Disususn oleh :
Maulidiana Indah PS 1420221111
Restoe Fajar Forwendy 1420221113
Pembimbing dan Moderator :
Dr. Pradnya Pramitha Sp,M
KATA PENGANTAR
Puji syujur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas kehendaknyaNYA kami dapat menyelesaikan laporan untuk presentasi kasus. Presentasi kasus
meruakan salah satu syarat dalam menjalani Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata di
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Dan tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada dr. Pradnya Pramitha sebagai kordinator pendidikan dan
pembimbing dalam presentasi kasus.
Terima kasih atas semua bantuan, bimbingan dan masukan yang diberikan
kepada kamisehingga kami dapat menyelesaikan laporan unuk presentasi kasus.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran,
kritik, dan masukan sangat diterima dengan terbuka. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan oang lain.
BAB I
PENDAHULUAN
masuk
ke
mata
agar
tepat
di
retina
menyebabkan
gangguan
BAB II
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama
: Ny. S
Umur
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
: Pegawai swasta
II. Anamnesa :
Di lakukan autoanamnesa dan alloanamnesa kepada keluarga atau suami pasien
pada tanggal 12 Juni 2015
Keluhan Utama
Tidak terdapat keluhan yang sama seperti yang dikeluhkan oleh pasien.
Riwayat Pengobatan
-
Kesadaran
Keadaan umum
Tanda Vital
: compos mentis
: baik
: TD ( 120/80 mmHg), HR ( 88 x/menit ), RR ( 22
x/menit )
Head to toe :
Edem pada kedua tungkai dan kedua tungkai tidak dapat digerakan
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Normal
Negatif
Negatif
Negatif
Normal
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
- Jernih
- Permukaan
Negatif
Negatif
- Jernih
- Permukaan
cembung
Infiltrat (-)
Kedalaman cukup
Hifema (-)
Hipopion (-)
Warna coklat
cembung
Infiltrat (-)
Kedalaman cukup
Hifema (-)
Hipopion (-)
Warna coklat
Sinekia (-)
Sinekia (-)
Pupil
1. Bentuk
2. Refleks langsung
3. Releks tidak langsung
Lensa
Reguler
Positif
Positif
Keruh (matur), Shadow
Reguler
Positif
Positif
Keruh (imatur), Shadow
TIO
Funduskopi
tes (-)
Normal
Papil tidak terlihat
tes (+)
Normal
Papil tidak terlihat
V. Pemeriksaan Penunjang
- Retinometri : OD ( 0,50 ) dan OS ( 0,63 )
VI. Resume
Ny. S perempuan 65 tahun datang dengan keluhan penglihatan berkurang
sejak 2 bulan yang lalu terutama pada mata kanan. Awalnya pada mata kanan
hanya melihat seperti titik dan lama kelamaan seperti melihat awan/kabut yang
mengakibatkan penglihatannya terganggu. Dan saat ini mulai terjadi pada mata
kiri.
Tidak terdapat trauma, infeksi, dan riwayat operasi pada mata. Tidak
pernah menggunakan obat untuk mata. Pasien tidak menderita DM dan hipertensi.
Pasien memiliki penyakit jantung, ginjal, mag, dan osteoporosis.
Dari pemerikssaan status oftalmologi didapatkan visus pada mata kanan
dan mata kiri, lensa keruh, dan shadow tes negative.
VIII. Penatalaksanaan
Pro Ekstraksi Katarak dan Pemasangan Lensa Intraokuler (IOL)
IX. Prognosis
Qua ad Vitam
: ad bonam
Qua ad Functionam
: ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1
kompleks. Mata terletak dalam suatu rongga orbita berbentuk limas dalam
kerangka wajah. Di dalam orbita terdiri dari bulbus oculi, nervus opticus, musculi
bulbi, fascia, saraf, pembuluh, lemak dan glandula lacrimalis serta saccus
lacrimalis. 4
Bulbus oculi orang dewasa normal hampir bulat dengan diameter
anteroposterior sekitar 24.2 mm. Terdiri dari 3 lapis yaitu sklera, koroid beserta
corpus siliare dan retina. 5
1. Sklera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar yang
hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Pita kolagen dan jaringan elastin
membentang di sepanjang foramen sklera posterior membentuk lamina
cribosa, diantarana dilalui oleh berkas akson nervus optikus. 5
2. Limbus
Jaringan yang membatasi antara kornea dan konjungtiva. Didekatnya
terdapat sel punca yang mempunyai karakteristik dimana sel tersebut dapat
beregenerasi.7
3. Konjungtiva
Lapisan transparan dan tipis yang menutupi sklera dan mempunyai
pembuluh darah yaitu arteri konjungtiva. Konjungtiva yang menutupi
kelopak mata bagian dalam atas dan bawah disebut konjungtiva palpebra,
menutupi sklera disebut konjungtiva bulbi dan perlihan diantaranya
disebut konjungtiva forniks.7
4. Kornea
Adalah selaput bening mata yang tembus cahaya mempunyai beberapa
lapisan. Lapisan pertama terdiri 5-6 lapisan epitel, lapisan kedua adalah
membran Bowman, lapisan ketiga adalah stroma, lapisan keempat adalah
membran Descement dan dibawah itu terdapat lapisan endotel.2
5. Iris
Bagian mata yang berwarna berdasarkan jumlah pigmen. Berfungsi untuk
menyaring cahaya dengan cara melebarkan dan mengecilkan pupil.
Permukaan anterior iris berkripta sedangkan permukaan posterior iris
dilapisi oleh sel epitel. 7
6. Pupil
Bagian dari tepi iris dengan pembukaan secara sirkular untuk
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk. 7
7. Bilik mata depan
Ruangan yang berada diantara posterior kornea dan anterior iris. 7
8. Lensa
Adalah suatu struktur bikonveks, avaskular dan tak berwarna. Terlihat
hampir
transparan.
Lensa
tergantung
pada
zonula
zinii
yang
III.2 Katarak
III.2.1 Definisi
Katarak berasal dari yunani Katarrhakies, inggris Cataract, dan latin
Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. 1
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denatuurasi protein lensa terjadi akibat
kedua-duanya. 1
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelainan congenital, atau penyullit penyakit mata local menahun.
Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaucoma,
ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses
penyakit intraocular lainnya.1
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau
sistemik (katarak senile, juvenile, herediter) atau kelainan congenital mata.
Katarak dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
-
Fisik
Kimia
Penyakit predisposisi
Genetic dan gangguan perkembangan
Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
Usia
Katarak
akibat
penuaan
merupakan
penyebab
umum
gangguan
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak
lamel serat lensa.1
c. Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotic bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi
glaucoma sekunder.1
d. Katarak matur
pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini
bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau
intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa
kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila
lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran
kedalam normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,
sehingga uji bayangan iris negatif.1
e. Katarak hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek atau lembek dan mencair. Massa lensa yang
berdegenerasi keluar dari kapsul sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna
kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan
zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan
kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar,
maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai
dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat, keadaan
ini disebut katarak morgagni.1
III.4 Penatalaksanaan Katarak
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma
dan uveitis.1
Bedah katarak senil dibedakan dalam bentuk ekstraksi lensa intrakapsular
dan ekstraksi lensa ekstrakapsular.
Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, berikut merupakan teknik
anestesi yang digunakan :
1. Anestesi umum
Digunakan pada orang dengan kecemasan tinggi, tuna rungu atau retardasi
mental, juga diindikasikan pada pasien dengan penyakit Parkinson dan
reumatik yang tidak mamou berbaring tanpa rasa nyeri.
2. Anestesi lokal
- Peribulbar block
Paling sering digunakan. Diberi melalui kulit atau konjungtiva dengan
jarum 25 mm. efek : analgesia , akinesia, peningkatan TIO, hilangnya
reflek oculo-cardiac (stimulasi pada n.vagus yang diakibatkan stimulus
rasa sakit pada bola mata, yang mengakibatkan bradikardia dan bisa
menyebabkan cardiac-arrest)
Komplikasi :
- perdarahan retrobulbar
- rusaknya saraf optic
- Perforasi bola mata
- injeksi nervus optikuys
- infeksi
Subtenon block
Topical-intracameral anesthesia
Anesthesia permukaan dengan obat tetes atau gel (proxymemacuine 0,5%
lidocaine 2%) yang dapat ditambah dengan injeksi intrakamera atau infusa
larutan lidokain 1% biasanya selama hidrodiseksi.
yang dapat dilipat telah memungkinkan ahli bedah banyak untuk bekerja
dengan sayatan yang hanya 5-6 mm. Variasi ini kadang-kadang disebut
sebagai EKEK sayatan kecil (small-insision). Setelah sayatan dibuat, ahli
bedah membuat robekan sirkular di depan kapsul lensa, teknik ini dikenal
sebagai capsulorrhexis. Ahli bedah kemudian dengan hati-hati membuka
kapsul lensa dan membuang nukleus lensa dengan memberikan tekanan
dengan
instrumen
khusus. Setelah
nucleus
dikeluarkan,
ahli
bedah
b) Kerugian :
- Dapat timbul katarak sekunder
b. Kerugian :
- Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan : penyembuhan dan
rehabilitasi visual tertunda, astigmatisma yang signifikan, inkarserasi
iris dan vitreus, lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaucoma,
uveitis, endoftalmitis.
c. Fakoemulsifikasi
Pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonic untuk menghancurkan
untuk menghancurkan nucleus yang kemudian di aspirasi melalui insisi 2,5 3
mm , dan kemudian dimasukkan lensa intraocular yang dapat dilipat .
d.
komplikasi
ini.
Selain
itu,
penempatan
luka
waktu,namun
dapat
menyebabkan
modern
dalam
penurunan
ekstraksi
tajam
katarak
klinis rawat jalan. Terdapat risiko kecil edema makular sistoid atau
terlepasnya retina setelah kapsulotomi YAG. Penelitian yang ditujukan
pada pengurangan komplikasi ini menunjukkanbahwa bahan yang
digunakan untuk membuat lensa, bentuk tepi lensa, dan tumpang tindih
lensa intraokular dengan sebagian kecil cincin kapsul anterior penting
dalam mencegah opasifikasi kapsul posterior.
Komplikasi yang terjadi apabila katarak dibiarkan saja maka akan
menimbulkan gangguan penglihatan dankomplikasi seperti glaukoma, uveitis dan
kerusakan retina. Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan
yang tepat sehingga tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan
pembedahan pada saat yang tepat maka prognosis pada katarak senilis umumnya
baik.
Katarak senilis tidak dapat dicegah karena penyebab terjadinya katarak
senilis ialah oleh karena faktor usia, namun dapat dilakukan pencegahan terhadap
hal-halyang memperberat seperti mengontrol penyakit metabolik, mencegah
paparan langsung terhatap sinar ultraviolet dengan menggunakan kaca mata gelap
dan sebagainya. Pemberian intake antioksidan (seperti asam vitamin A, C dan E)
secara teori bermanfaat (AAO, 2011).
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien ini, katarak terjadi pada usia lanjut sehingga jenis katarak
pada pasien ini adalah katarak senile. Katarak senile adalah semua kekeruhan
lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 40 tahun. Penyebabnya
sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Katarak senile secara klinik dikenal
dalam 4 stadium insipient, imatur, matur, hipermatur. Pada pemeriksaan fisik mata
pada pasien ini ditemukan tanda-tanda katarak matur pada mata kanan dan imatur
pada mata kiri yaitu kekeruhan pada lensa lensa.
Hasil pemeriksaan visus pada kedua mata kanan pasien adalah 0,5/60 dan
pada mata kiri adalah 5/60. Hal ini menunjukkan bahwwa tajam penglihatan
pasien berkurang yang disebabkan oleh katarak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta :
Widya Medika.2000
2. Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta : penerbit FKUI.2010
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophtalmology : A. Systemic Approach 7 th ed.
China : Elsevier : 2011
4. Keith LM, Anne MR. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates. 2002. p
367 378
5. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta
:Widya Medika. 2000: 12 4
6. Widya A, Johan AH, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSCM FKUI. 2011;107