Anda di halaman 1dari 25

PRESENTASI KASUS

KATARAK SENILE OD STADUM MATUR DAN OS STADIUM


IMATUR

Disususn oleh :
Maulidiana Indah PS 1420221111
Restoe Fajar Forwendy 1420221113
Pembimbing dan Moderator :
Dr. Pradnya Pramitha Sp,M

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN
JAKARTA 2015

KATA PENGANTAR

Puji syujur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas kehendaknyaNYA kami dapat menyelesaikan laporan untuk presentasi kasus. Presentasi kasus
meruakan salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata di
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Dan tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada dr. Pradnya Pramitha sebagai kordinator pendidikan dan
pembimbing dalam presentasi kasus.
Terima kasih atas semua bantuan, bimbingan dan masukan yang diberikan
kepada kamisehingga kami dapat menyelesaikan laporan unuk presentasi kasus.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran,
kritik, dan masukan sangat diterima dengan terbuka. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan oang lain.

BAB I
PENDAHULUAN

Katarak berasal dari bahasa Yunan yaitu Katarrhakies, Inggris yaitu


cataract dan Latin yaitu cataracta yang berarti air terjun.dalam bahasa Indonesia
berarti penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa keruh.
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi karena proses hidrasi lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat keduaduanya. Adanya kekeruhan pada lensa yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya
yang

masuk

ke

mata

agar

tepat

di

retina

menyebabkan

gangguan

penglihatan.Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi


dapat juga akibat kelainan kongenital, infeksi, trauma, dan kelainan metabolism
seperti DM.
Berikut ini dilaporkan kasus katarak senile OD stadium matur pada
penderita yaitu Ny. Syasirah Mangun berusia 65 tahun.

BAB II
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
Nama

: Ny. S

Umur

: 65 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jl. Nusa Indah IV Kelurahan Malaka Jay Kecamatan


Duren Sawit Jakarta Timur

Pekerjaan

: Pegawai swasta

II. Anamnesa :
Di lakukan autoanamnesa dan alloanamnesa kepada keluarga atau suami pasien
pada tanggal 12 Juni 2015
Keluhan Utama

: Penglihatan kabur pada kedua mata terutama pada mata

kanan sejak 2 bulan yang lalu


Keluhan Tambahan : silau, berair, perih, dan gatal pada mata

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pada awalnya pasien melihat bercak putih pada mata kanan yang lama-kelamaan
menjadi lebih besar. Dua bulan SMRS pasien merasakan pandangannya kabur /
menjadi buram seperti berkabut / melihat awan. Sejak saat itu penglihatannya
dirasakan semakin memburuk sehingga menggangu aktivitas sehari-hari. Keluhan
ini timbul secara perlahan dan bersifat menetap. Selain pengliatan buram pasien
merasakan silau, mata sering berair, perih, dan gatal. Saat ini keluhan tersebut
mulai terjadi juga pada mata sebelah kiri pasien. Pasien mengatakan tidak ada
riawayat trauma ataupun infeksi pada mata. Saat ini pasien tidak dapat berjalan
dan menderita kelainan pada ginjal yang mengharuskan pasien menjalani cuci
darah tetapi pasien menolaknya.
Riwayat Penyakit Dahulu :
DM (-), Hipertensi (-), Trauma pada mata (-), Infeksi Pada Mata (-), Penyakit
Ginjal (+), Penyakit Jantung (+), Penyakit Mag (+), Osteoporosis (+)
Riwayat Penyakit Keluarga
-

Tidak terdapat keluhan yang sama seperti yang dikeluhkan oleh pasien.

Riwayat Pengobatan
-

Pasien tidak pernah berobat untuk penyakit mata sebelumnya


Riwayat penggunaan obat yang behubungan dengan penyakit lain yang
diderita oleh pasien yaitu obat jantung, obat untuk mag, dan obat untuk
osteoporosis

III. Status Generalis

Kesadaran
Keadaan umum
Tanda Vital

: compos mentis
: baik
: TD ( 120/80 mmHg), HR ( 88 x/menit ), RR ( 22

x/menit )
Head to toe :
Edem pada kedua tungkai dan kedua tungkai tidak dapat digerakan

IV. Status Lokalis


Pemeriksaan
Kedudukan bola mata
Visus
Pinhole
Gerakan bola mata
Palpebra superior
1. Edem
2. Hiperemi
3. Papil
4. Entropion
5. Silia
6. Pseudoptosis
7. Sikatriks
Palpebra inferior
1. Silia
2. Trikiasis
3. Hiperemi
4. Edem
Konjungtiva palpebra
1. Superior
2. Inferior
Konjungtiva bulbi
1. Injeksi konjungtiva
2. Injeksi siliar
Kornea

Bilk mata depan (COA)


Iris

Mata Kanan (OD)


Orthoforia
0,5/60
Negatif
Baik kesegala arah

Mata Kiri (OS)


Orthoforia
5/60
Negatif
Baik kesegala arah

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Normal

Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Normal

Normal
Negatif
Negatif
Negatif

Normal
Negatif
Negatif
Negatif

Injeksi Konjungtiva (-)


Injeksi Konjungtiva (-)

Injeksi Konjungtiva (-)


Injeksi Konjungtiva (-)

Negatif
Negatif
- Jernih
- Permukaan

Negatif
Negatif
- Jernih
- Permukaan

cembung
Infiltrat (-)
Kedalaman cukup
Hifema (-)
Hipopion (-)
Warna coklat

cembung
Infiltrat (-)
Kedalaman cukup
Hifema (-)
Hipopion (-)
Warna coklat

Sinekia (-)

Sinekia (-)

Pupil
1. Bentuk
2. Refleks langsung
3. Releks tidak langsung
Lensa

Reguler
Positif
Positif
Keruh (matur), Shadow

Reguler
Positif
Positif
Keruh (imatur), Shadow

TIO
Funduskopi

tes (-)
Normal
Papil tidak terlihat

tes (+)
Normal
Papil tidak terlihat

V. Pemeriksaan Penunjang
- Retinometri : OD ( 0,50 ) dan OS ( 0,63 )

VI. Resume
Ny. S perempuan 65 tahun datang dengan keluhan penglihatan berkurang
sejak 2 bulan yang lalu terutama pada mata kanan. Awalnya pada mata kanan
hanya melihat seperti titik dan lama kelamaan seperti melihat awan/kabut yang
mengakibatkan penglihatannya terganggu. Dan saat ini mulai terjadi pada mata
kiri.
Tidak terdapat trauma, infeksi, dan riwayat operasi pada mata. Tidak
pernah menggunakan obat untuk mata. Pasien tidak menderita DM dan hipertensi.
Pasien memiliki penyakit jantung, ginjal, mag, dan osteoporosis.
Dari pemerikssaan status oftalmologi didapatkan visus pada mata kanan
dan mata kiri, lensa keruh, dan shadow tes negative.

VII. Diagnosis Kerja


Katarak Senile OD stadium matur dan OS stadium imatur

VIII. Penatalaksanaan
Pro Ekstraksi Katarak dan Pemasangan Lensa Intraokuler (IOL)

IX. Prognosis
Qua ad Vitam

: ad bonam

Qua ad Functionam

: ad bonam

Qua ad Sanactionam : ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1

Anatomi Bulbus Oculi


Mata merupakan salah satu alat indera yang terdiri dari susunan yang

kompleks. Mata terletak dalam suatu rongga orbita berbentuk limas dalam
kerangka wajah. Di dalam orbita terdiri dari bulbus oculi, nervus opticus, musculi
bulbi, fascia, saraf, pembuluh, lemak dan glandula lacrimalis serta saccus
lacrimalis. 4
Bulbus oculi orang dewasa normal hampir bulat dengan diameter
anteroposterior sekitar 24.2 mm. Terdiri dari 3 lapis yaitu sklera, koroid beserta
corpus siliare dan retina. 5
1. Sklera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar yang
hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Pita kolagen dan jaringan elastin
membentang di sepanjang foramen sklera posterior membentuk lamina
cribosa, diantarana dilalui oleh berkas akson nervus optikus. 5
2. Limbus
Jaringan yang membatasi antara kornea dan konjungtiva. Didekatnya
terdapat sel punca yang mempunyai karakteristik dimana sel tersebut dapat
beregenerasi.7
3. Konjungtiva
Lapisan transparan dan tipis yang menutupi sklera dan mempunyai
pembuluh darah yaitu arteri konjungtiva. Konjungtiva yang menutupi

kelopak mata bagian dalam atas dan bawah disebut konjungtiva palpebra,
menutupi sklera disebut konjungtiva bulbi dan perlihan diantaranya
disebut konjungtiva forniks.7
4. Kornea
Adalah selaput bening mata yang tembus cahaya mempunyai beberapa
lapisan. Lapisan pertama terdiri 5-6 lapisan epitel, lapisan kedua adalah
membran Bowman, lapisan ketiga adalah stroma, lapisan keempat adalah
membran Descement dan dibawah itu terdapat lapisan endotel.2
5. Iris
Bagian mata yang berwarna berdasarkan jumlah pigmen. Berfungsi untuk
menyaring cahaya dengan cara melebarkan dan mengecilkan pupil.
Permukaan anterior iris berkripta sedangkan permukaan posterior iris
dilapisi oleh sel epitel. 7
6. Pupil
Bagian dari tepi iris dengan pembukaan secara sirkular untuk
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk. 7
7. Bilik mata depan
Ruangan yang berada diantara posterior kornea dan anterior iris. 7
8. Lensa
Adalah suatu struktur bikonveks, avaskular dan tak berwarna. Terlihat
hampir

transparan.

Lensa

tergantung

pada

zonula

zinii

yang

menghubungkannya dengan corpus siliaris. Lensa mampu menebal dan


menipis untuk berakomodasi. Lensa dilapisi oleh kapsul yang merupakan
membran dasar elastik yang transparan. Kapsul menutupi korteks dan
nucleus lensa menjadi suatu lapisan tunggal dimana pada anterior kapsul
mempunyai sel epitel kuboid. Lensa tidak memliki jaringan saraf dan
pembuluh darah. Nutrisi didapatkan dari cairan akuos humor dan vitreus.
Lensa normal akan berubah secara lambat dimana sel epitel terus
memproduksi serabut lensa kortikal yang baru, yang akan meningkat

ukurannya, berat dan densitas lensa keadaan tersebut berjalan selama


bertahun tahun.5

Gambar 1. Lapisan Bola Mata10

Gambar 2. Anatomi Bola Mata13

III.2 Katarak
III.2.1 Definisi
Katarak berasal dari yunani Katarrhakies, inggris Cataract, dan latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. 1

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denatuurasi protein lensa terjadi akibat
kedua-duanya. 1
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelainan congenital, atau penyullit penyakit mata local menahun.
Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaucoma,
ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses
penyakit intraocular lainnya.1
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau
sistemik (katarak senile, juvenile, herediter) atau kelainan congenital mata.
Katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
-

Fisik
Kimia
Penyakit predisposisi
Genetic dan gangguan perkembangan
Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
Usia
Katarak

akibat

penuaan

merupakan

penyebab

umum

gangguan

penglihatan. Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada


individu berusia 65-74 tahun adalah sebanyak 50% prevalensi ini meningkat
hingga 70% pada individu diatas 75 tahun. 2

III.2.2 Gejala Katarak


-

Mengeluh penglihatan seperti berasap


Tajam penglihatan menurun secara progresif

Peka terhadap cahaya


Lensa mata keruh , sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu1

III.2.3 Penyebab Katarak


Penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan katarak sebagai berikut :
1. Sebab biologik :
a. usia
lensa mengalami proses tua dimana dalam keadaan ini ia menjadi katarak.
b. genetik
pengaruh genetik dikatakan berhubungan dengan proses degenerasi yang
timbul pada lensa.
2. Sebab imunologik :
Badan manusia mempunyai kemampuan membentuk antibody spesifik
terhadap salah satu dari protein-protein lensa. Oleh sebab-sebab tertentu
dapat terjadi sensitisasi secara tidak disengaja oleh protein lensa yang
menyebabkan terbentuknya antibody tersebut. Bila hal ini terjadi maka
dapat menimbulkan katarak.
3. Sebab fungsional
Akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek yang buruk terhadap
serabut-serabut lensa dan cenderung memudahkan terjadinya kekeruhan
pada lensa. Ini dapat terlihat pada keadaan seperti intoksikasi ergot,
keadaan tetani dan apathyroidisme.
4. Gangguan bersifat local terhadap lensa, dapat berupa :
- Gangguan nutrisi pada lensa
- Gangguan permeabilitas kapsul lensa
- efek radiasi dari cahaya matahari
5. gangguan metabolism umum :
Defisiensi vitamin dan gangguan endokrin dapat menyebabkan katarak
misalnya pada penyakit diabetes mellitus atau hyperparathiroidisme.

III.2.4 Klasifikasi Katarak


Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam :
1. katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun.
2. katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. katarak presenile, katarak yang terjadi sesudah usia 30-40 tahun.
4. katarak senile, katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun. 1
III.3 Katarak Senile
Katarak senile adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu di atas usia 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti. Katarak senile secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipient,
imatur, intumesen, matur, hipermatur dan morgagni.1
a. Katarak insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
Kekeruhan mulai dari tepi equator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan
posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak
subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior,
celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degenerative (benda
morgagni) pada katarak insipien.
Kekeruhan dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu
yang lama.1
b. Katarak intumesen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degenerative
menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi
bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal disbanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat
memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak
yang berjalan cepat dan mengakibatkan myopia lentikular. Pada keadaan ini dapat
terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan
bertambah, yang memberikan miopisasi.

Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak
lamel serat lensa.1
c. Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotic bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaucoma sekunder.1
d. Katarak matur
pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini
bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa
kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila
lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalam normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.1
e. Katarak hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek atau lembek dan mencair. Massa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna
kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan
kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar,
maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai

dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan
ini disebut katarak morgagni.1
III.4 Penatalaksanaan Katarak
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma
dan uveitis.1
Bedah katarak senil dibedakan dalam bentuk ekstraksi lensa intrakapsular
dan ekstraksi lensa ekstrakapsular.
Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, berikut merupakan teknik
anestesi yang digunakan :
1. Anestesi umum
Digunakan pada orang dengan kecemasan tinggi, tuna rungu atau retardasi
mental, juga diindikasikan pada pasien dengan penyakit Parkinson dan
reumatik yang tidak mamou berbaring tanpa rasa nyeri.
2. Anestesi lokal
- Peribulbar block
Paling sering digunakan. Diberi melalui kulit atau konjungtiva dengan
jarum 25 mm. efek : analgesia , akinesia, peningkatan TIO, hilangnya
reflek oculo-cardiac (stimulasi pada n.vagus yang diakibatkan stimulus
rasa sakit pada bola mata, yang mengakibatkan bradikardia dan bisa
menyebabkan cardiac-arrest)
Komplikasi :
- perdarahan retrobulbar
- rusaknya saraf optic
- Perforasi bola mata
- injeksi nervus optikuys
- infeksi

Subtenon block

Memasukkan kanula tumpul melalui insisi pada konjungtiva dan kapsul


tenon 5 mm dari limbus dan sepanjang area subtenon. Anestesi
diinjeksikan diantar equator bola mata.
-

Topical-intracameral anesthesia
Anesthesia permukaan dengan obat tetes atau gel (proxymemacuine 0,5%
lidocaine 2%) yang dapat ditambah dengan injeksi intrakamera atau infusa
larutan lidokain 1% biasanya selama hidrodiseksi.

Penatalaksanaan katarak adalah ekstraksi lensa dengan metode :


a. Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular (EKEK)
Meskipun phakoemulsifikasi telah menjadi metode ekstraksi ekstrakapsular
yang disukai untuk sebagian besar operasi katarak di Amerika Serikat sejak
tahun 1990-an, EKEK konvensional atau standar dianggap kurang berisiko
untuk pasien dengan katarak yang sangat keras atau jaringan epitel kornea
yang lemah. Getaran ultrasound yang digunakan dalam phakoemulsifikasi
cenderung menimbulkan stress kornea.
Sebuah ekstraksi katarak ekstrakapsular membutuhkan waktu kurang dari
satu jam untuk dilakukan. Setelah daerah sekitar mata telah dibersihkan
dengan antiseptik, kain steril digunakan untuk menutupi sebagian wajah
pasien. Pasien diberikan baik anestesi lokal untuk membuat mati rasa jaringan
di sekitar mata atau anestesi topikal untuk membuat mati rasa mata itu
sendiri. Eyelid holder digunakan untuk membuat mata tetap terbuka selama
prosedur. Jika pasien sangat gelisah, dokter mungkin dapat menggunakan
obat penenang secara intravena.
Setelah anestesi telah diberlakukan, ahli bedah membuat sayatan di kornea
pada titik di mana sklera dan kornea bertemu. Meskipun panjang khas sayatan
EKEK standar adalah 10-12 mm pada 1970-an, perkembangan IOLs akrilik

yang dapat dilipat telah memungkinkan ahli bedah banyak untuk bekerja
dengan sayatan yang hanya 5-6 mm. Variasi ini kadang-kadang disebut
sebagai EKEK sayatan kecil (small-insision). Setelah sayatan dibuat, ahli
bedah membuat robekan sirkular di depan kapsul lensa, teknik ini dikenal
sebagai capsulorrhexis. Ahli bedah kemudian dengan hati-hati membuka
kapsul lensa dan membuang nukleus lensa dengan memberikan tekanan
dengan

instrumen

khusus. Setelah

nucleus

dikeluarkan,

ahli

bedah

menggunakan suction untuk menghisap sisa korteks lensa. Suatu bahan


viskoelastik khusus disuntikkan ke dalam kapsul lensa kosong untuk
membantu mempertahankan bentuk sementara memasukkan ahli bedah
IOL. Setelah lensa intraokular telah ditempatkan dalam posisi yang benar,
substansi viskoelastik akan dibuang dan sayatan ditutup dengan dua atau tiga
jahitan2.
a) Keuntungan :
- Luka insisi lebih kecil (8-12mm) dibanding EKIK
- Karena kapsul posterior utuh , maka :
- mengurangi resiko hilangnya vitreus durante operasi, posisi anatomis
-

yang lebih baik untuk pemasangan IOL,


mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea, perlengketan vitreus

dengan iris dan kornea,


menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat menyebabkan
endoftalmitis.

b) Kerugian :
- Dapat timbul katarak sekunder

b. Ekstraksi Katarak Intrakapsular ( EKIK )


Adalah mengeluarkan lensa dalam keadaan lensa utuh dilakukan dengan
membuka menyayat selaput bening dan memasukkan alat melalui pupil,
kemudian menarik lensa keluar, seluruh lensa dengan pembungkus atau
kapsulannya dikeluarkan dengan lidi ( prabe), beku (dingin ). Pada operasi ini
dibuat sayatan selapur bening yang cukup luas. Jahitan yang banyak (14-15
mm), sehingga penyembuhan lukanya memakan waktu lama.
a. Keuntungan :
- Tidak timbul katarak sekunder
- Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (lup operasi,
cryoprobe, forsep kapsul)

b. Kerugian :
- Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan : penyembuhan dan
rehabilitasi visual tertunda, astigmatisma yang signifikan, inkarserasi
iris dan vitreus, lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaucoma,
uveitis, endoftalmitis.

c. Fakoemulsifikasi
Pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonic untuk menghancurkan
untuk menghancurkan nucleus yang kemudian di aspirasi melalui insisi 2,5 3
mm , dan kemudian dimasukkan lensa intraocular yang dapat dilipat .

d.

Small Incision Cataract Surgery


Melakukan insisi pada sclera dengan ukuran insisi 5-8mm, teknik ini

diselesaikan tanpa jahitan, penutupan luka pada insisinya terjadi dengan


sendirinya (self healing). Teknik ini dapat dilakukan di stadium katarak imatur,
matur, hipermatur.
Komplikasi pembedahan katarak antara lain :
Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama
operasi maka gel vitreousnya dapat masuk ke dalam bilik mata depan yang
merupakan resiko terjadinya glaukoma atau traksi pada retin.
Prolaps iris. Iris dapat mengalami protus melalui insisi bedah pada periode
paskaoperasi dini. Pupil mengalami distorsi.
Endoftalmitis. Komplikasi infektif ekstraksi katarak yang serius namun
jarangterjadi (<0,3%), pasien datang dengan mata merah yang terasa nyeri,

penurunantajam penglihatan, pengumpulan sel darah putih di bilik mata


depan (hipopion).
Astigmatisma pascaoperasi. Mungkin diperlukan pengangkatan jahitan
kornea untuk mengurangi astigmatisma kornea. Ini dilakukan sebelum
melakukan pengukuran kacamata baru namun setelah luka insisi sembuh
dan tetes mata steroid dihentikan. Kelengkungan kornea yang berlebih
dapat terjadi pada garis jahitan bila jahitan terlalu erat. Pengangkatan
jahitan biasanya menyelesaikanmasalah ini dan bisa dilakukan dengan
mudah di klinik dengan anastesi lokal,dengan pasien duduk di depan slit
lamp. Jahitan yang longgar harus diangkat untuk mencegah infeksi namun
mungkin diperlukan jahitan kembali jika penyembuhan lokasi insisi tidak
sempurna. Fakoemulsifikasi tanpa jahitan melaluiinsisi yang kecil
menghindarkan

komplikasi

ini.

Selain

itu,

penempatan

luka

memungkinkan koreksi astigmatisma yang telah ada sebelumnya.


Edema makular sistoid. Makula menjadi edema setelah pembedahan,
terutama biladisertai dengan hilangnya vitreous. Dapat sembuh seiring
berjalannya

waktu,namun

dapat

penglihatan yang berat.


Ablasio retina. Teknik-teknik

menyebabkan
modern

dalam

penurunan
ekstraksi

tajam
katarak

dihubungkan dengan rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi


ini bertambah bila terdapat kehilangan vitreous.
Opasifikasi kapsul posterior. Pada sekitar 20% pasien, kejernihan kapsul
posterior berkurang pada beberapa bulan setelah pembedahan ketika sel
epitel residu bermigrasi melalui permukaannya. Penglihatan menjadi kabur
dan mungkin didapatkan rasa silau. Dapat dibuat satu lubang kecil pada
kapsul dengan laser (neodymium yttrum(ndYAG) laser) sebagai prosedur

klinis rawat jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid atau
terlepasnya retina setelah kapsulotomi YAG. Penelitian yang ditujukan
pada pengurangan komplikasi ini menunjukkanbahwa bahan yang
digunakan untuk membuat lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang tindih
lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior penting
dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior.
Komplikasi yang terjadi apabila katarak dibiarkan saja maka akan
menimbulkan gangguan penglihatan dankomplikasi seperti glaukoma, uveitis dan
kerusakan retina. Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan
yang tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan
pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya
baik.
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak
senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap
hal-halyang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah
paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap
dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E)
secara teori bermanfaat (AAO, 2011).

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pasien ini, katarak terjadi pada usia lanjut sehingga jenis katarak
pada pasien ini adalah katarak senile. Katarak senile adalah semua kekeruhan
lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 40 tahun. Penyebabnya
sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile secara klinik dikenal
dalam 4 stadium insipient, imatur, matur, hipermatur. Pada pemeriksaan fisik mata
pada pasien ini ditemukan tanda-tanda katarak matur pada mata kanan dan imatur
pada mata kiri yaitu kekeruhan pada lensa lensa.
Hasil pemeriksaan visus pada kedua mata kanan pasien adalah 0,5/60 dan
pada mata kiri adalah 5/60. Hal ini menunjukkan bahwwa tajam penglihatan
pasien berkurang yang disebabkan oleh katarak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta :
Widya Medika.2000
2. Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : penerbit FKUI.2010
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophtalmology : A. Systemic Approach 7 th ed.
China : Elsevier : 2011
4. Keith LM, Anne MR. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates. 2002. p
367 378
5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta
:Widya Medika. 2000: 12 4
6. Widya A, Johan AH, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSCM FKUI. 2011;107

Anda mungkin juga menyukai