayu tebangan untuk papan, pada umur 6-8 tahun tegakan dapat dijarangkan sampai 6m
x
6m
dan
dipanen
pada
umur
15
tahun. Pada lahan yang lebih subur, umumnya jarak tanaman untuk produksi kayu pulp 4m x 4m.
dari penelitian tentang jarak tanam yang lebih rapat ditemukan bahwa pertumbuhan dengan jarak
2m x 2m secara signifikan lebih cepat dibandingkan dengan jarak 1m x 1m. Adapun ukuran lubang
tanam panjang 30cm x 30cm x 30cm. (Budi 1992;17)
Kegunaan
Bagian terpenting yang bernilai ekonomis pada tanaman sengon adalah kayunya. Sengon lebih
dikenal sebagai tanaman pulp. Kegunaan lainnya, yaitu sebagai serat dan bahan papan, peti kemas,
kotak kemasan, korek api, sumpit dan mebel ringan. Kayunya sukar di gergaji dan tidak kuat atau
tidak tahan lama. Tajuknya yang jarang memberikan naungan untuk tanaman kopi, teh, dan cokelat.
Di samping itu, berfungsi sebagai tanaman penahan angin bagi pohon pisang (Budi 1992;21)
Sengon juga berpotensi dalam alley farming. Di Indonesia, pada percobaan di tanah asam (pH 4,2)
yang ditanam dalam larikan-larikan dengan jarak 4 meter, menghasilkan pupuk hijau (bahan kering)
2-3 ton/ha/tahun. Penggunaannya sebagai pupuk hijau akan meningkatkan produksi kopi 4 kali lipat,
apabila dibandingkan dengan plot pembanding. (Budi 1992;27)

Pemasaran
Pengertian pemasaran banyak didefinisikan oleh para pakar dengan sudut pandang yang berbedabeda. Kotler dan Amstrong (2004;6) berpendapat bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan produk lain. Definisi pemasaran
tersebut bertumpu pada konsep pokok sebagai berikut:

Gambar Konsep-Konsep Pokok Pemasaran


Menurut Stanton (1997;7) pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang
yang dapat memuaskan keinginan barang dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun
konsumen potensial. Secara sistematis dapat dikatakan bahwa pemasaran mencakup kegiatan
untuk mengetahui keinginan konsumen, merencanakan dan mengembangkan produk yang
memenuhi keinginan kemudian memutuskan cara terbaik untuk menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan produk.
Pengertian pemasaran dapat dilihat dengan pendekatan aspek manajerial dan aspek ekonomi.
Berdasarkan aspek manajerial, pemasaran merupakan analisis perencanaan organisasi,
pelaksanaan dan pengendalian untuk menentukan kedudukan pasar. Sedangkan berdasarkan
aspek ekonomi, pemasaran merupakan distribusi fisik dan aktivitas ekonomi yang memberikan
fasilitas-fasilitas untuk bergerak, mengalir dan pertukaran komponen barang dan jasa dari produsen
ke konsumen. Selain itu pemasaran merupakan kegiatan produktif karena meningkatkan,
menciptakan nilai guna bentuk, waktu, tempat dan kepemilikan. Dengan demikian pemasaran
pertanian dapat diartikan sebagai semua bentuk kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan
perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertaniaan
dari tangan produsen ke konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang
menghasilkan perubahan bentuk dari barang untuk mempermudah penyalurannya dan memberikan
kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumen (Limbong, 1987;11)
Manajemen Pemasaran
Definisi manajemen pemasaran menurut Khols (2002;17) adalah keragaaan dari semua aktivitas
bisnis dalam upaya menyalurkan produk atau jasa mulai dari titik produksi sampai ke tangan
konsumen. Manajemen pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi,

penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran
yang memenuhi sasaran perorangan dan organisasi (Kotler, 1994;28)
Dalam menganalisis manajemen pemasaran Khols (2002;21), selanjutnya mengemukakan
beberapa
pendekatan
yang
digunakan
yaitu:
1.
Pendekatan
Fungsi
(the
fungsional
approach)
Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui fungsi pemasaran apa saja yang
dijalankan oleh pelaku yang terlibat dalam pemasaran. Fungsifungsi tersebut adalah fungsi
pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi dan pengolahan) dan
fungsi fasilitas (standarisasi, resiko, pembiayaan dan informasi pasar)
2.
Pendekatan
Kelembagaan
(the
institusional
appoarch)
Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengetahui berbagai macam lembaga atau pelaku
yang terlibat dalam pemasaran. Pelaku-pelaku ini adalah pedagang perantara (merchant
middleman) yang terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pedagang spekulatif, agen,
manufaktur, dan organisasi lainnya yang terlibat.
3.
Pendekatan
Sistem
(the
behavior
system
appoarch)
Merupakan pelengkap dari pendekatan fungsi kelembagaan, untuk mengetahui aktivitas-aktivitas
yang ada dalam proses pemasaran, seperti perilaku lembaga yang terlibat dalam pemasaran dan
kombinasi dari fungsi
pemasaran. Pendekatan ini terdiri dari the input-output system, the power sistem dan the
communication system.
Lembaga Pemasaran
Hanafiah dan Saefudin (2006;21), menjelaskan bahwa lembaga pemasaran adalah badan-badan
yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi pemasaran dimana barang bergerak dari produsen
sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran ini bisa termasuk golongan produsen, pedagang
perantara, dan lembaga pemberi jasa. Kotler dan Amstrong (2001;7) mengartikan istilah lembaga
perantara sebagai pihak yang berperan secara ekonomis dalam mentransformasikan bauran
komoditi atau produk yang dibuat oleh produsen ke dalam bauran produk yang dibutuhkan
konsumen.
Stern dan El-Ansary dalam Kotler (2002;559) menambahkan bahwa perantara memperlancar arus
barang dan jasa karena menghubungkan ketidaksesuaian antara berbagai barang dan jasa yang
dihasilkan produsen dan berbagai macam barang yang diminta konsumen, sedangkan
ketidaksesuaian tersebut ditimbulkan dari kenyataan bahwa produsen menghasilkan sejumlah besar
barang dengan keragaman terbatas sedangkan konsumen hanya menginginkan jumlah terbatas dari
banyaknya ragam.

Sesuai dengan peran yang dilakukan, lembaga pemasaran akan berkaitan langsung degan barang
yang akan diperjualbelikan. Secara umum lembaga pemasaran dibagi menjadi tiga kategori
berdasarkan pengusaan terhadap barang.Yaitu terdiri dari:
1. Lembaga pemasaran yang tidak dimiliki namun mengusai barang, misalnya
2. agen, perantara, dan broker
3. Lembaga pemasaran yang memiliki dan mengusai barang, contohnya pedagang
4. pengumpul, pedagang pengecer, grosir dan eksportir/importer
5. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak mengusai barang, yaitu
6. fasilitas pengangkutan, pergudangan, asuransi dan lain-lain.

http://www.iptekindonesiaef.blogspot.co.id/2015/10/efisiensi-pemasaran-kayu-jenissengon.html

Anda mungkin juga menyukai